• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah HAM Novyanti Kobarubun

N/A
N/A
Adi saputra Pasan

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah HAM Novyanti Kobarubun "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT

DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPUH:

MUHAMMAD KHAIDIR KAHFI NATSIR, S.H,M.H

Disusun oleh :

NOVYANTI KOBARUBUN 2023021014336

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA

2025

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Analisis Yuridis terhadap Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat di Indonesia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Hak Asasi Manusia serta memberikan pemahaman mendalam tentang kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dari perspektif hukum.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan kontribusi dalam upaya penegakan HAM di Indonesia.

Jayapura,09 Maret 2025

Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 1

1.3.1 Tujuan ... 1

1.3.2 Manfaat ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

2.1 Dasar Hukum Pelanggaran HAM Berat di Indonesia ... 3

2.2 Implementasi Hukum dalam Kasus Pelanggaran HAM Berat ... 4

2.3 Tantangan dalam Penegakan Hukum ... 4

BAB III ... 6

PENUTUP ... 6

3.1 Kesimpulan ... 6

3.2 Saran ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat merupakan kejahatan yang memiliki dampak luas terhadap korban, masyarakat, dan negara1. Indonesia, sebagai negara hukum, telah berkomitmen untuk melindungi dan memajukan HAM melalui berbagai instrumen hukum nasional dan internasional2. Namun, kasus-kasus pelanggaran HAM berat, seperti pembunuhan massal 1965-1966, Tragedi Trisakti 1998, dan konflik di Timor Timur, masih menjadi catatan kelam dalam sejarah bangsa.3

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang di bahas dalam makalah ini meliputi :

1. Apa dasar hukum yang mengatur pelanggaran HAM berat di Indonesia ? 2. Bagaimana implementasi hukum dalam kasus-kasus pelanggaran HAM

berat di Indonesia ?

3. Apa tantangan yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM berat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis aspek yuridis dari kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia.

1 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 23.

2 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 23.

3 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Investigasi Pelanggaran HAM 1965- 1966 (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 12; International Center for Transitional

Justice, Indonesia: The Trisakti and Semanggi Tragedies (New York: ICTJ, 2003), hlm. 34; Human Rights Watch, Justice Denied for East Timor (New York: HRW, 2002), hlm. 56.

(5)

2

2. Menelaah instrumen hukum nasional dan internasional yang mengatur pelanggaran HAM berat di Indonesia.

3. Menilai bagaimana kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia.

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman mendalam tentang mekanisme hukum dalam penanganan pelanggaran HAM berat di Indonesia.

2. Memberikan masukan untuk memperkuat kebijakan dan regulasi terkait penegakan HAM berat di Indonesia.

3. Memberikan pemahaman mendalam tentang aspek yuridis pelanggaran HAM berat di Indonesia.

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Pelanggaran HAM Berat di Indonesia

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Indonesia diatur melalui berbagai instrumen hukum, baik nasional maupun internasional. Berikut dasar hukum yang menjadi pijakan dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia:

1. Instrumen Hukum Nasional

UUD 1945 : Pasal 28I ayat (4) menyatakan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab negara.4

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM : Mengatur secara komprehensif tentang HAM, termasuk definisi pelanggaran HAM berat.5

UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM : Menetapkan mekanisme peradilan HAM untuk mengadili pelanggaran HAM berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.6 2. Instrumen Hukum Internasional

Statuta Roma 1998 : Indonesia telah menandatangani Statuta Roma pada tahun 2000, meskipun belum meratifikasinya.7

Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD) : Indonesia telah meratifikasi konvensi ini melalui UU Nomor 29 Tahun 1999.8

4 Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28I ayat (4).

5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hlm. 8.

6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, hlm. 5.

7 Statuta Roma 1998, Pasal 5, hlm. 12.

8 Udang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD), hlm. 3.

(7)

4

2.2 Implementasi Hukum dalam Kasus Pelanggaran HAM Berat

Implementasi hukum dalam penanganan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia telah dilakukan melalui berbagai mekanisme, baik melalui lembaga peradilan nasional maupun upaya-upaya non-yudisial. Namun, proses ini sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kendala politik, lemahnya independensi peradilan, dan keterbatasan sumber daya.9 Berikut beberapa contoh implementasi hukum dalam kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia :

1. Kasus 1965-1966

Kasus pembunuhan massal terhadap anggota dan simpatisan PKI belum diselesaikan secara hukum. Komnas HAM menyimpulkan bahwa kejadian tersebut merupakan pelanggaran HAM berat.10

2. Tragedi Trisakti 1998

Tragedi penembakan mahasiswa Trisakti telah diajukan ke Pengadilan HAM Ad Hoc, namun hanya pelaku lapangan yang diadili.11

3. Konflik Timor Timur

Setelah referendum 1999, terjadi kekerasan massal di Timor Timur yang melibatkan militer Indonesia. Proses peradilan dinilai tidak memenuhi standar keadilan internasional.12

2.3 Tantangan dalam Penegakan Hukum

Penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Tantangan ini tidak hanya bersifat hukum, tetapi juga melibatkan aspek politik, sosial, dan

9 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 45.

10 omisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Investigasi Pelanggaran HAM 1965- 1966 (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 12.

11 International Center for Transitional Justice, Indonesia: The Trisakti and Semanggi Tragedies (New York: ICTJ, 2003), hlm. 23.

