HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH.
SMS. 081 238 159 93
Materi Pendidikan Khusus Profesi Advokat, Dpc Peradi Bali
Kerjasama
Dengan Universitas Warmadewa, 27 Januari-6 Februari 2016
GRUP RISET
HUKUM PENYELENGGARA NEGARA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
Sistematikan Materi
1. Ruang lingkup kewenangan MK 2. Pengertian hak uji materiil dan formal
3. Perbedaan pengujian yang dilakukan MK dengan MA 4. Para pihak dan objek sengketa di MK
5. Format permohonan 6. Putusan MK 7. Contoh Kasus Pengantar
1. Teori dan Praktik merupakan dua hal yang berpasangan, kalaupun tidak jarang, keduanya bertentangan, tetapi, Teori tanpa Praktik taklah lengkap, dan Praktik tanap Teori tidak akan pernah mapan.
2. Metode deducto hypotetico-verifikative, dan penyelesaian persoalan berdasarkan logika abduksi
Logika Pikir, Menggunakan Logika Formal Aristoteles
1. Penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki, artinya, bertolak dari apa yang diketahui “benar “atau diketahui “salah”.
2. Bentuk penalarannya, Pengetahuan yang menjadi dasar konklusi itu adalah Premis. Jadi, semua proposisi di dalam premisi itu harus benar.
3. Aktivitas penalaran meliputi: menyusun proposisi-proposisi yang menjadi premis dan dijadikan dasar penyimpulan.
4. Kalau penyusunan premis tidak tepat, maka, tidak dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan yang benar.
Negara Hukum
1. Pasal 1 ayat (3), UUD NRI 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum . 2. Bagaimana menghubungkan teori negara hukum yang digunakan, menjelaskan
3. Untuk Indonesia, perhatikan Penjelasan UUD 1945, dan Pembahasan UUD oleh BPUPKI, mengarah kepada Rechtsstaat dan Rule of Law
Rechtsstaat, Menurut Immanuel Kant (1724-1804) Dan Priedrich J. Stahl (1802-1861) 1. Adanya jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
2. Adanya pembagian kekuasaan negara berdasarkan Trias Politika 3. Setiap tindakan negara harus berdasarkan atas Undang Undang, 4. Adanya peradilan administrasi negara
Rule Of Law Menurut A.V.Dicey (1835-1922) 1. Supremacy of Law
2. Equality Before the Law
3. Constitution Based on Individual Rights
Negara Hukum menurut. Ibrahim R. (2003) dan menyebutnya Negara Hukum Nusantara, dengan unsur-unsurnya:
1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia berdasarkan Ideologi 2. Kedudukan yang sama dalam hukum bagi setiap orang
3. Tindakan pemerintah berdasarkan konstitusi, dilaksanakan dengan Undang Undang 4. Pembagian kekuasaan negara berdasarkan trias politika dan checking power with power 5. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka
6. Adanya kode moral dan akhlak, yang melahirkan karakteristik bangsa dan negara
Kekuasaan Kehakiman Indonesia
1. Pasal 24 ayat (1), Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
2. Pasal 24 ayat (2), Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan meliter, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
3. Pasal 24 ayat (3), Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dengan undang-undang
Bifurcation System Kekuasaan Kehakiman Setelah Amandemen UUD NRI 1945
Setelah amandemen UUD 1945, Kekuasaan Kehakiman berdasarkan UUD NRI 1945, menjadi bifurcation system, artinya:
1. Ordinary Court dipegang oleh Mahkamah Agung 2. Constitutional Review dipegang Mahkamah Konstitusi
3. Sedangkan, Komisi Yudisial adalah lembaga bantu dari bifurcation system.
Perbedaan Menguji amtara MK dan MA
NO MK MA
1 MENGUJI UU TERHADAP UUD MENGUJI PERATURAN DIBAWAH
UU 2 UU DIBERLAKUKAN LEBIH DULU,
BARU DIUJI OLEH ORANG ATAU BADAN HUKUM YANG MERASA
DIRUGIKAN, AKIBAT
DIBERLAKUKAN UU TERSEBUT
MA BERHAK MENGUJI UU,
MELALUI PROSES PERKARA,
SAAT PERKARA DI KASASI
Ruang Lingkup Kewenangan Mahkamah Konstitusi
1. Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945, MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya BERSIFAT FINAL untuk MENGUJI UU terhadap UUD, memutus SENGKETA kewenangan lembaga negara yang kewenangan yang diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum 2. Praktiknya : lihat UU No. 24 Tahun 2003, dan Putusan-Putusan MK ... ?
