5 BAB II
KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR
Bab ini akan memaparkan karakteristik empat periode musik, yaitu Barok, Klasik, Romantik, dan Abad ke-20. Masing-masing periode, akan dipaparkan pula analisis stuktur dan teknik dari komposisi yang disajikan dalam resital gitar penulis.
A. Periode Barok
1. Sekilas mengenai Periode Barok
Barok merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sebuah periode atau gaya musik khususnya di Eropa dalam kurun waktu tertentu, yaitu mulai pada 1600-1750. Barok berasal dari bahasa Portugis yaitu barroco, yang berarti sebuah mutiara tak beraturan yang bulat.1 Gaya musik Barok merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yakni Renaisans. Pada gaya musik Barok mulai bermunculan pergerakan harmoni yang disonan, perubahan tanda kunci dan tempo, terdapat banyak ornamentasi, serta musik bergerak secara dinamis. Tujuan perkembangan gaya musik pada periode ini adalah untuk menunjukkan ekspresi yang lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga musik tersebut bisa berdampak dan lebih dapat dinikmati.
Beberapa komponis yang hidup pada periode ini, antara lain: Johann Sebastian Bach, Giacomo Carissimi, Henry Purcell, Antonio Caldara, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel, dan sebagainya. Pada resital ini, penulis membawakan satu buah karya periode Barok, yaitu: “Prelude, Fugue and Allegro BWV 998” karya dari Johann Sebastian Bach.
6 2. Biografi Johann Sebastian Bach
Johann Sebastian Bach dilahirkan di kota Eisenach, Jerman, pada tanggal 21 Maret 1685. Dia memperoleh pendidikan musik dari ayahnya, Johann Ambrosius, dan kakaknya, Johann Christoph2. Kariernya dimulai sebagai organis muda pada usia sembilan tahun di Wiemar. Sama sekali belum dikenal orang, Bach mengalami masa yang sulit ketika ibu kandungnya meninggal dan selang setahun, di usianya yang kesepuluh, ayahnya juga meninggal dunia. Sebagai anak yatim-piatu, Bach diberi beasiswa oleh jemaat katolik untuk belajar di Luneburg. Bach mulai dikenal bukan karena permainan musiknya tapi karena suaranya bagus. Dari sekolah itu ia kemudian memperoleh kesempatan untuk belajar dan memainkan biola dalam sebuah kuartet. Kemampuanya memainkan alat musik orgel saat itu juga sudah luar biasa.
Bach diangkat menjadi seorang kapellmeister3 pada 1717 oleh pangeran Leopold. Di masa itu ia mulai tekun mencipta karya-karya instrumental, termasuk menampilkannya dikonser akbar Brandenburg yang terkenal. Pada 1723 ia diangkat sebagai direktur musik gereja St.Thomas di Liepzig. Dalam sejarah hidupnya, Bach tidak dengan mudah melaluinya, walau ia tidak memiliki peristiwa hidup yang keras seperti Beethoven. Dalam banyak karyanya ia menunjukan kelembutan yang mendamaikan hati, gambaran yang menunjukan sifat-sifat kristiani yang murni dan terbuka. Namun, dalam hidupnya, ia tidak sekedar menerima dan berdiam saja, tapi ternyata batinnya memberontak. Seharusnya Bach merasa senang ketika ia telah mendapat pekerjaan sebagai kapellmeister di istana Wiemar. Bach ingin keluar dari istana, dan menyatakannya kepada pangeran dengan jujur. Begitu keinginannya disampaikan, khawatirlah sang pangeran. Ia ditangkap dan dimasukan kedalam penjara. Untung saja sang pangeran iba dan meloloskannya. Hal yang membuat ia ingin keluar dari istana adalah
2 Lin Jui Hwa. Seri Tokoh Dunia : Johann Sebastian Bach. (Jakarta: Rajawali Press, 2001), 4.
7
kerinduannya untuk mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan melalui karya-karya gerejawi ciptaannya.
