• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Analisis Kebijakan Hukum Persaingan usaha dalam mendorong inovasi di sektor industri

N/A
N/A
Dhimas wahyu ciputra

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah Analisis Kebijakan Hukum Persaingan usaha dalam mendorong inovasi di sektor industri"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Analisis kebijakan hukum persaingan usaha dalam mendorong inovasi di sektor industri

Oleh:

Dhimas Wahyu Chiputra NPM. 20071010193

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2023

(2)

1 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Analisis kebijakan hukum persaingan usaha dalam mendorong inovasi di sektor industri".

Tidak lupa juga Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Saya berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Sidoarjo, 17 Juni 2023

(3)

2 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1. Latar Belakang ... 3

2. Rumusan Masalah ... 6

3. Tujuan ... 6

BAB II PEMBAHASAN ... 7

1. Pengertian Industri ... 7

2. Pengertian Persaingan Usaha ... 7

3. Jenis dan Tindakan Persaingan Usaha ... 8

4. Hukum Persaingan Usaha ... 10

5. Hukum Industri ... 12

6. Pentingnya Persaingan Usaha Mendorong Inovasi Industri... 13

(4)

3 BAB 1

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kebijakan dan pengaturan hukum persaingan usaha didasarkan kepada ketentuan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD tahun 1945), yang mengamanatkan tidak pada tempatnya adanya monopoli yang merugikan masyarakat dan persaingan usaha yang tidak sehat.1 Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.” Lebih lanjut Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan :

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

Pemikiran yang demokrasi ekonomi perlu diwujudkan untuk menciptakan ekonomi yang sehat, maka disusunlah Undang-Undang Tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dapat menegakkan hukum dan dapat memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha dalam upaya menciptakan persaingan usaha yang sehat.

Ketentuan hukum ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33 pada tanggal 5 Maret 1999 dan berlaku secara efektif 1 (satu) tahun sejak diundangkan.2

Tentunya persaingan usaha sangat erat kaitannya dengan Industri. Konsentrasi kekuatan pasar dapat dihalangi dengan adanya persaingan antara satu dengan Industri lain.3 Dengan demikian penyebaran kekuatan pasar serta terdapatnya kesempatan dalam

1 Rachmadi Usman, “Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta: Sinar Gafika, 2013), hlm. 62.

2 Ningrum Natasya Sirait, “Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha”, (Jakarta : PT Gramedia, 2010), hlm. 1.

3 Normin S Pakpahan, “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Hukum Persaingan Usaha, Proyek Pengembangan Hukum Ekonomi dan Penyempurnaan Sistem Pengadaan, Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan”,(1995) hlm. 2.

(5)

4 membuka usaha menyediakan peluang dalam melakukan pengembangan serta perkembangan dalam berwiraswastaan.4 Selain itu dalam mencapai suatu efisiensi diperlukan persaingan didalamnya, oleh karenanya dalam menyelenggarakan ekonomi pasar persaingan bersifat conditio sine qua non.5 Pasal 33 UUDNRI 1945 merupakan dasar strategi dan regulasi hukum persaingan usaha, didalamnya mengamanatkan monopoli yang dapat memberikan kerugian terhadap masyarakat dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat tidak dibenarkan di Indonesia.6

Melihat beberapa tujuan utama yang ingin dicapai oleh hukum persaingan usaha, cukup jelas bahwa pada hakikatnya hukum ini dimaksudkan untuk mengatur persaingan dan monopoli demi tujuan-tujuan yang menguntungkan.7 Apabila hukum persaingan usaha diberi arti yang lebih luas, bukan hanya meliputi pengaturan persaingan, melainkan juga soal boleh tidaknya monopoli, ia juga bisa digunakan sebagai sarana kebijakan publik untuk mengatur sumber daya mana yang harus dikuasai negara dan mana yang boleh dikelola oleh swasta.8

Industri merupakan sektor yang penting dalam perkembangan pekonomian di Indonesia. Sektor industri menjadi sektor dalam perekonomian negara yang memberi sumbangan untuk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Industri pengolahan merupakan salah satu sektor industri yang saat ini mengalami perkembangan semakin pesat.

