MAKALAH
FISIOLOGI KEHAMILAN, BAYI BARU LAHIR DAN LAKTASI
Oleh :
DELA ZULIANDA PUTRIANI
NIM:
0 Kelas F
FAKULTAS KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2023/2024
B A B I
FISIOLOGIS KEHAMILAN
2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis atau alamiah yang dialami oleh seorang perempuan. Masa kehamilan dihitung sejak hari pertama menstruasi terakhir hingga dimulainya persalinan yang yang menandai akhir masa kehamilan. Kehamilan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan sel sperma (spermatozoa) dan berakhir dengan keluarnya bayi. Wanita yang organ reproduksinya sehat dan telah mengalami menstruasi serta melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan. (Yanti, 2017).
Menurut Taufan Nugroho, 2018 masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (280 hari/ 40 minggu) atau 9 bulan 7 hari. Periode dalam kehamilan terbagi dalam 3 triwulan/ trimester:
1. Trimester I awal kehamilan sampai 14 minggu 2. Trimester II 14 minggu sampai 28 minggu 3. Trimester III 28 minggu sampai 39/ 40 minggu
2.1.2Perubahan Fisiologis Ibu Hamil a. Perubahan pada sistem reproduksi
1) Uterus
Uterus akan membesar bersama dengan bertambahnya pembesaran intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan sedangkan hormon progesteron berfungsi untuk keelastisan uterus. Pada awal kehamilan ismus uteri, memanjang dan lebih kuat sehingga batas anatominya sulit ditentukan. Pada kehamilan 16 minggu, ismus uteri menjadi satu dengan korpus dan diatas usia kehamilan 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Terjadi hipervaskularisasi pada serviks akibat stimulasi estrogen dan perlunakan oleh estrogen (tanda godle). Meningkatnya sekresi lender serviks memberikan gejala keputihan pada ibu hamil. Terdapatnya tanda hegar yaitu hipertropi pada ismus uteri. Berat uterus tidak hamil adalah 30 gram dan pada saat hamil akan semakin meningkat hingga 1000 gram pada akhir kehamilan (Tyastuti, 2016).
2) Vagina/Vulva
Terdapat tanda chadwick yaitu hipervaskularisasi pada ibu hamil sehingga vagina ibu berwarna ungu kebiruan dan menyebabkan hipersensitivitas yang meningkatkan libido ibu hamil. Vagina berubah menjadi lebih basa yang membuatnya rentan terhadap infeksi jamur (Tyastuti, 2016).
3) Ovarium
Selama kehamilan fungsi ovarium yaitu produksi estrogen dan progerterone digantikan oleh plasenta mulai usia kehamila 16 minggu. Selama kehamilan tidak ada pembentukan dan pematangan folikel sehingga tidak terjadi ovulasi (Tyastuti, 2016).
b. Perubahan pada system endokrin 1) Progesterone
Hormone progesteron mulai di prosuksi oleh plasenta saat usia kehamilan 16 minggu yang sebelumnya diproduksi oleh corpus luteum. Hormone progesterone meningkat saat hamil dan menurun menjelang persalinan. Menurut Siti dan Heni (2016), hormone progesteron akan menurunkan tonus otot polos, menghambat motilitas lambung yang mengakibatkan mual, menurunkan peristaltik usus yang mengakibatkan reasorbsi air meningkat sehingga terjadi konstipasi, tonus otot menurun, menyebabkan statis urin akibat menurunnya ronus vesika urinaria dan ureter, menyebabkan tekanan diastolic menurun sehingga terjadi dilatasi vena, meningkatkan cadangan lemak, memicu overbreathing atau menurunnya tekanan CO2 arterial dan alveolar, serta memicu perkembangan payudara.
2) Estrogen
Estrogen diproduksi oleh ovarium pada awal kehamilan dan dilanjutkan plasenta serta kadarnya akan terus meningkat hingga menjelang persalinan (aterm). Menurut Siti dan Heni (2016), estrogen pada kehamilan berfungsi untuk memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus, memicu pertumbuhan payudara, merubah jaringan ikat menjadi lentur, retensi air, dan menurunkan sekresi natrium.
3) Kortisol
Kortisol berfungsi merangsang peningkatan insulin dan meningkatkan resistensi perifer ibu pada insulin, hal ini mengakibatkan ibu hamil mengalami peningkatan gula darah.
Pada awal kehamilan diproduksi oleh adrenal maternal dan selanjutnya diproduksi plasenta. Sel- sel beta normal pulau Langerhans pada pankreas dapat memenuhi kebutuhan insulin yang secara terus menerustetap meningkat sampai aterm (Siti dan Heni, 2016).
4) HCG
Diawal kehamilan hormone ini diproduksi trofoblas dan selanjutnya diproduksi oleh plasenta. Hormon ini dapat dideteksi pada 11 hari setelah pembuahan (darah) dan 12-14 hari (urine), serta kadarnya memuncak pada usia kehamilan 8-11 minggu.
Meskipun dapat dideteksi saat hamil, HCG bukan merupakan
tanda pasti kehamilan. HCG masih dapat dideteksi pada ibu yang mengalami keguguran karena kadar HCG baru akan kembali pada 4-6 minggu pasca keguguran, dengan alasan tersebut kadar HCG tidak dapat dijadikan untuk mendiagnosa kehamilan dan harus dilakukan pemeriksaan penunjang lain (Tyastuti, 2016).
5) HPL
Kadar HPL atau chronic somatotropin akan meningkat seiring dengan pertumbuhan plasenta. Memiliki efek yang laktogenik dan antagonis insulin, bersifat diabetogenic (kebutuhan insulin meningkat) (Tyastuti, 2016).
c. Perubahan pada sistem pernapasan
Semakin tua usia kehamilan maka uterus akan semakin membesar juga sehingga menekan usus dan menyebabkan diafragma bergeser 4 cm, ibu akan mengeluh sesak nafas yang biasanya diatas usia kehamilan 32 minggu. Kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat dan cara memenuhi kebutuhan oksigen adalah dengan cara bernafas dalam. Hormon estrogen yang meningkat mengakibatkan hipervaskularisasi pada saluran pernapasan atas, sehingga kapiler membesar dan mengakibatkan edema serta hiperemia pada hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus yang dapat menimbulkan sumbatan serta suara ibu hamil yang mengalami perubahan.
Peningkatan vaskularisasi dapat juga mengakibatkan membran timpani dan tuba
eustaki bengkak sehingga menimbulkan gangguan pendengaran, nyeri dan rasa penuh pada telinga (Tyastuti, 2016).
d. Perubahan pada sistem perkemihan
Ibu menjadi sering BAK (poliuria) dan laju filtrasi glomerulus meningkat. Hal ini diakibatkan peningkatan estrogen dan progesteron yang membuat ureter membesar dan tonus otot saluran kemih menurun. Penekanan uterus terhadap saluran kemih menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Terjadi perubahan yang normal seperti penurunan kadar keratinin, urea, dan asam urat dalam darah (Tyastuti, 2016).
e. Perubahan pada sistem pencernaan
Terjadi peningkatan hormone estrogen dan HCG yang dapat mengakibatkan mual dan muntah ibu hamil. Pada trimester I kehamilan nafsu makan ibu dapat menurun karena mual-muntah tersebut tetapi akan membaik ketika memasuki trimester II.