Karya Johann Sebastian Bach yang dipilih sebagai salah satu repertoar resital ini adalah Prelude, Fugue and Allegro BWV 998. Karya ini terdapat dalam kumpulan manuskrip milik Bach dalam Bach Gesellschaft.4
3. Historis dan Analisis Struktural Prelude, Fugue and Allegro BWV 998
Prelude merupakan sebuah repertoar pembuka yang menghantarkan ke karya selanjutnya, dalam hal ini, adalah Fugue dan ditutup oleh Allegro. Karya ini berstruktur polifoni tiga suara. Prelude ini diawali oleh tanda sukat 12/8 yang dimainkan dalam tangga nada D mayor. Birama 1-5 terdapat tema dalam tonalitas D mayor lalu pengulangan pada dominannya di A mayor pada birama 6 dan pengulangan lagi pada birama 14 tetapi kali ini di relatif minornya di tonalitas B minor. Adanya perpindahan frase dalam F# minor pada birama 17-19, E minor pada birama 21 ke A mayor pada birama 22 dan kembali ke D mayor pada birama 23. Pada ketukan ke 7 di birama 23 tonalitas modulasi ke C mayor dan ke dominannya G mayor pada birama 25. Pada birama 30 kembali ke tonalitas awal yaitu D mayor dengan pola ritmik yang sama dengan birama 31-32 dan masuk ke pedal bas pada birama 33-35. Pada birama 36 dalam D mayor terdapat introduksi bentuk akor hingga birama 37 dan fermata pada birama 40. Tema melodi dimainkan kembali pada birama 42-44 dari titik ini melodi mengalir hingga suspensi akor di D mayor pada birama 48.
8
Gambar 2. 1 Birama 1-3 Tema Prelude Tabel 2. 1 Analisis struktural Prelude
Prelude
A
Eksposisi Pengembangan Tema B Rekapitulasi A’ Birama/
ketukan 1-5 6-41 42-48
Keterangan Tonalitas mulai dalam D mayor
Tonalitas mulai dalam dominannya di A mayor
Tonalitas kembali ke D mayor ditutup oleh suspensi akor
Fugue ini berstrukstur polifoni tiga suara, bersukat 4/4, subjek utamanya pada tonalitas D mayor pada birama 1 hingga birama 3 ketukan pertama dan dijawab pada suara kedua di dominannya di tonalitas A mayor pada suara tengah di birama ke 3 ketukan kedua sampai birama 5 ketukan pertama. Suara ketiga muncul pada suara bas di birama 7 ketukan kedua hingga birama 9 ketukan pertama.
9
Gambar 2. 3 Birama 3-5 Subjek di suara tengah (suara 2)
Gambar 2. 4 Birama 7-9 Subjek di suara bawah (suara 3)
Tabel 2. 2 Analisis struktural Fugue
Fugue
A
Eksposisi Pengembangan B Pengulangan A Birama /
ketukan 1-17/1 17/2-29/1 29/2-77/2 77/3-103 Keterangan Pada birama
1-9 terdapat polifoni tema tiga
suara Tonalitas mulai dalam
D mayor
Muncul motif ritme baru. Interaksi tiap suara menjadi
semakin intens dalam
tonalitas D mayor
Bagian tanpa permunculan
tema. Menggunakan kontrapung not seperenambelas.
Tonalitas mulai dalam D mayor
Tema utama muncul kembali
Allegro menggunakan sukat 3/8, tonalitas mulai dalam D mayor dan dimainkan arpeggio dalam not seperenambelasan dengan tempo allegro. Dalam Allegro ini terdapat dua bagian dan tiap bagiannya diulang dua kali.
19-10
23. Pada birama 24-26 kembali ke D mayor, ke A mayor lagi di birama 27, dan sampai pada kadens sempurna di birama 31-32 dalam tonalitas A mayor.
Bagian kedua dari birama 33-96 di mulai di dominannya yaitu A mayor dan kembali ke tonika D mayor pada birama 36, pada ketukan ketiga di birama 37 di modulasi ke subdominant nya di G mayor. Terjadi modulasi ke relatif minornya ke E minor di birama 41-56 dan E minor ini di modulasi ke paralel mayornya di E mayor di birama 57 dan kembali ke dominan dari D mayor yaitu A mayor di birama 60 agar dapat kembali ke tonika D mayor pada birama 64 ditutup oleh kadens sempurna dari akor V- I pada birama 95-96.
Gambar 2. 5 Bentuk arpeggio seperenambelasan Tabel 2. 3 Analisis struktural Allegro
Allegro
Birama / ketukan 1-32 33-96
Keterangan Dimulai dari tonalitas D mayor dan modulasi dan ditutup kadens di A
mayor
Dimulai dari dominan A mayor dan ditutup kadens
sempurna di D mayor
4. Analisis Teknik Prelude, Fugue and Allegro BWV 998
11
Prelude dan Allegro. Kesulitannya ialah memilah melodi utama yaitu subjek yang harus terdengar kontras dibandingkan kounter-subjeknya, dengan begitu kerja jari-jari tangan kanan perlu kerja ekstra untuk memilahnya. Sementara pada Allegro selain tempo yang cepat yang menjadi perhatian ialah posisi jari tangan kiri yang membutuhkan perenggangan ekstra untuk mencapai nada-nada dengan posisi yang susah. Penalaan senar keenam untuk karya ini, dari E diturunkan ke D.