Tercermin dari kontribusi sektor industri pengolahan yang masih mendominasi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menurut data BPS (2018) yaitu sebesar 20,16% pada tahun 2017. Salah satu sektor industri pengolahan yang memberikan dorongan terhadap Produk Domestik Bruto yaitu pada industri makanan dan minuman. Menurut data BPS (2018)sumbangan industri makanan dan minuman yang memberikan kontribusi sebesar 6,14% terhadap Produk Domestik Bruto pada tahun 2017, sehingga sektor industri makanan dan minuman di Indonesia mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan (Dumairy, 1996).Dengan tumbuhnya sektor baru

4 Ibid. hlm 12

5 Ibid. hlm 14

6 Ibid, hlm 62.

7 Arie Siswanto, “Hukum Persaingan Usaha”, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 28.

8 Ibid, hlm. 29.

(6)

5 yaitu di industri kecil merupakan suatu kegiatan yang baru dalam sektor perekonomian dalam masyarakat.Sektor kegiatan ekonomi yang berbasis usaha kecil, karena kegiatan ini tumbuh sebagai sub sistem ekonomi. Hal lain dapat juga dilihat peranannya, industri kecil di indonesia dicatat mampu menyumbang peningkatan pendapatan keluarga dan diukur dari kesempatan kerja mampu menyerap tenaga kerja.

Pembangunan industri khususnya industri kecil diarahkan dapat menjadi salah satu peran yang cukup berkualitas dalam perekonomian, sehingga mampu bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengembangan sektor ekonomi rakyat pada otonomi daerah, khususnya pada sektor industri kecil mendapat perhatian ekstra dari pemerintah, dikarenakan sektor industri kecil memberikan banyak dampak pada penyerapan tenaga kerja, maupun pendapatan masyarakat yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan bawah. Setiap tahun industri atau usaha kecil selalu tumbuh dan berkembang, selain itu industrialisasi berperan penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal

Masalah persaingan antar suatu usaha dengan usaha lainnya tentu membutuhkan suatu strategi yang tepat. Strategi dirumuskan sebagai suatu rangkaian tindakan atau cara yang dilakukan oleh suatu organisasi, dalam rangka upaya organisasi itu untuk mencapai suatu kinerja superior.9 Keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh kemampuan pimpinan untuk menetapkan strategi yang tepat dalam menjalankan usahanya dengan memanfaatkan lingkungannya yaitu memilih sumber daya internal yang tepat. Ketepatan stategi yang ditetapkan pemimpin didasarkan pada pemikiran strategik yang dimilikinya dengan pengalaman pembelajaran dalam situasi lingkungan yang terus berubah. Para pelaku usaha harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas rumusannya, sehingga dapat digunakan sebagai arah untuk menjadi pilihan yang telah dipertimbangkan. Dengan melihat situasi persaingan yang selalu berubah, maka program yang jelas merupakan keharusan untuk memungkinkan strategi yang telah ditetapkan tersebut dapat efektif. Strategi menjadi suatu hal yang utama yang perlu dirancang sedemikian rupa dalam menghadapi persaingan saat ini.

Untuk dapat mempertahankan eksistensi dalam mencapai tujuan suatu unit usaha, maka penetapan strategi sangat perlu dilakukan. Karena pada prinsipnya strategi dalam bisnis memiliki peran dalam membantu keberhasilan Industri untuk mencapai tujuan yang

9 Assauri, Sofjan, Manajemen Pemasaran. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm 41

(7)

6 telah ditetapkan. Dengan demikian untuk mencapai tujuan tersebut, maka Industri harus menganalisis lingkungan baik secara internal maupun ekstemal yang mempengaruhi tingkat persaingan. Persaingan sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan Industri, karena persaingan menentukan kegiatan yang perlu bagi Industri untuk berprestasi.

Didasarkan apa yang penulis utarakan di atas, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran Persaingan Usaha dalam Meningkatkan Inovasi dari Industri Khususnya di Indonesia apakah akan menyebabkan turunya minat warga dalam menginovasikan suatu industri atau justru terciptanya sebuah efisiensi yang lebih besar dalam Industri di Indonesia. Dengan demikian penulis tertarik meneliti dan menganalisis mengenai permasalahan sebagaimana penulis deskripsikan melalui penulisan makalah dengan judul “Analisis kebijakan hukum persaingan usaha dalam mendorong inovasi di sektor industri”

