• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AGAMA ADAT BERPAKAIAN SESUAI AJARAN ISLAM

N/A
N/A
Hadi Kurniawan

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH AGAMA ADAT BERPAKAIAN SESUAI AJARAN ISLAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“PRIA, WANITA DAN PAKAIAN DALAM ISLAM”

Mata Kuliah Agama Islam Dosen Pengampu:

Ali Fauzi Shahib

Disusun oleh:

Natasya Putri Rahmawati (202201021072) Rezalya Arnetta Putri A. (202201021075)

Hadi Kurniawan (202201021083) Balqis Tsabitah Bhaktiar (202201021111)

FAKULTAS MANAJEMEN DAN BISNIS UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS

TAHUN AJARAN 2022/202

(2)

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini adalah “Pria, Wanita dan Pakaian dalam islam”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Kami juga menyadari bahwa di dalam maklah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang, mengingat kritik dan saran nantinya akan membuat kami lebih baik kedepannya.

Semoga maklah yang kami buat ini dapat dipahami dan berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, 26 Mei 2023 Hormat Kami

Penyusun

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI...2

BAB 1...3

PENDAHULUAN...3

1.1 LATAR BELAKANG...3

1.2 RUMUSAN MASALAH...3

1.3 TUJUAN...3

BAB II...4

PEMBAHASAN...4

2.1 ASALKEJADIANDANFITRAHMANUSIA...4

2.2 PAKAIANBAGIPRIADANWANITAMENURUT ISLAM...5

3.1 PERHIASANMENURUTWACANA ISLAM...7

BAB III...10

PENUTUP...10

DAFTAR PUSTAKA...11

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam mengajarkan persamaan derajat umat manusia. Tidak ada faktor yang menjadi penyebab lebih tingginya derajat manusia yang satu atas lainnya, kecuali peringkat iman dan ketakwaannya. Manusia yang mencapai derajat muttaqin akan memperoleh posisi tinggi di sisi Allah, tanpa melihat jenis kelaminnya pria atau wanita. Esensi ajaran kesetaraan ini sering menjadi bias ketika pemahaman ajaran Islam telah terkontaminasi dengan kerangka berpikir patriarkis sehingga muncul berbagai pandangan yang berbeda tentang status dan kedudukan wanita yang dinilai lebih rendah daripada pria.

Dalam al-Qur’an tidak terdapat satu jejak pun tentang apa yang terdapat di dalam kitab-kitab suci lain : bahwa wanita diciptakan dari suatu bahan yang lebih rendah dari bahan untuk pria, bahwa status wanita adalah parasit dan rendah, atau bahwa Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk kiri Adam. Di samping itu, dalam Islam tidak ada satu pandangan pun yang meremehkan wanita berkenaan dengan watak dan struktur bawaannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana asal kejadian dan fitrah manusia?

2. Bagaimana kedudukan & peran pria – wanita dalam Islam?

3. Bagaimana pakaian bagi pria dan wanita menurut Islam?

4. Bagaimana perhiasan menurut wacana Islam?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui berpakaian menurut islam.

2. Mengetahui adab berpakaian dalam islam.

3. Mengetahui tata cara berpakaian pria menurut islam.

4. Mengetahui tata cara berpakaian wanita menurut islam.

5. Mengetahui adab berpakaian menurut islam.

6. Bagi dosen, sebagai tolak ukur atau penilaian terhadap mahasiswa dalam memahami adab berpakaian dalam islam.

7. Bagi penulis, sebagai sarana yang bermanfaat untuk memperoleh keterampilan dalam melakukan penulisan pengetahuan tentang adab berpakaian dalam islam.

BAB II

(5)

PEMBAHASAN

2.1 Asal kejadian dan fitrah manusia

Menurut pandangan Islam setiap manusia yang lahir di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yakni asal kejadian yang suci dan murni. Manusia terlahir dalam keadaan bersih tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua yang melahirkannya mungkin telah berbuat dosa. Dalam Islam tidak dikenal adanya dosa warisan, sehingga orangtua yang telah berdosa kemudian membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris. Atau seseorang merasa telah mendapatkan warisan dosa yang banyak dari orangtuanya sehingga menjadikan dirinya berputus asa dari rahmat Allah.

Kata fitrah menurut bahasa berarti penciptaan atau kejadian, sehingga fitrah manusia adalah kejadian sejak awal atau bawaan sejak lahir. Kata fitrah ini terdapat dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Kata ‘fitrah Allah’ pada ayat ini maksudnya adalah ciptaan Allah. Melalui ayat ini dapat dipahami pula bahwa manusia dilahirkan dengan naluri keimanan kepada Allah dan siap menerima Islam dalam penciptaannya.

Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya. Maka, jika ada orang yang tidak beragama tauhid, sesungguhnya itu tidak wajar. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).