Perubahan peristaltic dilambung sehingga pencernaan makanan oleh lambung menjadi lebih lama dan lebih mudah terjadi peristaltic balik ke esofagus, terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala sering kembung, dan konstipasi. Peningkatan aliran darah panggul dan tekanan vena mengakibatkan hemoroid. Peningkatan estrogen mengakibatkan gusi hiperemia dan cenderung mudah berdarah (Tyastuti, 2016).
f. Perubahan sistem kardiovaskuler
Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil menurut Siti dan Heni (2016) adalah sebagai berikut:
1) Bertambahnya beban volume dan curah jantung mengakibatkan terjadinya retensi cairan.
2) Haemoglobin turun hingga 10%, terjadi hemodelusi yang mengakibatkan anemia relative.
3) Tahanan perifer menurun akibat pengaruh hormon.
4) Akibat perubahan hormonal terjadi vasodilatasi perifer sehingga tekanan darah sistolik dan diastolic menurun 5-10 mmHg pada trimester I tetapi, tekanan darah akan kembali normal pada trimester III kehamilan.
5) Pertambahan hingga 30-50% curah jantung pada akhir trimester I sampai akhir kehamilan.
6) Pertambahan hingga 50% volume darah maternal.
7) Pada awal kehamilan terjadi pertambahan volume plasma yang cepat pada, selanjutnya bertambah secara perlahan hingga akhir kehamilan.
g. Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan postur tubuh akibat pembesaran uterus mengakibatkan hiperlordosis sehingga ibu mudah kelelahan dan sakit punggung.
Peregangan pada dinding perut mengakibatkan tonus otot berkurang.
Peningkatan hormone estrogen, progesterone, dan elastin
mengakibatkan terjadinya peregangan otot-otot dan pelunakan liagmen. Peregangan otot rektus abdominalis akibat uterus yang membesar. Hormone seks steroid bersirkulasai mengakibatkan jaringan ikat dan jaringan kolagen melunak dan elastis berlebihan sehingga mobiditas sendi panggul mengalami peningkatan serta relaksasi seperti simpisis pubis merenggang 4mm, tulang pubik melunak seperti sendi, sambungan sendi sacrocoxigus mengendur membulat tulang koksigis bergeser kebelakang untuk persiapan persalinan (Tyastuti, 2016).
h. Perubahan darah dan pembekuan darah
Terjadinya peningkatan volume darah pada minggu ke 10-12 sebanyak 1500 ml yang terdiri dari 1000 ml plasma dan 450ml sel darah merah yang berfungsi untuk hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus, hidrasi jaringan janin dan ibu saat berdiri atau terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang saat persalinan dan nifas. Terjadi vasodilatasi perifer untuk mempertahankan tekanan darah normal ibu saat volume darah meningkat. Pada trimester II terjadi penurunan haemoglobin dan hematokrit akibat ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan terendah Hb pada usia kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sampai aterm. Anemia pada ibu hamil terjadi apabila Hb < 11 gram
% trimester I dan III, Hb < 10,5 gram% trimester II (Tyastuti, 2016).
i. Perubahan Berat Badan (BB) dan IMT
Pada trimester ke I berat badan (BB) ibu hamil tetap dan bahkan justru turun disebabkan rasa mual, muntah dan nafsu makan berkurang sehingga asupan nutrisi kurang mencukupi kebutuhan.
Pada kehamilan trimester ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman biasanya mual muntah mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada trimester kedua ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah sampai akhir kehamilan. Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi penting dalam dalam suksesnya kehamilan.
Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang perkembangan janin (Tyastuti, 2016).
j. Perubahan sistem persarafan
Menutut Siti dan Heni 2016, perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui. Gejala neurologis dan neuromuskular yang timbul pada ibu hamil adalah terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan oleh kompresi saraf panggul dan stasis vaskular akibat pembesaran uterus.
1) Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus, terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat meneyebabkan perasaan nyeri.
2) Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan saraf median dibawah karpalis pergelangan tangan, sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan nyeri pada tangan menjalar kesiku, paling sering terasa pada tangan yang dominan.
3) Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul akroestesia (rasa baal atau gatal ditangan).
4) Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.
5) Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau hipoglikemia.
2.1.3Ketidaknyamanan Ibu Hamil 1) Mual muntah
Mual muntah adalah keluhan fisiologis pada awal kehamilan.
Apabila terjadi pada pagi hari disebut morning sickness. Mual- muntah biasa terjadi saat perut kosong dan penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa anggapan bahwa mual- muntah disebabkan karena perubahan hormon yaitu peningkatan hormone estrogen, progesteron dan HCG, adaptasi psikologis, faktor neurologis, gula darah rendah, kelebihan asam lambung, peristaltic melambat. Upaya meringankan mual-muntah tersebut dapat dilakukan dengan makan sedikit tapi sering (2 jam sekali), bangun tidur secara perlahan, sebelum bangun minum air dan makan biscuit atau crackers menghindari makanan pedas dan bau tajam, mempertahankan hidrasi tubuh (cukup air putih), minum susu atau minuman manis sebelum tidur (mencegah hipoglikemi), diet lemak, hindari gerakan mendadak (Tyastuti, 2016).
2) Sering BAK
Sering BAK sering dialami oleh ibu hamil trimester I dan III, hanya frekuensinya lebih sering pada ibu hamil trimester III. Sering BAK pada ibu hamil diakibatkan karena pembesaran uterus menekan kandung kemih, ekskresi sodium yang meningkat, dan perubahan fisiologis ginjal pada kehamilan. Ibu hamil trimester I sering mengalami gangguan sering BAK dan akan mengganggu kualitas tidur ibu jika terjadi malam hari. Upaya meringankan adalah dengan tidak menahan BAK, mengurangi minum saat malam (menjaga hidrasi), tidak meminum minuman yang mengandung diuretik (teh, kopi, cola), tidur miring kekiri dan meninggikan kaki, serta rajin membersihkan kelamin untuk mencegah infeksi (Tyastuti, 2016).
3) Keputihan/Leukorea
Peningkatan kadar hormone estrogen mengakibatkan produksi lender serviks meningkat serta terjadinya hyperplasia mukosa vagina. Ibu merasa tidak nyaman karena keputihan membuat celana dalam menjadi basah. Cara meringankan keluhan ini dengan cara menjaga kebersihan tubuh dan alat kelamin, ganti celana dalam bila basah, pakai celana dalam yang menyerap keringat dan membuat sirkulasi udara baik (Tyastuti, 2016).