12 Human Rights Watch, Justice Denied for East Timor (New York: HRW, 2002), hlm. 56.

(8)

5

budaya.13 Berikut beberapa tantangan utama dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM berat di Indonesia :

1. Kendala Politik

Banyak kasus melibatkan aktor-aktor yang memiliki kekuatan politik.14 2. Lemahnya Independensi Peradilan

Sistem peradilan di Indonesia masih rentan terhadap intervensi politik dan korupsi.15

3. Keterbatasan Sumber Daya

Kurangnya sumber daya manusia dan finansial untuk mendukung investigasi dan proses peradilan.16

13 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu (Jakarta: Komnas HAM, 2012), hlm. 45.

14 International Center for Transitional Justice, Indonesia: The Challenges of Addressing Past Human Rights Violations (New York: ICTJ, 2010), hlm. 12.

15 Human Rights Watch, Indonesia: Judicial Independence Under Threat (New York: HRW, 2015), hlm. 8.

16 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Laporan Tahunan 2021: Tantangan Penegakan HAM di Indonesia (Jakarta: Komnas HAM, 2021), hlm. 23.

(9)

6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelanggaran HAM berat di Indonesia merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan komprehensif. Meskipun telah ada instrumen hukum yang memadai, implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Indonesia, seperti pembunuhan massal 1965-1966, Tragedi Trisakti 1998, Kerusuhan Mei 1998, dan konflik di Timor Timur, merupakan catatan kelam dalam sejarah bangsa yang hingga saat ini belum sepenuhnya terselesaikan. Meskipun Indonesia telah memiliki instrumen hukum nasional dan internasional yang memadai, seperti Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, serta berbagai konvensi internasional yang telah diratifikasi, implementasi hukum dalam penanganan kasus-kasus tersebut masih menghadapi banyak tantangan.

Beberapa tantangan utama dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM berat di Indonesia meliputi :

1. Kendala politik, seperti intervensi dan kurangnya keinginan politik dari pemerintah.

2. Lemahnya independensi peradilan, yang rentan terhadap intervensi dan korupsi.

3. Keterbatasan sumber daya, baik manusia maupun finansial, yang menghambat proses investigasi dan peradilan.

4. Kurangnya bukti dan perlindungan saksi, yang membuat proses hukum sulit dilaksanakan.

(10)

7

5. Budaya impunitas, di mana pelaku seringkali tidak diadili atau mendapatkan hukuman yang tidak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan.

6. Belum ratifikasinya Statuta Roma, yang membatasi akses Indonesia terhadap mekanisme peradilan internasional.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya serius dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga peradilan, dan masyarakat sipil.

Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain :

Memperkuat independensi dan integritas sistem peradilan.

Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan finansial untuk mendukung proses hukum.

Memperbaiki sistem perlindungan saksi dan korban.

Mendorong ratifikasi Statuta Roma untuk memperkuat komitmen Indonesia dalam penegakan HAM internasional.

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penegakan HAM dan akuntabilitas negara.

3.2 Saran

Berdasarkan analisis yuridis terhadap kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di Indonesia, berikut adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki sistem penegakan hukum dan memastikan keadilan bagi korban:

1. Pemerintah perlu memperkuat independensi lembaga peradilan.

2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan finansial untuk mendukung proses hukum.

3. Mendorong ratifikasi Statuta Roma untuk memperkuat komitmen Indonesia dalam penegakan HAM internasional.

(11)

8

DAFTAR PUSTAKA

Firmandiaz, V., & Husodo, J. A. (2020). Penyelesaian Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat Di Indonesia Oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ditinjau Dari Kewenangannya (Studi Kasus Timor-Timur). Res Publica:

Jurnal Hukum Kebijakan Publik, 4(1), 92-105.

Hidayat, R., Fatimah, S., & Alfarisi, M. A. (2024). PENYELESAIAN KOMNAS HAM DALAM PENYELESAIAN KASUS-KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA. Indonesian Journal of Legality of Law, 7(1), 115- 122.

Indonesia, R. (1959). Undang-Undang Dasar 1945. Dewan Pimpinan PNI, Department Pen. Prop. Pen. Kader.

Jainah, Z. O., Sari, D. E., Yasa, M., & Yazhalina, S. R. (2023). Analisis Undang- Undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (Studi Kasus Diskriminasi Atas Status Sosial di Sel Tahanan). Jurnal Ilmu Hukum Prima, 6(1), 109-116.

Katzenstein, S. (2003). Hybrid tribunals: searching for justice in East Timor. Harv.

Hum. Rts. J., 16, 245.

Komnas, H. A. M. (2021). Omnibus Law RUU Cipta Kerja Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Komnas HAM.

McGregor, K., & Setiawan, K. (2019). Shifting from international to “Indonesian”

justice measures: Two decades of addressing past human rights violations. Journal of Contemporary Asia, 49(5), 837-861.

Nomor, U. U. (39). Tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

Sopiana, M. (2019). Kedudukan International Crimnal Court (ICC) Dalam Mekanisme Hukum Humaniter Internasional Menurut Statuta Roma 1998 Tentang Mahkamah Pidana Internasional (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).

(12)

9

Wahyuningroem, S. L. (2019). Towards post-transitional justice: the failures of transitional justice and the roles of civil society in Indonesia. JSEAHR, 3, 124.

Yunara, A. Y. (2019). Efektivitas Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Dalam Penuntasan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia (Studi Pengadilan HAM Makassar). Jurnal Al-Dustur, 2(2), 1-21.

Referensi

Dokumen terkait

· Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan

TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN ASAS RETROAKTIF DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG..

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

• Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

b) John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.. c) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak Asasi Manusia adalah

 Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia