• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan - Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan - Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Hipotermi Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindakan

Praktik atau tindakan memiliki tingkatan meliputi persepsi, respon terpimpin,

mekanisme, dan adopsi.

1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin ( guided respons). Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu

sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan

indikator pada praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan

maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptation), dimana adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan

yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

B. Bidan

Defenisi Bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM)

tahun 2005 adalah seorang yang telah berhasil/sukses menyelesaikan pendidikan

bidan yang terakreditasi dan diakui negara, telah memperoleh kualifikasi yang

dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat atau secara resmi diberi lisensi

(2)

Menurut Permenkes Nomor.1464/MENKES/X/2010 dikatakan bahwa bidan

adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Bayi Baru Lahir

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28) usia

kelahiran bayi. Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia

1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut

adalah bayi yang berusia 7 -28 hari (Muslihatun, 2010).

D. Prinsip Perawatan Bayi Baru lahir

Saat kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami berbagai adaptasi psikologis.

Dari hal tersebut pada prinsipnya bayi yang baru lahir memerlukan pemantauan yang

ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus

berlangsung dengan baik. Bayi yang baru lahir juga membutuhkan asuhan bayi baru

lahir yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisinya dengan baik

(Muslihatun, 2010).

E. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir

Tujuan perawatan bayi baru lahir adalah memberikan asuhan secara

komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat masih diruang rawat serta

mengajarkan kepada orang tua bayi dan memberi motivasi agar menjadi orang tua

(3)

F. Perawatan Segera setelah Bayi Lahir 1. Suhu Tubuh

Bayi baru lahir memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan sejumlah

besar panas badannya setelah lahir. Saat lahir, kulit bayi diliputi oleh cairan amnion,

bayi biasanya terpajan pada suhu rendah yang mengelilingi di ruang persalinan, dan

sering kali dibiarkan tanpa diselimuti untuk memungkinkan observasi awal yang

baik. Dengan demikian, bayi akan kehilangan panas badan melalui evaporasi, radiasi

dan konveksi. Bayi merespon terhadap keadaan dingin ini melalui perangsangan

metabolisme simpatis, yang meningkatkan produksi panas. Panas juga dipertahankan

dengan mengurangi aliran darah kulit.

Selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali

diukur dan dicatat. suhu pusat tubuh yang baik, tetapi sebuah alat pengukur suhu

yang keras yang ditinggalkan di dalam rektum tanpa pengawasan konstan dapat

menyebabkan perforasi usus besar. Pengukuran suhu aksila biasanya merupakan

alternatif yang cocok dan aman. Suhu tubuh normal bila diukur dari aksila yaitu 36,5

-37, 4o C. Bila bayi ditempatkan di inkubator, suhu tubuh bayi sekaligus suhu

lingkungan di dalam inkubator harus dipantau dan dicatat. Peningkatan suhu tubuh

dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu inkubator.

Bayi hipotermi harus dihangatkan di dalam inkubator. Umumnya, bayi

paling baik dihangatkan kembali pada kecepatan sedang, biasanya 2 sampai 4 jam

agar suhu inti mencapai 37o C. Upaya menghangatkan tubuh bayi secara cepat

memerlukan lebih banyak panas eksternal, yang dapat menimbulkan apnoe.

Penghangatan yang lambat akan disertai dengan hipoglikimia dan asidosis metabolik

(4)

Begitu bayi cukup bulan yang baru lahir mampu mempertahankan suhu

yang stabil, mereka dapat dirawat diranjang terbuka, asalkan berpakaian dan

dibungkus dengan selimut. Sebuah ruangan bebas angin dengan suhu 24-26oC akan

memberi kondisi termal netral yang adekuat (Rudolfh, 2006).

Pada bayi baru lahir pengaturan suhu tubuh belum berfungsi sempurna,

untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena

bayi mempunyai resiko hipotermi yang dapat menyebabkan kematian. Hipotermi

dapat terjadi apabila tubuh bayi dalam keadaan basah dan tidak segera dikeringkan.

Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi

baru lahir yaitu :

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung

dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan

penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop

dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.

b. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak

(jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).

Contoh, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,

membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang

lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

(5)

baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin misalnya dekat

tembok.

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan

kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi

uap). Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat

kelembaban udara, aliran udara yang melewati (Djami, 2013).

2. Penilaian Apgar Score

Menurut Djami (2013), segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan

proses perawatan dengan mengeringkan kulit, yang dapat menbantu meminimalkan

kehilangan panas. Pada sebagian besar kasus, bayi dilahirkan dalam kondisi sehat

sehingga dapat langsung diserahkan kepada orang tuanya. Baik kelahiran di rumah

maupun di rumah sakit, bidan harus melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada

menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai apgar.

Pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai prediksi resiko

kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta resiko

disabiitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik

pula kondisi bayi. Nilai apgar harus didokumentasikan dengan lengkap dicatatan

bayi.

Nilai Apgar yaitu:

A (Appearance) : Penampilan bayi (warna kulit).

P (Pols) : Nadi (frekuensi jantung).

G (Grimace) : Respon terhadap rangsangan

(6)

R (Respiratory) : Pernafasan.

Tabel 1. Penilaian Apgar Score

Tanda Nilai

Menurut Djami (2013), bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi

yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses

persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi

baru lahir, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi,

(7)

a. Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.

b. Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,

penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi

atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan

penghisapan lendir dengan alat tersebut.

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi

sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita

pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang bersentuhan

dengan bayi, juga harus dalam keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap

kali setelah digunakan.

4. Merawat Tali Pusat

Menurut Djami (2013), pada perawatan tali pusat nasihat yang perlu

diberikan pemberi pelayanan kesehatan kepada keluarga bayi yaitu :

1) Jangan membubuhkan apapun ke puntung tali pusat

2) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat.

3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air bersih serta

segera keringkan dengan kain bersih, terutama setelah bayi buang air

kecil/besar

4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau berdarah dan berbau,

(8)

5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut Sodakh (2013), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.

Menurut Prawirohardjo (2011), segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan

di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan

pada bayi untuk mencari dan menemukan puting bayi.

Manfaat IMD pada bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga

kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nasokomial. Kadar

bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat

sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan

ibu juga membuat bayi mendapatkan pola tidur yang lebih baik ini berdampak

kepada meningkatnya berat badan pada bayi.

6. Pengukuran pada Bayi Baru Lahir a) Berat Badan

Menurut Chapman (2013), setelah dilaksanakannya IMD berat badan bayi

harus segera ditimbang. Idealnya digunakan timbangan elektronik untuk

mmendapatkan hasil yang paling akurat sesuaikan skala angka nol dan

letakkan handuk didalam timbangan sebagai alas, agar kulit bayi tidak kontak

langsung dengan timbangan. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kg biasanya

dianggap memiliki berat lahir rendah, berat lahir yang sangat rendah kurang

dari 1, 5 kg. Menurut Sodakh (2013), berat badan bayi normal adalah

(9)

b) Panjang Badan

Menurut Jokinen (2002), bahwa pegukuran panjang badan sangat penting

dilakukan untuk pengkajian pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan

bayi dimasa yang akan datang. Sejumlah studi menunjukkan bahwa bidan

dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika menggunakan alat pengukur

panjang badan yang lebih akurat, seperti matras gulung . Panjang badan

normal untuk bayi cukup bulan yaitu 48-55 cm (Seidel, 2006).

c) Lingkar Kepala

Kepala harus diukur disekitar lingkar oksipitofrontal. Lingkar kepala untuk

bayi cukup bulan yaitu 32-37 cm (Chapman, 2013).

7. Pencegahan Infeksi pada Mata

Menurut Djami (2013), pencegahan infeksi mata dapat diberikan segera

setelah bayi lahir. Pencegahan infeksi pada mata dapat dilakukan dengan

memberikan salep mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika ini harus diberikan dalam

waktu satu jam setelah kelahiran, pencegahan infeksi mata ini tidak efektif apabila

diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

Cara pemberian profilaksis mata yaitu :

a. Mencuci tangan secara efektif.

b. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan

minta persetujuan.

c. Berikan salep mata tetrasiklin 1 % dalam satu garis lurus mulai dari bagian

mata paling dekat dengan hidup bayi menuju bagian luar mata.

