MAKALAH
“DASAR-DASAR PROSES PEMBUKUAN”
MATA KULIAH AKUNTANSI AGRIBISNIS
DOSEN PENGAMPU:
BAGIO DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
LAUDYNA SALSABILLA (2405901010004) MAULIDA (2405901010005)
PROGRAMSTUDI AGRIBINSIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2025
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulisan laporan ini dapat rampung walaupun teknik penyajiannya masih jauh dari kesempurnaan sebagai suatu laporan yang bersifat membangun.
Namun demikian sebagai manusia biasa, menyadari sedalam-dalamnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis maupun kritikan-kritikan yang positif dari berbagai pihak yang harus kami terima dengan tangan terbuka demi sempurnanya laporan ini. Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu baik moril maupun materi sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Meulaboh,14 Februai 2025
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi...iii
BAB IPENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan Makalah...2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Untuk mengetahui konsep-konsep dan prinsip-prinsip akutansi...3
B. Untuk mengetahui proses akutansi ...6
C. Untuk mengetahui jenis daftar hitung (perkiraan) dn bentuk-bentuknya...16
D. Untuk mengetahui persamaan akutansi...18
E. Untuk mengetahui double enrty book keeping...26
F. Untuk mengetahui aturan debit kredit dan saldo normal...28
BAB III PENUTUP... 30
A. Kesimpulan... 30
B. Saran...30
Daftar Pustaka...31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembukuan merupakan salah satu aspek fundamental dalam manajemen keuangan suatu entitas, baik itu bisnis, organisasi nirlaba, maupun instansi pemerintahan. Proses pencatatan yang sistematis dan terstruktur dalam pembukuan berperan penting dalam menyediakan informasi keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya pembukuan yang baik, entitas dapat mengetahui kondisi keuangan secara real-time, melakukan analisis terhadap arus kas, serta menghindari kesalahan dalam perhitungan keuangan yang dapat berdampak pada pengambilan keputusan strategis (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2019).
Dalam dunia bisnis, pencatatan transaksi keuangan yang tepat dan akurat sangat diperlukan guna memastikan kelangsungan usaha dalam jangka panjang. Pembukuan yang sistematis memungkinkan pemilik bisnis untuk memahami profitabilitas, menilai efektivitas strategi bisnis, serta memenuhi kewajiban perpajakan dengan tepat waktu dan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Horngren, Harrison, & Oliver, 2018). Tanpa pembukuan yang memadai, perusahaan dapat mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan, yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan risiko kebangkrutan.
Pembukuan juga memiliki peranan penting dalam aspek perpajakan. Pemerintah mewajibkan setiap entitas bisnis untuk melaporkan pendapatan dan pengeluarannya guna memastikan kepatuhan terhadap regulasi pajak yang berlaku. Menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia, setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan keuangan yang benar. Kegagalan dalam menjalankan pembukuan dapat berakibat pada sanksi administrasi maupun pidana bagi perusahaan (Kementerian Keuangan RI, 2020).
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi telah memberikan kemudahan dalam penerapan pembukuan melalui penggunaan perangkat lunak akuntansi.
Berbagai software akuntansi, seperti Accurate, MYOB, dan QuickBooks, membantu dalam mempermudah proses pencatatan, mengurangi risiko human error, serta
meningkatkan efisiensi dalam pelaporan keuangan (Romney & Steinbart, 2021).
Digitalisasi pembukuan juga memungkinkan akses yang lebih cepat terhadap data keuangan, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan berbasis data dengan lebih akurat dan responsif terhadap perubahan pasar.
Meski demikian, masih banyak pelaku usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang belum menerapkan pembukuan secara optimal. Studi menunjukkan bahwa keterbatasan pemahaman mengenai pentingnya pembukuan, kurangnya akses terhadap teknologi, serta anggapan bahwa pembukuan merupakan hal yang kompleks menjadi faktor utama rendahnya penerapan pembukuan di kalangan UMKM (Sari, 2020). Oleh karena itu, edukasi mengenai dasar-dasar prosedur pembukuan menjadi sangat penting untuk meningkatkan literasi keuangan bagi pelaku usaha.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip akutansi ? 2. Bagaimana yang dimaksud dengan proses akutansi ?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan jenis daftar hitung (perkiraan) dan bentuk- bentuknya ?
4. Bagamana yang dimasud dengan persamaan akutansi ? 5. Bagaimana yang dimasud dengan double entry book keeping ?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan aturan debit kredit dan saldo normal ? C. Tujuan Makalah
G. Untuk mengetahui konsep-konsep dan prinsip-prinsip akutansi H. Untuk mengetahui proses akutansi
I. Untuk mengetahui jenis daftar hitung (perkiraan) dn bentuk-bentuknya J. Untuk mengetahui persamaan akutansi
K. Untuk mengetahui double enrty book keeping
L. Untuk mengetahui aturan debit kredit dan saldo normal
BAB II PEMBAHASAN A. Defenisis Biaya Overhead Pabrik
1. Pengertian Konsep dan Prinsip Akuntansi
Konsep dan prinsip akuntansi merupakan pedoman utama dalam praktik pencatatan dan pelaporan keuangan yang bertujuan untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya, relevan, dan konsisten. Prinsip- prinsip ini digunakan secara global sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh lembaga-lembaga akuntansi dunia seperti International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2019).
Akuntansi sebagai sistem informasi memiliki peran krusial dalam dunia bisnis dan ekonomi. Tanpa penerapan konsep dan prinsip yang baik, informasi keuangan yang dihasilkan dapat menyesatkan dan berujung pada kesalahan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep dan prinsip akuntansi menjadi dasar yang kuat dalam menyusun laporan keuangan yang akurat dan transparan.
2. Konsep-Konsep Akuntansi
Konsep akuntansi mencerminkan asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan agar dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan. Beberapa konsep utama dalam akuntansi adalah:
a. Konsep Kesinambungan Usaha (Going Concern)
Konsep ini menyatakan bahwa sebuah entitas usaha diasumsikan akan terus beroperasi dalam waktu yang tidak terbatas, kecuali terdapat bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan akan segera berhenti beroperasi.
