• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANK LENDING IN INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BANK LENDING IN INDONESIA "

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Namun, penelitian mengenai transmisi krisis keuangan global melalui international bank lending relatif sedikit (Aiyar 2011). Kontraksi pinjaman bank setelah krisis 2008 mengingatkan para pembuat kebijakan tentang peran bank dunia dan pinjaman bank internasional dalam mentransmisikan guncangan dari negara maju ke negara berkembang. Hal ini dapat diartikan bahwa pinjaman bank internasional merupakan jalur transmisi guncangan dari negara maju ke negara berkembang.

Gambar 1. Efficient Frontier
Gambar 1. Efficient Frontier

Pengaruh Krisis Global Terhadap Pasar Keuangan

Δ menunjukkan variabel tersebut berupa perbedaan Hasil regresi di atas menunjukkan bahwa indeks harga saham global yang diwakili oleh DJIA berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham domestik (IHSG) Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa pasar saham lokal terintegrasi dengan pasar saham global pasar saham. pasar saham. Hasil estimasi menunjukkan bahwa perkembangan harga saham di Indonesia dalam jangka panjang dipengaruhi oleh harga saham global dan kinerja perusahaan publik, sedangkan faktor fundamental tidak semuanya mempengaruhi harga saham.

Internal dan External Capital Market dan Neraca Perbankan

Bank-bank besar umumnya memiliki akses sumber dana yang lebih baik daripada bank-bank independen kecil. Kashyap dan Stein (2000) sebagaimana disebutkan dalam Cetorelli dan Goldberg (2009) menyimpulkan bahwa dampak shock likuiditas (ditandai dengan berkurangnya simpanan) lebih kecil untuk bank besar daripada bank kecil. Cetorelli dan Goldberg (2008) menunjuk saluran tambahan melalui pasar modal internal yang membedakan perilaku bank-bank besar terkait dengan “globalitas” bank.

Bank global yang memiliki jaringan (afiliasi) memiliki keuntungan tambahan yaitu mengganti likuiditas yang hilang. Bank global dapat mengkompensasi hilangnya likuiditas dengan meminjamkan (atau mengurangi) pinjaman kepada afiliasi di luar negeri. Penelitian Cetorelli dan Goldberg (2008) menunjukkan bahwa bank-bank besar di Amerika yang dapat melindungi saluran pinjaman mereka dari kebijakan moneter di AS adalah bank global yang memiliki jaringan di luar negeri.

Ketika terjadi goncangan global, respon bank di negara berkembang dapat dibedakan antara bank domestik yang independen dan relatif kecil dengan bank asing yang merupakan anak perusahaan bank global di luar negeri. Pada bank domestik yang mandiri, global shock transmission dapat terjadi dengan berkurangnya cross border loan dari bank global yang langsung masuk ke bank domestik.

Penelitian International Bank Lending

Dengan menggunakan data BIS, Cetorelli dan Goldberg (2009) menemukan bahwa bank-bank dari negara maju yang memiliki eksposur lebih besar terhadap aset USD mengalami penurunan pertumbuhan cross-border lending ke negara berkembang. Krisis dari negara maju dengan demikian telah ditransfer ke negara berkembang melalui pengurangan pinjaman lintas batas dan permintaan lokal dari afiliasi asing mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa international bank lending telah menjadi shock transmission channel dari negara maju ke negara berkembang, yang ditandai dengan penurunan cross border lending oleh bank global, penurunan local claim oleh foreign affiliates di host country, dan penurunan kredit yang diberikan perbankan domestik sebagai akibat dari penurunan sumber pendanaan lintas batas perbankan domestik.

Penelitian ini menggunakan model panel dinamis dengan sampel pinjaman bank internasional dari tiga negara maju (AS, Jepang dan Inggris) ke enam negara berkembang di Asia (Thailand, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Filipina dan Indonesia). Selain itu, variabel interaksi growthi,t digunakan untuk menguji dampak shock di negara maju terhadap bank lending oleh bank di negara maju tersebut. Variabel ini merupakan interaksi antara pertumbuhan negara maju dengan eksposur bank negara maju-i terhadap negara berkembang-j (di mana eksposur adalah rasio pinjaman bank negara-i terhadap negara berkembang-j dan total pinjaman bank negara- Saya ).

