• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM ACARA TUN

N/A
N/A
21O2OO623@Karina Aprilia Rumapea

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH HUKUM ACARA TUN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA PERIHAL SURAT KUASA

Dosen Pengampu: Suria Ningsih.,SH.,M.Hum

DISUSUN OLEH:

 Mawar B. Pangaribuan (210200116)

 Roy Cristoforus Siahaan (210200118)

 Stephy Anggi Eliza (210200292)

 Sheryl Helena Damanik (210200304)

 Deoriski Febrian Sebayang (210200608)

 Halomoan Fidelis Horas Gultom (210200609)

 Appu Tuami Sitanggang (210200612)

 Karina Aprilia Rumapea (210200623)

 Ivana Greace Br Sembiring (210200625)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Pada pembuatan makalah ini, penulis juga memiliki tujuan yaitu mengajak pembaca mempelajari lebih lanjut perihal “Surat Kuasa”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suria Ningsih.,SH.,M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan moral maupun material.

Sejalan dengan pengerjaan makalah ini, wawasan penulis bertambah. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan penulisan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah. Akhir kata, atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 10 November 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 5

BAB II ... 6

PEMBAHASAN ... 6

A. Ketentuan Yang Mengatur Surat Kuasa Khusus ... 6

B. Unsur-Unsur Surat Kuasa... 11

C. Surat Kuasa Dengan Hak Substitusi dan Hak Retensi ... 14

BAB III ... 16

PENUTUP ... 16

A. Kesimpulan ... 16

B. Saran ... 16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan surat kuasa saat ini sudah sangat umum di tengah masyarakat untuk berbagai keperluan. Pada awalnya konsep surat kuasa hanya dikenal dalam bidang hukum dan digunakan untuk keperluan suatu kegiatan yang menimbulkan akibat hukum, namun akhirnya surat kuasa mengalami perkembangan dan bahkan sudah digunakan untuk berbagai keperluan sederhana dalam berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat.

Seseorang yang berpekara di Pengadilan Tata Usaha Negara tidak ada kewajiban untuk didampingi oleh kuasa hukum. Namun apabila seseorang dalam bepekara di Pengadilan Tata Usaha Negara dapat menggunakan jasa seorang atau beberapa orang kuasa hukum sebagai wakilnya untuk beracara di pengadilan.

Pemberian kuasa ini merupakan suatu perjanjian, di mana seseorang memberi hal dan kuasa kepada orang lain yang menerimanya untuk melakukan sesuatu atas nama pemberi kuasa. Kuasa dapat diberikan dalam suatu akta autentik atau suatu tulisan di bawah tangan. Pemberian kuasa dapat diberikan secara khusus, yaitu mengenai hanya satu kepentingan tertentu atau lebih secara umum yang meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa.

Berdasarkan pengertian pemberian kuasa diatas, maka dari itu penulis akan membahas lebih dalam mengenai surat kuasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka adapun yang menjadi perumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apa yang mengatur ketentuan surat kuasa khusus?

2. Apa saja unsur-unsur surat kuasa?

3. Apa yang dimaksud dengan surat kuasa dengan hak substitusi dan hak retensi?

(5)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketentuan surat kuasa khusus.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur surat kuasa.

3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai surat kuasa khusus dengan hak subsitusi dan hak retensi

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Ketentuan Yang Mengatur Surat Kuasa Khusus

 Pengertian surat kuasa

Untuk mengetahui pengertian surat kuasa maka dapat dilihat terlebih dahulu pengertian pemeberian kuasa secara umum. Menurut pasal 1792 KUHPerdata, Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana sesorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Kemudian dalam Pasal 1795 KUHperdata dikatakan bahwa pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus yaitu mengenai hanya satu kepentingan tertentu atau lebih atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa. Dari pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa surat kuasa adalah surat yang berisi tentang pernyataan pemberian kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pemegang kuasa kepada pihak lain yang dipercayakan untuk bertindak atas nama pemberi kuasa. Karena pemberian kuasa merupakan sebuah perjanjian maka dalam pembuatanya melekat asas konsesualisme sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHperdata tentang syarat sah perjanjian.