2. Rumusan Masalah

A. Apa Pengertian dari Industri dan Persaingan Usaha?

B. Apakah Jenis-Jenis Dari Persaingan Usaha?

C. Apa Dasar Hukum Dari Persaingan Usaha dan Industri?

D. Apakah persaingan usaha dapat mendorong invoasi dalam per industrian di Indonesia?

3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka disusun tujuan dari Makalah ini adalah sebagai berikut

A. Mengetahui Pengertian dari Industri dan Persaingan Usaha.

B. Menganalisis jenis persaingan usaha apa saja yang bisa mendorong Inovasi dalam dunia Industri di Indonesia.

C. Mengetahui Dasar Hukum dari Persaingan Usaha dan Industri.

D. Menganalisa apakah persaingan usaha dapat mendorong munculnya Inovasi baru di dalam dunia perindustrian.

(8)

7 BAB II

PEMBAHASAN 1. Pengertian Industri

Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan konsumen.10 Dalam arti yang luas, industri dapat didefinisikan sebagai kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi. Secara garis besar, industri dapat didefinisikan sebagai sekelompok perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sama atau bersifat subtitusi.11

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan.12 Dengan tumbuhnya sektor baru yaitu di industri kecil merupakan suatu kegiatan yang baru dalam sektor perekonomian dalam masyarakat.Sektor kegiatan ekonomi yang berbasis usaha kecil, karena kegiatan ini tumbuh sebagai sub sistem ekonomi. Hal lain dapat juga dilihat peranannya, industri kecil di indonesia dicatat mampu menyumbang peningkatan pendapatan keluarga dan diukur dari kesempatan kerja mampu menyerap tenaga kerja.

Menurut Badan Pusat Statistik, skala industri dibedakan menjadi 4 lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu:

A. Industri besar : berkerja antara 100 orang atau lebih.

B. Industri sedang : bekerja antara 20 sampai 99 orang.

C. Industri kecil : bekerja antara 5 sampai 19 orang.

D. Industri rumah tangga : bekerja an-tara 1 sampai 4 orang

2. Pengertian Persaingan Usaha

Dalam perundang-undangan di Indonesia pengertian tentang Persaingan Usaha tidak dicantumkan secara implisit, yang terdapat dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, berbunyi: "Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha

10 Hasibuan, N, “Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi”, (Jakarta: LP3ES, 1993), hlm 5

11 Mudrajad Kuncoro, “Ekonomika Industri”. Indonesia. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007) hlm 32

12 Dumairy, “Perekonomian Indonesia”. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm 21

(9)

8 dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan secara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha".

Persaingan usaha mencakup pengertian sejumlah besar penjual dan pembeli yang bekerja tanpa bergantung satu sama lain dalam proses yang sama dan adanya kebebasan bagi penjual dan pembeli untuk memasuki atau meninggalkan pasar. Persaingan usaha memberikan motivasi kepada para pengusaha untuk menghasilkan barang dengan mutu yang sebaik mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin dengan tujuan agar perusahaan dapat laba dan tetap exist.

Persaingan merupakan satu karakteristik yang lekat dengan kehidupan manusia yang cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal.13 Persaingan juga sering diartikan dengan tindakan individual yang mementingkan diri sendiri. Sesorang yang bersaing dengan segala cara dapat dihalalkan untuk memuaskan atau memakmurkan dirinya. Diantara cara yang ditempuh adalah cenderung melakukan tindakan untuk mematikan pesaingnya dengan tindakan yang tidak layak, menipu konsumen, dan mematikan pengusaha kecil.14

3. Jenis dan Tindakan Persaingan Usaha

Adapun tindakan-tindakan yang biasa dilakukan oleh para pelaku usaha dalam melalukan persaingan usaha secara tidak wajar dalam rangka memenangkan persaingan usaha antara lain adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Harga (Price Fixing). Penetapan harga adalah termasuk dalam tindakan persainga usaha yang bisa terjadi secara vertikal maupun horizontal yang dianggap sebagai hambatan perdagangan, karena membawa akibat buruk terhadap persaingan harga. Jika penetapan harga dilakukan, kebebasan untuk menentukan harga secara bebas menjadi berkurang.

2. Tindakan Boikot. Boikot dalam hubungannya dengan persaingan usaha merupakan tindakan mengorganisir suatu kelompok untuk menolak hubungan suatu usaha dengan pihak tertentu. Dengan demikian boikot merupakan suatu tindakan bersama yang dilakukan oleh sekelompok pengecer yang menolak membeli produk perusahaan tertentu yang karena suatu alasan tertentu tidak mereka sukai.

