• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH GADAR KELOMPOK 44

N/A
N/A
RISHI FANBELA

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH GADAR KELOMPOK 44"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PATOFISIOLOGI, FARMAKOLOGI DAN TERAPI DIET PADA GANGGUAN SYSTEM PENCERNAAN : TRAUMA ABDOMEN

Disusun oleh : KELOMPOK 44

DESI PUSPITA NPM 220101086P MERI JULYANTI NPM 220101138P TIKA APRILIA NPM 220101194P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan karunia dan hidayah-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan makalah keperawatan gawat darurat Patofisiologi, Farmakologi dan therapi Diet Gangguan pada system Pencernaan: Trauma Abdomen.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca dan juga kami sebagai penulis tentang penanganan pada trauma abdomen.

Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan artikel ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun sistem penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan artikel ini dan semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk menambah literatur Keperawatan Gawat Darurat..

Bandar Lampung, 22 September 2023 Penulis

i

(3)

DAFTAR ISI COVER

DAFTAR ISI……….. i

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG……… 1

B. TUJUAN………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP SYOK………..………. 3

B. PATOFISIOLOGI SYOK……….………….……… 5

C. TERAPI FARMAKOLOGI SYOK……… 6

D. TERAPI DIET SYOK………..………. 7

BAB III PEMBAHASAN EVIDENCE BASED PRACTICE ……… 8

BAB IV KESIMPULAN ………. 10 DAFTAR PUSTAKA

ii

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasien yang tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) suatu rumah sakit

memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat, sehingga pemberian pelayanan gawat darurat harus memiliki standar yang sesuai dengan keterampilan dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Salah satu penyedia layanan pertolongan (dokter, perawat, dan tim medis lainnya) dituntut agar memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani kasus kegawatdaruratan (Yuliati, 2020). Salah satu keadaan darurat yang memerlukan tindakan segera adalah syok. Syok merupakan gangguan peredaran darah yang berarti tidak mencukupinya transportasi oksigen ke jaringan akibat gangguan hemodinamik. Berdasarkan mekanisme terjadinya syok, syok dibedakan menjadi empat kategori, yaitu syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok distributif, dan syok obstruktif (Hardisman, 2015)

Menurut WHO, cedera akibat kecelakaan menyebabkan lima juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Kematian pada pasien trauma dengan syok hipovolemik di rumah sakit dengan layanan lengkap adalah 6%. Pada saat yang sama, rumah sakit dengan peralatan yang tidak memadai untuk syok hipokolik akibat trauma memiliki angka kematian sebesar 36% (Diantoro, 2014)

Syok hipophlegmik juga terjadi pada wanita yang mengalami pendarahan saat melahirkan.Angka kematian akibat syok hipophlegmik adalah 500 per tahun, dan 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kebanyakan penderita syok hipoflemik akibat perdarahan meninggal setelah beberapa jam mengalami pendarahan karena tidak mendapat pengobatan yang memadai dan tepat. Diare pada bayi juga menjadi salah satu penyebab terjadinya syok hipoflemik. Sementara itu, angka kejadian diare yang menyebabkan syok hipophlegmous pada anak kecil di Indonesia adalah 6,7%. Lima provinsi dengan

(5)

angka diare tertinggi adalah Aceh 10,2%, Papua 9,6%, DKI Jakarata 8,9%, Sulawesi Selatan 8,1% dan Banten 8,0% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).

Dalam pengobatan syok hipotermia, ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat menurunkan aliran balik vena, menurunkan curah jantung, dan memperburuk syok. Meskipun oksigenasi dan ventilasi penting, ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat berbahaya bagi pasien syok hipofemik.

Jika syok hipotermia berlanjut tanpa pengobatan yang tepat, mekanisme kompensasi gagal mempertahankan curah jantung dan volume sekuncup yang adekuat, sehingga menyebabkan penurunan aliran darah atau perfusi jaringan, hipotensi, dan kegagalan organ. Dalam situasi seperti ini, kondisi pasien sangat buruk dan angka kematian sangat tinggi. Jika tidak segera ditangani, syok hipotermia dapat menyebabkan kerusakan permanen bahkan kematian.