Berdasarkan konsep ini, aset dicatat berdasarkan nilai perolehannya dan tidak segera dijual dengan harga pasar (Horngren, Harrison, & Oliver, 2018).
Jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang signifikan, auditor akan mengevaluasi apakah prinsip going concern masih dapat diterapkan atau perusahaan memerlukan pengungkapan tambahan terkait ketidakpastian tersebut. Jika terdapat kemungkinan bahwa perusahaan akan dilikuidasi dalam waktu dekat, maka laporan keuangan harus disesuaikan dengan mencerminkan kondisi tersebut.
b. Konsep Periode Akuntansi (Accounting Period Concept)
Konsep ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus disusun dalam periode waktu tertentu, seperti bulanan, triwulanan, atau tahunan. Hal ini memungkinkan pemilik usaha dan pemangku kepentingan lainnya untuk melakukan evaluasi kinerja keuangan dalam jangka waktu tertentu (Romney &
Steinbart, 2021).
Dalam praktiknya, periode akuntansi biasanya mengikuti tahun fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah atau kebijakan perusahaan. Hal ini membantu dalam perbandingan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun serta memudahkan analisis tren keuangan.
c. Konsep Konsistensi (Consistency Concept)
Konsep ini menekankan bahwa metode akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten dari periode ke periode. Jika terjadi perubahan metode akuntansi, perusahaan harus memberikan penjelasan yang memadai dan dampaknya terhadap laporan keuangan (Weygandt et al., 2019).
Konsistensi dalam akuntansi memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk membandingkan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Jika perusahaan sering mengubah metode pencatatan, analisis kinerja keuangan dapat menjadi sulit dan membingungkan.
d. Konsep Entitas Ekonomi (Economic Entity Concept)
Menurut konsep ini, transaksi yang dilakukan oleh perusahaan harus dipisahkan dari transaksi pemilik atau entitas lainnya. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan hanya mencerminkan kondisi keuangan perusahaan, bukan individu atau pihak lain (Sari, 2020).
Konsep ini sangat penting bagi perusahaan dengan struktur kepemilikan yang kompleks, seperti perusahaan yang terdiri dari beberapa anak perusahaan. Dengan menerapkan konsep entitas ekonomi, laporan keuangan dapat mencerminkan posisi keuangan perusahaan secara lebih akurat.
e. Konsep Pengukuran Uang (Monetary Unit Concept)
Konsep ini menyatakan bahwa hanya transaksi yang dapat diukur dalam bentuk mata uang yang dicatat dalam laporan keuangan. Faktor-faktor non- keuangan seperti kepuasan pelanggan atau reputasi perusahaan tidak dimasukkan dalam laporan keuangan (Kementerian Keuangan RI, 2020).
Dengan adanya konsep ini, informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan secara objektif. Namun, konsep ini memiliki keterbatasan karena tidak dapat mencerminkan nilai non-keuangan yang mungkin berdampak besar pada keberlanjutan perusahaan.
3. Implementasi Konsep dan Prinsip Akuntansi dalam Bisnis
Implementasi konsep dan prinsip akuntansi dalam bisnis sangat penting untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas keuangan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam implementasi ini meliputi:
Penerapan Standar Akuntansi yang Berlaku: Perusahaan harus mengikuti standar akuntansi yang berlaku di negaranya, seperti PSAK di Indonesia atau IFRS secara global.
Penggunaan Teknologi dalam Akuntansi: Software akuntansi modern seperti SAP, QuickBooks, dan Xero membantu dalam penerapan prinsip akuntansi secara otomatis.
Pelatihan dan Pengembangan SDM: Akuntan dan tim keuangan perlu mendapatkan pelatihan rutin agar tetap memahami perkembangan terbaru dalam standar akuntansi.
4. Tantangan dalam Penerapan Prinsip Akuntansi
Meskipun prinsip akuntansi telah ditetapkan, masih terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya, antara lain:
Kompleksitas Peraturan: Perubahan peraturan akuntansi yang cepat dapat membuat perusahaan kesulitan dalam menyesuaikan pelaporan keuangannya.
Manipulasi Laporan Keuangan: Beberapa perusahaan mungkin tergoda untuk memanipulasi laporan keuangan guna menarik investor atau menghindari pajak.
Kurangnya Kesadaran di UMKM: Banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang belum menerapkan prinsip akuntansi dengan baik karena kurangnya pemahaman dan sumber daya.
5. Perkembangan Terbaru dalam Akuntansi
Seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, akuntansi juga mengalami perubahan signifikan. Beberapa perkembangan terbaru meliputi:
Penerapan Akuntansi Berbasis AI: Kecerdasan buatan digunakan untuk mengotomatisasi pencatatan transaksi dan mendeteksi anomali dalam laporan keuangan.
Sustainability Accounting: Munculnya akuntansi berbasis keberlanjutan untuk mengukur dampak lingkungan dan sosial dari aktivitas bisnis.
Blockchain dalam Akuntansi: Teknologi blockchain mulai diterapkan untuk meningkatkan transparansi dan keamanan data akuntansi.
B. Proses Akutansi
Sebagaimana sebuah metode, akuntansi mempunyai tahapan-tahapan yang harus dijalani untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Tahapan yang satu terkait dengan tahapan yang lain. Secara umum laporan yang akan didapatkan diakhir proses akuntansi adalah hasil dari semua proses pencatatan yang dilakukan sebelumnya.
Proses inilah yang disebut dengan siklus akuntansi. Pengertian siklus akuntansi menurut Niswonger dkk adalah proses utama prinsip akuntansi yang digunakan untuk proses transaksi suatu periode.
Herry (2012) menjelaskan pengertian siklus akuntansi adalah sebagai berikut:
Proses akuntansi yang diawali dengan menganalisis dan menjurnal transaksi serta yang diakhiri dengan membuat laporan.
Rudianto (2012) menyatakan bahwa pengertian siklus akuntansi merupakan:
Urutan kerja yang harus dilakukan oleh akuntan sejak awal hingga menghasilkan laporan keuangan perusahaan.