Hasil penelitian menemukan bahwa cross border lending merupakan saluran transmisi shock dari negara maju ke negara berkembang yang ditandai dengan koefisien yang positif dan signifikan pada variabel growthi,t.xexposureij,t. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi shock, bank di negara maju merespon dengan mengurangi bank lending ke negara berkembang, meskipun eksposurnya ke Indonesia meningkat.

METODOLOGI 3.1 Data

Model Empiris Dampak Global FinancialShockterhadap Cross Border Lending

Data ini merupakan posisi total tagihan bank di negara sumber pembiayaan (Jepang, USA, UK dan Jerman) terhadap Indonesia (meliputi sektor swasta, publik dan perbankan). Namun, jika resesi di negara maju berarti melemahnya posisi modal di negara maju, dan bank akan mengurangi pinjamannya ke negara lain, maka tanda variabel ini positif. Selanjutnya untuk menguji dampak shock di negara maju terhadap pinjaman bank yang dilakukan oleh bank di negara maju digunakan variabel growthi,t.exposureij,t.

Variabel ini merupakan interaksi antara pertumbuhan di negara maju dan eksposur perbankan negara-negara tersebut terhadap Indonesia. Laju pertumbuhan di negara maju mencerminkan shock yang terjadi di negaranya, karena shock yang ditandai dengan pertumbuhan yang memburuk umumnya terjadi bersamaan dan pengaruhnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Seperti Calvo dan Mendoza (2000) dalam Peria et al (2002), jika bank negara maju j memiliki eksposur yang tinggi ke negara berkembang i, maka bank tersebut memiliki insentif yang kuat untuk mempelajari negara tersebut dan pinjaman bank cenderung lebih stabil dalam hal itu negara. . .

GROWTHHOME CEIC-DKM Indikator ekonomi makro di negara maju sebagai sumber pembiayaan untuk menangkap siklus ekonomi. Namun jika tidak dan koefisien ini positif, maka respon bank dunia ketika terjadi shock adalah mengurangi pembiayaan Indonesia, yang berarti pembiayaan pinjaman perbankan mengalihkan shock dari negara maju ke Indonesia.

Pengujian Dampak Penempatan Perbankan Global ke Indonesia terhadap Perilaku Kredit Di Indonesia Via Foreign Affiliates

Selain variabel makro, model juga memasukkan variabel neraca masing-masing bank asing yang beroperasi di dalam negeri. Beberapa indikator neraca bank yang digunakan antara lain variabel rentabilitas yang diukur dengan NIM (net interest margin). Semakin tinggi NIM yang dinikmati bank asing, maka bank akan cenderung meningkatkan penyaluran kreditnya.

Alasan dari temuan ini adalah bank asing yang beroperasi di dalam negeri mengandalkan dukungan induknya dalam kondisi kesulitan keuangan, sehingga bank asing tersebut relatif tidak sensitif terhadap episode krisis. Di sisi lain, kondisi ini tidak terjadi pada bank asing yang mendapat sedikit atau bahkan tidak ada dukungan dari induknya. Variabel dummy lain yang digunakan adalah variabel dummy berdasarkan bentuk organisasi bank asing yang beroperasi di Indonesia yaitu bank asing berbentuk cabang dan bank asing campuran.

Variabel dummy ini bertujuan untuk menguji dampak krisis keuangan global terhadap stabilitas pinjaman bank asing dalam bentuk cabang dan bank asing dalam bentuk campuran, dimana nilai 1 diberikan untuk bank asing dalam bentuk campuran. dan 0 untuk bank asing yang berbentuk kantor cabang. Interaksi antara dummy bank asing dengan dummy krisis global diharapkan dapat mengungkapkan apakah terdapat perbedaan bentuk mitigasi krisis bank ketika terjadi krisis keuangan pada bank induknya.

HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskriptif

Pengujian Dampak Global Financial Shock Terhadap Cross Border Lending

Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap bank lending ke Indonesia pada tingkat kepercayaan 1%. Koefisien yang dihasilkan positif seperti yang diharapkan, namun tidak signifikan secara statistik dalam dampak pinjaman bank ke Indonesia. Pontines dan Siregar (2012) juga menemukan bahwa interest rate differentials tidak mempengaruhi arus pinjaman bank di negara berkembang.

