• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ESTETIKA SENI PANNNNNN

N/A
N/A
Rizki Gilang Ramadhan

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH ESTETIKA SENI PANNNNNN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ESTETIKA SENI

“ESTETIKA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL ALAT MUSIK MARWAS”

Di Susun Oleh :

Ananda gilang farhansyach (216710009 )

Elsa oktoruito Sihotang (216710664)

Ibnu taymiyah basrin (216710413)

Padli suherman (216710278)

Rizki Gilang Ramadhan ( 216710127)

Rizki daral caniago (226710892)

Dosen Pengampu mata kuliah : Idawati, S.Pd, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

(2)

2024

ESTETIKA ALAT MUSIK MARWAS DARI SEGI TEKTSUAL

a. Asal-usul Marwas

Marwas adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari masyarakat Melayu, dan meskipun tidak sepopuler gendang atau kompang, ia memiliki peran penting dalam muzik ritual dan sosial. Istilah "marwas" dalam bahasa Melayu merujuk kepada dua batang kayu yang dipukul bersama untuk menghasilkan bunyi yang kuat dan tajam. Nama ini juga dapat merujuk kepada fungsi muziknya sebagai alat untuk memperkuat atau menegaskan ritma dalam ensemble muzik.

Pada asalnya, marwas digunakan dalam pelbagai upacara adat dan keagamaan di dunia Melayu, seperti dalam perayaan, majlis perkahwinan, dan ritual agama. Alat muzik ini dipercayai mempunyai akar dalam budaya Arab atau India yang mempengaruhi tradisi Melayu melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Islam. Penggunaan kayu yang dipukul dalam budaya muzik Arab, seperti dalam “duff” atau "darabuka", mempunyai persamaan dengan marwas. Dalam tradisi Melayu, marwas berkembang sebagai alat yang lebih sederhana dan mudah digunakan dalam masyarakat.

b. Proses Pembuatan Marwas

Proses pembuatan marwas melibatkan beberapa langkah penting yang memberi kesan langsung kepada estetika bunyi dan tekstur muzik yang dihasilkan. Berikut adalah langkah- langkah utama dalam pembuatan marwas:

1. Pemilihan Bahan untuk Batang Marwas

Kayu: Biasanya, kayu keras seperti kayu cempaka, meranti, atau kayu keras lainnya dipilih kerana kekerasannya yang memberikan ketahanan dan ketajaman bunyi. Kayu yang lebih keras menghasilkan bunyi yang lebih kuat dan berkesan.

Pilih Bahan yang Tidak Mudah Pecah: Bahan-bahan lain seperti buluh atau logam kadang-kadang digunakan, tetapi kayu adalah bahan yang paling umum kerana kestabilannya dan kemampuannya menghasilkan resonansi yang baik.

(3)

2. Pemotongan dan Pembentukan:

Batang kayu dipotong menjadi panjang yang sesuai untuk marwas. Pemotongan ini memerlukan ketelitian supaya kedua-dua batang kayu mempunyai panjang yang seragam, yang penting untuk menghasilkan keseimbangan bunyi ketika dipukul. Proses ini melibatkan kemahiran tukang kayu yang berpengalaman dalam memilih ketebalan dan panjang kayu yang sesuai

3. Penyediaan Permukaan Kayu:

Permukaan batang kayu marwas perlu dilicinkan agar tidak mengeluarkan bunyi yang kasar atau berderak. Proses penghalusan permukaan kayu menggunakan kertas pasir atau alat lain bertujuan untuk mencipta permukaan yang halus agar getaran bunyi dapat diteruskan dengan jelas.

4. Pemasangan dan Pengujian Bunyi:

Setelah batang kayu selesai dipotong dan diproses, proses terakhir adalah memasang kedua-dua batang tersebut dan mengujinya untuk memastikan bahawa bunyi yang dihasilkan memenuhi kriteria yang diinginkan. Batang kayu perlu dipukul dengan kekuatan yang sesuai, dan jika diperlukan, beberapa penyesuaian dilakukan untuk memastikan ketukan bunyi yang tajam dan jelas.