Carls S. Warren, dkk (2014) yang disebut dengan siklus akuntansi adalah proses akuntansi yang dimulai dengan menganalisis dan membuat jurnal untuk transaksi-transaksi dan diakhiri dengan posting ayat jurnal penutup. Berikut adalah siklus akuntansi:
1. Menganalisis dan mencatat transaksi-transaksi ke dalam jurnal
2. Posting transaksi tersebut ke buku besar
3. Menyiapkan daftar saldo yang belum disesuaikan
4. Menyipakan dan menganalisis data penyesuaian
5. Menyiapkan kertas akhir periode (opsional)
6. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan posting ke buku besar
7. Menyiapkan daftar saldo yang disesuaikan
8. Menyiapkan laporan keuangan
9. Membuat ayat jurnal penutup dan posting ke buku besar 10. Menyiapkan daftar saldo setelah penutupan.
Sofyan Syafri Harahap (2011) menyatakan bahwa siklus akuntansi meliputi:
a) Identifikasi transaksi b) Analisis transaksi
c) Pencatatan transaksi kedalam jurnal d) Posting transaksi
e) Penyusunan neraca saldo
f) Penyusunan jurnal penyesuaian g) Neraca saldo setelah penyesuaian h) Penyusunan laporan keuangan i) Jurnal penutup
j)Neraca saldo setelah penutupan k) Jurnal pembalik
a. Transaksi
Donald E. Kiseso dan Jerry. Weygandt (2010) dalam judul bukunya
Intermediate Accounting menjelaskan pengertian transaksi adalah:
Suatu kejadian eksternal yang melibatkan transfer atau pertukaran diantara kesatuan atau lebih.
Carls S. Warren, dkk (2014) menjelaskan pengertian transaksi adalah sebagai berikut:
Kejadian atau kondisi ekonomi yang secara langsung mempengaruhi kondisi keuangan atau hasil operasi suatu entitas.
Dari pengertian transaksi tersebut dapat diketahui transaksi merupakan penyebab awalnya adanya pencatatan karena yang dilakukan dalam akuntansi merupakan pencatatan yang didasarkan pada bukti transaksi.
b. Bukti/Dokumen
Sebagaimana disebutkan di atas transaksi yang terjadi biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen. Suatu transaksi baru dikatakan sah atau benar bila didukung oleh bukti-bukti yang sah. Bukti transaksi dapat berupa dokumen intern yang dibuat sendiri oleh perusahaan atau bias pula berupa dokumen eksteren yang dibuat oleh pihak luas perusarahaan. Carls S. Warren, dkk (2014) menjelaskan bahwa pengertian bukti merupakan:
Surat tanda yang dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan laporan keuangan dan juga dipergunakan sebagai pelengkap untuk
mempertanggungjawabkan laporan tersebut.
c. Mencatat Transaksi Kedalam Jurnal
Setelah adanya bukti-bukti dalam stransaksi tersebut, langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah membuat jurnal.
Al Haryono Jusup (2012) dalam bukunya dasar-dasar akuntansi menjelaskan pengertian jurnal adalah:
Alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis (berdasarkan urut waktu terjadi) dengan menunjukkan rekening yang harus di debet dan di kredit beserta rupiahnya masing-masing.
Mulyadi (2011) dalam bukunya Sistem Akuntansi menjelaskan pengertian jurnal adalah sebagai berikut:
Catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasi dan meringkas data keuangan dan data lainnya.
Berdasarkan pengertian jurnal di atas dapat dilihat bahwa jurnal merupakan tempat mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan secara teratur sesuai dengan urutan kejadian.
Adapun bentuk-bentuk jurnal dalam pencatatan transaksi menurut Al Haryono Jusup (2012) sebagai berikut :
1. Jurnal umum
Pencatatan kedalam jurnal umum meliputi tanggal transaksi, nama-nama rekening dan jumlah yang didebit, nama-nama rekening yang dikredit, dan penjelasan singkat menyangkut transaksi yang terkait.
Kolom-kolom dalam jurnal umum dapat diisi data sebagai berikut : a) Kolom tanggal
Kolom ini diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang diisi secara berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya transaksi.
b) Kolom keterangan
Kolom ini diisi dengan keterangan lengkap mengenai transaksi yang terjadi seperti nama rekening yang didebit dan dikredit, serta penjelasan ringkas tentang transaksi yang bersangkutan.
c) Kolom nomor bukti
Kolom ini digunakan untuk mencatat nomor formulir yang dapat dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal.
d) Kolom nomor rekening
Kolom ini diisi dengan nomor rekening yang didebit dan kolom rekening yang dikredit dengan adanya transaksi.
e) Kolom debit dan kredit
Kolom yang diisi dengan jumlah rupiah dalam transaksi.
Agar mudah mengetahui bahwa posting telah dilakukan maka sebaiknyaditandai dengan telah dilakukan posting, baik posting kebuku tambahan/pembantu maupun ke perakiraan-perkiraan buku besar.Jenis jurnal yang sering digunakan pada perusahaan berskala besar adalah jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum.
2. Jurnal khusus
Jurnal khusus digunakan untuk mencatat transaksi yang sejenis dan sering terjadi.Jurnal-jurnal khusus yang biasanya diselenggarakan dan
sifat serta tipe-tipe transaksi-transaksi yang dicatat pada masing-masing jurnal.
Jika usaha perusahaan bertambah besar dan jenis transaksi menjadi lebih banyak, maka jurnal umum tidak mampu lagi menampung berbagai transaksi yang tinggi yang frekuensi terjadinya semakin tinggi.Dengan demikian jurnal khusus diperlukan selain dari jurnal umum tersebut.
d. Buku Besar
Setelah jurnal-jurnal dibuat, maka jurnal tersebut dibuat kedalam buku besar.
Rudianto (2012) menjelaskan yang dimaksud dengan buku besar adalah:
Kumpulan dari semua akun pemikiran dimiliki suatu perusahaan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan merupakan suatu kesalahan.
