• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH - Digilib UIN SUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH - Digilib UIN SUKA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Lantas apa saja hukum perkawinan yang dilakukan oleh pengidap HIV/AIDS yang dapat mengancam keberlangsungan perkawinan, pasangan, dan keturunan selanjutnya. Apabila ta’ Marbūtâh dibaca mati maka ditulis dengan huruf h, kecuali kata-kata Arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti doa, zakat dan sebagainya. Jika ta’ Marbūtâh diikuti kata sandang “al” dan bacaan kedua terpisah, maka ditulis dengan h.

Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Kepada Ayahku tercinta Sulaiman dan Ibu Siti Rohmah yang telah berusaha mendukung buah cinta mereka dengan berbagai cara, usaha dan doa. Farid Agus Setiawan, Zakiyuddin Abdul Adim, Asnan Ashari, Abdul Khamid, Sayekti Wahyu, Asih Kusriana W., Lina Hayati R., saudara-saudara yang telah banyak membantu dan selalu berbagi dalam segala hal. Pak Anwari dan keluarga yang telah banyak membantu dan mendoakan para pelaku, semoga dilimpahkan kesehatan dan panjang umur.

نوﺮﻛﺬﺗ ﻢﻜﻠﻌﻟ ﻦﯿﺟوز ﺎﻨﻘﻠﺧ ءﻲﺷ ﻞﻛ ﻦﻣو

ﻰﺜﻧﻻاو ﺮﻛﺬﻟا ﻦﯿﺟوﺰﻟا ﮫﻨﻣ ﻞﻌﺠﻓ

ﻌﺟو ﺎﮭﯿﻟا اﻮﻨﻜﺴﺘﻟ ﺎﺟاوزا ﻢﻜﺴﻔﻧا ﻦﻣ ﻢﻜﻟ ﻖﻠﺧ نا ﮫﺗﺎﯾا ﻦﻣو نا ﺔﻤﺣرو ةدﻮﻣ ﻢﻜﻨﯿﺑ ﻞ

ﻚﻟذ ﻲﻓ ﻷ

نوﺮﻜﻔﺘﯾ مﻮﻘﻟ تﺎﯾ

Pokok Masalah

Bagaimana pandangan dan argumentasi Penghulu Kota Yogyakarta mengenai pernikahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam perspektif normatif dan hukum. Menjelaskan pandangan dan argumentasi Penghulu Kota Yogyakarta mengenai perkawinan yang dilakukan oleh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dengan menggunakan perspektif normatif dan hukum. Mampu memahami dan menjelaskan pandangan dan argumen pejabat kota Yogyakarta mengenai pernikahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Telaah Pustaka

Tesis Badrul Ikhwan berjudul “Mengatasi Penularan Virus HIV/AIDS Bagi Pasangan Suami Istri Ditinjau dari Hukum Islam (Kajian Muzakarah Ulama Nasional 1995). Isi skripsi ini membahas tentang pandangan Muzakarah Ulama Nasional 1995 tentang HIV/AIDS. Pencegahan AIDS dan Relevansinya dengan Pencegahan HIV/AIDS di Indonesia 19 Umi Anisah, “Pernikahan Penderita HIV AIDS Perspektif Hukum Islam”, skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2006).

20Agung Dwiyono, “Tinjauan Maqasid As-Syari'ah Tentang Pernikahan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)”, skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014). Tesis Asnan Ashari berjudul “Hukum Islam tentang Perkawinan Bagi Penderita HIV/AIDS (ODHA) (Analisis Fath az-Zari’ah).” Tesis yang menggunakan jenis penelitian kepustakaan ini bersifat preskriptif dalam penelitiannya. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana hukum Islam memandang pernikahan pengidap HIV/AIDS, lebih spesifiknya dalam perspektif Fath az-Zari'ah.

21 Badrul Ikhwan, “Mengatasi Penularan Virus HIV/AIDS pada Pasangan Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian Munas Ulama 1995)”, disertasi yang belum diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010 ) . 22 Asnan Ashari, “Hukum Islam Tentang Perkawinan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (analisis Fath az-Zari''ah)”, disertasi yang tidak dipublikasikan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016). Dari hasil tinjauan pustaka di atas, penulis menemukan persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama mengangkat tema HIV/AIDS, keempat pernyataan di atas tentang pernikahan HIV/AIDS dan dua buku lainnya tentang kisah nyata. dan fakta tersembunyi tentang HIV/AIDS.