13 Arie Siswanto, “Hukum Persaingan Usaha”, Cetakan Pertama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm 13.

14 Ayudha D. Prayoga, “Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia”, (Jakarta: Proyek ELIPS, 2000), hlm 53.

(10)

9 3. Pembagian Pasar Secara Horizontal. Tindakan ini merupakan salah satu cara untuk menghindari persaingan yang bisa diambil oleh suatu perusahaan yang saling bersaing dalam suatu usaha. Tujuannya adalah mengurangi persaingan dengan cara menentukan pasar yang bisa dikuasai secara eksklusif oleh masing-masing pesaing.

4. Pembatasan Perdagangan Secara Vertikal Dengan Menggunakan Alat Selain Harga (Non-Price Vertical Restraints). Hal ini menunjukan bahwa perdagangan bisa terhambat ketika perusahaan yang berada pada level usaha tertentu mengikat perusahaan lain pada level usaha di bawahnya dengan cara menentukan harga. Di samping dengan menentukan harga secara vertikal juga bisa terhambat oleh perjanjian- perjanjian vertikal yang menggunakan alat selain harga (non-price instruments).

5. Diskriminasi Harga (Price Discrimination). Diskriminasi harga yaitu penetapan harga yang lebih murah bagi pelanggan tetap, umumnya harga ditetapkan oleh perusahaan yang sedang berupaya memperluas atau membuka pasaran baru bagi produknya. Dari sisi konsumen praktik diskriminasi harga bisa menguntungkan apabila mereka termasuk sebagai konsumen yang dikenai harga yang lebih rendah.

6. Bid-rigging. Bid-rigging adalah praktik persaingan yang bisa terjadi di antara para pelaku usaha yang seharusnya saling merupakan pesaing dalam suatu lelang. Secara sederhananya adalah kesepakatan untuk alih-alih bersaing mengatur pemenang dalam suatu penawaran lelang melalui pengelabuan harga penawaran.

7. Penyalahgunaan Posisi Dominan (Abuse of Dominant Position). Ketika seseorang pelaku usaha yang memiliki dominasi ekonomi melalui kontrak mensyaratkan supaya pelanggan-nya tidak berhubungan dengan pesaingnya, ia telah menyalahgunakan posisi dominan.

8. Monopoli. Suatu pasar disebut monopoli apabila pasar tersebut terdiri atas satu produsen dengan banyak pembeli dan terlindungi dari persaingan, pasar yang bersifat monopoli umumnya menghasilkan kuantitas produk yang lebih sedikit sehingga masyarakat membayar dengan harga yang lebih tinggi. monopoli dapat terjadi baik melalui persaingan pasar maupun secara alami.

9. Kartel. Kartel adalah bangunan dari perusahaan-perusahaan yang sejenis yang secara terbuka sepakat untuk mengatur kegiatannya di pasar. Dengan kata lain kartel adalah organisasi para produsen barang dan jasa yang dimaksudkan untuk mendikte pasar.

apabila semua perusahaan di dalam satu industri sepakat mengkoordinasikan kegiatannya, maka pasar akan berbentuk monopoli sempurna, umumnya kartel

(11)

10 membentuk kekuatan monopoli di pasar dengan mengatur supply secara bersama-sama melalui pembagian kuota produksi kepada anggota-anggotanya. dengan pengaturan tersebut, kartel akan mampu menentukan harga dan masing-masing anggota akan menikmati keuntungan yang jauh di atas tingkat yang dicapai dalam pasar yang bersaing sempurna. Keberhasilan satu kartel dalam mengatur pasar akan ditentukan oleh konsistensi dari para anggotanya dalam mematuhi kesepakatan yang telah ditetapkan.

10. Dominan Firm (Posisi Dominan). Pasar dengan jumlah produsen yang banyak tidak identik bahwa pasar tersebut bersaing sempurna, jumlah perusahaan tidak akan berarti apabila dalam pasar yang bersangkutan terdapat dominan firm atau posisi dominan, pasar dengan dominan firm adalah pasar dimana satu perusahaan menguasai sebagian besar pangsa pasar sisanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan berskala kecil tetapi dengan jumlah yang sangat besar dengan struktur pasar seperti ini, dapat mempengaruhi pembentukan harga di pasar melalui pengaturan tingkat produksinya sehingga ia mempunyai kekuatan monopoli yang cukup berarti, dominan firm selain dapat hanya terdiri dari satu perusahaan juga terdapat terdiri atas beberapa perusahaan yang secara kolektif menyatukan pengambilan keputusan dalam bentuk kartel, dominan firm akan bertindak sebagai pengatur harga, di dalam pasar yang dikuasai oleh dominan firm kekuatan pasar akan ditentukan oleh jumlah perusahaan yang memasuki pasar, dan biaya produksinya.