Donald E. Kiseso dan Jerry. Weygandt (2010) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan buku besar adalah:
Seluruh kelompok akun yang dimiliki suatu perusahaan
Menurut Rudianto (2012) buku besar pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk, antara lain:
1) Bentuk skontro, biasa disebut dengan bentuk dua kolom atau bentuk “T” yang mempunyai arti sebelah menyebelah, sisi kiri disebut debet dan sisi kanan disebut
kredit.
2) Bentuk bersaldo disebut juga dengan bentuk empat kolom.
Fungsi dari buku besar yaitu:
1) Mencatat secara terperinci setiap jenis harta, hutang dan modal beserta perubahannya (transaksi/kejadian).
2) Menggolongkan aspek transaksi atau kejadian sesuai dengan jenis akun masing-masing.
3) Menghitung jumlah atau nilai dari tiap-tiap jenis akun.
4) Mengikhtisarkan transaksi kedalam akun yang terkait, sehingga dapat menyusun laporan keuangan
e. Menyusun Neraca Saldo
Berdasarkan siklus akuntansi, setelah posting terhadap buku besar langkah selanjutnya adalah pengikhtisaran transaksi ke dalam neraca saldo.
Fungsi neraca saldo, (Rudianto, 2012) adalah :
1) Neraca saldo berfungsi memeriksa keseimbangan antara jumlah saldo debet dan saldo kredit akun buku besar. Neraca saldo bukan untuk memeriksa kebenaran proses pencatatan. Jadi keseimbangan jumlah neraca saldo belum menjamin kebenaran pencatatan akuntansi.
2) Neraca saldo sebagai langkah awal penyusunan kertas kerja (worksheet).
f. Jurnal Penyesuaian
Penyesuaian berarti pencatatan atau pengakuan (jurnal dan posting) data- data transaksi tertentu pada akhir periode sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap rekening menjadi sesuai dengan kenyataan pada akhir periode tersebut dan laporan keuangan yang dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada tanggal laporan neraca. Rudianto (2012) menjelaskan pengertian ayat jurnal penyesuaian adalah:
Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip pengakuan pendapatan pada akuntansi tidak dilanggar.
Amin Wijaya Tunggal (2010) menjelaskan yang dimaksud dengan jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat kejadian yang tidak mempunyai dokumen khusus seperti tanda terima, bukti pengeluaran kas atau faktur penjualan. Hal seperti ini, dicatat pada akhir periode akuntansi dengan jurnal penyesuaian. Maksud dan tujuan jurnal penyesuaian adalah untuk mengubah sisa perkiraan sehingga menggambarkan secara wajar situasi pada akhir periode.
g. Laporan Keuangan
Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai yang didalam laporan tersebut berisikan informasi akuntansi yang dinamakan laporan keuangan.
Budi Raharjo (2009) mendefinisikan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Laporan pertanggung jawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditur (bank atau lembaga keuangan) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Laporan keuangan ini biasanya dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak eksteren lainnya.
James M. Reeve, dkk (2009) menjelaskan bahwa urutan laporan yang biasanya disiapkan dan karakteristik data yang disajikan dalam setiap laporan adalah laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik dan catatan atas laporan keuangan.
1) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan keberhasilan maupun kegagalan dalam operasi atau efektivitas perusahaan dalam satu periode.
Charles T. Hongren dan Walter T Harrison (2013) mendefinisikan laporan laba rugi adalah:
Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan atau beban dari suatu entitas
pada suatu jangka waktu tertentu.
Zaki Baridwan (2008) juga memberikan pengertian laba rugi adalah sebagai berikut:
Suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui laba atau rugi suatu hasil akhir dari aktivitas perusahaan maka dapat dilihat dengan cara membandingkan antara pendapatan dengan biaya yang telah dikorbankan. Apabila pendapatan melebihi biaya yang telah dikeluarkan maka perusahaan tersebut dapat dikatakan sedang memperoleh laba. Tetapi sebaliknya apabila biaya yang dikorbankan lebih besar dari pendapatan maka perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan rugi.
Unsur-unsur laporan laba rugi meliputi:
a) Pendapatan, yaitu arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya selama satu periode, yang ditimbulkan oleh penyediaan jasa atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan.\
b) Beban, yaitu arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penamabahn kewajiban selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang.
Menurut Lili M. Sadeli (2011) kegunaan laporan laba rugi adalah sebagai berikut : a) Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan
b) Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan
c) Membantu menilai resiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan
d) Menetapkan besarnya pajak penghasilan
e) Menilaikeberhasilan perusahaan dengan mempertimbangkan tingkat profitabilitas
f) Menilai laba perusahaan dengan membandingkan dengan laba laporan tahun yang lalu
g) Menilai efisiensi perusahaan dengan melihat besarnya biaya atau beban dan jenis komposisinya.
2) Neraca
Charles T. Hongren dan Walter T Harrison (2013) mendefinisikan neraca merupakan:
Suatu daftar aktiva, kewajiban ekuitas pemilik pada tanggal tertentu yang biasanya pada akhir bulan atau pada akhir tahun.
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau pada akhir tahun. Unsur-unsur neraca meliputi:
a) Aktiva, yaitu manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh dimasa depan atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
b) Hutang/Kewajiban, yaitu pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
c) Ekuitas, kepentingan residu oleh aktiva sebuah entitas setelah dikurangi dengan kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas inilah yang merupakan kepentingan kepemilikannya.
3) Laporan Arus Kas
Charles T. Hongren dan Walter T Harrison (2013) menjelaskan pengertian laporan arus kas adalah:
Suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama satu periode waktu tertentu.
Charles T. Hongren dan Walter T Harrison (2013) menjelaskan tujuan laporan arus kas adalah:
Untuk memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran arus kas atau setara dengan kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
4) Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik merupakan suatu ikhtisar perusahaan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu. James M. Reeve, dkk (2009) menjelaskan
bahwa:
Laporan ekuitas pemilik menyajikan perubahan dalam ekuitas pemilik untuk suatu waktu tertentu.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan sesuai dengan penjelasan (SAK ETAP).
Catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan, mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan, dan memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut (SAK ETAP):
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK ETAP.
b) Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan.
c) Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan yang sesuai dengan urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan penyajian pos- pos tersebut.
d) Pengungkapan lain.
h. Jurnal Penutup
Selain jurnal penyesuaian, akuntansi mengenal juga jurnal penutup. Charles
T. Hongren dan Walter T Harrison (2013) menjelaskan bahwa ada empat tahapan dalam menerapkan jurnal penutup antara lain:
1) Tahap Mendebit Pendapatan
Tahap ini usaha kecil perlu membuat jurnal untuk mendebit perkiraan pendapatan
sebesar masing-masing saldo akhir dan mengkredit perkiraan laba-rugi sebesar jumlah saldo akhir perkiraan-perkiraan tersebut.
2) Tahap Mengkredit Biaya
Tahapan ini berguna untuk mengkredit perkiraan biaya sebesar masing- masing saldo akhir dan mengkredit laba-rugi sebesar saldo akhir perkiraan- perkiraan tersebut.
3) Tahap Memindahkan Perkiraan Laba-Rugi
Dari tahapan sebelumnya perusahaan kecil biasanya menutup dalam tahapan ketiga ini dengan cara memindahkan selisih jumlah debit dan jumlah kredit perkiraan laba-rugi keperkiraan modal.
4) Tahapan Mengkredit konsep-konsep dasar dalam penerapan akuntansi adalah sebagai berikut Prive
Yang dimaksud dengan prive adalah pengambilan uang untuk keperluan pribadi.
Dalam perusahaan kecil hal ini akan sering terjadi dikarenakan perusahaan kecil selalu mengambil kas untuk keperluan pribadi.
C. Jenis Daftar Hitung (Perkiraan) Dan Bentuk-Bentuknya
Daftar hitung atau perkiraan (chart of accounts) adalah sistem pengkodean dan pengelompokan akun-akun dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan secara sistematis. Daftar ini menjadi dasar dalam proses akuntansi untuk memastikan bahwa setiap transaksi dicatat dalam akun yang sesuai (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2019).
Perkiraan Aset dan Penjelasannya
Aset merupakan salah satu komponen utama dalam laporan keuangan yang mencerminkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dan memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Aset dapat berupa uang tunai, piutang, persediaan, investasi, atau aset tetap yang digunakan dalam operasional bisnis. Berikut adalah beberapa jenis perkiraan aset yang umum ditemukan dalam laporan keuangan:
1. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas mencakup uang tunai, saldo rekening bank, dan aset likuid lainnya yang dapat segera digunakan tanpa kehilangan nilai. Kas merupakan aset paling likuid dan sering digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek serta operasional bisnis sehari-hari (Horngren, Harrison, & Oliver, 2018). Pengelolaan kas yang baik sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas keuangan, menghindari kekurangan dana, serta memastikan ketersediaan dana untuk kebutuhan mendesak.
2. Piutang Usaha
Piutang usaha adalah jumlah uang yang masih harus diterima oleh perusahaan dari pelanggan sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha harus dikelola dengan baik untuk menghindari risiko kredit macet dan memastikan arus kas tetap stabil (Romney & Steinbart, 2021). Pengelolaan piutang mencakup penetapan kebijakan kredit, pemantauan pembayaran pelanggan, serta penyisihan piutang tak tertagih guna mengurangi potensi kerugian.
3. Persediaan
Persediaan adalah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual atau digunakan dalam produksi. Persediaan dapat berupa bahan baku, barang dalam proses, atau barang jadi. Penilaian persediaan biasanya menggunakan metode FIFO (First-In, First-Out) atau LIFO (Last-In, First-Out) sesuai dengan standar akuntansi (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2019). Manajemen persediaan yang efektif membantu perusahaan dalam mengoptimalkan tingkat persediaan, mengurangi biaya penyimpanan, serta memastikan ketersediaan produk sesuai permintaan pasar.
4. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang mencakup aset yang diperoleh untuk tujuan investasi, seperti saham, obligasi, atau properti, yang akan dimiliki lebih dari satu tahun. Investasi ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang dan bukan untuk digunakan dalam operasional sehari-hari (Horngren, Harrison, & Oliver, 2018).
Keputusan investasi harus didasarkan pada analisis risiko, tingkat pengembalian, serta tujuan strategis perusahaan.
5. Aset Tetap (Tanah, Bangunan, Mesin, Kendaraan)
Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi bisnis dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Contohnya termasuk tanah, bangunan, mesin, dan kendaraan. Aset tetap biasanya mengalami penyusutan (kecuali tanah) yang dicatat dalam laporan keuangan sebagai beban penyusutan setiap periode akuntansi (Romney
& Steinbart, 2021). Manajemen aset tetap meliputi perawatan, penggantian, serta pencatatan akuntansi yang tepat agar nilai aset tetap mencerminkan kondisi aktualnya.
Bentuk-Bentuk Daftar Hitung (Perkiraan) 1. Skema Perkiraan (Chart of Accounts)
Skema ini mencantumkan semua akun yang digunakan dalam pencatatan keuangan suatu perusahaan dengan kode unik untuk setiap akun.
2. Perkiraan dalam Buku Besar
Setiap akun dalam daftar hitung dicatat dalam buku besar dengan mencantumkan saldo awal, transaksi, dan saldo akhir.
3. Perkiraan dalam Laporan Keuangan
Akun-akun dalam daftar hitung digunakan untuk menyusun laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba rugi.
D. Persamaan Akutansi
Persamaan dasar akuntansi adalah sebuah perhitungan yang bertujuan untuk memproyeksikan hubungan antara hutang, harta, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan.
Adapun prinsip yang selalu dipegang dalam akuntansi adalah adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Kemudian, kedua hal tersebut perlu dianalisis lebih mendetail dengan persamaan dasar akuntansi di mana digunakan juga untuk menilai keampuan perusahaan dalam mengelola keuangan .Oleh karena itu, harta atau aset yang dimiliki oleh perusahaan harus seimbang dengan liabilitas atau kewajiban.
Ini menunjukkan semua aset perusahaan diperoleh baik pendanaan dari utang atau ekuitas. Misalnya ketika sebuah perusahaan baru dibangun, aset pertama yang dibeli berasal dari dana yang diterima dari investor atau dari pinjaman (utang). Dengan demikian semua aset perusahaan yang berasal dari kreditor atau investor disebut kewajiban dan ekuitas .
Rumus Persamaan Dasar Akuntansi
Berikut adalah rumus sederhana untuk menghitung persamaan dasar akuntansi yang paling sering digunakan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas
atau bisa juga berupa:
Harta (Aktiva) = Hutang + Modal (Pasiva)
Seperti yang Anda lihat, sisi aset setara dengan jumlah kewajiban dan ekuitas pemilik. Ini masuk akal jika kerangka berpikirnya adalah kewajiban dan ekuitas pada dasarnya hanya sumber pendanaan bagi perusahaan untuk membeli aset. Persamaan ini umumnya ditulis dengan posisi kewajiban yang ditempatkan lebih dahulu sebelum ekuitas pemilik. Karena utang terhadap kreditur harus dilunasi terlebih dahulu sebelum investor ketika perusahaan mengalami kebangkrutan. Dengan kata lain, kewajiban dianggap lebih lancar atau likuid daripada ekuitas. Hal ini terbukti konsisten dengan contoh pelaporan keuangan di mana aset lancar (Current Assets) dan kewajiban lancar (Current Liabilities) selalu dilaporkan sebelum aset tetap (Fixed Assets/PPE) dan liabilitas jangka panjang (Long-Term Debt). Contoh persamaan dasar akuntansi ini berlaku untuk semua aktivitas dan transaksi bisnis. Aset akan selalu setara dengan kewajiban dan ekuitas pemilik. Jika aset meningkat, baik kewajiban atau ekuitas pemilik harus meningkat untuk menyeimbangkan persamaan.
Begitu pula sebaliknya, jika aset menurun maka kewajiban dan ekuitas pemilik juga ikut menurun.
Komponen-Komponen Persamaan Dasar Akuntansi
Untuk memahaminya lebih lanjut, mari kita lihat setiap komponen contoh persamaan dasar dasar akuntansi yaitu terbagi atas:
1. Aset
Aset adalah sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan untuk digunakan manfaatnya di masa depan.
Aset atau aktiva adalah hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi perusahaan.
contohnya seperti bangunan gedung, kendaraan, tanah, uang kas yang tunai maupun cek kontan
Bagian aktiva nantinya akan bertambah jika aset perusahaan bertambah, dan berkurang jika sebaliknya. Ada nilai penyusutan pada aset yang berupa barang, contohnya peralatan mesin yang pasti akan mengalami kerusakan pada suatu waktu.
Selain itu mesin tersebut juga akan mengalami penurunan nilai atau dikenal dengan istilah depresiasi.
Beberapa aset bersifat tangible seperti kas dan ada juga yang bersifat intangible bersifat atau tidak berwujud seperti goodwill atau hak cipta.
Berikut beberapa contoh akun aset:
Aset Lancar
Disebut aset atau aktiva lancar, sebab kekayaan yang termasuk harta lancar memiliki likuiditas tinggi atau gampangnya ‘mudah dicairkan’.
Maksudnya, harta lancar dapat dengan cepat dikonversikan ke dalam mata uang (dicairkan) dalam waktu kurang dari setahun.
Jenis transaksi yang termasuk ke dalam harta lancar adalah kekayaan yang berupa kas, piutang, wesel, perlengkapan, surat berharga, serta transaksi yang telah dibayar di muka (paid in advance).
Aset Tetap
Berkebalikan dengan aktiva lancar yang dapat dicairkan dalam waktu kurang dari setahun, aktiva tetap justru merujuk pada kekayaan yang digunakan dalam waktu lebih dari setahun.
Biasanya berupa segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan seperti mesin produksi, kendaraan operasional, maupun tanah atau bangunan.
Karena berupa aset yang dapat dipakai lebih dari setahun, aset-aset ini (kecuali tanah) mempunyai ‘umur’. ‘Umur’ aset dapat mengalami penurunan (depresiasi ).
Misalnya, mobil dinas atau alat produksi yang dimiliki perusahaan akan menjadi rusak atau usang setelah digunakan selama beberapa tahun sehingga aset berupa mobil ini sudah tidak dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomis lagi untuk perusahaan.
Aset Tidak Berwujud
Contonya adalah Goodwill, Hak Cipta, Paten.
2. Kewajiban atau Liabilitas
Komponen persamaan dasar akuntansi kedua adalah kewajiban atau biasa disebut dengan istilah liabilitas, yaitu sejumlah dana yang perusahaan pinjam dari pihak lain (kreditur) dan harus dilunasi sesuai waktu yang sudah disepakati.
Bentuk kewajiban yang umum adalah utang.
Hutang merupakan kebalikan dari piutang , dan ini harus dicatat pada laporan keuangan. Ketika sebuah perusahaan membeli barang atau jasa dari perusahaan lain
secara kredit, utang dicatat untuk menunjukkan bahwa perusahaan berjanji untuk membayar di kemudian hari.
Berikut beberapa contoh dari akun kewajiban yang paling umum.
1. Utang Jangka Pendek: Utang Dagang, Utang Bank, Utang Gaji, Utang Pajak.
2.Utang Jangka Panjang: Utang Obligasi
3. Ekuitas
Ekuitas adalah bagian dari aset perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau pihak ketiga, dan masuk ke dalam rumus persamaan dasar akuntansi.
Pemilik dapat meningkatkan bagian kepemilikan mereka dengan menginvestasikan dana kepada perusahaan atau mengurangi ekuitas dengan menarik dana perusahaan (prive).
Demikian pula, pendapatan meningkatkan sisi ekuitas sementara biaya- biaya menurunkan ekuitas. Beberapa akun ekuitas umum seperti:
Modal Pemilik
Penarikan Pemilik (prive)
Laba Ditahan
Saham Biasa
Modal Disetor
Biasanya akun ekuitas merupakan bagian dari aset yang dipegang oleh third party (pihak ketiga), seperti pemilik saham atau stakeholders dimana kepemilikan tersebut bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan kondisi real-nya.