4) Sakit Kepala
Sakit kepala pada ibu hamil dapat disebabkan karena kelelahan, ketegangan otot mata, kongesti (kelebihan cairan tubuh), dan dinamika syaraf yang berubah. Upaya untuk meringankan keluhan ini adalah dengan relaksasi, masase leher dan bahu, istirahat cukup, mandi air hangat, penuhi kebutuhan cairan tubuh, lakukan jalan santai, yoga, senam hamil, serta hindari pergi dalam waktu lama tanpa makan (Tyastuti, 2016).
5) Edema
Edema bisa terjadi pada trimester II dan III. Penyebab edema adalah karena pembesaran uterus pada ibu hamil mengakibatkan tekanan pada vena pelvik sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi. Hal ini terjadi pada waktu ibu hamil duduk atau berdiri dalam waktu lama. Tekanan pada vena cava inferior pada saat ibu berbaring terlentang, kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah, kadar sodium (natrium) meningkat karena pengaruh dari hormonal, dan pakaian ketat (Tyastuti, 2016).
6) Haemoroid
Disebut juga dengan wasir, biasa terjadi pada ibu hamil trimester II dan III. Haemoroid dapat terjadi karena konstipasi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya progesteron yang menyebabkan peristaltik usus lambat dan juga oleh vena haemoroid tertekan karena pembesaran uterus (Tyastuti, 2016).
7) Kram pada kaki
Kram pada kaki biasanya timbul mulai kehamilan 24 minggu.
Faktor penyebab kram belum pasti, namun ada beberapa kemungkinan diantaranya adalah kadar kalsium dalam darah rendah, uterus membesar sehingga menekan pembuluh darah pelvic, keletihan dan sirkulasi darah ke tungkai bagian bawah kurang (Tyastuti, 2016).
8) Sakit punggug
Sakit punggug pada ibu hamil terjadi pada trimester II dan III.
Disebabkan karena pembesaran payudara yang dapat berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan. Posisi tubuh membungkuk ketika mengangkat barang dapat merangsang sakit punggung, hal ini berkaitan dengan kadar hormon yang meningkat menyebabkan cartilage pada sendi besar menjadi lembek, dan posisi tulang belakang hiperlordosis (Tyastuti, 2016).
9) Varises pada kaki atau vulva
Varises bisa terjadi pada kehamilan trimester II dan III. Varises dapat terjadi karena bawaan keluarga (turunan) atau karena peningkatan hormon estrogen sehingga jaringan elastic menjadi rapuh. Varises juga terjadi oleh meningkatnya jumlah darah pada vena bagian bawah (Tyastuti, 2016).
2.1.4Kebutuhan Ibu Hamil 1) Kebutuhan oksigen
Akibat dorongan rahim yang membesar kepada diafragma, terjadi perubahan sistem respirasi dan kebutuhan oksigen pada ibu hamil meningkat. Terjadi perubahan aktivitas paru-paru untuk mencukupi kebutuhan oksigen. Dengan melakukan jalan-jalan dipagi hari, tidak berada dikeramaian, duduk dibawah pohon, dan berada diruangan berventilasi cukup dapat membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Tyastuti, 2016).
2) Kebutuhan nutrisi
Ibu hamil membutuhkan nutrisi yang lebih banyak daripada sebelum hamil karena ibu harus memenuhi nutrisi untuk janinj juga. Nutrisi harus dipenuhi melalui kebutuhan gizi dari makanan sehari-hari dengan gizi seimbang (Tyastuti, 2016).
3) Body mekanik
Ibu hamil harus menjaga postur agar tetap tegak, saat akan mengangkat barang usahakan tulang belakang tegak (tidak membungkuk), bangun dari tidur dengan pelan (miring kiri lebih dahulu), dan menghindari terlentang terlalu lama karena dapat menekan pembuluh darah vena cava inferior dan aorta abdominalis (Tyastuti, 2016).
4) Exercise dan senam hamil
Tujuan dilakukan olahraga supaya ibu menjadi kuat dan mempersiapkan kelahiran. Olahraga yang dapat dilakukan adalah berjalan-jalan, berenang dan yoga. Harus menghindari gerakan melompat, melempar, memutar atau mengubah arah tubuh dengan cepat (Tyastuti, 2016).
5) Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting untuk kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin. Tidur malam 8 jam dan tidur siang 1 jam, meskipun tidak tidur harus istirahat, menghindari duduk dan berdiri terlalu lama (Tyastuti, 2016).
2.2 Konsep Dasar Kaki Bengkak
2.2.1Pengertian Bengak/Edema
Bengkak atau biasa disebut dengan edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
Hampir separuh dari ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki (Megasari, 2014).
2.2.2Penyebab Kaki Bengkak Pada Kehamilan
Kaki bengkak fisiologis biasa terjadi pada kehamilan trimester II dan trimester II. Bengkak (edema) fisiologis umumnya terjadi pada bagian pergelangan kaki dan tungkai kaki. Selama kehamilan, secara
normal tubuh ibu hamil akan memproduksi lebih banyak hormon estrogen dan progesterone. Peningkatan atau perubahan hormon selama kehamilan dapat memicu terjadinya peningkatan kadar sodium (natrium) yang bersifat mengikat ait didalam tubuh sehingga terjadi penumpukan (retensi) cairan pada jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan termasuk pada kaki. Kaki bengkak juga dapat terjadi akibat dari terganggunya sirkulasi darah dan terhambatnya pembuluh darah vena. Terganggunya sirkulasi ini disebabkan oleh peningkatan tekanan karena pembesaran uterus pada vena pelvic ketika ibu hamil duduk ataupun berdiri dalam waktu yang lama serta penekanan pada pembuluh darah besar di perut sebelah kanan (vena cava inferior) ketika ibu berbaring terlentang atau miring kekanan.
Penggunaan baju yang ketat juga dapat menghambat sirkulasi darah pada pembuluh darah vena di ekstremitas bawah. Kehamilan dengan kaki bengkak mengakibatkan proses kembalinya darah ke jantung akan terganggu, sehingga akan lebih banyak cairan yang menimbun pada kaki (Khairoh, 2019). Gejala kaki bengkak fisiologis yang sering dirasakan oleh ibu hamil adalah ketika ibu hamil merasakan sepatu yang biasa digunakan tiba-tiba menjadi lebih sempit dari biasanya (Deswani, 2018).
2.2.3Bengkak Pada Kehamilan Yang Perlu Diwaspadai
Bengkak (edema) fisiologis yang umumnya terjadi pada bagian pergelangan kaki dan kaki ini, harus dapat dibedakan dengan edema
patologis yang berhubungan dengan preeklampsia atau gangguan yang lebih serius lainnya (Khairoh, 2019).