Perbedaan keempat tesis di atas dengan tesis penulis adalah keempat tesis di atas mengkaji pernikahan dengan HIV/AIDS dalam literatur, sedangkan penulis mengkaji permasalahan pernikahan dengan HIV/AIDS berdasarkan studi lapangan.

Kerangka Teoretik

Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 2 ayat (1) menyatakan perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan masing-masing. Ketentuan ini juga terdapat dalam Ringkasan Hukum Islam pada Pasal 4 yang menyatakan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum Islam. Pernikahan mempunyai lima tujuan, yaitu : memperoleh kehidupan tenteram yang dipenuhi cinta dan kasih sayang (sakīnah, mawaddeh, wa rahmah), sebagai tujuan utama dalam pernikahan yang tujuan tersebut dapat tercapai apabila tujuan-tujuan yang lain terpenuhi: tujuan prokreasi (selanjutnya generasi. ), pemenuhan kebutuhan biologis (seks), terpeliharanya kehormatan dan ibadah.29 Kelima tujuan tersebut saling berkaitan, tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mengutamakan salah satunya.

Pernikahan dapat dilangsungkan jika kedua mempelai menyetujui 30 Untuk mewujudkannya, semua syarat dan rukun pernikahan harus dipenuhi. Islam menyatakan haram bagi seseorang untuk menikah jika ia tidak dapat memenuhi syarat-syarat syariat untuk menikah atau orang tersebut meyakini bahwa perkawinan yang dilangsungkan tidak dapat mencapai tujuan syariat. Orang yang sehat tentunya tidak mempunyai hambatan apa pun ketika ingin menikah asalkan memenuhi syarat dan ketentuan menikah, berbeda dengan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), hendaknya memikirkan pengaruh atau hambatan yang akan mereka hadapi. akan dihadapi di masa depan.

Pasalnya penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, ditularkan dari ibu ke anak saat hamil, dan bisa juga menular melalui ASI. Islam menganjurkan untuk memberikan perhatian dan perawatan yang baik kepada orang sakit, begitu juga dengan penderita HIV/AIDS.

ﺔﻜﻠﮭﺘﻟا ﻰﻟا ﻢﻜﯾ ﺪﯾ ﺄﺑ اﻮﻘﻠﺗ ﻻو

راﺮﺿ ﻻورﺮﺿ ﻻ

ﺢﺼﻣ ﻰﻠﻋ ضﺮﻤﻣ درﻮﯾ ﻻ ﷺ ﷲ لﻮﺳر لﺎﻗ :لﺎﻗ ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ

Sebuah hadis dari Abu Hurairah menjelaskan bahwa Nabi melarang mencampurkan orang sakit dengan orang sehat.

لاﺰﯾ رﺮﻀﻟا

Metode Penelitian

Metode deskriptif analitis ini dapat diartikan sebagai suatu tata cara penyelesaian suatu permasalahan yang diteliti, berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan. 40 Penyusun akan menguraikan fakta-fakta yang ditemukan menurut pendapat Penghulu Kota Yogyakarta mengenai ODHA dan kemudian penyusun akan menganalisis berdasarkan fakta-fakta tersebut. Tempat penelitiannya adalah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Yayasan Victory Plus Yogyakarta, direktur KUA Kota Yogyakarta, lebih spesifiknya keenam KUA yang ada di Kota Yogyakarta.

Pendekatan normatif adalah pendekatan yang menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah berdasarkan Al-Quran, hadis, kaidah fiqh dan pemikiran yang berkaitan dengan masalah yang dibicarakan. Pendekatan hukum adalah pendekatan dari sudut pandang peraturan perundang-undangan yang tertulis, seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, penjabaran hukum Islam dan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara yaitu “percakapan langsung dengan tujuan tertentu dengan menggunakan format tanya jawab yang direncanakan” 41.

Penulis melakukan wawancara terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kepala enam KUA yang disebutkan di lokasi penelitian b. Metode induktif adalah analisis data yang diperoleh dari fakta-fakta tertentu dan peristiwa-peristiwa konkrit yang ditemukan di lapangan melalui wawancara dan dokumentasi kemudian digeneralisasikan, sedangkan metode interpretatif terdiri dari penafsiran atau penafsiran terhadap data yang diperoleh, namun tidak bersifat subyektif melainkan obyektif. untuk mencapai kebenaran obyektif apapun yang terjadi.