5. Penyesuaian Akhir:

Akhirnya, tukang kayu akan menyesuaikan panjang batang kayu atau membuat modifikasi kecil pada bentuk dan permukaan kayu untuk memastikan bahawa marwas memberikan kualiti bunyi yang optimum, tidak terlalu nyaring atau terlalu lembut.

(4)

c. bagian bagian alat musik marwas

Bagian-bagian alat musik marwas adalah:

Badan: Terbuat dari kayu dan berbentuk mirip tabung

Membran: Terbuat dari kulit hewan, seperti kambing atau domba, yang berfungsi sebagai selaput atau memberan

Tali pengikat untuk jari : ini berfungsi untuk lebih kuat saat memegang marwas agar suara yang di timbulkan saat memukul marwas lebih jelas

d. Teknik bermain marwas

Pukulan Bersilang (Cross Strike)

Pukulan ini adalah teknik yang paling asas dalam memainkan marwas. Pemain memegang dua batang kayu dan memukulnya bersama-sama secara bersilang di hadapan tubuh. Pukulan ini menghasilkan bunyi yang tajam dan jelas, yang memberi kesan penekanan pada irama atau "pulse"

dalam muzik. Teknik pukulan bersilang sering digunakan dalam pengiringan irama dan bertujuan untuk memperkuat ketukan dalam ensemble muzik.

Pukulan Berulang (Repeated Strikes)

Teknik ini melibatkan pukulan berulang kali dengan kelajuan tertentu untuk mencipta kesinambungan irama dalam komposisi muzik. Pukulan berulang boleh dilakukan dengan pelbagai tempo, dari yang perlahan hingga laju, bergantung pada keperluan komposisi dan konteks persembahan. Dalam ensemble muzik, pemain marwas sering menggunakan pukulan berulang untuk menjaga kestabilan irama, terutama dalam acara-acara adat seperti majlis perkahwinan atau perayaan.

(5)

Pukulan Pantulan (Bounce Strike)

Pada teknik ini, setelah kayu dipukul bersama-sama, pemain membiarkan salah satu batang kayu memantul ke atas, dan kemudian kembali ke posisi asal untuk pukulan seterusnya. Teknik pantulan ini sering digunakan untuk memberi kesan ritmis yang lebih kompleks dan memberikan variasi dalam ketukan. Teknik ini juga memungkinkan pemain untuk menjaga kelajuan permainan sambil memberikan kesan "flowing" yang lebih melodius.

Pukulan Ringan (Light Strike)

Pukulan ringan digunakan untuk menghasilkan bunyi yang lebih halus dan lembut, berbeza dengan pukulan yang keras dan kuat. Pemain menggunakan tekanan yang lebih rendah semasa memukul batang kayu, menghasilkan bunyi yang lebih lembut dan kurang tajam. Pukulan ini biasanya digunakan dalam lagu-lagu yang lebih perlahan atau untuk memberi kesan yang lebih mendalam dalam irama yang lebih santai.

Pukulan Aksen (Accent Strike)

Dalam ensemble, marwas digunakan untuk memberi aksen atau penekanan pada bagian tertentu dari lagu atau irama. Teknik aksen ini biasanya melibatkan pukulan yang lebih kuat atau lebih tajam pada ketukan yang penting atau perubahan dalam komposisi. Pemain marwas akan menyesuaikan kekuatan pukulan untuk memberikan perhatian khusus pada bagian tersebut. Aksen ini memberi dimensi lebih kepada struktur muzik secara keseluruhan dan membantu mengarahkan pendengar untuk fokus pada perubahan yang signifikan dalam irama atau melodi.