 Dasar hukum penggunaan kuasa dalam PTUN

Dalam berperkara di PTUN tidak ada kewajiban sesorang untuk didampingi oleh kuasa hukum, para pihak tidak wajib mewakilkan kepentingan nya kepada orang lain. Dengan demikian para pihak yang berperkara boleh memilih menggunakan kuasa hukum atau tidak menggunakan kuasa hukum untuk beracara dipengadilan. Hal ini sesuai dengan Pasal 57 Undang-Undang No.5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah beberapa kali terahir dengan Undang-undang No.51 tahun 2009Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan Para pihak yang bersengketa masing- masing dapat didampingi atau diwakili oleh seorang atau beberapa orang kuasa.

 Pihak-pihak yang berhak menerima Kuasa

(7)

Menurut Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan Buku II Mahkamah Agung RI (hlm.825). Pemberian kuasa oleh Penggugat dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Penggugat dapat memberikan Kuasa insidentil jika di beri ijin oleh Ketua Pengadilan TUN kepada seseorang yang akan beracara di Pengadilan TUN apabila dimohonkan, dengan syarat seseorang tersebut mempunyai hubungan keluarga dengan Penggugat yang dikuatkan oleh surat keterangan lurah dan diketahui camat, dan mampu beracara di Pengadilan.

2. Jaksa Pengacara Negara dapat bertindak sebagai kuasa hukum dari Badan/Pejabat TUN hanya dalam rangka menyelamatkan kekayaan Negara dan menegakkan kewibawaan pemerintah.

3. Biro Bantuan Hukum (BBH) atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Fakultas Hukum yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dapat bertindak sebagai kuasa Penggugat dalam perkara prodeo.

 Fungsi Pemberian Kuasa :

1. Mendampingi dalam sengketa, sifatnya hanya secara konsultan dalam memberikan advis hukum mengenai sengketa TUN)

2. Mewakili dalam sengketa, penerima kuasa sepenuhnya bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa, sejauh wewenang yang secara limatatif dilimpahkan kepadanya dalam surat kuasa khusus.

 Syarat-syarat kumulatif surat kuasa khusus :

Dalam SEMA No 6 Tahun 1994, tanggal 14 Oktober 1994 disebutkan syarat-syarat kumulatif surat kuasa khusus, yang terdiri dari:

1. Menyebut dengan jelas untuk berperan di pengadilan 2. Menyebut kompetensi relatif

3. Menyebut identitas dan kedudukan para pihak 4. Menyebut secara ringkas pokok dan objek sengketa

(8)

 Hak-hak dalam Kuasa Khusus terdiri dari 2 yaitu hak retensi dan hak substitusi.

1. Hak retensi adalah hak untuk menahan suatu benda sampai kewajiban daripada pemberi kuasa dilunasinya. Pasal 1812 BW menyebutkan “Penerima kuasa berhak untuk menahan kepunyaan pemberi kuasa yang berada di tangannya hingga kepadanya dibayar lunas segala sesuatu yang dapat dituntutnya akibat pemberian kuasa”.

2. Hak substitusi dalam kuasa adalah kuasa limpahan yang diberikan oleh penerima kuasa, agar dapat mewakili penerima kuasa dalam melakukan tindakan. Hal ini juga diatur dalam Pasal 1803 BW.

 Kewajiban-kewajiban pemberi kuasa Kewajiban pemberi kuasa adalah sebagai berikut :

1. Pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang telah dibuat oleh penerima kuasa sebagaimana yang tercantum di dalam surat kuasa yang telah diterimanya. Pemberi kuasa tidak terikat pada apa yang tidak disebutkan dalam surat kuasa, selain dari apa yang telah disetujuinya, baik secara tegas maupun secara diam-diam.

2. Pemberi kuasa diwajibkan mengembalikan kepada penerima kuasa, persekot-persekot dan biaya-biaya yang telah dikeluarkannya dalam rangka melaksanakan isi daripada kuasa yang telah diterimanya, pengecualian jika terjadi karena kelalaian si penerima kuasa.

3. Pemberi kuasa harus memberikan ganti rugi kepada penerima kuasa atas kerugian-kerugian yang diderita sewaktu menjalankan kuasanya, asal dalam hal ini penerima kuasa tidak telah berbuat kurang hati-hati.