Sistematika Pembahasan

Bagian kedua menjelaskan tentang HIV/AIDS yang terdiri dari sub-bab tentang pengertian HIV/AIDS, cara penularan penyakit ini, gejala orang yang tertular virus HIV/AIDS, cara mencegah infeksi HIV/AIDS, dilanjutkan dengan hal-hal yang terjadi. agar ODHA bisa hamil dengan aman. Bab ketiga diawali dengan membahas tentang perkawinan pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di kota Yogyakarta, jumlah pengidap HIV/AIDS di kota Yogyakarta, serta pandangan dan argumentasi para penguasa di kota Yogyakarta. . . Bab empat inilah yang menjadi inti penelitian ini yaitu analisis pandangan Kepala KUA Kota Yogyakarta terhadap pernikahan yang dilakukan oleh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Dan bab kelima menyimpulkan pembahasan yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian skripsi ini dan dilanjutkan dengan saran pada sub bab berikutnya. Pernikahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat dilanjutkan seperti pernikahan orang yang HIV/AIDS negatif. Keluarga yang dibentuk oleh ODHA dapat berfungsi seperti keluarga pada umumnya, dapat beraktivitas normal, dapat bekerja, dapat mempunyai anak.

ODHA sebaiknya hanya menghindari kontak yang berisiko menularkan HIV ke anggota keluarga lainnya. Sebagian besar Penghulu berpandangan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh ODHA menurut hukum Islam dan hukum positif tetap bisa dilangsungkan dan sah sepanjang memenuhi syarat dan keharmonisan perkawinan. Baik dalam Al-Quran, Hadits maupun hukum positif di Indonesia tidak ada larangan bagi penderita penyakit untuk menikah.

Perkawinan dapat dilangsungkan sepanjang didasarkan pada persetujuan dan dilakukan upaya baik pengobatan maupun pencegahan penularan.

Saran-saran

  • Hadis/Ulumul Hadis
  • Fiqh/Ushul Fiqh
  • Perundang-undangan
  • Lain-lain

Pemberian edukasi kepada calon calon pengantin mengenai HIV/AIDS dipandang perlu karena diyakini bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS penting dalam menjalani perkawinan dan bermasyarakat. Anisah, Umi, “Perkawinan Bagi Penderita HIV AIDS Perspektif Hukum Islam”, skripsi yang belum diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006. Ashari, Asnan, “Hukum Islam Tentang Pernikahan Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (Analisis Fath az-Zari''ah)”, skripsi yang belum diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Dwiyono, Agung, “Tinjauan Maqasid As-Syari'ah Tentang Perkawinan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)”, skripsi yang belum diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Ikhwan, Badrul, “Pengendalian Penularan virus HIV/AIDS bagi pasangan suami istri dalam perspektif Hukum Islam (Studi Muzakarah Ulama Nasional 1995)”, skripsi yang belum diterbitkan, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. 9 21 2 Wahai seluruh umat, bertakwalah kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari satu orang dan darinya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah menghasilkan banyak laki-laki dan perempuan.

10 22 3 Perkahwinan menurut syar', iaitu akad yang dibuat oleh syar' untuk membolehkan keseronokan antara lelaki dan perempuan dan menghalalkan keseronokan wanita dengan lelaki. 13 24 10 Wahai para pemuda, yang bersedia untuk berkahwin, maka berkahwinlah, kerana perkahwinan adalah mungkin. Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah membangkitkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

26 40 30 Diharamkan bagi kamu (berkahwin) ibu-ibu kamu, anak-anak perempuan kamu, saudara-saudara lelaki kamu, saudara-saudara lelaki kamu yang perempuan, saudara-saudara lelaki perempuan bapa kamu, saudara-saudara lelaki perempuan ibu kamu, anak-anak perempuan saudara lelaki kamu - saudara lelaki kamu dan anak perempuan saudara perempuan kamu. Ia adalah Umar, anak Khotob ra. telah bersabda: jika seorang lelaki berkahwin dengan seorang perempuan, kemudian menyetubuhinya, dan ternyata isterinya itu berkudis, gila, atau kusta, maka perempuan itu bebas menerima mahar, kerana dia telah terkena kepadanya, dan lelaki itu berhak menuntut orang yang mengkhianatinya. 41 103 21 Daripada Said bin Musayyib r.a berkata: mana-mana lelaki yang mengahwini seorang perempuan dan lelaki itu mempunyai tanda-tanda gila atau tanda-tanda bahaya, sesungguhnya perempuan itu boleh memilih sama ada dia mahu dia kekal (dalam perkahwinannya) dan jika dia mahukan talak maka isteri boleh talak.(HR Malik).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Unfortunately, there were some strategies not being used by the interpreter during the interpreting process namely Message Abandonment, Incomplete Sentence, and Appeal for Assistance

The purpose of this research is to prove that the backpropagation neural network method can be used to predictions or estimates from the data of electrical quantities electric power of