Manusia dengan tabiat penciptaannya yang merupakan pencampuran antara tanah dari bumi dan peniupan ruh, maka manusia dibekali potensi-potensi yang sama untuk berbuat baik dan buruk. Seseorang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana ia juga mampu mengarahkan jiwanya kepada kebaikan atau keburukan. Kemampuan ini dalam Al Qur’an diungkapkan dengan kata ilham, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Asy-Syam: 7-8: “Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilham kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”. Sedangkan pada Q.S. Al Balad: 10, kemampuan ini diungkapkan dengan petunjuk. Maka ilham atau petunjukkan itu sudah tersimpan di dalam diri manusia dalam bentuk potensi-potensi.

Manusia adalah makhluk yang istimewa dan unik karena memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk. Selain itu Allah swt juga telah memberi kemampuan akal yang berada dalam hati manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Oleh karenanya baik atau buruknya amal seseorang tergantung pada hatinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati ” (HR. Bukhori-Muslim).

Dari hadits di atas menunjukkan bahwa akal atau kemampuan memahami bersumber pada hati bukan otak (kepala). Hal ini juga selaras dengan penjelasan dari Al Qur’an, bahwa Allah swt berfirman, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).

(6)

Hati memegang peranan penting dalam menggerakkan seseorang untuk berbuat baik (amal sholeh), ataupun berbuat jelek/jahat (dosa).

Menurut Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah hati manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: hati yang sehat (qolbun salim), hati yang sakit (qolbun maridh) dan hati yang mati (qolbun mayyit). Bagi orang yang memiliki hati yang sehat sungguh sangat beruntung karena ia akan banyak melakukan amal kebaikan yang mendatangkan pahala. Sebaliknya sangat merugilah orang yang hatinya sakit atau hatinya mati karena ia akan terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan jelek dan tercela yang mendatangkan dosa.

Pepatah Arab mengatakan, manusia itu tempat lupa dan salah. Pepatah ini bukan berarti manusia dibiarkan untuk berbuat salah dan dosa. Allah swt sangat mencintai hambanya maka diutuslah para Nabi dan Rasul sebagai juru pengingat serta diturunkanlah kitab suci Al Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia. Oleh karenanya agar manusia terhindar dari berbuat salah dan dosa haruslah berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sunnah Rasul (Al Hadits).

Untuk menjaga fitrah manusia agar senantiasa terbebas dari dosa, Allah swt telah menjanjikan akan menghapus dosa yang telah dilakukan hambanya.

Sebagaimana berita gembira yang disampaikan Rasulullah, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridho Allah, maka diampuni dosa- dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari).

2.2 Pakaian bagi pria dan wanita menurut Islam

Islam mengajarkan umat-Nya untuk menaati adab berpakaian. Adab ini berlaku untuk setiap Muslim, baik perempuan maupun laki-laki. Keharusan mematuhi adab berpakaian bisa dilihat dari Al Quran surat Al-A'raf sebagai berikut :

"Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. demikianlah sebaian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat." (QS. Al-A'raf/7:26)

Dengan kata lain, adab bertujuan untuk melindungi aurat yang tidak boleh terlihat. Aurat laki-laki berada di antara pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah semua bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Mengutip buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti karya Tim Duta (2018:50), pakaian artinya segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki.

A. Ada beberapa fungsi berpakaian, di antaranya : 1. Menutup Aurat

(7)

Disebutkan bahwa pakaian berfungsi sebagai yuwari sau-atikum, yang artinya penutup bagian tubuh yang malu dilihat. Berpakaian merupakan sifat dasar manusia yang memiliki rasa malu dan berusaha menutup tubuh agar tidak terlihat pandangan orang yang bukan muhrimnya.

2. Perhiasan

Pakaian juga berfungsi sebagai risyan atau hiasan. Dengan kata lain, pakaian dapat membuat pemakainya menjadi lebih enak dipandang dalam batas kewajaran agama Islam.

B. Adab Berpakaian dalam Islam : 1. Adab Berpakaian bagi Laki-laki

 Adapun adab berpakaian bagi laki-laki adalah sebagai berikut :

 Berpakaian sewajarnya atau tidak berlebihan.

 Berpakaian untuk kebutuhan dan kebersihan.Tidak berpakaian dengan bahan sutra.

 Tidak menggunakan perhiasan emas.

 Tidak berpakaian menyerupai perempuan.

 Tidak mengenakan pakaian yang menunjukkan gambaran bentuk tubuh atau aurat.

 Hendaknya panjang pakaian tidak melebihi kedua mata kaki.

2. Adab Berpakaian bagi Perempuan

Terdapat beberapa adab berpakaian yang harus ditaati kaum hawa, antara lain adalah :

 Menutupi seluruh bagian tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan.