Contoh Soal Persamaan Dasar Akuntansi
Gus adalah seorang pengusaha yang ingin memulai sebuah perusahaan yang menjual alat-alat musik.
Setelah menabung uang selama setahun, Gus memutuskan untuk secara resmi memulai bisnisnya.
Dia membentuk Guitars, Inc. dan meginvestasikan dana sebesar Rp100.000.000 kepada perusahaan barunya.
Transaksi bisnis ini meningkatkan kas perusahaan dan meningkatkan ekuitas dengan jumlah yang sama.
Di bawah ini adalah contoh persamaan dasar akuntansi yang dapat dibuat:
Aset Kewajiban Ekuitas
Kas Modal pemilik
Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Setelah pembentukan perusahaan, Guitars, Inc. perlu membeli beberapa persediaan gitar yang kemudian akan dijual kembali dengan total Rp80.000.000.
Dalam hal ini, Guitars, Inc. menggunakan uang tunai untuk membeli aset berupa persediaan, sehingga akun kas menurun dan akun persediaan meningkat.
Berikut adalah contoh persamaan dasar akuntansi yang dapat dibuat:
Aset Kewajiban Ekuitas
Kas Modal Pemilik
Rp 20.000.000 Rp 80.000.000 Rp 100.000.000
Setelah enam bulan, Guitars, Inc. berkembang pesat dan perlu mencari tempat bisnis baru. Gus memutuskan bahwa hal itu paling masuk akal untuk Guitars, Inc. untuk membeli sebuah gedung. Karena Guitars, Inc. tidak memiliki uang tunai Rp500.000.000 untuk membayar gedung, perusahaan harus mengambil pinjaman.
Guitars, Inc. membeli gedung seharga Rp500.000.000 dengan membayar Rp10.000.000 tunai dan meminjam kepada bank sebesar sisanya Rp490.000.000.
Transaksi bisnis ini menurunkan kas sebesar Rp10.000.000, meningkatkan aset berupa gedung Rp500.000.000 dan meningkatkan kewajiban dengan pinjaman bank Rp490.000.000.
Aset
Kewajiban Ekuitas
Kas Persediaa
n Gedung Pinjaman
Bank
Modal Pemilik Rp
10.000.00 0
Rp
80.000.000
Rp
500.000.00 0
Rp
490.000.00 0
Rp
100.000.00 0
Seperti yang anda lihat, nilai aset selalu seimbang dengan jumlah kewajiban dan ekuitas.
Rumus Persamaan Akuntansi Lainnya
Dalam akuntansi, ada beberapa rumus dasar lain yang perlu diketahui seperti:
Rumus Pendapatan Bersih
Pendapatan Bersih (Net Income) = Pendapatan (Revenue) – Biaya (Expenses)
Rumus Break-Even Point (BEP)
Break-Even Point = Biaya Tetap / Harga Jual (Fixed Costs / Sales Price) – Biaya Variabel per Unit (Variable Cost Per Unit)
Rumus Rasio Kas
Rasio Kas ( Cash Ratio ) = Kas (Cash) / Kewajiban Lancar (Current Liabilities)
Rumus Rasio Hutang terhadap Ekuitas
Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt-to-Equity Ratio ) = Total Kewajiban (Total Liabilities) / Total Ekuitas (Total Equity)
Manfaat Persamaan Dasar Akuntansi
Ada banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh oleh perusahaan dari penggunaan persamaan akuntansi ini, yaitu adalah:
1. Sumber Catatan Transaksi
Hasil dari perhitungan ini bisa digunakan sebagai sumber catatan yang dapat digunakan untuk mempermudah proses pencatatan transaksi keuangan .
Hal ini memuat informasi terkait transaksi keuangan masuk ataupun keluar dari rekening perusahaan sehingga nantinya memudahkan proses pembuatan laporan keuangan.
2. Alat Pemeriksaan Saldo
Salah satu manfaat lainnya adalah sebagai alat untuk memeriksa seberapa besar saldo yang masuk maupun keluar dari rekening perusahaan.
Persamaan dasar akuntansi menyediakan transaksi keuangan secara garis besar, berbeda dengan dengan laporan keuangan yang menyediakan laporan terperinci.
3. Alat untuk Mengoreksi Ketepatan Saldo
Kemudian manfaat yang ketiga adalah sebagai alat koreksi ketepatan antara saldo pada sisi debit maupun sisi kredit.
Perhitungan saldo pada kedua belah pihak tabel persamaan dasar akuntansi nantinya menyisakan angka yang seimbang jika semua transaksi telah dilaporkan dengan sebaik mungkin.
4. Alat Pemantau Kesehatan Finansial
Hasil perhitungan yang akurat dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjadi data yang digunakan untuk melihat kesehatan finansial.
Aspek-aspek yang bisa menjadi acuan data mencakup aset, kewajiban, dan ekuitas.
5. Menghindari Kesalahan Pencatatan
Manfaat dari menghitung dasar akuntansi yang terakhir adalah untuk menjaga keseimbangan keuangan, sehingga perusahaan dapat dengan mudah mengidentifikasi jika terhadap kesalahan dalam pencatatan atau pengelolaan keuangan.
Software Akuntansi Mekari Jurnal untuk Pencatatan Keuangan yang Lebih Baik
Sebagai seorang akuntan, Anda harus memahami persamaan dasar akuntansi sebagai prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
Jika Anda sudah memahami hal fundamental tersebut, Anda sudah terbilang siap untuk bekerja secara profesional.
Untuk membantu Anda dalam mengelola akuntansi bisnis lebih aktif, Mekari Jurnal bisa membantu pekerjaan Anda sebagai akuntan akan lebih efisien dan efektif.
Aplikasi Akuntansi Mekari Jurnal adalah software akuntansi online yang menawarkan fitur-fitur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
Menerapkan sistem berbasis otomatis, Mekari Jurnal dapat membantu Anda dalam mengelola akuntansi mulai dengan mudah dan akurat, mulai dari manajemen anggaran, pencatatan dan pembukuan, serta penyusunan laporan keuangan.