(6)

ESTETIKA ALAT MUSIK MARWAS DARI SEGI KONTEKSTUALNYA

1. Peran dalam Upacara Adat dan Tradisi Melayu Riau

Di Riau, marwas digunakan dalam berbagai upacara adat dan perayaan tradisional Melayu, seperti pernikahan, perayaan Hari Raya, majlis penyambutan tamu, atau acara kebudayaan lainnya. Dalam konteks ini, marwas memainkan peran penting sebagai bagian dari irama dan ritme yang menyatukan komunitas, menciptakan suasana khidmat dan meriah.

Simbol Keharmonisan dan Kebersamaan:

Ketukan marwas yang ritmis sering digunakan untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam suasana yang penuh kebersamaan, seperti dalam acara pernikahan adat. Dengan dipadukan bersama alat musik lain seperti gendang, kompang, dan selorong, marwas membantu mengatur irama dan memberikan atmosfer yang menghidupkan acara adat.

Estetika Suara dalam Kegiatan Sosial:

Marwas bukan hanya sekadar alat musik, tetapi juga simbol sosial yang merepresentasikan kebersamaan dan kesatuan dalam masyarakat Melayu Riau. Saat marwas dimainkan dalam sebuah perkumpulan, seperti dalam tarian adat atau pertunjukan kesenian, suara marwas membantu membangun kebersamaan yang mempersatukan anggota komunitas melalui irama yang kompak.

2. Fungsi dalam Pengiring Tarian

Marwas memainkan peranan penting dalam mengiringi tarian tradisional Melayu, terutama dalam bentuk tarian yang berhubungan dengan upacara adat seperti tarian Zapin, Tari Indang, atau Tari Seher. Dalam konteks ini, estetika marwas sangat berkaitan dengan peranannya dalam mengatur tempo dan memberikan ketukan yang terstruktur, yang menjadi panduan bagi para penari untuk bergerak dengan ritme yang sesuai.

Ritme yang Teratur dan Terpadu: Marwas memberi pengaruh besar dalam menciptakan keseragaman dalam langkah tarian. Estetika kontekstual marwas di sini mengarah pada kemampuan alat musik untuk menyelaraskan gerakan tubuh dengan ketukan yang teratur, sehingga menciptakan harmoni antara penari dan musik.

Ketepatan dan Keindahan dalam Gerakan: Karena marwas berfungsi sebagai penanda tempo dan aksen dalam tarian, ketukan yang dihasilkan memiliki kekuatan estetika tersendiri, yakni kemampuan untuk mempengaruhi keindahan gerakan yang harmonis antara tubuh penari dan irama yang dimainkan.

(7)

3. Estetika dalam Pembangunan Identitas Budaya

Marwas, sebagai alat musik tradisional Melayu Riau, juga memiliki fungsi dalam membangun identitas budaya. Penggunaan marwas dalam acara tradisional mencerminkan kebanggaan akan warisan budaya yang dilestarikan dan dipertahankan sepanjang generasi. Dalam masyarakat Melayu, marwas tidak hanya dilihat sebagai instrumen musik, tetapi juga sebagai bagian dari ekspresi identitas budaya yang kaya.

Penyampaian Nilai Tradisi: Melalui marwas, nilai-nilai seperti keharmonisan, kesatuan, dan keramahtamahan masyarakat Melayu Riau disampaikan dalam bentuk yang tidak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat. Ketukan marwas yang ritmis menciptakan kesan estetika yang menghidupkan suasana kolektif, di mana setiap individu terhubung dalam pengalaman yang sama.

Kepedulian terhadap Warisan Budaya: Dalam konteks ini, marwas berperan dalam pelestarian tradisi dan pemeliharaan identitas budaya Melayu Riau. Estetika kontekstual marwas mencerminkan suatu usaha untuk tetap mempertahankan nilai budaya yang sudah ada, baik dalam konteks hiburan, upacara, atau pendidikan.