 Tidak mengenakan pakaian tembus pandang.

 Tidak menyerupai pakaian khas orang kafir atau fasik.

 Tidak menggunakan pakaian ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh.

 Tidak menyerupai pakaian laki-laki.

 Tidak berpakaian untuk mengundang shawat kaum laki-laki.

 Menggunakan busana bukan untuk mencari popularitas, berbangga diri, dan pamer.

C. Dampak Negatif Berpakaian Tidak Sesuai Syariat Islam

Setiap yang kita lakukan dan kerjakan pasti akan menuai hasilnya, jadi belajar untuk tetap hati-hati dalam menjalankan setiap langkah kehidupan.

seperti dalam berpakaian, islam sangat menegaskan kepada umatnya untuk memahami adap berpakaian yang sesuai dengan syariat islam. Bepenampilan yang benar akan melindungi kamu dari perbuatan fitnah, dosa dan niat buruk dari orang lain.

(8)

Berpakaian yang tidak sesuai dengan syariat islam akan menimbulkan dampak negatif bagi pelakunya maupun yang melihatnya, diantaranya yaitu:

1. Mendapat dosa 2. Menimbulkan fitnah

3. Menghilangkan amal ibadah 4. Menurunnya kadar keimanan 5. Berkurangnya sifat kesopanan 6. Memicu timbulnya perbuatan buruk 7. Hilangnya harga diri

8. Mamancing nafsu orang lain

i. Perhiasan menurut wacana Islam

Perhiasan bagi sebagian orang saat ini adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.

Perhiasan baik yang berupa emas, perak, maupun bebatuan menjadi bagian dari tren dan mode berpakaian wanita masa kini. Allah SWT menyebut perhiasan (hilyah) merupakan bagian dari sifat-sifat wanita. Perhiasan ini bersifat umum, baik emas maupun dari jenis lainnya.

Dalam surah az-Zuhruf ayat 18, Allah berfirman, "Dan Apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan beperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran. "Seorang Muslimah dihalalkan untuk memakai perhiasan, baik yang sifatnya melingkar maupun tidak.

Perhiasan emas hanya halal bagi Muslimah, sementara bagi Muslim hal ini haram. Ketentuan ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di mana suatu waktu Nabi Muhammad SAW mengambil sutra di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya. Ia pun berkata, "Sesungguhnya kedua benda ini (sutra dan emas) diharamkan bagi laki-laki dari umatku. Halal bagi perempuan mereka."

Dihalalkannya perhiasan bagi wanita adalah hal yang mutlak, baik yang melingkar maupun tidak melingkar berdasarkan hadis tersebut. Meski demikian, ada beberapa hal yang harus dipahami dari penggunaan perhiasan ini. Salah satunya perihal pembayaran zakat.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan an-Nasa'i, terdapat kisah di mana seorang wanita mendatangi Nabi SAW bersama putrinya. Di tangan putri nya, ada dua gelang emas yang tebal. Kemudian, Rasul berkata kepada wanita tersebut,

"Sudahkah engkau memberikan zakat gelang ini?" wanita tersebut berkata, "Tidak."

Beliau pun bersabda, "Apakah engkau senang jika Allah memakaikan gelang padamu dengan keduanya pada hari kiamat dengan dua gelang dari api neraka?"

Kemudian, wanita tersebut melepaskan kedua gelang itu dan menyerahkannya kepada Nabi sembari berkata, "Dua gelang itu untuk Allah dan Rasul- Nya."

Selanjutnya, Nabi menjelaskan ke pada wanita itu tentang wajibnya mengeluarkan zakat bagi dua gelang yang dipakai oleh putrinya. Beliau pun tidak mengingkari wanita tersebut karena memakaikan kedua gelang itu pada putrinya.

Dalam pemakaian perhiasan, diharapkan tidak berlebihan hingga terkesan pamer. Hal ini ditulis dalam surah an-Nur ayat 31, "... dan janganlah mereka memukulkan kaki-kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka

(9)

sembunyikan ...." Alquran melarang seorang Muslimah membunyikan perhiasannya yang bertujuan menarik perhatian orang lain, utamanya lawan jenis.

Nabi pun mengeluarkan anjuran perihal ini. Dalam HR Nasa'i, Rasulullah SAW berfirman, "Wahai kaum perempuan, tidakkah kalian itu memakai perhiasan perak. Sesungguhnya, tidak ada seorang perempuan yang memakai perhiasan emas kemudian ditampakkan (di depan orang laki-laki), kecuali perempuan itu akan disiksa oleh Allah karenanya." Meski menggunakan perhiasan, seperti emas dan perak, adalah hal yang wa jar bagi Muslimah, ternyata ada beberapa jenis perhiasan yang dilarang oleh Islam. Salah satunya mengikir gigi atau menjarangkan antara gigi seri dan taring.