4. Hukum Persaingan Usaha

UU Persaingan Usaha memiliki banyak ketentuan penting tentang tindakan yang dilarang (serta konsekuensi hukum yang akan timbul), dan aturan prosedur yang berkaitan dengan penegakannya hukum persaingan usaha. Intinya, hukum persaingan perusahaan untuk tujuan mengatur persaingan dan monopoli untuk tujuan ini menguntungkan. Jika hukum persaingan usaha dipahami dalam arti luas, maka tidak tidak hanya mencakup peraturan persaingan, tetapi juga pertanyaan apakah diperbolehkan Monopoli digunakan sebagai isyarat kebijakan publik untuk mengatur kekuasaan sektor swasta yang dapat dikelola.15

Hukum persaingan adalah instrumen hukum menentukan jalannya kontes. Meskipun secara khusus menekankan aspek “kompetitif”, yaitu perhatian hukum persaingan adalah

15 Ibid, hlm. 23

(12)

11 untuk mengatur persaingan sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.

Pokok bahasan hukum persaingan usaha diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, yaitu:

A. Melindungi kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi perekonomian nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

B. Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat bagi usaha besar, menengah dan kecil;

C. Mencegah terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat oleh badan usaha;

D. Menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam kegiatan usaha.

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur interaksi badan usaha atau entitas dagang di pasar, sedangkan perilaku badan usaha ketika berinteraksi didasarkan pada motif ekonomi.16 Definisi hukum persaingan komersial selalu dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi pasar, di mana para pelaku perdagangan, baik perusahaan maupun penjual, secara bebas berusaha membujuk konsumen untuk mencapai tujuan mereka dari perusahaan atau bisnis tertentu yang mereka ciptakan.17 Kebutuhan akan pentingnya hukum persaingan usaha di Indonesia merupakan salah satu prasyarat Untuk menjalankan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan Pancasila. Terbentuknya UU No. 5 Tahun 1999 tidak lepas dari pertimbangan harapan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Persaingan yang kompetitif merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh semua komunitas bisnis di suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang efektif, bahkan dalam proses industrialisasi. Dalam pasar persaingan yang sehat, pelaku bisnis akan saling bersaing untuk menarik lebih banyak konsumen dengan cara menjual produknya dengan harga serendah mungkin, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan pelayanan bagi konsumen. Agar ekonomi pasar dapat berfungsi dengan baik dan menguntungkan semua pihak, persaingan harus efektif, dengan partisipasi sejumlah besar pesaing, sehingga tindakan monopoli dan persaingan dapat dicegah yang merupakan perdagangan yang tidak adil.18

16 Ibid. hlm. 21.

17 L. Budi Kagramanto, Buku II, “Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif. Hukum Persaingan Usaha)”, (Jakarta: Srikandi, 2007). hlm 57.

18 Ibid, hlm 34

(13)

12 Jika persaingan bisnis di Indonesia kondusif, modal investasi akan segera mengalir ke Indonesia. Rantai birokrasi yang pendek dan persaingan pasar yang sehat akhirnya mampu menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah investasi meningkat dan pertumbuhan ekonomi nasional akan meningkat. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional, kebutuhan masyarakat akan terpenuhi, untuk mencapai kebahagiaan masyarakat.