Pemahaman yang baik mengenai syok dan pengobatannya diperlukan untuk mencegah kerusakan organ perifer (Diantoro, 2014)

B. Tujuan

Tujuan yang ingin kami capai dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat 2. Untuk mengetahui evidence best practice bagi syok

3. Untuk mengetahui syok

4. Untuk mengetahui etiologi syok

5. Untuk mengetahui patofisiologi dan manifestasi Klinis syok 6. Menjelaskan terapi obat dan diet yang dapat diberikan pada pasien syok

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Syok 1. Definisi Syok

Syok adalah suatu kondisi dimana sel mengalami hipoksia sehingga terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang beredar ke seluruh tubuh dengan oksigen yang dibutuhkan tubuh. Hal ini sering kali disebabkan oleh berkurangnya perfusi jaringan dan kegagalan sirkulasi (Simmons &

Ventetuolo, 2017).

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat disebabkan oleh pendarahan hebat (perdarahan), cedera yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke dalam ruang tubuh yang tidak berfungsi, dan dehidrasi berat yang disebabkan oleh berbagai sebab, termasuk luka bakar dan diare berat.

Kasus syok hipovolemik yang paling umum disebabkan oleh perdarahan, sehingga syok hipovolemik disebut juga syok hemoragik. Pendarahan hebat dapat terjadi akibat berbagai luka besar atau patahnya organ tubuh yang melibatkan sayatan atau luka langsung pada arteri besar (Kolecki &

Menckhoff, 2016).

2. Etiologi Syok

Menurut Standl (Standl et al., 2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi

dalam 4 bagian, yaitu :

a. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa terjadi cedera pada jaringan lunak

b. Syok hemoragik traumatis akibat perdarahan akut akibat cedera jaringan lunak dan aktivasi sistem kekebalan tubuh

c. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa adanya perdarahan

(7)

d. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada jaringan lunak serta adanya pelepasan aktivasi sistem imun

3. Tanda dan Gejala syok

Dr Faisal (dr. Faisal, 2022) mengemukakan beberapa gejala dan tanda klasik yang diasosiasikan dengan syok antara lain :

a. Kelemahan: disebabkan oleh karena hipoksia jaringan dan asidosis b. Rasa haus: disebabkan oleh hipovolemia (khususnya dengan jumlah

cairan yang relatif rendah dalam pembuluh darah)

c. Pucat: disebabkan vasokonstriksi yang diinduksi oleh katekolamin atau kehilangan sel darah merah

d. Takikardi. disebabkan oleh efek katekolamin pada jantung

e. Takipnea (peningkatan kecepatan irama pemapasan melebihi batas normal): timbul sebagai respons terhadap stres, katekolamin, asidosis, dan hipoksia

f. Diaforesis (berkeringat): disebabkan oleh kerja katekolamin pada kelenjar keringat

g. Penurunan keluaran urin: karena hipovolemia, hipoksia, dan katekolamin yang bersirkulasi (penting untuk diingat untuk transfer antar rumah sakit) h. Denyut nadi perifer yang melemah. Melemahnya denyut nadi perifer

disebabkan karena terjadinya vasokonstriksi, detak jantung yang cepat, serta kehilangan volume darah.

i. Hipotensi: disebabkan oleh hipovolemia, baik absolut maupun relatif j. Perubahan atau hilangnya kesadaran seperti kebingungan, kegelisahan,

agitasi, tidak sadarkan diri. Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah otak, asidosis dan stimulasi katekolamin

(8)

k. Henti jantung: Kegagalan organ kritis karena kehilangan darah dan cairan, hipoksia, dan terkadang karena aritmia akibat stimulasi katekolamin

B. Patofisiologi Syok

Secara klinis syok hemoragik disebabkan oleh perdarahan pembuluh darah besar, seperti perdarahan saluran cerna, aneurisma aorta, atonia uteri, perdarahan pada telinga, hidung, tenggorokan. Syok terjadi karena adanya penurunan secara drastic volume darah di sirkulasi darah, kehilangan sel darah merah secara massif sehingga meningkatkan hipoksia pada jaringan. Syok hemoragik traumatic berbeda dengan syok hemoragik dikarenakan adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang memperparah terjadinya syok. Syok ini biasanya terjadi karena ada cedera seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Perdarahan difus, hipotermia (<

340C) dan asidosis merupakan tanda yang mengancam jiwa (Simmons &

Ventetuolo, 2017).