Biasanya yang melakukan ini memiliki tujuan agar tampak lebih muda dan gigi nya terlihat lebih bagus. Mengikir termasuk dilarang karena mengubah ciptaan Allah dan dapat dikatakan sebagai penipuan. Namun, mengikir gigi ini diperbolehkan jika untuk tujuan kesehatan atau pengobatan.

Rasulullah SAW bersabda, "Allah melaknat orang yang menato dan wanita yang minta ditato, wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu), yang mencukur alis dan yang minta dicukur, serta wanita yang meregangkan (mengikir) giginya untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan Allah. "Menyambung rambut pun dilarang dalam Islam. Dalam HR Bukhari dan Muslim Nabi bersabda, "Allah melaknat penyambung rambut dan orang yang minta disambung rambutnya." Jenis perhiasan lain yang dilarang adalah menggunakan perhiasan kuku.

Pada zaman modern ini, ada banyak cara untuk mempercantik kuku dan banyak diminati oleh Muslimah. Sementara, asli nya menghias kuku adalah hal yang dilarang oleh Allah SWT. Memakai pewarna kuku atau kuteks disebut sebagai kebiasaan wanita non-Muslim. Larangan penggunaan kuteks karena dianggap bisa menghalangi sampainya air wudhu ke kuku dan cenderung menampakkannya kepada laki-laki yang bukan mahram. Namun, kini sudah ada kuteks halal yang aman digunakan Muslimah.

Menyambung kuku asli dengan kuku buatan yang lebih panjang dan lebih bagus daripada kuku aslinya juga dianggap sebagai salah satu kebiasaan orang kafir.

Perbuatan ini harus dijauhi oleh para Muslimah. Allah berfirman mengenai ucapan para iblis dalam surah an-Nisa ayat 119, "dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.

Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata."

Terakhir yaitu perihal memanjangkan kuku. Nabi bersabda, "Lima perkara termasuk fitrah: khitan, membersihkan bulu rambut di sekitar kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis." Lima perkara ini tidak boleh dibiarkan melebihi 40 hari sesuai dengan perkataan Nabi kepada para sahabat.

Memanjangkan kuku juga dianggap sebagai bentuk meniru kepada binatang dan orang kafir, hal itu termasuk kebiasaan jelek yang berasal dari wanita fajir (pendosa). Perhiasan terakhir yang dilarang yaitu penggunaan sandal maupun sepatu yang bertumit tinggi. Hal ini dilarang karena dianggap sebagai bentuk penipuan dan akan menampakkan aurat Muslimah. Dikisahkan zaman dahulu para lelaki dan wanita Bani Israil shalat bersama-sama. Para wanita memakai kaki palsu agar terlihat lebih tinggi di mata kekasihnya.

(10)

Wanita yang memakai sandal dan sepatu bertumit tinggi terjatuh dalam beberapa pelanggaran, yaitu menyerupai wanita kafir Barat, menampakkan kesombongan, dan dapat menimbulkan bahaya bagi badan. Dalam surah al- Ahzab ayat 33 dituliskan, "Dan janganlah k amu berhias dan bertingkah laku se perti orang- orang jahiliyah yang dahulu.

(11)

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut pandangan Islam setiap manusia yang lahir di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yakni asal kejadian yang suci dan murni. Manusia terlahir dalam keadaan bersih tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua yang melahirkannya mungkin telah berbuat dosa.

Islam merupakan agama yang sangat menghormati dan menghargai perempuan dan laki-laki di hadapan Allah secara mutlak. Al-Qur’an mengajarkan kedudukan orang beriman baik laki-laki maupun perempuan itu sama di hadapan Allah, oleh karena itu mereka harus memperoleh status yang setara dimata Tuhan, dan keduanya telah dideklarasikan secara sama dengan mendapatkan rahmat Allah.

Islam mengajarkan umat-Nya untuk menaati adab berpakaian. Adab ini berlaku untuk setiap Muslim, baik perempuan maupun laki-laki. Dengan kata lain, adab bertujuan untuk melindungi aurat yang tidak boleh terlihat. Aurat laki-laki berada di antara pusar hingga lutut, sedangkan aurat perempuan adalah semua bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Pakaian artinya segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

www.nuroehi.com/2019/07/adab-berpakaian-bagi-pria-dan-wanita.html

Tata Cara Berpakaian Sesuai Syariat Islam (Perempuan dan Laki-Laki) | Freedomsiana

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi

27—37 33 Narasi Seorang perempuan imigran China-Amerika yang mencintai laki-laki kelas konglomerat Seorang perempuan imigran China- Amerika yang mencintai laki-laki kelas atas,