Kerangka Teori, Dan Pasal 24C Ayat (1) UUD NRI 1945
1. Tugas utama MK, adalah Judicial Review, dan Penyelesaian Sengketa
2. Pada JUDICIAL REVIEW = MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, BENAR DAN SESUAI DENGAN DOKTRIN KEKUASAAN
KEHAKIMAN,
3. Pada PENYELESAIAN SENGKETA, MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. BERARTI MENYIMPANG DARI DOKTRIN KEKUASAAN KEHAKIMAN. Karena, penyelesaian sengketa dalam doktrin kekuasaan kehakiman, tidak boleh difinal, harus ada upaya hukum, berikutnya, kalau tidak, KEPASTIAN HUKUM DAN KEADILAN, TIDAK AKAN TERCAPAI
UU NO. 23 TAHUN 2003
Penyelesaian sengketa Pasal 24C UUD NRI 1945, dijabarkan oleh Pasal 1 UU No. 23 Tahun 2003, berikut:
a. Pengujian UU Terhadap UUD NRI 1945
b. Sengketa kewenangan lembaga negara, yang kewenangan diberikan UUD NRI 1945 c. Pembubaran Partai Politik
d. Perselisihan tentang hasil pemilihan umum
Penyelesaian Sengketa
1. Poin b, c dan d, adalah kewenangan sengketa
2. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagai mana dimaksud dalam UUD NRI 1945
Konflik Norma
1. Pasal 4 ayat (3), UU NO. 23 Tahun 2003, Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama 3 tahun ...
2. Pasal 22, masa jabatan hakim konstitusi 5 tahun, dan dapat dipilih sekali lagi
3. Pasal 4 ayat (3) dengan Pasal 22, ada kekacauan norma hukum, hakim konstitusi sudah berhenti, tetapi masih menjabat sebagai Ketua dan Wakil Ketua MK
4. Hakim Konstitusi diusulkan: 3 dari DPR, 3 dari MA, dan 3 dari Presiden, sehingga jumlahnya 9 orang ...
Judicial Review
1. MK Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final:
2. Kasus Antasari Azhar, MK membolehkan PK lebih dari satu kali 3. MK mengakui agama urusan pribadi
4. ...
Hukum Acaranya
1. Pasal 28, (1), MK memeriksa, mengadili, dan memutuskan dalam sidang pleno MK dengan 9 orang hakim konstitusi, kecuali dalam keadaan luar biasa dengan 7 orang hakim konstitusi yang dipimpin oleh Ketua MK.
2. Pasal 28, (2), Ketua MK berhalangan diganti Wakil Ketua MK
3. Pasal 28, (3), Ketua dan Wakil Ketua MK tidak ada, dipimpin oleh ketua sementara.
4. Pasal 28, (4), panel minimal 3 orang, baru pleno untuk ambil putusan 5. Pasal 28, (5), sidang terbuka untuk umum
6. Pasal 28, (6), tidak sah putusan, jika tidak terbuka untuk umum 7. Pasal 30, poin a, Pengujian UU terhadap UUD NRI 1945 ...
8. Pasal 30, poin, b, Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh UUD NRI 1945 ...
9. Pasal 30, poin, c, Pembubaran partai politik 10. Perselisihan tentang hasil pemilihan umum, atau
11. Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagai mana dimaksud dalam UUD NRI 1945
Teori Kewenangan
1. Lahirnya teori kewenangan attributie, pertama-tama dilihat dari Sistem Pemerintahanan, kemudian pembagian kekuasaan negara. Pembagian Kekuasaan Negara itulah yang memiliki kewenangan ATTRIBUTIE, penerima kewenangan attributie dapat melimpahkan dalam bentuk Delegatie dan Mandaat, yang Delegatie dapat mensubdelegasikan.
2. Peneriman kewenangan attributie disebut oorspronkelijk dalam arti aseli pertama dan utama 3. Perhatikan Skemanya
Struktur Tata Negara
1. Bentuk Negara = Kesatuan vs Federal 2. Bentuk Pemerintahan = Republik vs Kerajaan 3. Sistem Pemerintahan = Parlementer vs Presidensial 4. Sifat Pemerintahan = Diktator vs Demokratis
Alat Bukti
1. Pasal 36 (1), alat bukti ialah:
a. Surat atau tulisan b. Keterangan saksi c. Keterangan ahli d. Keterangan para pihak e. petunjuk, dan
f. Alat bukti lain dengan informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu
Vonis
1. Pasal 45 (1), sesuai alat bukti dan keyakinan hakim 2. P.45 (2), putusan minimal di dasarkan dua alat bukti 3. P.45 (3), putusan wajib memuat fakta
4. P.45 (4), putusan musyawarah untuk mufakat
5. P.45 (5), setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan tertulis 6. P.45 (6), tidak tercapai musyawarah, putusan ditunda
7. P.45 (7), putusan dengan suara terbanyak ==== 333 =
8. P45. (8), tidak tercapai, Ketua sidang yang menentukan === 333 = 9. P.45. (9), diputuskan hari itu atau ditunda
10. P.45 (10), Pendapat yang berbeda harus dimuat
11. Pasal 47, Putusan MK memproleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum. ... semantik =
Pengujian
Pasal 50, UU yang dapat dimohonkan untuk diuji adalah UU yang diundangkan setelah perubahan UUD NRI 1945. === ===== bagaimana kalau UU itu bertentangan sangat patal dengan UUD NRI 1945. ... ?
Pasal 51 (1), Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya UU, yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan RI yang diatur dalam UU
c. Badan hukum publik atau privaat, atau d. Lembaga negara
e. Pasal 55, UU No. 23 Tahun 2003, Pengujian peraturan perundang undangan di bawah UU yang sedang dilakukan MA wajib dihentikan apabila UU yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut sedang dalam proses pengujian MK sampai ada putusan MK
f. Pasal 60, Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali. ... ??
Putusan Sela
Pasal 63, UU No. 23 Tahun 2003, MK dapat mengeluarkan penetapan yang memerintahkan pada pemohon dan/atau termohon untuk menghentikan sementara pelaksanaan kewenangan yang dipersengketakan sampai ada putusan MK
Pasal 65, MA tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh UUD NRI 1945
Perbuatan Yang Menyimpang Penguasa
1. Detournement de Pouvoir (perbuatan menyalah gunakan wewenang, perbuatan melampau batas kewenangan
2. Onrechtmatige Overheidsdaad (perbuatan melawan hukum) 3. Onwetmatig (perbuatan melanggar Undang-Undang) 4. Onjuist (perbuatan yang tidak tepat)
5. Ondoelmatig (perbuatan yang tidak bermanfaat)
Daftar Pustaka
1. Allan R. Brewer-Carias, 1989, Judicial Review in Comparative Law, Cambridge University Press, Cambridge, New York Port Chester Melbourne Sydney,
2. Ibrahim R, 2003, Sistem Pengawasan Konstitusional Antara Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif Dalam Pembaruan UUD 1945, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.
3. Ibrahim R, 2006, Pernak Pernik Yuridis Dalam Nalar Hukum, UPT Penerbit UNUD, Denpasar 4. Kenneth Janda, Jeffrey M. Berry, Jerry Goldman, 1987, The Challenge of Demokracy
Government in America, Library of Congress Catalog Card Number 86.81451.
5. Hans Kelsen, 1950, The Law of The United Nations A Critical Analysis Its Fundamental Problem, Stevens & Sons Limited, London.
6. Hans Nawiasky, 1948, Allgemeine Rechtslehre als System der Rechtlichen Grundbegriffe, Verlagsanstalt Benziger & Co. Ag, Einsieddein, Zurich/Kuln
7. Montesquieu, 1949, Traslated by Thomas Nugent, The Spirit of the Law, Hafner Press A Division of Macmillan Publishing Co Inc, New York, Collier Macmillan Publishers, London.