E. Double Entry Bookkeeping
Double Entry Bookkeeping adalah sistem pencatatan akuntansi yang mewajibkan setiap transaksi dicatat dalam dua akun yang berbeda dengan jumlah yang sama, yaitu dalam bentuk debit dan kredit. Sistem ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam laporan keuangan, memastikan bahwa aset selalu sama dengan total kewajiban dan
ekuitas. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Luca Pacioli pada abad ke-15 dan menjadi dasar dalam praktik akuntansi modern (Warren, Reeve, & Duchac, 2018).
Setiap transaksi yang dicatat dalam sistem ini memiliki dampak ganda, di mana satu akun didebit dan akun lainnya dikredit dengan jumlah yang sama. Contohnya, jika sebuah perusahaan membeli peralatan secara tunai, akun peralatan akan bertambah (didebit), sementara akun kas akan berkurang (dikredit). Dengan demikian, sistem ini memastikan bahwa laporan keuangan tetap akurat dan transparan.
Prinsip Dasar Double Entry Bookkeeping
1. Setiap transaksi memiliki dua aspek (debit dan kredit).
2. Total nilai debit harus sama dengan total nilai kredit.
3. Setiap akun memiliki saldo normal yang menunjukkan peningkatan atau penurunan nilai.
Contoh Double Entry Bookkeeping
Misalnya, sebuah perusahaan menerima pembayaran tunai dari pelanggan sebesar Rp10.000.000. Pencatatannya adalah:
Kas (Aset) bertambah → Didebit Rp10.000.000
Pendapatan bertambah → Dikredit Rp10.000.000
Dengan pencatatan ini, keseimbangan akuntansi tetap terjaga karena total debit dan kredit sama besar.
Keunggulan Double Entry Bookkeeping
1. Mengurangi Kesalahan Pencatatan: Setiap transaksi memiliki dampak ganda, sehingga kesalahan lebih mudah ditemukan.
2. Menjaga Keseimbangan Keuangan: Menjamin bahwa setiap transaksi dicatat dengan benar dan sesuai standar.
3. Mempermudah Analisis Keuangan: Data yang dihasilkan lebih lengkap untuk pengambilan keputusan bisnis.
Keterkaitan dengan Standar Akuntansi
Sistem ini digunakan dalam standar akuntansi seperti IFRS dan GAAP untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat akurat, transparan, dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.
F. Aturan Debit Kredit Dan Saldo Normal
Debit dan kredit merupakan konsep dasar dalam pencatatan transaksi keuangan.
Debit adalah pencatatan yang meningkatkan aset atau beban dan menurunkan kewajiban atau ekuitas, sedangkan kredit adalah pencatatan yang meningkatkan kewajiban atau pendapatan serta menurunkan aset atau beban.
Saldo Normal dalam Akun
Saldo normal mengacu pada jenis transaksi yang meningkatkan nilai suatu akun.
Berikut adalah saldo normal untuk setiap jenis akun:
1. Aset (Assets): Saldo normalnya di debit. Jika aset bertambah, akun aset didebit, dan jika berkurang, dikredit.
2. Kewajiban (Liabilities): Saldo normalnya di kredit. Jika kewajiban bertambah, akun dikredit, dan jika berkurang, didebit.
3. Ekuitas (Equity): Saldo normalnya di kredit. Penambahan modal atau laba ditahan dicatat di kredit, sedangkan pengambilan pribadi (prive) dicatat di debit.
4. Pendapatan (Revenue): Saldo normalnya di kredit karena pendapatan menambah ekuitas pemilik.
5. Beban (Expenses): Saldo normalnya di debit karena beban mengurangi laba dan ekuitas.
Contoh Penerapan Aturan Debit dan Kredit
Misalnya, jika sebuah perusahaan membeli perlengkapan kantor secara tunai sebesar Rp5.000.000, pencatatannya adalah sebagai berikut:
Perlengkapan (Aset) bertambah → Didebit Rp5.000.000
Kas (Aset) berkurang → Dikredit Rp5.000.000
Contoh lain adalah jika sebuah perusahaan menerima pembayaran dari pelanggan atas piutang sebesar Rp3.000.000, maka pencatatannya adalah:
Kas (Aset) bertambah → Didebit Rp3.000.000
Piutang (Aset) berkurang → Dikredit Rp3.000.000
Jika perusahaan membayar utang kepada pemasok sebesar Rp2.000.000, maka pencatatannya:
Utang (Kewajiban) berkurang → Didebit Rp2.000.000
Kas (Aset) berkurang → Dikredit Rp2.000.000
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Pembukuan merupakan elemen penting dalam manajemen keuangan suatu entitas yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola transaksi keuangan secara sistematis dan terstruktur. Dengan adanya pembukuan yang baik, suatu organisasi atau bisnis dapat memperoleh informasi keuangan yang akurat, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini sangat penting dalam membantu pengambilan keputusan strategis serta menjaga kesehatan finansial suatu entitas (Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2019).
Dalam dunia bisnis, pembukuan yang rapi dan sistematis membantu pemilik usaha dalam mengelola arus kas, menganalisis profitabilitas, serta memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Kurangnya penerapan pembukuan yang memadai dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan dan meningkatkan risiko kegagalan usaha (Horngren, Harrison, & Oliver, 2018). Oleh karena itu, setiap entitas, baik skala kecil maupun besar, perlu memahami pentingnya pencatatan keuangan yang akurat.
B. Saran
Saran dari kami penulis makalah ini adalah jika ingin memahami lebih jelas tentang “Biaya Bahan Baku” lengkap dengan gambarnya dapat dicari dibuku ataupun sumber lain.
DAFTAR PUSTAKA
Horngren, C. T., Harrison, W. T., & Oliver, M. S. (2018). Financial & Managerial Accounting.
Pearson.
Kementerian Keuangan RI. (2020). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2021). Accounting Information Systems. Pearson.
Sari, R. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Penerapan Pembukuan pada UMKM di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5(2), 123-135.
Warren, C. S., Reeve, J. M., & Duchac, J. (2018). Financial and Managerial Accounting.
Cengage Learning.
Weygandt, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2019). Financial Accounting: IFRS Edition.
Wiley.