4. Pemberi kuasa diwajibkan melunasi segala yang telah dijanjikan sebelumnya akibat dari pemberian kuasa tersebut. Jika pemberi kuasa tidak melakukan kewajibannya, maka penerima kuasa berhak menahan semua milik pemberi kuasa yang berada di tangannya, sekian lamanya, sampai kepadanya dibayar lunas.

 Kewajiban Penerima Kuasa

1. Selama sebelum dibebaskan/dicabut kuasanya, maka penerima kuasa harus melaksanakan kuasanya dan menanggung segala biaya, kerugian, dan bunga yang sekiranya dapat timbul karena tidak dilaksanakannya kuasa tersebut.

(9)

2. Penerima kuasa dalam menjalankan tugas bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, juga atas kelalaian-kelalaian yang dilakukannya.

3. Penerima kuasa wajibkan melaporkan apa yang telah dibuatnya dan memberikan pehitungan terhadap apa yang telah diterimanya berdasar kuasanya.

4. Penerima kuasa bertanggung jawab atas orang yang ditunjuknya sebagai pengganti dalam melaksanakan tugasnya.

5. Penerima kuasa harus membayar bunga atas uang yang telah digunakannya untuk kepentingan pribadi, terhitung mulai saat dia menggunakan uang tersebut.

6. Penerima kuasa telah memberitahukan secara sah tentang hal kuasanya kepada orang yang telah mengadakan persetujuan dengan penerima kuasa, di luar batas kuasa itu, kecuali jika secara pribadi telah mengikat diri untuk keperluan itu.

 Ciri-Ciri Surat Kuasa Khusus

Untuk membedakan antara surat kuasa khusus dan surat kuasa umum, maka dapat dilihat dari ciri- ciri:

1) Dasar Hukum

Pertama adalah dari dasar hukum yang digunakan sudah menjadi ciri surat kuasa khusus yang berbeda dengan surat kuasa umum. Surat kuasa khusus menggunakan dasar hukum dari pasal 1975 KUHPer sedangkan surat kuasa umum menggunakan pasal 1976 KUHPer sebagai dasar hukumnya.

2) Judul

Ciri surat kuasa khusus yang selanjutnya bisa diketahui dengan jelas adalah dari judul surat kuasanya. Surat kuasa khusus sudah pasti akan menggunakan judul “surat kuasa khusus”

sedangkan surat kuasa biasa atau umum akan menggunakan judul “surat kuasa umum”.

3) Isi

Ciri yang selanjutnya adalah jika dilihat dari isinya. Surat khusus akan berisi segala hal yang berhubungan dengan kepentingan pemberian kuasa pada seseorang. Sedangkan surat kuasa umum berisi 1 kepentingan atau lebih dari yang memberikan kuasa yang kemudian diperjelas mengenai hal apa saja yang boleh dilakukan penerima kuasa.

(10)

 Unsur-Unsur Surat Kuasa Khusus

Unsur-unsur wajib yang perlu diperhatikan dalam membuat surat kuasa khusus, yaitu:

1) Judul

Bertujuan memberikan keterangan dalam pemindahan kuasa khusus tersebut.

2) Kalimat Pembuka

Berperan menjadi prolog dan pengantar maksud dan tujuan pembuatan surat kuasa khusus.

3) Identitas Pemberi Kuasa

Mencantumkan identitas jelas pemberi kuasa, hal ini sangat penting untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan dari kuasa khusus.

4) Identitas Penerima Kuasa

Mencantumkan identitas jelas penerima kuasa, dalam isi surat.

5) Perihal Yang Dikuasakan

Meliputi kewenangan penerima kuasa untuk melakukan tindakan-tindakan yang diberikan kuasa oleh pemberi kuasa.

6) Hak Retensi

Pemberi kuasa dan penerima kuasa harus mencantumkan klausul hak retensi dalam isis surat kuasa khusus, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7) Hak Subtitusi

Mencantumkan klausul hak substitusi.

8) Penutup

9) Berisikan kalimat penutup dari pembuatan surat kuasa khusus.

10) Tanda Tangan dari Pihak-Pihak Terkait 11)

 Berakhirnya Pemberian Kuasa

1. Pemberi Kuasa Menarik Kembali secara Sepihak, Pasal 1814 KUHPerdata mengatur mengenai pemberian kuasa dapat menarik kembali secara sepihak dengan acuan:

(11)

a. Pencabutan tanpa memerlukan persetujuan dari penerima kuasa;

b. Pencabutan dapat dilakukan secara tegas dalam bentuk: 1. Mencabut secara tegas dengan tertulis; dan 2). Meminta kembali surat kuasa, dari penerima kuasa; Dan c. c). Pencabutan kuasa secara diam-diam, berdasarkan Pasal 1816 KUHPerdata. Caranya

dengan menunjuk kuasa baru untuk melaksanakan urusan yang sama.