B. Periode Klasik
1. Sekilas mengenai Periode Klasik
Periode Klasik berlangsung antara 1720-1800, dalam jeda waktu 70 tahun dalam periode ini membuat banyak perubahan besar dalam musik, seperti ekspresi melodi dan warna instrumental.5 Karakter utama yang menjadi ciri khas periode klasik adalah: kesederhanaan, bentuk yang simetris, musik yang anggun, ornamentasi teratur, dan kejernihan suara yang tinggi. Musik pada periode ini lebih bersifat universal. Pada periode Klasik ini praktik moral dianggap lebih penting dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat ketuhannan, sikap natural dalam perilaku sosial lebih dihargai daripada kemewahan atau perilaku formal yang megah. Musik pada periode klasik tidak dibatasi oleh ras atau kenegaraan. Pada periode ini orang-orang lebih menyukai musik alamiah, ekspresif dan sifatnya menghibur.
2. Biografi Mauro Giuliani
Mauro Giuliani merupakan seorang komposer dan gitaris berkebangsaan Italia yang lahir pada 1781. Mauro Giuliani merupakan salah seorang tokoh legendaris yang memiliki kontribusi penting bagi perkembangan gitar klasik. Pada 1806, Giuliani beserta keluarganya pindah ke Wienna, disana ia bertemu dengan komponis-komponis besar dunia.
12
Karya-karya Mauro Giuliani sangat dipengaruhi oleh para seniman besar pada saat itu, seperti Ludwig Van Beethoven dan Gioachino Rossini. Hal inilah yang membuat karyanya memiliki karakter melodi yang sangat ekspresif dan kreatif, namun tetap mempertahankan karakter instrumen gitar yang kuat.
3. Historis dan analisis Struktural Grande Ouverture Op.61
Di Italia, bentuk struktur seperti ini disebut "Ouverture" muncul pada 1680-an, dan menjadi pembuka utama untuk opera dari Alessandro Scarlatti, hingga menyebar ke seluruh Eropa dan pada pertengahan abad ke-18 Ouverture ini menjadi standar untuk pembukaan sebuah opera. Komposisi ini mengunakan sukat 4/4 diawali introduksi.
Tabel 2. 4 Analisis struktural Grande Ouverture Op.61
Grande Ouverture Op.61
Introduksi Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Birama /
ketukan 1-15 16-39 40-60 61-86 87-122
Keterangan Introduksi dimulai dalam tonalitas A minor. Dengan tempo Andante sostenuto Tonalitas mulai dalam A mayor Dengan tempo Allegro maestoso Tonalitas mulai dalam C mayor Adanya ritme baru dalam triul not seperenam-belasan Tonalitas mulai dalam E mayor Tonalitas mulai dalam C mayor
Tabel 2. 5 Analisis struktural Grande Ouverture Op.61
Grande Ouverture Op.61
Pengulangan
Bagian 1 Bagian 5
Birama /
ketukan 123/4-139 139-217
Keterangan Tonalitas mulai dalam A
13 4. Analisis Teknik Grande Ouverture Op.61
Komposisi ini merupakan komposisi gitar yang cukup panjang dan menguras tenaga. Diluar karya yang panjang, kesulitan dalam memainkan karya ini adalah menghafalkan pola-pola dan dinamika yang berbeda dari setiap bagiannya. Pada komposisi ini introduksinya dimainkan dalam tempo yang sedang dan sustenuto, masuk ke bagian ouverturenya tempo menjadi cepat dan megah diikuti dengan perubahan dinamika yang cukup kompleks seperti sforzando ke piano.
Gambar 2. 6 Dinamika dari sforzando ke piano.
5. Historis dan analisis Variations on a Theme by Handel Op.107
Tema utama komposisi ini dibuat oleh seorang komposer ternama periode Barok bernama George Frederic Handel. Karya ini merupakan Suite in E major yang diberi judul “The Harmonious Blacksmith”, berawal dari kisah dimana Handel mengunjungi kota benama Cannons, dimana saat itu hujan deras dan ia berteduh di tempat penempaan besi bernama The Jovial blacksmith and churchwarden Powell, dimana seseorang menggumamkan sebuah melodi sembari bekerja dan menempa palu diatas tempat besi penempa. Suara tempaan palu tersebut memberikan ide untuk membuat komposisi ini.6 Handel membuat karya ini dalam bentuk suite aria7 dan Giuliani mengkomposisi sebuah karya tema dan variasi dari tema karya tersebut. Karya tema dan variasi ini menggunakan tanda sukat 2/4.
6 Karl Scheit, Musik Fur Gitarre (Wien: Universal Edition, 1985).
14
Gambar 2. 7 Tema utama dari Variations on a Theme by Handel Op.107 Tabel 2. 6 Variations on a Theme by Handel Op.107
Variations on a Theme by Handel Op.107
Tema Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
Birama/
ketukan 1-24 25-48 49-74 75-100
Keterangan Tonalitas mulai dalam A mayor Dengan tempo Andantino Tonalitas mulai dalam A mayor Dengan tempo
Allegretto
Ritme baru dalam triul not seperedelapanan Tonalitas mulai dalam A mayor Dengan tempo Moderato Tonalitas mulai dalam A mayor Dengan tempo Allegretto cantabile
Tabel 2. 7 Variations on a Theme by Handel Op.107
Variations on a Theme by Handel Op.107
Variasi 4 Variasi 5 Variasi 6 Finale Birama/
ketukan 101-126 127-159 160-184 185-195
Keterangan Tonalitas mulai dalam A
mayor Dengan tempo Presto
Tonalitas mulai dalam A
minor Dengan tempo
Minore sustenuto
Tonalitas mulai dalam A
mayor Dengan tempo
Allegro
Tonalitas mulai dalam A
mayor Dengan tempo
15
6. Analisis Teknik Variations on a Theme by Handel Op.107
Karya ini memiliki enam buah variasi. Tiap variasi memiliki karakter yang berbeda seperti suasana dan tempo yang mengharuskan penyaji memberi interpretasi yang kuat. Perubahan suasana, pengulangan, tempo yang berbeda, dan perubahan dinamika yang cukup sering membuat karya ini membutuhkan keterampilan dan teknik bermain yang cukup.
C. Periode Romantik
1. Sekilas mengenai Periode Romantik
Awal mula munculnya periode Romantik berkisar 1800-1900. Prinsip
utama musik instrumental pada jaman romantik adalah: musik dapat menyampaikan emosi yang jelas tanpa menggunakan kata-kata. Musik pada periode romantik, lebih berkesan ekspresif dan personal. Struktural, bentuk dan tonalitas yang dulunya dianggap masuk akal dan baku, di periode ini batasan-batasannya menjadi tidak jelas dan meluas. Contoh nyata perkembangan musik pada periode Romantik ini adalah harmoni yang semakin kaya, perkembangan alat musik yang semakin beragam, banyaknya karya-karya solo untuk instrumen, dan banyaknya karya orkestra dengan komposisi instrumen yang lebih luas dan variatif dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Komponis periode Romantik yang karyanya dipilih penulis untuk dibawakan dalam resital ini, yaitu: Enrique Granados dengan karyanya
“Spanish Dance no.5” dan Isaac Albeniz dengan karyanya “Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola”.
2. Biografi Enrique Granados
16
Paris karena beasiswa belajar menjadi komposer di Paris Conservatory. Dia membuat banyak karya-karya untuk piano dengan gaya musik Spanyol yang menuntut kepiawaian bermain yang tinggi, seperti Escenas romanticas, Allegro de concierto, Maria del Carmen,dan 12 danzas espanolas. Komposisi pianonya banyak ditranskrip orang untuk instrumen gitar dan yang terkenal adalah 12 danzas espanolas miliknya.8
3. Historis dan analisis Struktural Spanish Dance no.5
Karya ini merupakan kumpulan dari 12 danzas espanolas yang berisikan: Galante, Oriental, Fandango, Villanesca, Andaluza, Rondalla Aragonesa, Valenciana, Asturiana, Romantica, Melancolica, Arabesca, dan Bolero. 12 karya tersebut, penulis akan membawakan karya nomor lima, Andaluza. Andaluza adalah karya yang menjadi favorit di kalangan pianis dan gitaris klasik. Sebuah daerah yang terkenal di selatan Spanyol dikenal sebagai Andalucia yang menghabitasi dua kultur yang berwarna yaitu, The Moors9 dan The Gypsies.10 Karya Granados ini memberikan kesan dalam
tiap improvisasinya.