Apabila bengkak tidak hanya terjadi pada kaki tetapi juga muncul dibagian tubuh lainnya seperti tangan, wajah, dan sekitar mata yang disertai dengan sakit kepala, penglihatan buram, mata berkunang- kunang, terdapat protein dalam urine (proteinuria), dan tekanan darah tinggi bisa menandakan kondisi preeklampsia pada ibu hamil. Selain itu apabila bengkak hanya terjadi pada salah satu kaki disertai dengan rasa nyeri, kemerahan, dan rasa panas pada betis dan kaki maka perlu waspada adanya penyumbatan pembuluh darah atau pembekuan darah di kaki atau Deep Vein Thrombosis (DVT).
Bengkak fisiologis akan hilang setelah bangun tidur atau istirahat, jika bengkak tidak kunjung susut atau bahkan semakin berat, segera rujuk atau konsultasikan ke dokter karena dikhawatirkan ada gangguan yang lebih serius (Deswani, 2019).
2.2.4Dampak Kaki Bengkak Fisiologis
Pada kaki bengkak fisiologis dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu hamil. ketidaknyamanan tersebut antara lain:
1) Nyeri pada daerah bengkak 2) Kram pada malam hari 3) Kesemutan atau mati rasa 4) Pegal
5) Terasa berat pada tungkai yang mengalami bengkak
6) Mengganggu kualitas tidur ibu dan mengganggu aktivitas sehari-hari 2.2.5Cara Mengatasi atau Pencegahan Kaki Bengkak Fisiologis
Menurut Siti Tyastusi dan Heni (2016), kaki bengkak dapat diatasi atau dicegah dengan cara sebagai berikut:
1) Hindari pakaian ketat
2) Hindari makanan yang berkadar garam tinggi 3) Hindari duduk/berdiri dalam jangka waktu lama 4) Makan makanan tinggi protein
5) Berbaring atau duduk dengan kaki ditinggikan 6) Hindari berbaring terlentang
7) Hindari sandal atau sepatu hak tinggi 8) Hindari kaos kaki atau stoking yang ketat
Selain pencegahan diatas, menurut Miratu Megasari (2014) dapat juga dilakukan penanganan atau pencegahan umum kaki bengkak pada kehamilan seperti:
1) Istirahat yang cukup
2) Mengatur diet, yaitu dengan meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
3) Olahraga atau senam hamil
Olahraga dapat membantu ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan bentuk tubuh dan berat badan. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan adalah senam hamil. jika dilakukan secara rutin,
dapat meningkatkan kekuatan otot tubuh dan memperlancar peredaraan darah.
4) Merendam kaki dengan air hangat
Merendam kaki di air hangat dapat meningkatkan suhu tubuh, hal ini dapat meningkatkan aliran darah dan mengurangi inflamasi sehingga memperlancar aliran darah. Kaki yang direndam air hangat akan menyebabkan pembuluh darah menjadi lebar dan ketegangan otot menurun. Dengan adanya pelebaran pembuluh darah maka aliran darah akan lancar sehingga mudah mendorong darah masuk ke jantung.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah semakin lancar maka hasil akhirnya sirkulasi darah kembali ke jantung sehingga akan mengurangi edema tungkai.
5) Memijat kaki
Memijat kaki yang bengkak akan membantu melancarkan peredaran darah. Memijat kaki kearah jantung dengan gerakan kuat dan memberikan tekanan lembut dapat menghilangkan kelebihan cairan dan mengurangi pembengkakan.
B A B II
FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR
3.1 .Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah merupakan bayi yang lahir dari usia kehamilan genap antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500 gram sampai 4000 gram (Noordiati, 2018).
Pada BBL atau neonatus adalah dimana pada kelahiran bayi pada usia 0 sampai dengan 28 hari tersebut, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan pada sistem organ (Kemenkes RI, 2020).
Ciri-ciri BBL normal adalah sebagai berikut:
Berat badan antara 2500-4000 gram, panjang badan 47-50 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm, bunyi jantung dalam menit pertama
± 180 ×/menit, kemudian menurun sampai 140-120 ×/menit, pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 ×/menit, kuli kemera-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi vernic caseosa, rambu lanugo tidak terlihat, rambut kepala tumbuh dengan baik, kuku agak panjang dan lemah, reflek isap, menelan, dan moro sudah baik, genetalia labio mayora menutup labio minora (pada perempuan) testis sudah turun (pada laki laki), dan eliminasi urine dan mekonium normalnya akan keluar pada 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kecoklatan (Daru, 2018).
3.1.2 Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir
Menurut (Sinta, dkk. 2019) perubahan fisiologi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Sistem pernapasan
Pada masa neonatus yang kritis yaitu dimana harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi baru pertama lahir.
Pada persalinan sskepala bayi akan menyebabkan badan bayi khususnya pada thoraks yang berada dijalan lahir kemudian terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam percabangan trakheobronkial akan keluar sebanyak 10 sampai 28 cc. Setelah selesai thorak lahir kemudian terjadilah mekanisme balik yang dapat menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu:
1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir.
2) Pada perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan pembuluh darah kapiler paru semakin terbuka untuk persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan yang menyebar sehingga mempermudah untuk menggelembung alveoli, resistensi pembuluh darah paru semakin menurun sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju paru, pelebaran toraks secara tidak aktif yang cukup tinggi untuk menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar 25 mm air.
3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk meningkatkan
pengeluaran lendir. Diketahui juga bahwa intra uteri, alveoli yang terbuka kemudian diisi oleh cairan yang dikeluarkan saat thorak sudah masuk jalan lahir. Walaupun ekspirasi lebuh panjang isnpirasi, tidak semua cairan dapat keluar dari dalam perut. Pada saat cairan lendir dikeluarakan dengan mekanisme berikut ini yaitu perasan dinding thorak, sekresi menurun,dan resorbsi pada jaringan paru melalui pembuluh limfelendir.
b. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi, karena paru-paru mulai berkurang dan tali pusat putus. Pada perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan hemodinamik yaitu sebagai berikut :
1) Pada darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan saturasi oksigen sebesar 80-90% karena pada hemoglobin pada janin mempunyai energi yang tinggi terhadap oksigen.
2) Darah dari vena cava inferior atau vena terbesar di tubuh manusia yang kaya akan oksigen dan nutrisis yang langsung masuk keforamen ovale dari atrium kanan kemudian menuju atrium kiri. Pada atrium kanan menerima aliran darah yang berasal dari vena pulmonalis.
3) Pada aliran darah dari cava superior yang berasal dari sirkulasi darah ekstremitas bagian atas yaitu otak, dan jantung masuk ke atrium kanan dan kemudian langsung menuju ventrikel kanan.
4) Pada curah jantung janin pada saat mendekati aterm sekitar 450 cc/kg/menit dan dari kedua ventrikel janin jantung.
5) Pada aliran dari ventrikel dengan tekanan 25-28 mmHg dengan saturasi 50% akan menuju ke arteri koroner jantung, ekstremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden. Pada aliran dari ventrikel kanan, dengan tekana oksigen 20-23 mmHg dengan saturasi 55% kemudian menuju ke aorta desenden yang selanjutnya akan menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas pada bagian bawah.
Pada saat lahir, terjadi pengembangan pada alveoli paru-paru sehingga pada tahanan pembuluh darah paru semakin menurun.
6) Endothelium relaxing factor dapat menyebabkan relaksasi pada pembuluh darah dan menurunkan tahanan pembuluh darah pada paru.
7) Pada pembuluh darah pada paru dapat melebar sehingga tahanan pembuluh darah makin menurun, dampak dari hemodinamik yaitu berkembangnya paru pada bayi yaitu aliran darah menuju paru dari ventrikel bertambah sehingga tekanan darah pada atrium kanan dapat menurun karena tersedot oleh vertikel kanan yang akhirnya dapat mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri meningkat, dan menutup pada foramen ovela, aliran darah atrium kanan kekiri masih dapat dijumpai selama 12 jam dan totasl yang menghilang pada hari ke 7-12.
c. Pengaturan suhu
Pada bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat cara yaitu:
1) Konveksi yaitu : pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan bayi sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin atau AC yang kuat harus jauh dari area resusitasi atau bayi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara disekitar bayi.
2) Evaporasi yaitu: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi yang baru lahir dalam keadaan basah dapat kehilangan panas. Karena itu bayi harus segera dikeringkan seluruhnya tubuhnya dari kepala sampai ujung kaki.
3) Radiasi yaitu : melalui benda padat yang dekat dengan bayi yang tidak terkena secara langsung pada kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda yang padat terdekat yaitu misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu bayi harus segera diselimuti.
4) Konduksi yaitu : melalui benda padat yang berkontak langsung pada kulit bayi (Prawirohardjo, 2013).
d. Perubahan imun
Pada bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism penyerangan dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada bayi baru lahir.
1) Respon pada sinflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2) Pada fagositosis lambat.
3) Keasaman pada lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkemih secara sempurna sampai pada usia 3-4 minggu.
4) Pada immunoglobulin A hilang dari saluran pernafasan dan perkemihan, kecuali bayi tersebut menyusui ASI, IgA juga tidak terdapat pada saluran GI. Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama neonatus.
e. Perubahan reflek pada bayi baru lahir
Menurut Sinta, dkk (2019), perubahan reflek pada bayi adalah sebagai berikut:
1) Reflek Moro
Bayi akan membuka tangan dan melebarkan jari, lalu membalikkan tangan dengan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang.
2) Reflek rooting
Timbul karena adanya stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepalanya seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang pada saat usia 7 bulan.
3) Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting yaitu mengisap putting susu dan menelan ASI.
4) Reflek graps
Timbul jika ibu jari diletakkan di telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangannya atau telapak kaki bergerak dekat dengan ujung jari kaki, dan jari kaki menekuk.
5) Reflek walking dan stapping
Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan yaitu kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan. Akan menghilang pada usia 4 bulan.
6) Reflek tonicneck
Reflek ini akan timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau kiri jika diposisikan tengkurap atau tiarab. Reflek ini bisa dilihat saat bayi berusia 3-4 bulan.
7) Reflek Babinsky
Reflek ini muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari yang akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, dan menghilang pada usia 1 tahun.
8) Reflek Galant
Reflek ini muncul ketika bayi tengkurap, dan gerakan bayi pada punggung dapat menyebabkan pelvis membengkok ke samping.
Berkurang pada usia 2-3 bulan.
9) Reflek Bauer/merangkak
Reflek pada bayi aterm yaitu dengan posisi tengkurap. Pada BBL akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Dan menghilang pada usia 6 minggu.
f. Penilaian APGAR pada bayi baru lahir
1) Nilai 7-10 : bayi dalam kondisi baik atau normal.
2) Nilai 4-6 : bayi dalam keadaan depresi sedang.
3) Nilai 0-3 : bayi dalam keadaan mengalami depresi serius.
Table 2.1 Apgar
Skor 0 1 2
Appearance (warna kulit)
Pucat Badan merah,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh Merah Pulse rate
(frekuensi nadi)
Tidak teraba Kurang dari 100 x/menit
Lebih dari 100 x/menit Grimace
(reaksi rangsangan)
Tidak ada Sedikit gerakan Mimic
Menangis, batuk/bersin
Activity (tonus otot)
Lemas̸lumpuh Ekstremitas sedikit refleksi
Gerakan aktif
Repiratory (pernafasan)
Tidak ada Lambat, tidak Teratur
Baik, menangis Kuat
g. Klasifikasi
Sumber: Walyani dan Endang Purwoastuti, 2017.
Neonatus dibagi menjadi dua kelompok menurtu (Juwita &
Prisusanti, 2020) yaitu:
1) Neonatus menurut masa gestasinya masa gestasi atau dapat disebut dengan umur kehamilan merupakan waktu dari konsepsi yang dihitung dari ibu hari pertama haid terakhir (HPHT) pada ibu sampai dengan bayi lahir (Novieastari et al., 2020).
2) Bayi yang kurang bulan bayi yang lahir <259 hari atau 37 minggu.
3) Bayi yang cukup bulan yang lahir antara 259 – 293 hari atau 37 minggu sampai dengan 42 minggu.
4) Bayi lebih bulan bayi yang lahir >294 hari (>42 minggu).
5) Neonatus menurut berat badan saat lahir bayi lahir ditimbang berat badannya dalam satu jam pertama jika bayi lahir di fasilitas kesehatan dan jika bayi lahir dirumah maka bayi ditimbang selama waktu 24 jam pertama setelah bayi lahir (Novieastari et al., 2020).
6) Bayi berat badan lahir rendah : bayi yang lahir dengan berat badan
<2,5kg.
7) Bayi berat badan lahir cukup : bayi yang lahir dengan berat badan antara 2,5 kg–4 kg.
8) Bayi yang berat badan lahir lebih, bayi dengan berat badan >4kg
Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pathway
Bayi baru lahir
Fungsi organ belum baik
Daya tahan Kurang Reflek Jaringan lemak Peninkatan
tubuh rendah pengetahuan mengisap bayi
belum efektif subkutan tipis suhu tubuh Penunan daya Asi ibu kurang Bayi tidak mau Pemaparan dengan Menigkatnya tahan tubuh
tubuh baik menyusui suhu tubuh metaboliame
Penyesuaian Peningkatan
Suhu tubuh kebutuhan o2
Gambar 2.1 Pathway BBL
Sumber : Maryunani (2009)
3. Perawatan Pada Bayi Baru Lahir
Pencegahan infeksi pada bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan dan berlangsung maupun beberapa saat setelah bayi lahir.
Sebelum menangani bayi, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan pada infeksi (Kemenkes, 2015).
a. Cuci tangan dengan bersih sebelum bersentuhan dengan bayi.
b. Gunankan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi atau bersentuhan dengan bayi.