Cedera jaringan lunak menyebabkan peradangan akut, meningkatkan proses syok. Pada tingkat mikrosirkulasi, interaksi leukosit-endotel dan penghancuran proteoglikan dan glikosaminoglikan yang terikat membran endotel menyebabkan disfungsi mikrovaskuler dan sindrom kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Pada tingkat intraseluler, ketidak seimbangan metabolisme disebabkan oleh kerusakan mitokondria dan efek negatif pada sistem vasomotor (Standl et al., 2018).

Syok hypovolemia maupun syok hypovolemia traumatic menunjukan tanda terjadinya kehilangan cairan tanpa adanya perdarahan. Dalam arti sempit, syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi internal dan eksternal ketika tubuh tidak memiliki cukup cairan.. Hal ini dapat disebabkan oleh hipertermi, muntah atau diare persisten, masalah pada ginjal. Penyerapan sejumlah besar cairan ke dalam abdomen dapat menjadi penyebab utama berkurangnya sirkulasi volume plasma.

Secara patologis peningkatan hematokrit, leukosit dan trombosit dapat merusak sifat reologi darah dan dapat merusak organ secara persisten walaupun pasien telah mendapatkan terapi untuk syok (Standl et al., 2018)

Syok hypovolemia traumatic disebabkan oleh luka bakar yang luas, luka bakar kimia dan luka kulit bagian dalam. Trauma yang diakibatkannya juga mengaktifkannya koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan perburukan pada

(9)

makro-mikro sirkulasi. Reaksi peradangan menyebabkan kerusakan pada endothelium, meningkatkan sindrom kebocoran kapiler, dan beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).

C. Terapi Farmakologi/Non farmakologi syok 1. Pemantauan

Pemantauan selama stabilisasi dan pengobatan: detak jantung, laju pernapasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP), dan keluaran urin. Keluaran urin di bawah 30 ml/jam (atau 0,5 ml/kg/jam) menunjukkan ketidak adekuatan perfusi ginjal

2. Penatalaksanaan pernafasan

Pasien harus menerima banyak oksigen melalui masker atau kanula. Saluran pernafasan harus tetap bersih, kepala dan rahang bawah pada posisi yang benar, serta darah dan sekret harus mengalir dengan sempurna. Penentuan gas darah arteri harus dilakukan untuk memantau ventilasi dan oksigenasi. Jika kelainan terdeteksi secara klinis atau analisis gas darah laboratorium, pasien harus diintubasi dan diberi ventilasi dengan ventilator volume terukur. Volumenya tidak perlu diatur menjadi 12-15 ml/kg, kecepatan pernapasan 12-16/menit.

Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan PO2 sekitar 100 mmHg. Jika pasien “menolak” ventilator, mereka harus diberikan obat penenang atau pelemas otot. Jika metode pemberian ini tidak memberikan suplai oksigen yang cukup atau jika fungsi paru memburuk, tekanan ekspirasi positif harus ditingkatkan 3-10 cm..

3. Pemberian cairan

Penggantian cairan harus dimulai dengan pemberian cepat Ringer laktat (RL) atau normal saline. Kecepatan pemberian dan jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi tergantung pada tingkat keparahan syok. Secara umum, setidaknya 1-2 liter larutan Ringer Laktat harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau lebih awal jika diperlukan. Jika hipotensi dapat diatasi dan tekanan darah tetap stabil, ini tandanya kehilangan darah minimal. Jika hipotensi berlanjut, pasien ini harus ditransfusi sesegera mungkin, dan kecepatan serta jumlah dosis harus disesuaikan sesuai dengan respons yang diamati.

