• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah generasi petani muda

N/A
N/A
Kohirul Kh

Academic year: 2025

Membagikan "makalah generasi petani muda"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

GENERASI PETANI MUDA

Dosen pengampu: Adam Maulana, S.T., MP.

MUHAMMAD KHOIRUL HABIBI 2111102102035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL HUMANIORA UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

KALIMANTAN SELATAN BANJAR

2024

(2)

Pendahuluan

Pertanian merupakan sektor strategis dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian merupakan pilar penting dalam pembangunan ekonomi, terutama di negara agraris seperti Indonesia. Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi sektor ini adalah minimnya partisipasi generasi muda. Generasi petani tua mulai meninggalkan profesi ini, sedangkan generasi muda belum siap mengambil alih. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan sektor pertanian di masa depan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis tantangan yang dihadapi generasi petani muda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tentang tantangan, peluang dan strategi pengembangan generasi petani muda.

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan nasional tidak terlepas dari berbagai masalah. Salah satunya, kebutuhan sumber daya manusia di sektor pertanian turun karena saat ini hanya diisi oleh petani yang berusia tua sekitar 45 tahun keatas. Demikian terjadi karena adanya pandangan masyarakat khususnya generasi muda terhadap sektor pertanian yang ketinggalan zaman, jauh dari kesan modern yang berdasar teknologi, tidak menarik secara finansial dan ekonomi, sering menjadi pilihan terakhir pekerjaan saat tidak dapat lagi berkompetisi di sektor lainya.

Petani (sumber daya manusia) lebih banyak berusia tua karena tenaga kerja tidak memiliki ketrampilan, pengetahuan bertani terbatas pada apa yang mereka pahami dengan konsep sendiri.

Konsep tersebut muncul dari pengalaman yang dimiliki pada masa yang lampau atau dari nenek moyang. Hal tersebut menjadi permasalahan yang komplek di dalam sumber daya manusia bidang pertanian, tidak hanya terjadi kekurangan sisi kuantitas tetapi juga secara kualitas, kode etik mencantumkan inti dari tekad dan ideal, hingga ekuitas serta kebenaran sesuai etika dan hukum (Arvianti, 2015).

pekerjaan di bidang pertanian tersebut berkurang lantaran minat pada bidang pertanian itu sendiri. Dalam hal tersebut dapat dilihat pekerjaan – pekerjaan para petani sekarang juga telah menggiatkan teknologi pada pengolahannya. Pembangunan pertanian menjadi sangat penting terlebih pada era revolusi industri yang ke empat ini atau era 4.0. Kemudian revolusi industri yang menggunakan mesin–mesin automatic terhubung dengan internet. Sektor pertanian perlu beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Sebab pertanian sendiri, tidak mungkinlah tanpa teknologi untuk memenuhi kebutuhan makanan penduduk yang positif terus bahkan seolah tanpa henti untuk bertambah jumlahnya. Oleh sebab itu penyiapan sumber daya manusia yang siap bersaing dan membuat sumber daya manusia profesional di sektor pertanian merupakan tuntutan yang utama dalam pembangunan pertanian.

Seiring dengan target pemerintah tahun 2019, satu juta pemuda tani milenial yang diharapkan mampu produksi komoditas jual luar negeri. Maka dari target tersebut pemerintah lebih mendorong generasi pemuda milenial turun ke sektor pertanian. Pemuda tani milenial adalah petani dengan usia 19-39 tahun atau yang punya jiwa milenial dengan cepat adaptif sesuai dengan teknologi. Proses para pemuda tani milenial tidak identifikasi dan verifikasi memiliki orientasi.

Pemuda tani milenial ini di tangan generasi pemuda massa depan menjadikan inovasi dan gagasan cemerlangnya.