4. Simbol Keagungan dan Kemegahan dalam Upacara Kenegaraan

Di Riau, marwas juga digunakan dalam upacara-upacara besar, seperti perayaan kenegaraan atau penyambutan tamu agung. Dalam konteks ini, marwas berfungsi untuk memberikan kesan megah dan santun, mengiringi acara yang penuh penghormatan.

Estetika Kekuatan dan Kehormatan: Ketukan marwas yang kuat dan berirama menggambarkan penghormatan yang mendalam kepada tamu atau pihak yang dihormati. Dalam hal ini, marwas tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai simbol penghormatan dan kemegahan dalam konteks sosial yang lebih besar.

Keharmonisan dalam Diplomasi Sosial: Marwas membantu menciptakan suasana yang penuh hormat dan teratur, sangat penting dalam menjaga kesan baik dalam acara-acara besar yang melibatkan banyak pihak, seperti pertemuan kenegaraan atau acara adat besar yang melibatkan pembesar adat dan pejabat.

5. Marwas dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Melayu

Selain dalam upacara adat dan perayaan besar, marwas juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Riau, terutama dalam pertemuan sosial dan kegiatan berkumpul yang bersifat informal. Misalnya, marwas dapat dimainkan dalam pertemuan komunitas, kenduri, atau saat- saat santai di kampung untuk menghibur diri.

Estetika Keakraban dan Keintiman: Dalam konteks ini, marwas memainkan peran estetika dalam membangun keakraban sosial antara anggota masyarakat. Melalui irama yang dipukul bersama-

(8)

sama, marwas menciptakan suasana yang lebih intim dan bersahabat, mempererat tali silaturahmi antara satu sama lain.

Penyampaian Rasa Bahagia: Marwas, dengan ketukan ritmis yang enerjik dan ceria, juga bisa menciptakan suasana kegembiraan dalam pertemuan-pertemuan santai, mengungkapkan ekspresi kebahagiaan masyarakat dalam kebersamaan.

KESIMPULAN :

Marwas, baik dari segi tekstual maupun kontekstual, merupakan alat musik yang memiliki keindahan dalam kesederhanaan. Secara tekstual, marwas berfungsi dengan efektif sebagai alat musik pukul yang menghasilkan suara ritmis yang tegas dan jelas, sementara secara kontekstual, marwas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan Melayu Riau, memainkan peran penting dalam memperkuat identitas budaya, menciptakan harmoni sosial, dan merayakan kebersamaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Estetika marwas, oleh karena itu, tidak hanya dapat dilihat dari suara yang dihasilkannya, tetapi juga dari nilai-nilai yang disampaikan melalui cara penggunaannya dalam berbagai acara adat dan sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi ini memiliki gaya musik Spanyol, penggunaan akor yang tegas dengan dimainkan secara staccato terlihat jelas pada bagian A. Kesulitan dari karya ini adalah

Jenis alat musik ini dibagi menjadi lima kelompok, pengelompokan ini berdasarkan pusat sumber bunyi yang menghasilkan suara atau nada, kelima kelompok tersebut adalah:.. ix

Contoh alat musik yang memiliki bilahan-bilahan nada dengan getaran sumber bunyi yang bermacam-macam, adalah..... Sajian musik yang hanya menggunakan suara manusia secara bersama-

Secara prinsip definisi tersebut jelas memperlihatkan bagaimana teknologi elektronik dan digital berfungsi sebagai medium tercapainya proses dan sistem bisnis (pertukaran barang

Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa

Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari seni musik tradisional yang

Jenis alat musik ini dibagi menjadi tiga kelompok, pengelompokan ini berdasarkan pusat sumber bunyi yang menghasilkan suara atau nada, ketiga kelompok tersebut adalah:.. Alat

Sehingga bagi ahli waris dapat digunakan sebagai pembuktian yang sah untuk memperoleh haknya sebagaimana pula secara tekstual dinyatakan jelas dan tegas dalam ketentuan Pasal 1870 BW