(10)

4. Vasoprosesor

Penggunaan vasopresor dalam pengobatan syok hipovolemik lanjut jarang digunakan. Hal ini karena semakin mengurangi perfusi jaringan. Vasopresor tidak boleh digunakan dalam banyak kasus; Terapi vasopresor mungkin berguna dalam kasus tertentu. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk meningkatkan tekanan darah sampai penggantian cairan yang memadai tercapai. Hal ini sangat berguna bagi pasien lanjut usia yang menderita penyakit arteri koroner atau penyakit serebrovaskular parah. Zat tersebut adalah norepinefrin 4-8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml air 5xtros (D5W) atau metaraminol 5-10 mg yang dilarutkan dalam 500 ml D5W yang merupakan vasokonstriktor dominan dengan efek kecil pada jantung. Dosisnya harus disesuaikan dengan tekanan darah

D. Terapi Diet Untuk Syok

Terapi nutrisi dimulai setelah tekanan arteri rata-rata ≥65 mmHg dengan dosis obat vasopresor yang stabil dan penurunan kadar laktat arteri menjadi 2,2 mmol/L kemudian diberikan secara bertahap dengan target kalori 1500 kkal dan protein 1,5–1,8 g/kg berat badan ideal /hari dengan diet tinggi protein. Analisis laktat arteri dan gas darah dikontrol setiap hari untuk menentukan target terapi nutrisi setiap hari. Ekstrak ikan gabus, zinc, vitamin B kompleks, Tiamin, vitamin C, vitamin A, vitamin D3, dan Kurkumin disediakan (Marsella et al., 2021)

(11)

BAB III

EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Definisi

EBP sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunakan untuk memanfaatkan atau menggunakan evidence atau bukti (Research dan quality improvement), decision making dan nursing expertise untuk membimbing dalam pemberian asuhan keperawatan atau pelayanan yang holistic kepada pasien. EBP pada dasarnya sangat diperlukan untuk dapat mencapai patient outcomes, menghindari intervensi yang tidak perlu dan tidak sesuai dan tentu saja mengurangi/menghindari komplikasi hasil dari perawatan dan juga pengobatan.

(Sulistyowati & Suyanto, 2019) B. Tujuan EBP

EBP bukanlah satu-satunya langkah atau cara untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas. Namun demikian, EBP dapat dikatakan merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin bahwa layanan perawatan yang diberikan oleh perawat berkualitas tinggi, akurat, dan berdasarkan penelitian yang baik dan dapat diandalkan. (Sulistyowati & Suyanto, 2019)

C. Langkah-langkah EBP

1. Ask = meminta, mengubah kebutuhan informasi menjadi pertanyaan klinis yang dapat di jawab

2. Acquire = memperoleh, melacak bukti terbaik untuk menjawab pertanyaan

(12)

3. Appraise = menilai, secara kritis mencari bukti untuk menghasilan dampak validitas dan penerapan

4. Apply = menerapkan, mengintegrasikan bukti ke dalam pengambilan keputusan klinik

5. Audit = meninjau, mengevaluasi langkah 1-4 untuk mencari cara lain yang lebih meningkat/ lebih baik

D. Analisa masalah menggunakan PICOT

Jurnal yang dijadikan referensi dari analisis PICOT ini adalah Pengaruh Resusitasi Cairan Terhadap Status Hemodinamik (MAP), Dan Satus Mental (GCS) Pada Pasien Syok Di IGD RSUD dr. Moewardi Surakarta (Muh Ainun et al., 2016)

No Kriteria Pembenaran/Critical thinking

1. Patient/Clinical Problem Masalah klinis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh resusitasi cairan terhadap status hemodinamik (MAP) dan status mental (GCS) pada pasien syok hipovolemik di unit gawat darurat RSUD Dr. Meoward Surakarta

Penelitian ini melibatkan pasien syok hipovolemik di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta antara tanggal 4 Mei 2015 sampai dengan 27 Juli 2015. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien syok hipovolemik yang terdaftar sebagai pasien gawat darurat di RSUD Dr. Moeardi Surakarta antara bulan Mei sampai Juli 2015, sebanyak 23 responden.

(13)

2 Intervention Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah Quota sampling. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien syok hipovolemik yang masuk IGD RSDM, pasien dengan salah satu atau lebih tanda syok hipovolemik (nadi lemah, tekanan darah turun, penurunn kesadaran). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensi meter yang telah dikalibrasi, stetoskop serta table glascow coma scale (GCS) sebagai alat observasi.

Jenis penelitian ini adalah pra experiment dengan rancangan one group pre-test and post-test design.

3 Comparation Model ini dirancang untuk menganalisis pengaruh resusitasi cairan terhadap status hemodinamik (MAP) dan status mental (GCS). pada pasien dengan syok hipovolemik

(14)

4 Outcome • Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mempunyai nilai MAP di bawah normal sebelum dilakukan resusitasi cairan, dengan nilai terendah dan tertinggi sebesar 60 dan 67 mmHg. Sedangkan nilai MAP terendah dan tertinggi pada 60 dan 70 mmHg setelah resusitasi cairan.

• Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa nilai GCS terendah dan tertinggi sebelum dilakukan resusitasi cairan adalah 9 dan 15.

Sedangkan nilai GCS terendah dan tertinggi setelah dilakukan resusitasi cairan adalah 9 dan 15.

• Hasil penelitian menunjukkan bahwa resusitasi cairan mempengaruhi perubahan status hemodinamik (MAP) dan status mental (GCS). Hal ini menunjukkan bahwa resusitasi cairan mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam memperbaiki status hemodinamik dan mental pasien syok hipovolemik.

.

BAB IV KESIMPULAN

(15)

Syok merupakan keadaan darurat yang sering terjadi pada anak, karena aliran darah tidak mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Dalam situasi darurat, sebaiknya segera ditangani dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis dan tingkat keparahan syok. Resusitasi cairan merupakan salah satu pengobatan syok. Pemberian obat inotriptik dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan mempengaruhi berbagai resistensi pembuluh darah perifer pada pasien syok dan dekompensasi.

Dengan penyampaian materi dan mendalami penerapan EBP pada syok, diharapkan mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi perawat profesional dapat lebih memahami dan mengenali tanda dan gejala pasien mengalami syok sehingga dapat segera memberikan pertolongan. Siswa mengetahui bagaimana menerapkan tindakan darurat untuk membantu pasien yang mengalami syok dengan segera

DAFTAR PUSTAKA Diantoro, D. (2014). Syok hipovolemik.

dr. Faisal, S. A.-K. (2022). Mengenal syok. RSUP.Wahidin.

Hardisman. (2015). Fisiologi dan aspek klinis cairan tubuh dan elektrolit disertai dengan soal-soal dan pembahasa. Gosyen Publishing.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Kenali Jenis-jenis Syok. https://hi- in.facebook.com/662119780484792/posts/kenali-jenis-jenis-syoksyok-dibagi- menjadi-empat-golongan-yaitu-syok-hipovolemik/1278104698886294/

(16)

Kolecki, P., & Menckhoff, C. R. (2016). Hypovolemic Shock Treatment &

Management: Prehospital Care, Emergency Department Care, Medscape.

https://emedicine.medscape.com/article/760145-treatment

Marsella, C. P., Taslim, N. A., Syam, N., & Syauki, A. Y. (2021). Medical nutrition therapy in hemodynamically unstable patients due to cardiogenic shock with infected bronchiectasis and severe protein-energy malnutrition. Gaceta Sanitaria, 35, S506–S509. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.081

Muh Ainun, N. H., Supriyadi, & Iis Sriningsih. (2016). PENGARUH RESUSITASI CAIRAN TERHADAP STATUS HEMODINAMIK (MAP), DAN STATUS MENTAL (GCS) PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI IGD RSUD DR.

MEOWARDI SURAKARTA. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan , 8(2).

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018.

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20 18/Hasil Riskesdas 2018.pdf

Simmons, J., & Ventetuolo, C. E. (2017). Cardiopulmonary monitoring of shock.

Current Opinion in Critical Care, 23(3), 223–231.

https://doi.org/10.1097/MCC.0000000000000407

Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W.

(2018). The Nomenclature, Definition and Distinction of Types of Shock.

Deutsches Ärzteblatt International. https://doi.org/10.3238/arztebl.2018.0757 Sulistyowati, D., & Suyanto. (2019). MODUL BAHAN AJAR CETAK KEPERAWATAN

PROFESI (Siti Lestari (ed.); 1st ed., Vol. 1). Poltekes Surakarta.

Yuliati. (2020). Perspektif PELAYANAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT FASYANKES. Un.Esa Unggul.

Referensi

Dokumen terkait

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui peran Kontingen Garuda XXVIII Maritime Task Force dalam operasi UNIFIL untuk menurunkan tingkat

Việc có thể tạo thêm hoặc giải thể các nhóm công tác trong mô hình cơ cấu tổ chức này làm nên sự linh hoạt của mô hình trong việc thích ứng với những thay đổi nhanh chóng trong nhiều