(3)

Transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern, berasal dari penggunaan teknologi yang semakin muncul di sektor pertanian. Perubahan ini mencakup dimensi mekanisasi dan teknologis, tetapi lebih jauh lagi terhadap kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Kini, hadir pertanian 4.0 atau era milenial, yang mempercepat industrialisasi pertanian, menjadikan pertanian rakyat ke pertanian industri, menjadi pertanian ekonomi ukuran, efesiensi dan efektivitas proses produksi dan peningkatan hasil panen yang maksimum. Proses tersebut meliputi bukan hanya perubahan pada bentuk luar, namun juga pada hakikat atau sifat dasar, fungsi dan struktur atau karakteristik perekonomian suatu masyarakat petani.

Transformasi pertanian atau komersial di perdesaan, yaitu perubahan bentuk, ciri, struktur, dan kemampuan sistem pertanian yang dapat meningkatkan, menggairahkan, membangkitkan, mengembangkan dan menyehatkan perekonomian mereka yang berkenaan dari pembaikan pertanian tapdigional ke arah komersial, (Sedana, 2015).

pembahasan

A. Tantangan Generasi Petani Muda

Generasi petani muda menghadapi berbagai tantangan yang signifikan dalam dunia pertanian, terutama karena perkembangan zaman, perubahan sosial, dan kebutuhan akan inovasi. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi:

1. Citra Pertanian yang Kurang Menarik

Salah satu tantangan utama adalah rendahnya minat generasi muda terhadap profesi petani. Menurut Dr. Ir. Bambang Supriyadi, pakar sosiologi pertanian dari Universitas Gadjah Mada, profesi petani sering dianggap tidak menjanjikan secara finansial dan tidak prestisius. Selain itu, urbanisasi dan daya tarik pekerjaan di sektor lain membuat banyak generasi muda meninggalkan desa untuk bekerja di kota.

Generasi muda mempunyai persepsi negatif terhadap sektor pertanian. Baik itu karena mereka menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang kurang atraktif, melelahkan, tidak bergengsi, memiliki risiko yang besar, kurang menguntungkan secara finansial, dan menghasilkan hasil ekonomi yang minim dibandingkan dengan sektor non pertanian lainnya, seperti industri dan jasa, kemudian harga produsen pertanian terkadang lama untuk diperoleh, serta hasil produsen pertanian juga seringkali tidak memuaskan secara kualitas karena terdapat penurunan kuantitas produk pertanian akibat permasalahan perubahan iklim dan gangguan hama dan penyakit. Keadaan ini bisa menjadikan pemahaman minim akan potensi dan peluang di bidang pertanian sehingga tidak menarik minat mereka dalam bercocok tanam. Menurut penelitian Salamah et al., (2021). Sektor pertanian menjadi pilihan akhir bagi generasi muda dalam karirnya dikarenakan pendapatan yang kecil, keuntungan yang sedikit, dan berisiko besar daripada usaha di sektor lain.

Banyak generasi muda yang memandang pertanian sebagai pekerjaan fisik yang melelahkan dan kurang menguntungkan. Menurut Nugroho et al. (2020), citra pertanian

(4)

yang tradisional dan kurang modern menjadi salah satu alasan rendahnya minat kaum muda.

2. Keterbatasan lahan dan sumber daya

Generasi petani muda menghadapi berbagai tantangan yang menghambat

pengembangan sektor pertanian, salah satunya adalah keterbatasan lahan dan sumber daya. Faktor ini memengaruhi keberlanjutan pertanian sekaligus memengaruhi minat generasi muda untuk terjun ke sektor ini.

Beberapa aspek keterbatasan lahan dan sumber daya:

o Penyusutan Lahan Produktif

Lahan pertanian di berbagai wilayah terus menyusut akibat alih fungsi menjadi kawasan industri, perumahan, dan infrastruktur. Hal ini menyulitkan petani muda dalam mengakses lahan untuk bertani.

o Akses Terbatas pada Sumber Daya Modal

Modal untuk pengelolaan lahan dan pembelian sarana produksi pertanian sering kali sulit dijangkau oleh petani muda karena kendala finansial atau prosedur yang rumit.

o Masalah Kepemilikan Lahan

Sebagian besar lahan pertanian masih dimiliki oleh generasi tua. Petani muda sering kali hanya bertindak sebagai pengelola atau penyewa, sehingga tidak memiliki kendali penuh terhadap lahan.

o Degradasi Lingkungan dan Sumber Daya Alam

Penurunan kualitas tanah, kekurangan air irigasi, dan perubahan iklim memperburuk kondisi bagi petani muda yang baru memulai usaha pertanian.