5. Hukum Industri

Hukum industri adalah cabang dari Undang-Undang yang berhubungan dengan tiga set entitas berbeda namun saling berkaitan dengan aspek hukum. Antara lain; Industri, Tenaga Kerja, dan Badan Pemerintahan. Dengan kata lain, ketiga entitas industri tersebut seyogyanya dapat diatur melalui kententuan-ketentuan hukum. Perindustrian di Indonesia diatur dan dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984. Dalam Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri, sedangkan definisi industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Belum ada perubahan tentang Undang-Undang perindustrian ini. Selain Undang- Undang tentang perindustrian, di Indonesia juga memiliki Undang-Undang tentang ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan di Indonesia diatur dan dijelaskan oleh Undang-Undang nomor 13 tahun 2003. Dalam Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja, sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Dengan adanya keterkaitan yang erat antara tiga entitas industri dengan hukum yang mengaturnya, sangat jelas dipaparkan bahwa hukum industri memiliki beberapa manfaat utama. Manfaat tersebut antara lain:

A. Tersedianya kepastian hukum bagi dunia industri.

B. Tersedianya kepastian hukum bagi calon tenaga kerja, tenaga kerja, ataupun pensiunan tenaga kerja.

C. Keadilan antara ketiga entitas industri yakni industri, tenaga kerja, dan badan pemerintahan.

(14)

13 D. Menimbulkan atau mengembangkan geliat industri yang berdampak pada

pembangunan bangsa.

Di dalam dunia Industri, hukum industri memiliki peranan yang sangat signifikan dalam perjalanannya. Hal ini terjadi karena salah satu dari sifat hukum itu sendiri yakni bersifat memaksa. Dengan adanya hukum industri, maka para pelaku dunia industri maupun elemen-elemen pendukungnya harus pula taat akan hukum yang dibuat.

6. Pentingnya Persaingan Usaha Mendorong Inovasi Industri

Menurut artikel Kompas (2022) berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2008, pengertian Industri adalah usaha bisnis yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriterianya bisa dikelompokkan berdasarkan jumlah karyawan kurang dari 50, jumlah modal yang digunakan sebesar maksimal satu milyar, dan jumlah pendapatan tahunan maksimal dua milyar. Mengingat pentingnya peran Industri di Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang konsisten, maka perlu dijaga iklim persaingan usaha. pengertian dari persaingan usaha adalah kebebasan usaha dari semua individu dalam mengembangkan usahanya tanpa adanya suatu faktor penghambat untuk memasuki pasar.19

Menurut teori yang disampaikan Adam Smith bahwasanya efisiensi dapat tercapai bila tidak ada campur tangan pemerintah di dalam pasar. Pasar harus dibentuk dari inisiatif dan usaha mandiri para pelaku bisnis. Efisiensi dapat terwujud bila para pelaku dapat menciptakan kreatifitas dan inovasi produk yang benar-benar dibutuhkan konsumen.

Kualitas dan harga produk menjadi kunci keberhasilan para pelaku bisnis dalam bersaing secara sehat. Tentu saja pada akhirnya, konsumen akan dimanjakan dengan jenis ragam produk yang berbeda dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya efisiensi. Keunggulan kompetitif inilah yang diperlukan oleh sebuah negara dalam berkompetisi secara global di pasar internasional.

Intensitas persaingan dalam suatu Industri akan menentukan kemampuan Industri untuk tetap memperoleh tingkat kualitas barang diatas rata-rata. Persaingan dalam suatu Industri akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relaif sama bersaing dalam Industri tersebut. Disamping itu, persaingan juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan Industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari Industri tersebut.

19 Marbun, “Kamus Manajemen”. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), hlm 45

(15)

14 Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan membuat penawaran dipasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.20

Intensitas persaingan menuntut suatu Industri untuk merancang strategi bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan dasar suatu bisnis tidak lagi berupa laba, melainkan penciptaan dan penambahan nilai bagi pelanggan. Dengan strategi yang dilakukan dalam bisnis, maka Industri dapat bersaing secara lebih efektif untuk mengungguli cangkupan pasarnya.

Persaingan merupakan inti dari operasi Industri, dan mendorong inovasi, produktivitas dan pertumbuhan yang dapat menciptakan kesejahteraan. Persaingan hanya ada bila dua pelaku usaha atau lebih yang menawarkan produk dan jasa kepada para pelanggan dalam sebuah pasar. Untuk merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha menawarkan produk dan jasa yang menarik, baik segi harta, kualitas dan pelayanan.

Industri dapat bertumbuh bila ada aturan yang jelas dalam kegiatan bisnisnya.

Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting sebagai fasilitator dan legislator pembuat undang-undang. Menanggapi kebutuhan atas pertumbuhan Indistri tersebut, terbitlah undang-undang anti monopoli no 5 tahun 1999 mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Tujuan pembuatan undang-undang ini adalah untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, memberikan jaminan kepastian hukum bagi setiap pelaku usaha, memaksa pelaku usaha untuk mengelola usahanya dengan lebih efisien, dan mengikat pemerintah untuk tidak mengeluarkan peraturan yang cenderung memberikan fasilitas istimewa bagi pelaku bisnis tertentu.