2. Salah Satu Pihak Meninggal Dunia, Pasal 1813 KUHPerdata menegaskan, dengan meninggalnya salah satu pihak dengan sendirinya pemberian kuasa berakhir demi hukum.

3. Penerima Kuasa Melepas Kuasa, Pasal 1817 KUHPerdata memberi hak secara sepihak kepada kuasa untuk melepaskan (op zegging) kuasa yang diterimanya, dengan syarat:

a. Harus memberitahu kehendak itu kepada Pemberi Kuasa;

b. Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat yang tidak layak. Terakhir ini berdasarkan perkiraan apakah pelepasan itu dapat menimbulkan kerugian kepada pemberi kuasa.

B. Unsur-Unsur Surat Kuasa

Dalam ketentuan perundang-undangan tidak diatur secara tegas mengenai format pembuatan surat kuasa, namun dalam SEMA No.2 Tahun 1991 pada poin 9 mengatur bahwa:

1. Dalam satu pihak didampingi oleh kuasa, maka bentuk surat kuasa harus memenuhi persyaratan formal dari surat kuasa khusus, dengan meterai secukupnya dan surat kuasa yang diberi cap jempol harus dikuatkan (waarmerking) oleh pejabat yang berwenang.

Adapun syarat formal dari surat kuasa khusus yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

a. Menyebutkan dengan jelas dan spesifik surat kuasa, untuk berperan di pengadilan.

b. Menyebutkan kompetensi relatif, pada Pengadilan Negeri mana kuasa itu dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa.

c. Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat).

d. Menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan obyek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang berperkara.

(12)

Adapun syarat-syarat di atas bersifat kumulatif, sehingga bila salah satu syarat tidak dipenuhi mengakibatkan kuasa tidak sah. Dengan demikian, maka surat kuasa khusus cacat formil.

2. Surat kuasa khusus bagi pengacara/advokat tidak perlu dilegalisasi.

3. Surat kuasa tidak perlu didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Dalam praktik format surat kuasa yang harus dipenuhi oleh penggugat minimal ada 19 elemen dalam membuat surat kuasa khusus apabila diwakilkan oleh kuasa hukum. Apabila dalam kedudukannya sebagai penggugat, maka elemen-elemen surat kuasa yang harus dipenuhi yaitu:

1. Harus ada judul Surat Kuasa Khusus. Sesuai ketentuan pasal 57 surat kuasa harus bentuk surat kuasa khusus.

2. Identitas pemberi kuasa. Indentitas pemberi kuasa merujuk pada ketentuan Pasal 56 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

3. Sebutkan kedudukannya sebagai pemberi kuasa.

4. Kalau pemberi kuasa diwakili oleh kuasa hukum maka pilihan domisili kuasanya dijelaskan.

5. Jelaskan identitas penerima kuasa. Identitas penerima kuasa merujuk pada ketentuan Pasal 56 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

6. Kalau penerima kuasanya lebih dari satu orang, maka disebutkan bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama.

7. Sebutkan kedudukannya sebagai penerima kuasa.

8. Sebutkan khususnya.

9. Uraikan tindakan mewakili Pemberi Kuasa sebagai penggugat. (subjek).

10. Uraikan obyek sengketanya. (Obyek).

11. Uraiakan gugatan diajukan dimana. (kompetensi Relatifnya).

12. Siapa tergugatnya, berkedudukan di mana, sebagai tergugat. (subyek).

13. Uraikan permasalahan obyek sengketa yang akan dibatalkan (obyek dibatalkan).

14. Uraiakan perincian tindakan hak-hak penerima kuasa yang diberikan pemberi kuasa. Pada bagian hak-hak yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa harus diperinci hak-hak apa saja yang diberikan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk beracara di Pengadilan TUN, sehingga tidak terkesan sebagai surat kuasa yang bersifat umum.