Salah satu hambatan utama bagi generasi muda adalah sulitnya mengakses lahan pertanian. Menurut FAO (2018), fragmentasi lahan dan tingginya harga tanah menjadi kendala signifikan.

Generasi muda seringkali menghadapi keterbatasan akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan di bidang pertanian, seperti lahan pertanian produktif, modal usaha, teknologi canggih, dan pendidikan pertanian. Keterbatasan ini dapat menghambat minat dan partisipasi mereka di sektor pertanian (Santoso et al., 2020).

3. Minimnya Dukungan Kebijakan

Kebijakan yang tidak mendukung regenerasi petani menjadi tantangan besar, seperti sulitnya mendapatkan subsidi atau akses lahan.

Kebijakan pemerintah masih cenderung berpihak pada petani tradisional yang lebih tua.

Generasi muda sering kesulitan mengakses lahan pertanian karena tidak ada kebijakan khusus yang mempermudah distribusi lahan bagi mereka, Sartono (2021). Misalnya,

(5)

program pelatihan atau insentif sering kali kurang menjangkau kelompok usia produktif ini.

Generasi petani muda merujuk pada kelompok pemuda yang terlibat atau berminat terlibat dalam sektor pertanian. Mereka dianggap sebagai agen penting dalam regenerasi petani untuk memastikan keberlanjutan produksi pangan dan pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan. Namun, dukungan kebijakan sering kali menjadi tantangan besar bagi mereka untuk berkembang.

Dukungan kebijakan yang tidak memadai, terutama dalam akses teknologi, finansial, dan pengembangan kapasitas, membuat generasi muda enggan terlibat di sektor pertanian, FAO (2021).

B. Peluang Bagi Generasi Petani Muda

Generasi petani muda adalah kelompok generasi muda, biasanya berusia 15–35 tahun, yang terlibat dalam sektor pertanian baik sebagai petani langsung, pengusaha agribisnis, maupun inovator di bidang teknologi pertanian. Mereka sering kali dipandang sebagai kunci regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian yang semakin menua dan memainkan peran strategis dalam mendorong keberlanjutan pertanian.

Generasi petani muda menghadapi banyak peluang untuk berkontribusi pada pembangunan sektor pertanian yang lebih modern, inovatif, dan berkelanjutan. Dengan meningkatnya adopsi teknologi, kesadaran akan pentingnya pertanian ramah lingkungan, dan pertumbuhan pasar agribisnis digital, generasi muda dapat mengambil peran strategis dalam menciptakan sektor pertanian yang kompetitif di tingkat global.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, generasi petani muda memiliki peluang besar untuk menciptakan inovasi di sektor pertanian:

1. Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi

Revolusi industri 4.0 membawa peluang besar dalam sektor pertanian. Generasi petani muda memainkan peran penting dalam transformasi sektor pertanian. Mereka dikenal lebih adaptif terhadap perubahan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi dan inovasi. Dengan kemampuan mengintegrasikan teknologi digital, seperti Internet of Things (IoT), drone, big data, hingga kecerdasan buatan, generasi ini mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan pertanian.

Menurut Mulyani (2021), generasi muda memiliki peluang besar untuk merevolusi sektor pertanian melalui adopsi teknologi digital. Mereka mampu memanfaatkan aplikasi pertanian pintar untuk pemantauan tanaman, prediksi cuaca, dan manajemen lahan secara real-time.

(6)

Sulaiman dan Handayani (2020) berpendapat bahwa inovasi pertanian berbasis teknologi tidak hanya meningkatkan hasil produksi, tetapi juga membuka peluang pasar yang lebih luas bagi petani muda melalui e-commerce dan platform agribisnis digital.

2. Pasar yang Berkembang untuk Produk Organik

Pasar untuk produk organik mengalami perkembangan pesat di tingkat lokal maupun global, didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan kualitas pangan. Generasi petani muda memegang peran strategis dalam memenuhi permintaan pasar ini melalui inovasi, kreativitas, dan adaptasi terhadap sistem pertanian berkelanjutan. Meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk organik dan berkelanjutan menciptakan peluang bagi generasi muda untuk mengembangkan agribisnis berbasis organik.

Dewi dan Sugiharto (2020), menjelaskan bahwa regenerasi petani dengan fokus pada produk organik dapat meningkatkan daya saing agribisnis nasional, karena pasar domestik dan ekspor untuk produk organik terus berkembang.

Faktor Pendukung Perkembangan Pasar Organik:

o Kesadaran Konsumen: Semakin banyak konsumen yang memilih produk organik untuk alasan kesehatan.

o Kebijakan Pemerintah: Dukungan dalam bentuk subsidi, pelatihan, dan sertifikasi organik.

o Teknologi dan Inovasi: Generasi petani muda memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran dan distribusi produk organik.

3. Dukungan dari Program Pemerintah dan Lembaga Internasional

Generasi petani muda memainkan peran strategis dalam mewujudkan keberlanjutan sektor pertanian. Namun, keberhasilan mereka memerlukan dukungan yang memadai dari program pemerintah dan lembaga internasional. Dukungan ini hadir dalam berbagai bentuk, seperti pemberian akses terhadap lahan, modal, pelatihan teknologi, hingga pengembangan pasar untuk produk pertanian mereka.

Program seperti Youth Agripreneurship Program dan dukungan dari organisasi internasional seperti IFAD (2011) memberikan peluang untuk pengembangan kapasitas dan akses ke pembiayaan bagi petani muda.

World Bank (2018), menyoroti pentingnya investasi pada infrastruktur pertanian untuk membantu petani muda mengakses pasar global. Proyek Agricultural Competitiveness yang melibatkan petani muda mampu meningkatkan daya saing sektor pertanian di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

C. Strategi Meningkatkan Minat Generasi Muda dalam Pertanian

(7)

Generasi petani muda merupakan ujung tombak dalam memastikan keberlanjutan sektor pertanian. Namun, tantangan seperti rendahnya prestise sosial, minimnya akses ke lahan, teknologi, dan modal, hingga perubahan pola kerja generasi muda membuat sektor ini kurang diminati. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai strategi telah diusulkan oleh para ahli:

1. Edukasi dan Pelatihan

Pendidikan formal dan non-formal yang berfokus pada agribisnis dan teknologi pertanian perlu ditingkatkan. Sekolah lapang dan pelatihan berbasis komunitas dapat menjadi sarana untuk mengenalkan generasi muda pada peluang di sektor ini.

Meningkatkan pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian yang relevan dan menarik bagi generasi muda. Hal ini meliputi pengembangan kurikulum yang mencakup aspek pertanian modern, teknologi pertanian, manajemen agribisnis, dan kewirausahaan pertanian. Program pendidikan dan pelatihan ini dapat dilakukan melalui sekolah-sekolah pertanian, perguruan tinggi, pusat pelatihan, atau pelatihan lapangan. Menurut penelitian oleh Nugroho et al. (2018), pendidikan pertanian dapat dilakukan sejak dini baik melalui jalur formal maupun informal. Dalam pendekatan formal, pengenalan konsep pertanian dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ekstrakurikuler ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menjelaskan pentingnya pertanian, mengungkapkan potensi yang dimiliki sektor pertanian, dan memberikan pengalaman langsung tentang praktik pertanian kepada siswa. Evaluasi dari program ini dapat dilakukan melalui penyelenggaraan lomba pertanian tingkat daerah. Sementara itu, dalam pendekatan informal, terdapat Agricultural Training Camp (ATC), sebuah bentuk pelatihan pertanian yang ditujukan untuk anak-anak usia sekolah dengan tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian serta mendorong minat dan kecintaan terhadap pertanian.

Selain itu, pengenalan tentang pertanian juga dapat dilakukan melalui kunjungan ke fasilitas umum yang sering dikunjungi oleh anak-anak, seperti taman pintar, taman pelangi, atau tempat lainnya.

Menurut Mulyani (2021), penting untuk memasukkan pendidikan berbasis pertanian ke dalam kurikulum sekolah, dengan fokus pada teknologi dan inovasi. Program kampanye seperti festival pertanian atau pelatihan kerja lapangan dapat menarik minat generasi muda.

Sulaiman, M., & Handayani, T. (2020). Agriculture 4.0: Inovasi Teknologi dalam Sektor Pertanian. Bandung: Penerbit ITB Press.Generasi muda perlu didorong untuk mengembangkan model bisnis yang inovatif, seperti pertanian vertikal, hidroponik, atau aquaponik. Menurut Benke & Tomkins (2017), model ini tidak hanya efisien tetapi juga cocok untuk diterapkan di lahan yang terbatas.

Sulaiman dan Handayani (2020), menggarisbawahi pentingnya pembentukan komunitas petani muda untuk saling berbagi ilmu, pengalaman, dan akses pasar. Komunitas ini dapat difasilitasi oleh pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat.

2. Penguatan Peran Komunitas

(8)

Pembentukan komunitas petani muda dapat menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan peluang pasar. Komunitas ini juga dapat menjadi platform untuk kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta.

Komunitas memiliki peran strategis dalam mendukung generasi petani muda untuk berkembang di sektor pertanian. Peran ini mencakup berbagi pengetahuan, dukungan sosial, peningkatan keterampilan, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi regenerasi petani.

Generasi petani muda sering kali menghadapi berbagai kendala, seperti akses terhadap teknologi, modal, pasar, dan informasi. Komunitas dapat menjadi wadah untuk mengatasi tantangan ini melalui kolaborasi, pemberdayaan, dan inovasi. Penguatan peran komunitas juga mendorong terciptanya jejaring yang lebih luas, baik secara lokal maupun global, sehingga petani muda dapat terhubung dengan sumber daya yang lebih besar.

Menurut Mardiana (2018), komunitas berperan dalam membangun rasa kebersamaan di antara generasi petani muda, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan bersama dan memajukan sektor pertanian di wilayah mereka.

Kesimpulan

Generasi petani muda memiliki peran strategis dalam memastikan keberlanjutan sektor pertanian. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, peluang yang ada dapat dimanfaatkan melalui dukungan teknologi, pasar yang berkembang, dan kebijakan yang inklusif. Dengan strategi yang tepat, generasi muda dapat menjadi motor penggerak transformasi pertanian menuju sektor yang lebih modern, berkelanjutan, dan berdaya saing.

Generasi petani muda memiliki potensi besar untuk merevolusi sektor pertanian Indonesia.

Namun, mereka menghadapi berbagai tantangan, mulai dari rendahnya minat hingga akses terbatas pada teknologi dan modal. Dengan dukungan dari pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta, tantangan-tantangan ini dapat diatasi. Transformasi ini penting untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional.

Generasi petani muda memegang peranan penting dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian di tengah tantangan modernisasi dan perubahan global. Sebagai kelompok yang lebih adaptif terhadap teknologi dan inovasi, mereka memiliki potensi besar untuk mengubah wajah pertanian menjadi lebih efisien, produktif, dan ramah lingkungan.

Namun, tantangan yang dihadapi, seperti rendahnya minat generasi muda terhadap profesi petani, akses terbatas pada teknologi dan modal, hingga dampak perubahan iklim, menjadi hambatan yang perlu diatasi melalui dukungan kebijakan, pendidikan, dan penguatan ekosistem agribisnis.

Dengan memanfaatkan teknologi digital, seperti pertanian presisi, big data, dan platform e- commerce, generasi petani muda mampu menciptakan pertanian modern yang kompetitif, baik di

(9)

tingkat lokal maupun global. Oleh karena itu, pemberdayaan generasi petani muda harus menjadi prioritas strategis dalam pembangunan sektor pertanian di masa depan.

(10)

Daftar Pustaka

Arvianti, E. Y. 2015. Minat pemuda tani terhadap transformasi sektor pertanian di Kabupaten Ponorogo. Buana Sains, 15(2), 181–188.

Benke, K., & Tomkins, B. (2017). Future food production systems: vertical farming and controlled environment agriculture. Sustainability: Science, Practice, and Policy.

Dewi, R. P., & Sugiharto, S. (2020). Pengaruh Teknologi terhadap Produktivitas Pertanian Generasi Muda. Jurnal Pertanian Indonesia, 15(2), 102-112.

FAO. (2018). The State of Food and Agriculture 2018: Migration, Agriculture, and Rural Development.

FAO. (2021). Youth and Agriculture: Key Challenges and Concrete Solutions. Rome: Food and Agriculture Organization.

Henson, S., & Reardon, T. (2005). Agribusiness and Market Development in Africa: Policy Issues and Options. African Development Review, 17(3), 474–492.

IFAD. (2011). Rural Development Report 2011.

Mardiana, I. (2018). Kebijakan dan Pemberdayaan Komunitas dalam Sektor Pertanian.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyani, R. (2021). Pertanian Modern dan Generasi Muda: Studi Kasus di Asia Tenggara.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Nugroho, A., Prasetyo, A., & Yuniarti, D. (2020). Analisis Minat Generasi Milenial terhadap Pertanian. Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian.

Salamah, U., Saputra, R. E., & Saputro, W. A. (2021). Kontribusi Generasi Muda Dalam Pertanian Indonesia. Journal Science Innovation and Technology (SINTECH), 1(2), 23– 31.

Santoso, A. W., Effendy, L., & Krisnawati, E. (2020). Percepatan Regenerasi Petani pada Komunitas Usahatani Sayuran di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 325–335.

Sartono, D. (2021). Akses Lahan dan Peran Kebijakan bagi Regenerasi Petani Muda di Indonesia . Agrikultura Indonesia, 10(3), 123-134.

Sedana, G. (2015). Generasi Muda dan Tantangan Regenerasi Petani di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 8(1), 45-55.

Sulaiman, M., & Handayani, T. (2020). Agriculture 4.0: Inovasi Teknologi dalam Sektor Pertanian. Bandung: Penerbit ITB Press.

(11)

World Bank. (2018). Investing in Youth for Agricultural Transformation. Washington, D.C.: The World Bank Group.

Referensi

Dokumen terkait

program kegiatan yang sesuai dengan minatrkebutuhan dan kernanpuan pe muda dan generasi muda serta yang sesuai juga dengan kebutuhan dan-. kemd.mpuan generasi muda

tanaman pangan, serta pengaruh faktor internal terhadap persepsi generasi muda pertanian tentang ketahanan pangan (Tabel 6) bersifat positif, namun tidak berpengaruh

Pengenalan dunia industri terhadap SDM generasi muda ini dilakukan untuk mengenalkan perindustrian di zaman sekarang, pembangunan pabrik-pabrik dan bidang industri

Artikel ini berjudul Pendidikan Anti Korupsi Untuk Generasi Muda, para generasi muda dapat memiliki sifat anti korupsi, dimana korupsi ini menjadi penyakit yang

Strategi itu tersebut dimulai dari perubahan pola pikir generasi muda tentang pertanian bermula dengan memberi informasi yang benar tentang pertanian dan dunia pertanian itu menarik;

Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa generasi muda memiliki pemahaman yang baik tentang hal-hal tersebut.Sebagai generasi muda, kita juga harus memahami bahwa kita memiliki

Dokumen ini membahas tentang pentingnya bela negara bagi generasi

Bahasa Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang harus dibanggakan dan dilestarikan oleh generasi