Birama 1-3 dan 5-6 terdapat gaya bermain Gypsy cante flamenco.11
8 Olga Llano, 3, Granados 12 Spanish Dance for solo piano, (England: Alfred Masterwork, 2009).
9Claude v. Palisca. The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie, Edisi ke-2. Jilid 1. (London: Macmillan Publishers Limited), 851. Moors adalah sebutan untuk penduduk muslim abad pertengahan.
10Claude v. Palisca. The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley Sadie, Edisi ke-2. Jilid 1. (London: Macmillan Publishers Limited), 626. Gypsies adalah sebutan untuk orang komunal yang tersebar di seluruh dunia.
17
Gambar 2. 8 Birama 1-3 gaya Gypsy cante flamenco
Gambar 2. 9 Birama 5-6 gaya Gypsy cante flamenco
18
Tabel 2. 8 Spanish Dance no.5
Spanish Dance no.5
A B C
Coda Birama/
ketukan 1-31 32-64 65-68
Keterangan Tonalitas mulai dalam E minor Dengan tempo Andante quasi
Allegretto
Tonalitas mulai dalam E mayor Dengan tempo
Andante
Coda Tonalitas mulai dalam E mayor
4. Analisis Teknik Spanish Dance no.5
Komposisi ini memiliki gaya musik Spanyol seperti melodinya yang bernyanyi (legato) dan sedikit di rubato. Bagian A tempo dan dinamikanya bergerak dari dimainkan dalam tempo sedang, dinamika mezzo-forte hingga tempo cepat dengan dinamika forte. Bagian B dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Dalam bagian B ada penggunaan teknik harmonic yaitu setengah menekan senar pada fret 5, 7 dan 12 yang berfungsi untuk mendapatkan suara melodi oktafnya.
19 5. Biografi Isaac Albeniz
Isaac Albeniz lahir di Barcelona pada 1860 dan wafat 1909. Albeniz adalah anak yang jenius dimana saat usianya yang keempat, ia sudah bermain dalam konser piano pertamanya yang membuat para penontonnya takjub. Talenta berharga Albeniz ini membawa perjalanan hidupnya untuk belajar di Madrid Conservatory.12 Keinginannya yang mendalam untuk bermain dalam konser musik membuatnya meninggalkan rumah dan melakukan perjalanan konser ke Argentina, Uruguay, Brasil, Kuba, Puerto Rico, Amerika Serikat, Inggris, Wiemar, Paraguay, Vienna, Budapest dan Brussels.
Sekitar 1890 Albeniz mundur dari konser dan fokus dalam mengkomposisi karya. Ia belajar di Paris dan bertemu teman-temannya Dukas d’indy, Faure dan Debussy.
Ketika kematian ibu kandungnya pada 1900, Albeniz kembali ke Barcelona dan membuat opera Merlin disana. Pada akhir masa hidupnya, ia mengerjakan karya pianonya seperti Suite Iberia, Zarzuelas dan karya lainya. Sungguh ironis bahwa pada masa itu transkripsi karya gitarnya kurang terkenal dibandingkan dengan karya pianonya, dimungkinkan karena karya gitarnya tidak dimainkan didepan umum pada semasa hidupnya.13
6. Historis dan analisis Struktural Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
Disepanjang masa hidupnya sebagai komponis, Albeniz memulai komposisinya dengan ide-ide musik Spanyol yang luas, memiliki budaya dan musik yang kuat. Teknik bermain pianonnya yang luar biasa memungkinkan dia untuk menciptakan efek-efek suara yang meniru permainan gitar atau kastanyet.
12Elias Barreiro, Sevilla arranged for four guitars (United States of America: Mel Bay Publications, 1999), 4.
20
Di Sevilla ini dapat terdengar ritmik dansa asal kota Andalucia, sebuah provinsi yang dikenal dari agrikulturnya, pertarungan banteng, iklim yang hangat dan kultural yang beragam. Karya ini memiliki gambaran suasana kota Seville, Ibu kota Andalucia yang kontras, tertulis dalam bentuk ABA yang merupakan tipikal dari gaya nasionalistik Spanyol milik Albeniz. Perlu digaris bawahi yaitu ritme pada bagian A yang riang dan pada bagian B yang melankolis, karya ini bersukat 3/4.
Gambar 2. 11 Tema bagian A
Tabel 2. 9 Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
A B A
Birama/
ketukan 1-52 53-92 2-23, 93-95
Keterangan
Tonalitas mulai dalam G mayor Dengan tempo Vivo Energico
Tonalitas mulai
dalam C minor Pengulangan bagian A hingga coda
7. Analisis Teknik Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola
21
dinamikanya forte. Bagian B dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Penalaan senar kelima dari A diturunkan ke G dan senar keenam dari E diturunkan ke D.
D. Periode Abad XX
1. Sekilas mengenai Periode Abad XX
Pada periode musik abad XX para seniman atau komponis-komponis mengembangkan dan menerapkan berbagai macam idiomatika baru dalam karya-karya mereka. Karya komponis di periode ini sudah tidak terikat lagi dengan pemahaman dan struktur bentuk seni yang baku. Dalam bidang musik para komponis abad XX awal mengembangkan pemahaman yang berbeda-beda tentang hubungan antara nada ke nada satunya yang pada periode-periode sebelumnya komponis dituntut untuk memenuhi apa yang ingin didengar para pendengarnya, maka pada abad XX awal justru sebaliknya14.
2. Biografi Heitor Villa-Lobos
Heitor Villa-Lobos lahir pada 5 Maret 1887 dan wafat pada 17 November 1959 di Rio de Janeiro, Brasil. Villa-Lobos ialah seorang komponis asal Brasil yang digambarkan sebagai sosok yang kreatif dan paling menonjol pada Abad ke-20 dalam perkembangan musik Brasil. Ia juga seorang komponis yang sangat produktif, banyak karyanya untuk orkestra, musik kamar, instrumental dan vokal, hingga lebih dari 2000 karya sebelum tutup usia. Musiknya dipengaruhi oleh musik rakyat Brasil dan gaya musik Eropa lama. Seperti Bachianas Brasileiras dan Prelude-preludenya untuk perbendaharaan karya untuk instrumen gitar.
Pada masa tumbuh kembang Villa-Lobos, Brasil sedang menjalani masa revolusi sosial dan moderenisasi, penghapusan perbudakan, dan turunnya kekaisaran pada tahun 1889. Masa perkembangan Brasil terlihat
22
jelas dalam kehidupan musik dan karya-karyanya. Ia sempat mengikuti kursus pelajaran musik tradisional dan harmoni di Conservatorio de Musica. Villa-lobos menguasai instrumen cello, gitar dan klarinet.
Masa mudanya berubah ketika ayah kandungnya meninggal dunia pada 1899 dan ia menjadi tulang punggung keluarganya dengan menjadi pemain musik di teater orkestra di Rio, selain itu ia juga bergabung dengan musik jalanan lokal di Brasil. Tanpa disadari dari sanalah ia mulai memutuskan untuk serius mengkomposisi karya-karyanya.
3. Historis dan analisis Struktural Prelude no.1
The Cinq Preludes merupakan nama kumpulan dari lima buah Prelude karya Heitor Villa-Lobos. Karya ini dibuat selama musim panas tahun 1940 yang merupakan akhir dari karya musiknya untuk solo gitar.
Awal mula karya ini dibuat karena adanya pertemuan dirinya dengan seorang gitaris ternama Andres Segovia pada akhir tahun 1930an di Montevideo. Andres Segovia tertarik pada karya-karya gitar milik Villa-Lobos yang sebelumnya sehingga pertemuan ini membuahkan hasil yaitu lima buah Prelude ini yang akan dimainkan oleh Andres Segovia di Montevideo.
Karya ini bersukat 3/4 berubah menjadi 2/4 pada birama 52 dan kembali ke 3/4 pada birama 57. Sukatnya berubah menjadi 3/8 pada birama 67-77 dan kembali ke 3/4. Karya ini berbentuk ABA.
Tabel 2. 10 Prelude no.1
Prelude no.1
A B A
Birama/ ketukan 1-51 52-77 78-132
Keterangan
Tonalitas mulai dalam E minor Dengan tempo Andantino expresivo
Tonalitas pada E mayor
23 4. Analisis Teknik Prelude no.1
Komposisi ini memiliki gaya musik Spanyol, penggunaan akor yang tegas dengan dimainkan secara staccato terlihat jelas pada bagian A. Kesulitan dari karya ini adalah bentuk akor yang terus bergerak dengan melodi yang banyak menggunakan glissando juga perubahan tempo yang kontras. Perubahan tempo seperti allargo dan ritardando membutuhkan interpretasi penyaji yang baik.
Gambar 2. 12 Contoh akor yang tegas