(13)

15. Sebutkan hak substitusi atau retensi (kalau ada).

16. Tanggal pemberian surat kuasa.

17. Meterai ditempel di atasnya tulisan pemberi kuasa.

18. Tanda tangan pemberi kuasa di atas meterai.

19. Tanda tangan penerima kuasa.

Adapun jika menjadi pihak tergugat, maka pihak tergugat dapat:

1. Memberikan surat kuasa kepada advokat.

2. Memberikan surat tugas tanpa meterai kepada Pejabat pada instansi pemerintahan Badan/Pejabata Tata Usaha Negara yang bersangkutan.

3. Jaksa pengacara negaradapat bertindak sebagai kuasa hukum dari Badan/Pejabat TUN hanya dalam rangka menyelamatkan kekayaan Negara dan menegakkan kewibawaan pemerintahan.

SEMA No.07 Tahun 2012 pada angka 8 menegaskan bahwa dalam berperkara di PTUN, Tergugatnya adalah pemegang jabatan TUN. Dalam hal ini tergugat dapat memberi kuasa misalnya kepada biro hukumnya cukup dengan surat tugas. Surat tugas dapat menggantikan surat kuasa asalkan disebutkan kepada yang bersangkutan ditugaskan untuk hadir mewakili tergugat dan dicantumkan hal-hal apa yang ditugaskan untuk mewakili tergugat tersebut. Surat tugas terhadap jabatan dalam organisasi tergugat adalah sama maknanya tergugat (principal) yang hadir di persidangan

Dalam pasal 41 ayat 2,3,4 UUAP mengatur Badan atau pejabat Pemerintahan dapat memberikan kuasa berbunyi:

Ayat (2) Jika Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menerima lebih dari satu surat kuasa untuk satu prosedur Administrasi Pemerintahan yang sama, maka Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan mengembalikan kepada pemberi kuasa untuk menentukan satu penerima kuasa yang berwenang mewakili kepentingan pemberi kuasa dalam Prosedur Administrasi Pemerintahan .

Ayat (3) penerima kuasa harus dapat menunjukkan surat pemberian kuasa secara tertulis yang sah kepada Badan dan/atau pejabat pemerintahan dan prosedur administrasi pemerintahan.

Ayat (4) Surat Kuasa sekurang-kurangnya memuat:

(14)

a. Judul surat kuasa b. Identitas pemberi kuasa c. Identitas penerima kuasa

d. Pernyataan pemberian kuasa khusus secara jelas dan tegas e. Maksud pemberian kuasa

f. Tempat dan tanggal pemberian kuasa

g. Tanda tangan pemberi dan penerima kuasa, dan h. Meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ayat (5) Pencabutan surat kuasa kepada penerima kuasa hanya dapat dilakukan secara tertulis dan berlaku pada saat surat tersebut diterima oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

C. Surat Kuasa Dengan Hak Substitusi dan Hak Retensi

 Hak substitusi adalah kuasa diberikan oleh penerima kuasa, agar dapat mewakili penerima kuasa dalam melakukan tindakan. Kuasa pengganti ini dapat diberikan bilamana kuasa dari principal berisi pula wewenang untuk mengalihkan kuasa tersebut, baik secara sebagian maupun keseluruhan. Hak untuk melimpahkan kuasanya kepada orang lain atau disebut juga dengan kuasa pengganti dapat dilakukan dengan melimpahkan secara keseluruhan atau sebagian saja. Substitusi dapat dilakukan dengan menunjuk langsung orang yang dimaksud dalam surat kuasa dan dapat pula tidak ditunjuk secara langsung. Terhadap substitusi yng tidak ditunjuk secara langsung dalam kuasa maka pemberi kuasa bertanggung jawab atas penunjukan penggantinya.

Apabila dalam surat kuasa yang diterima oleh seseorang tersebut tidak ada hak substitusi, maka surat kuasa yang diterima ternyata dilimpahkan lagi kepada pihak lain, terhadap kuasa limpahan tersebut tidak sah karena telah melampaui kewenangan pemberi kuasa sebelumnya.

Pemberian kuasa dengan hak substitusi diatur dalam pasal 1803 hukum perdata dimana ditentukan bahwa orang yang memberikan kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah di tunjuknya olehnya sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya apabila:

1. Jika ia tidak diberikan kekuasaan untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya.

(15)

2. Jika kekuasaan itu telah diberikan kepadanya tanpa penyebutan seorang tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap atau tak mampu.

 Hak retensi adalah hak dari penerima kuasa untuk menahan sesuatu yang menjadi milik pemberi kuasa karena pemberi kuasa belum membayar kepada penerima kuasa hak penerima kuasa yang timbul dari pemberian kuasa. Ketentuan mengenai hal ini dapat kita temui dalam Pasal 1812 KUHPerdata : “Penerima kuasa berhak untuk menahan kepunyaan pemberi kuasa yang berada di tangannya hingga kepadanya dibayar lunas segala sesuatu yang dapat dituntutnya akibat pemberian kuasa.” pihak yang menerima kuasa dari pemberi kuasa memiliki hak retensi akibat dari pemberian kuasa tersebut.

Hak retensi adalah hak untuk menahan suatu benda, sampai suatu piutang yang bertalian dengan benda tersebut dilunasi. Apabila terdapat kewajiban, misalnya pembayaran biaya jasa hukum, yang belum dipenuhi oleh pemberi kuasa, maka penerima kuasa dapat menggunakan hak retensinya untuk menahan kepunyaan kliennya. contohnya , advokat dapat menahan berkas atau dokumen-dokumen perkara kliennya ketika honorariumnya belum dibayarkan oleh klien. Dimasukkannya hak retensi kedalam surat kuasa bertujuan untuk mencegah agar seorang advokat dalam menahan berkas atau dokumen-dokumen tidak dilaporkan oleh klein sebagai perkara pidana penggelapan (Pasal 372 KUHP), sebab pemberian kuasa tersebut dilakukan secara sepihak , sedangkan surat kuasa yang diterima seorang advokat sewaktu-waktu dapat dicabut oleh kliennya.

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian kuasa sebagaimana yang dirumuskan dalam pasa 792 KUHP adalah suatu persetujuan antara seseorang sebagai pemberi kuasa dengan orang lain sebagai penerima kuasa melakukan suatu perbuatan atau tindakan atas nama pemberi kuasa.

Dengan demikian kesimpulan dari pengertian pemberian kuasa adalah penerima kuasa bertindak atas nama pemberi kuasa sekaligus bertindak mewakili pemberi kuasa dimana penerima kuasa dapat bertindak langsung mewakili pemberi kuasa terhadap pihak yang lain. Pada dasarnya tujuan dari suatu perjanjian pemberian kuasa ialah untuk memberikan kekuasaan atau wewenang kepada penerima kuasa untuk bertindak sebagai wakil pemberi kuasa. Dengan kekuasaan yang ada pada penerima kuasa inilah yang menyebabkan ia berwenang atau berhak melakukan tindakan-tindakan hukum untuk kepentingan dengan atas nama pemberi kuasa.

B. Saran

Mengenai perkembangan surat kuasa yang sudah dikenali oleh berbagai lapisan masyarakat maka perlunya informasi lebih dalam kepada masyarakat dapat melalui seperti seminar sehingga masyarakat tau mengenai batas-batas dan berfungsi suatu surat kuasa di dalam hukum untuk menghindari terjadinya masalah dalam hukum seperti penipuan yang beralasankan surat kuasa.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001, Lisensi adalah ijin yang diberikan oleh Pemegang Paten kepada pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak

Larangan kuasa substitusi dalam pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) tidak berpengaruh bagi pemegang Hak Tanggungan (kreditor) perbankan, seharusnya pihak

Secara umum, surat kuasa adalah surat yang digunakan untuk memberikan wewenang atau kuasa kepada orang lain agar orang tersebut dapat mewakili si pemberi

Pasal 65, MA tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh UUD NRI 1945.. Perbuatan Yang

Dalam hal salah satu pihak berhalangan untuk menandatangani perjanjian tersebut maka harus ada kuasa yang diberikan kepada suami/istri dalam bentuk surat kuasa (surat kuasa

Atas ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang Pokok Agraria,kepada pemegang hak atas tanah diberikan wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula

Surat kuasa seperti yang termaksud dalam Pasal 1792 KUH Perdata dibuat untuk memberi ketegasan mengenai pemberian kuasa dari seseorang/badan hukum kepada orang

(1) Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang berisikan kewajiban pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikirimkan kepada para pihak oleh pengadilan Tata Usaha