Menyusui tidak efektif
Resiko infeksi
Risiko hipotermia Menyus
c. Pastikan semua peralatan dan alat mandi yang digunakan bersih, terutama pada klem, gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat yang telah didesinfeksi tingkat tinggi atau di sterilkan. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika melakukan penghisapan lendir atau jangan menggunakan bola karet penghisap yang sama dengan bayi.
d. Pastikan semua pakaian bayi, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Dan timbangan, pita, pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi.
e. Penilaian Segera Setelah Bayi Baru Lahir:
1) Apakah bayi bernapas dan menangis dengan kuat tanpa ada kesulitan ? 2) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
3) Menilai bagaimana warna kulit pada bayi, apakah berwarna kemerahan atau
ada sianosis?
f. Perlindungan termal (Termoregulasi)
Pada lingkungan atau tempat yang dingin, dapat terjadi suhu renda dan terjadinya menggigil atau kedinginan, penanganan pertama pada bayi yang kedinginan, untuk kembali dengan suhu tubuh yang normal dengan mendekatkan bayi pada suhu ruangan yang hangat. Pencegahan kehilangan panas merupakan tindakan utama pada bayi lahir. Suhu tubuh normal pada neonatus yaitu sekitar 36,5 - 37,5°C, jika suhu tubuh turun dibawah 36,5°C bayi mengalami hipotermia (Rahardjo dan Marmi, 2015).
g. Mekanisme kehilangan panas
Mekanisme pada pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum berfungsi dengan sempurna, perlunya dilakukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena pada bayi sangat beresiko yang mengalami hipotermia.
Bayi yang mengalami hipotermia atau demam mudah sakit dan terjadi kematian. Bayi mudah terkena hipotermi ketika tubuh bayi dalam keadaan basah, jika bayi dala keadaan basa harus sesegera mungkin dikeringkan dan di selimuti (Rahardjo dan Marmi, 2015).
h. Proses adaptasi
Proses adaptasi yaitu kehilangan panas bayi akan mengalami : 1) Stres pada bayu bary lahir dan dapat menyebabkan hipotermi.
2) Bayi mudah kehilangan panas.
3) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan suhu tubuh.
4) Lemak coklat yang terbatas pada bayi apabila habis dapat menyebabkan bayi akan stres dingin (Rahardjo dan Marmi, 2015).
i. Mencegah kehilangan panas pada bayi adalah sebagai berkut : 1) Keringkan bayi
Keringkan sesegera setelah bayi lahir agar dapat mencegah tubuh bayi panas. Untuk menjaga kehangatan tubuh, keringkan menggunakan kain bersih. Kemudian selimuti tubuh bayi atau menggunakan kain yang bersih setelah itu keringkan tubuh bayi, setelah mengeringkan kemudian ganti kain atau selimut kering dan hangat.
2) Tutup bagian kepala bayi
Pada bagian kepala merupakan permukaan yang luas dan mudah kehilangan panas. Untuk itu perlu menutup daerah atau bagian kepala agar bayi tidak mudah kehilangan panas.
3) Berikan pelukan bayi dan menyusui bayi
Memberikan pelukan dan menyusui dapat menjalin kasih sayang antara bayi dan ibu dan juga menjaga kehangan sibayi. Perhatikan cara menimbang bayi dan jangan langsung memandikan bayi jika menimbang bayi tanpa alas timbangan juga dapat kehilangan panas pada tubuh bayi. Gunakan selimut atau kain bersih untuk menyelimuti jangan timbang bayi saat tidak berpakaian.
4) Bayi yang baru lahir sangat mudah terkanana atau mengalami hipotermi dan jangang langsung memandikan tunggu hingga dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir.
5) Simpan bayi dalam tempat yang hangat jangan tempatkan bayi ditempat yang ber AC, simpan bayi atau letakkan pada ibunya jiga berac suhu ruangan harus tetap normal adar bayi hangat.
6) Jangan langsung memandikan bayi karna bayi mudah kehilangan panas, sebaiknya bayi dimandikan 6 jam setelah bayi lahir, karna bayi mudah terkena hipotermian (Indrayani, 2013).
7) Merawat tali pusat, ketika kelahiran plasenta dan kondisi ibu sudah mulai membaik lalu lakukan klem pada tali pusat bayi atau jepit plastik (Lyndon, 2014). Lalu tangan yang masih menggunakan hanscoon
dicelupkan pada cairan klorin 0,5% agar dapat membersihkan dara dan sekresi. Bilas tangan menggunakan cairan DTT. Lalu tangan dikeringkan dengan handuk kering atau kain yang bersih yang tidak.
Kemudian tali pusat diklem dengan jarak sekitar 1 cm dari pusar bayi.
Lalu gunakan klem plastik DTT atau steril kemudian ikat kuat dengan simpul mati atau kunci pakai penjepit tali pusat. Lalu lepaskan semua klem lalu rendam dalam cairan klorin 0,5%. Bungkus tali pusat yang sudah diikat.
8) Pemberian ASI pada rangsangan hisapan pada bayi, puting susu pada ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior agar mengeluarkan hormone prolaktin. Prolaktin akan memepengaruhi ASI agar memproduksi ASI di alveoli. Semakin bayi sering menghisap puting susu ibu maka semakain banyak prolaktin dan ASI ibu diproduksi. Memberikan isnisiasi menyusui dini dapat memberikan dampak positif bagi bayi, karna dapat menjalin kasih sayang atau memperkuatikatan ibu dan sibayi.
Pemberian ASI pada bayi adalah sebagai berikut yaitu :
a) Berikan bayi ASI eksklusif saja selama 6 bulan karna dapat memenuhi kebutuhan bayi 100%.
b) Umur bayi 6 bulan sampai dengan 12 bulan bayi juga perlu diberikan makan utama yaitu ASI karna ASI merupakan makan utama sibayi karna dapat memenuhi kebutuan 60 – 79%, makanan atau nutrisi
yang perlu ditambah kan untuk sibayi yaitu makanan yang belumat atau yang lunak sesuai usia sibayi.
c) 12 bulan keatas ASI hanaya memenuhi kebutuhan bayi sekitar 30%, dan makanan padat sydah menjadi makan utama sibayi. ASI juga harus tetap di berikan paling kurang usia sibayi 2 tahun (Saifuddin AB, 2014).
d) Pencegahan infeksi pada mata bayi dapat diberikan setelah bayi lahir. Salep tersebut diberikan salep mata tetrasikin 1%, salep mata antibiotik harus diberikan setelah 1 jam kelahiran bayi. Profikaksis infeksi mata tidak akan efektif apabila diberikan lebih dari 1 jam kelahiran bayi (Indrayani, 2013).
4. Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir
Pada bayi yang baru lahir segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuscular di paha kiri bayi agar dapat mencegah perdarahan pada bayi baru lahir, akibat dari defesiensi vitamin K1 yang lambat dapat dialami bayi baru lahir (Indrayani, 2013).
a. Imunisasi hepatitis B
Pemberian imunisasi hepatitisB sangat bermanfaat mencegah terjadinya infeksi yang disebabakan virus hepatitisB (Saifuddin, 2014). Untuk pemberian imunisasi hepatitisB dijadwalkan 2 diberikan imunisasi, pada jadwal pertama imunisasi diberikan sebanyak 3 kali pemberian yiatu pada usia bayi dari 0 atau bayi segera setelah lahir menggunakan uniject, sampai usia 1 sampai dengan 6 bulan. Jadwal kedua imunisasi diberikan sebayak
4 kali yaiti pada usia 0 segera setelah bayi lahir dan DPT+Hepatitia B usia 2 bulan sampai dengan 4 bulan (Indrayani,2013).
B A B III
FISIOLOGIS LAKTASI
4.1 Konsep laktasi
1. Pengertian Laktasi
Menyusui merupakan ketrampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi. Dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Purwanti, 2004). Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi menghisap dan menelan ASI.
Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi berguna untuk menambah pemberian ASI dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan baik dan benar serta anak memperoleh kekebalan tubuh secara alami (Wiji & Mulyani, 2013).
Proses laktasi menurut (Wiji & Mulyani, 2013) mempengaruhi hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan dalam proses laktasi adalah:
a. Progesteron, berperan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
b. Estrogen, berperan untuk menstimulasi sistem saluran ASI agar membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak.
Kualitas estrogen mengalami penurunan saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Ibu menyusui sebaiknya menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena menjadikan jumlah produksi ASI berkurang.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH).
d. Luteinizing Hormone (LH).
e. Prolaktin, ketika masa kehamilan prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli.
f. Oksitosin, aktif untuk mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan pasca melahirkan, seperti halnya juga dalam orgasme. Pasca melahirkan oksitosin berperan untuk mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let down atau milk ejection reflex.
g. Human Placental Lactogen (HPL). Mulai menginjak bulan kedua kehamilan, placenta menghasilkan banyak HPL yang berfungsi dalam pertumbuhan payudara, putting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara bersedia untuk memproduksi ASI.
Manajemen laktasi merupakan suatu tata kelola yang menyeluruh yang berkaitan dengan laktasi dan penggunaan ASI menuju suatu keberhasilan menyusui yang berguna untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan bayinya (Purwanti, 2004).
Menjumpai masa laktasi sejak dari kehamilan akan mengalami perubahan-perubahan pada kelenjar payudara yaitu:
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak meningkat.
b. Pembuatan cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning-putih susu.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam.
d. Pasca persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Air susu dirangsang oleh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin. Air susu keluar akibat dari mio-eptel kelenjar yang berkontrasi yang dipengaruhi oleh oksitosin. Produksi air susu bertambah sesudah 2-3 hari setelah persalinan.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris menimbulkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi Air Susu Ibu (ASI) menjadi lebih banyak. Sebagai hasil positifnya adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk merasakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusi merupakan proses integral dari daur reproduksi dan mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Secara alamiah akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur dan kondisi menurut (Wiji & Mulyani, 2013) terdiri dari proses:
a. Mammogenesis, yaitu pembentukan kelenjar payudara.
Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, masa siklus menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan akan mengalami peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan lobulus yang dipengaruhi oleh hormon placenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen placenta, korionik gonadotropin , insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan.
Pada usia tiga bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.
Pada masa ini estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran kolostrum masih terhambat, tetapi jumlah prolaktin meningkat ketika aktifitasnya dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Setelah melahirkan estrogen dan progesteron akan menurun dan prolaktin akan meningkat, oksitosin (hipofise
posterior) meningkat bila ada rangsangan hisap, sel miopitelium buah dada berkontraksi.
b. Galaktogenesis, yaitu proses pembentukan atau produksi ASI Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks oksitosin atau let down refleks dan reflek prolaktin.
c. Galaktopoesis, yaitu proses mempertahankan produksi ASI Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar oksitosin dan prolaktin dalam darah. Hormon- hormon ini berfungsi untuk pengeluaran dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.
Proses pemberian ASI memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui.
Kekuatan isapan kurang disebabkan oleh berkurangnya rangsangan menyusu oleh bayi, frekuensi isapan yang kurang dari singkatnya waktu menyusui berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaan air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Komponen penghambat pengeluaran prolaktin yang belum jelas bahannya menyebabkan terhambatnya pengeluaran prolaktin, beberapa bahan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan ada kaitannya dengan pengeluaran prolaktin.
Oksitosin berfungsi pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar mamae. Hormon ini berperan untuk memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar. Semakin sering menyusi,
pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan semakin lancar. Jadi peranan oksitosin dan prolaktin mutlak diperlukan dalam laktasi.
3. Reflek laktasi
Dimasa laktasi, terdapat dua mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas).
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks menurut (Wiji & Mulyani, 2013), yaitu:
a. Refleks mencari putting susu (Rooting reflex)
Mulut bayi akan mendekat ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
b. Refleks menghisap (Sucking reflex)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menyebabkan refleks menghisap yang dilakukan oleh bayi.
Isapan ini akan menimbulkan areola dan putting susu ibu tertekan, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
c. Refleks menelan (Swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi menekan otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
4.2 Air Susu Ibu (ASI) 4. Pengertian
ASI merupakan hasil sekresi kedua belah kelenjar payudara ibu berupa susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan
sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam dalam kondisi apapun (Proverawati &
Rahmawati, 2010).
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah melahirkan, diberikan tanpa jadwal dan tidak memberikan air putih ataupun makanan lainnya, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Kristiyansari, 2009).
ASI juga mengandung beberapa mikronutrien yang dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh bayi. Selain itu pemberian ASI minimal 6 bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau kelebihan berat badan karena ASI membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi (Kristiyansari, 2009)
5. Manfaat ASI menurut (Purwanti, 2004) yaitu : a. Bagi Bayi
1) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang telah dilahirkan mengalami kenaikan berat badan karena memperoleh ASI.
2) Mengandung antibody
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, ASI merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjaga bayi dari berbagai penyakit infeksi virus, bakteri dan jamur.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup
kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
4) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang baik. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.
5) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir system igE belum sempurna, apabila pemberian protein asing seperti susu formula yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
6) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI merupakan lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan bertambah optimal dan terhindar dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terbebas dari kerusakan sel-sel saraf.
b. Bagi Ibu
1) Aspek Kontrasepsi
Prolaktin dihasilkan oleh post anterior hipofise yang dirangsang oleh hisapan mulut bayi pada putting ibu melalui ujung saraf sensorik. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
2) Aspek kesehatan ibu
Terbentuknya oksitosin dirangsang oleh kelenjar hipofisis melalui isapan bayi pada payudara. Oksitosin dapat mempercepat involusi uterus dan menghambat terjadinya perdarahan setelah persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan setelah persalinan menekan prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammmae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
c. Bagi Keluarga 1) Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dapat mengurangi pengeluaran keluarga.