20 Ibid, hlm 41

(16)

15 BAB III

KESIMPULAN

industri dapat didefinisikan sebagai sekelompok perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sama atau bersifat subtitusi. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Dengan tumbuhnya sektor baru yaitu di industri kecil merupakan suatu kegiatan yang baru dalam sektor perekonomian dalam masyarakat.Sektor kegiatan ekonomi yang berbasis usaha kecil, karena kegiatan ini tumbuh sebagai sub sistem ekonomi. Hal lain dapat juga dilihat peranannya, industri kecil di indonesia dicatat mampu menyumbang peningkatan pendapatan keluarga dan diukur dari kesempatan kerja mampu menyerap tenaga kerja.

Persaingan usaha mencakup pengertian sejumlah besar penjual dan pembeli yang bekerja tanpa bergantung satu sama lain dalam proses yang sama dan adanya kebebasan bagi penjual dan pembeli untuk memasuki atau meninggalkan pasar. Persaingan usaha memberikan motivasi kepada para pengusaha untuk menghasilkan barang dengan mutu yang sebaik mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin dengan tujuan agar perusahaan dapat laba dan tetap exist.

Hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur interaksi badan usaha atau entitas dagang di pasar, sedangkan perilaku badan usaha ketika berinteraksi didasarkan pada motif ekonomi. Definisi hukum persaingan komersial selalu dikaitkan dengan persaingan dalam ekonomi pasar, di mana para pelaku perdagangan, baik perusahaan maupun penjual, secara bebas berusaha membujuk konsumen untuk mencapai tujuan mereka dari perusahaan atau bisnis tertentu yang mereka ciptakan. Kebutuhan akan pentingnya hukum persaingan usaha di Indonesia merupakan salah satu prasyarat Untuk menjalankan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan Pancasila. Terbentuknya UU No. 5 Tahun 1999 tidak lepas dari pertimbangan harapan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Hukum industri adalah cabang dari Undang-Undang yang berhubungan dengan tiga set entitas berbeda namun saling berkaitan dengan aspek hukum. Antara lain; Industri, Tenaga Kerja, dan Badan Pemerintahan. Dengan kata lain, ketiga entitas industri tersebut seyogyanya dapat diatur melalui kententuan-ketentuan hukum. Perindustrian di Indonesia diatur dan dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984. Dalam Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri, sedangkan definisi industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi

(17)

16 menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Intensitas persaingan dalam suatu Industri akan menentukan kemampuan Industri untuk tetap memperoleh tingkat kualitas barang diatas rata-rata. Persaingan dalam suatu Industri akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relaif sama bersaing dalam Industri tersebut. Disamping itu, persaingan juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan Industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari Industri tersebut.

Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan membuat penawaran dipasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.

(18)

17 DAFTAR PUSTAKA

Usman, Rachmadi (2013), “Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, Jakarta: Sinar Gafika Sirait, Ningrum Natasya, “Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha”, Jakarta, PT Gramedia S Pakhpahan, Normin, (1995) “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Hukum Persaingan Usaha,

Proyek Pengembangan Hukum Ekonomi dan Penyempurnaan Sistem Pengadaan, Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan”,

Siswanto, Arie, (2002) “Hukum Persaingan Usaha”, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Assauri, Sofjan, (2013) Manajemen Pemasaran. Jakarta, Rajawali Pers.

Hasibuan, N, (1993) “Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi”, Jakarta, LP3ES.

Kuncoro, Mudrajad, (2007) “Ekonomika Industri”. Indonesia. Yogyakarta, CV. Andi Offset.

Dumairy, (1996), “Perekonomian Indonesia”. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama

Siswanto, Arie, (2002) “Hukum Persaingan Usaha”, Cetakan Pertama, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Ayudha D, Prayoga, (2000) “Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia”, Jakarta, Proyek ELIPS.

Kagramanto, L. Budi, (2007) Buku II, “Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif. Hukum Persaingan Usaha)”, Jakarta, Srikandi.

Marbun, (2003) “Kamus Manajemen”, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Referensi

Dokumen terkait

Belajar Algoritma Pemograaman di Universitas Muhammadiyah