Variabel ini bernilai positif dan signifikan artinya semakin rendah risiko di Indonesia maka semakin tinggi pinjaman bank yang masuk ke Indonesia, demikian pula dengan kondisi risiko global yang diwakili oleh VIX. Meningkatnya ekspektasi volatilitas pasar keuangan global berkontribusi signifikan terhadap penurunan bank lending dari bank global ke Indonesia. Kondisi likuiditas global yang diwakili oleh variabel TEDt juga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap bank lending ke Indonesia.

Sejalan dengan pengetatan likuiditas global, aliran pinjaman bank ke Indonesia juga menurun yang ditunjukkan oleh tanda negatif dari koefisien TEDt. Hal ini menegaskan peran pinjaman bank internasional dalam mengalihkan shock yang terjadi di negaranya ke Indonesia.

Hasil Pengujian Dampak Penempatan Perbankan Global ke Indonesia terhadap Perilaku Kredit di Indonesia via Foreign Affiliate

Hal ini dapat diartikan bahwa ketika terjadi shock di dalam negeri yang ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan, maka respon sistem perbankan global adalah mengurangi pinjaman ke Indonesia sejalan dengan peningkatan eksposur perbankan Indonesia. Dengan spesifikasi yang berbeda, Cetorelli dan Goldberg (2009) juga menemukan bahwa sistem perbankan global yang rentan terhadap aset dolarnya mengalami perlambatan pertumbuhan pinjaman bank ke negara-negara berkembang selama krisis global. Berdasarkan hasil estimasi model A-B di atas, terlihat dampak kondisi ekonomi home dan host (domestik) terhadap pinjaman bank asing dan joint venture.

Hal ini menjadi faktor pendorong bagi foreign affiliated bank untuk menyalurkan kredit di host country (domestik). Ketika pertumbuhan ekonomi negara meningkat, bank asing cenderung melakukan ekspansi pinjaman (international lending) ke negara lain, termasuk Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa selama periode krisis keuangan global, pinjaman yang diberikan oleh bank asing dan bank campuran cenderung mengalami kontraksi.

Hal ini juga sejalan dengan temuan Pontines dan Siregar (2012) serta Cetorelli dan Goldberg (2009) yang menemukan bahwa kontraksi kredit juga terjadi pada aktivitas pemberian pinjaman oleh anak perusahaan asing di negara berkembang selama krisis global. Hal ini mempersulit bank internasional untuk "cut and run" selama periode krisis, baik di negara tuan rumah maupun di negara asal.

KESIMPULAN

Untuk variabel neraca bank yaitu NIM secara empiris juga menunjukkan arah yang positif, dimana ketika bank asing diuntungkan dengan net interest margin yang lebih tinggi, hal ini menjadi insentif bagi bank asing untuk memberikan kredit. Namun pada saat pengujian stabilitas kredit bank terafiliasi asing antara cabang dan anak perusahaan bank asing melalui interaksi dengan variabel dummy krisis, koefisiennya positif signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bank anak perusahaan lebih merupakan “crisis buffering effect” bagi perekonomian Indonesia (host), terutama ketika sumber shock berasal dari situasi keuangan bank global (induk) dibandingkan dengan bank asing.

Artinya pinjaman bank secara langsung menularkan (cross-border) guncangan dari negara maju ke Indonesia, ekonomi domestik (pull factor) dan negara asal (push factor). Artinya, pinjaman bank juga secara tidak langsung mengalihkan guncangan dari negara maju ke Indonesia. Namun, kami menemukan bahwa untuk foreign affiliates, aktivitas kredit anak perusahaan (bank korporasi) terlihat lebih stabil dibandingkan bank asing.

Pada saat terjadi krisis di negara asalnya, bank joint venture terlihat tetap melanjutkan aktivitas perkreditannya dibandingkan dengan bank asing. Oleh karena itu, mendukung pembentukan bank asing dalam anak perusahaan dapat menjadi salah satu opsi kebijakan untuk mendukung stabilitas keuangan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 1. Efficient Frontier
Gambar 2. Efficient Portfolio
Gambar 3. CAPM dan APM
Gambar 4.  Struktur Neraca  Bank
+3

Referensi

Dokumen terkait

Even though Ghadikolaei, Bagheri, and Keshavarz 2013 found that market orientation does not influence business performance, but more studies such as Nohong, Sanusi, Nurqamar, and Haru