2) Aspek psikologi
Kebahagiaan bertambah, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
6. Komposisi Asi
Adapun beberapa komposisi ASI menurut (Purwanti, 2004) adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat
Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidarat dalam ASI dimana keberadaannya secara proporsional lebih besar jumlahnya dari pada susu sapi. Laktosa membantu mempermudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa
(galaktoda dan glukosa) dan menyerap kalsium yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa bayi.
b. Protein
Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut dimana bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika susu sapi atau susu formula dari sapi diberikan kepada bayi, kasein membentuk kerak karet yang tiak mudah dicerna, kadang- kadang memberikan kontribusi terjadinya konstipasi. Beberapa komponen protein dalam ASI memainkan peranan penting dalam melindungi bayi dari penykit dan infeksi.
c. Lemak
Lemak mengandung separuh dari kalori ASI. Salah satu dari lemak tersebut, kolestrol diperlukan bagi perkembangan normal sytem saraf bayi, yang meliputi otak. Kolestrol meningkatkan pertumbuhan lapisan khusus pada syaraf selama berkembang dan menjadi sempurna. Asam lemak yang cukup kaya keberadaanya dalam ASI, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf yang sehat. Asam lemak poly tak jenuh, seperti decosahexanoic acid (DHA), pada ASI membantu perkembangan penglihatan.
d. Vitamin 1) Vitamin A
ASI mengandung betakaroten dan vitamin A yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Inilah alasan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunayi tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
2) Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D.
Sehingga dengan pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
3) Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E yang cukup tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E dalam tubuh digunakan untuk ketahanan dinding sel darah merah.
4) Vitamin K
Vitamin K yang terkandung dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan vitamin K yang biasanya diberikan dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah
5) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin ang larut dalam air terdapat dalam ASI. Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 dalam ASI cukup tinggi, tetapi kandungan vitamin B6 dan B12 serta asam folat dalam ASI rendah, terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga ibu yang menyusui perlu tambahan vitamin ini.
e. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berguna bagi pertumbuhan jaringan otot rangka, tranmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu sapi, namun penyerapannya lebih besar.
Kandungan mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan
susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang berperan untuk mempercepat pertumbuhan anak.
f. Air
Air merupaka bahan pokok terbesar dari ASI (sekitar 87%).
Air membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Bahkan pada iklim yang sangat panas, ASI mengandung semua air yang dibutuhkan bayi.
g. Kartinin
Kartinin dalam ASI sangat tinggi. Kartinin berfungsi membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
7. Jenis ASI berdasarkan faktor produksi ASI
Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis menurut (Purwanti, 2004), yaitu :
a. Kolostrum
Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu matang.
Kolostrum adalah cairan yang lumayan kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan Asi mature, bentuknya lumayan kasar karena menyimpan butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat:
1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencerna siap untuk menerima makanan.
2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3) Mengandung zat antibody yang dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai macam penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
Jika di bandingkan dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut:
1) Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI mature
2) Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama.
3) Kolostrum lebih banyak mengandung immunoglobulin A (igA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi.
4) Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature. Selain itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
5) Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibanding ASI mature.
b. Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih rendah daripada kolostrum.
c. ASI mature
Asi mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan byi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih kebiru-biruan
(seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori daripada susu kolostrum ataupun transisi.
8. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Menurut (Rini & D, 2017) hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut:
a. Makanan
Produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk menghasilkan ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Agar tidak mengurangi produksi ASI penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
d. Perawatan payudara
Hormon prolaktin dan oksitosin dihasilkan oleh hipofise dengan cara merangsang payudara melalui perawatan payudara.
e. Anatomi payudara
Jumlah lobus pada payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
g. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu lelah maka ASI juga berkurang.
h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak.
Frekuensi pemeberian ASI pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil studi mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan ASI dilakukan karena bayi prematur belum bisa menyusu langsung pada ibu. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan frekuensi pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali pe hari pada periode awal setelah melahirkan.
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
i. Berat bayi lahir
Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih baik dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI yang lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam menghasilkan ASI.
j. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap putting ibu
secara efektif sehingga produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
k. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok menyebabkan tergganggunya hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat mengurangi volume ASI yang akan diproduksi. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis rendah dapat menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI, namun etanol yang terdapat dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin.
B. Pijat Oksitosin
1. Pengertian pijat oksitosin
Pijat oksitosin adalah pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau keluarga bayi. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau atau reflex let down. Selain berguna untuk merangsang reflex let down, manfaat pijat oksitosin yang lainnya yaitu mengurangi bengkak (engorgement), merangsang pelepasan hormon oksitosin, memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi sumbatan ASI, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Rahayu, 2016).
Pijat oksitosin adalah gerakan yang dilaksanakan oleh suami pada ibu menyusui berupa back massage pada punggung ibu untuk menambah pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami mampu memberikan kenyamanan pada ibu
menyusui dan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Rahayu, 2016).
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui paca melahirkan yaitu ibu dapat memberikan ASI secara maksimal pada bayinya. Salah satu hormon yang berperan dalam menghasilkan produksi ASI adalah hormon oksitosin. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-sel alveoli di kelenjar payudara berkontraksi dengan adanya kontraksi menyebabkan air susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil payudara, sehingga keluarlah tetesan air susu dari puting dan masuk ke mulut bayi, proses keluarnya air susu disebut reflex let down (Rahayu, 2016).
Psikologis ibu seperti melahirkan bayi, mencium, melihat bayi, dan mendengarkan suara bayi dapat mempengaruhi reflex let down, sedangkan perasaan stress seperti gelisah, kurang percaya diri, takut, dan cemas dapat menghambat reflex let down. Hormon oksitosin dalam tubuh akan mengalami penurunan ketika seseorang merasa depresi, bingung, cemas, dan merasa nyeri terus-menerus.
Saat merasa stress, ibu akan merasa payudara tampak membesar dan terasa sakit diakibatkan oleh air susu yang mengumpul di payudara tidak bisa keluar karena reflex let down yang kurang.
Tanda reflex let down ini dikategorikan baik apabila adanya tetesan air susu dari payudara sebelum bayi mulai mendapatkan susu dari payudara ibunya, air susu menetes dari payudara yang sedang tidak disusukan pada bayi, beberapa ibu ada yang merasakan kram uterus dan mengalami peningkatan rasa haus.
Psikologis ibu menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI.
Pengeluaran oksitosin dapat berlangsung dengan baik ketika ibu menyusui merasa nyaman dan rileks. Terdapat titik-titik yang dapat memperlancar ASI diantaranya, tiga titik di payudara yakni titik diatas puting, serta titik tepat pada puting dan titik dibawah puting, serta titik di punggung yang segaris dengan payudara. Pijat stimulasi