(10)

e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk

tidak menghapus salep tersebut.

8. Pemberian Vitamin K

Menurut Djami (2013), semua bayi baru lahir harus segera diberikan

vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk

mencegah perdarahan pada bayi bru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

Menurut Rudolph (2006), semua bayi baru lahir harus mendapat satu

dosis tunggal vitamin K1 dalam beberapa jam pertama setelah lahir untuk mencegah

timbulnya penyakit perdarahan pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan

perdarahan gastrointestinal atau intrakranial serta suatu perdarahan menyeluruh. 1

mg vitamin K1 intramuskular mampu mendapatkan perlindungan penuh

dibandingkan dengan dosis oral 2 mg yang mampu mempertahankan suatu koagulasi

normal dalam beberapa hari pertama,tetapi harus diulang karena satu dosis tunggal

mungkin tidak mempunyai efek perlindungan yang sama lamanya dengan pemberian

vitanin K secara intramuskular.

9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Menurut Djami (2013), imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah

infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2

jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi hepatitis B

sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan

(11)

pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT + Hepatitis B pada 2, 3,

dan 4 bulan usia bayi.

Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi hepatitis B

IMUNISASI JUMLAH

PEMBERIAN

JADWAL

Regimen tunggal 3 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir)

Usia 1 bulan

Usia 6 bulan

Regimen

kombinasi

4 kali Usia 0 hari (segera setelah lahir)

Usia 2 bulan

Usia 3 bulan DPT + Hepatitis B

Usia 4 bulan

Namun, dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil tindakan bidan

dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir, yang akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Hipotermi

Hipotermi merupakan penurunan suhu tubuh bayi di bawah 360C

(Johariyah, 2012). Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh

berada dibawah 35ºC.

Gejala awal hipotermia adalah suhu < 36ºC atau kedua kaki dan tangan

teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan

termometer ukuran rendah (low reading) sampai 25ºC. Disamping sebagai

suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir

(12)

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia. Akibat yang bisa

ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:

1) Hipoglikemia, asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan

metabolisme anaerob.

2) Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia).

3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal

yang menyertai hipotermi berat.

5) Shock.

6) Apnea.

7) Perdarahan intra ventriculer.

8) Meningkatnya intake kalori.

Penyebab dari hipotermi yaitu :

a. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan sempurna.

b. Jaringan lemak subkutan tipis.

c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

d. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.

e. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.

f. Bayi belum mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

g. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

tinggi mengalami hipotermi.

Hipotermi dapat saja terjadi apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya

mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada

(13)

Gejala dari hipotermi :

1) Dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,

hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah,

2) Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3) Timbul sklerema : kulit mengeras kemerahan terutama dibagian punggung,

tungkai dan lengan.

4) Muka bayi berwarna merah terang.

5) Menggigil

Tanda-tanda klinis hipotermia:

a. Hipotermia Sedang

Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami

hipotermia sedang (suhu 32ºC- <36ºC).

1) Kaki teraba dingin

2) Kemampuan menghisap lemah.

3) Tangisan lemah.

4) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.

b. Hipotermia berat

1) Suhu tubuh <32ºC

2) Sama dengan hipotermia.

3) Pernapasan lambat tidak teratur.

4) Bunyi jantung lambat.

5) Mungkin timbul hipogikemia dan asidosi metabolik.

c. Stadium lanjut hipotermia.

1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.

(14)

3) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,

kaki, dan tangan (sklerema).

b. Upaya mencegah terjadinya hipotermi

Menurut Djami, 2013 upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

kehilangan panas dar suhu tubuh bayi adalah :

1) Keringkan bayi secara seksama.

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah

kehilangan panas secara evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh

bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan

taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Bayi yang diselimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas

secara konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain

tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.

3) Tutup bagian kepala bayi.

Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat

kehilangan panas.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit

antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan

ibu untuk memeluk bayinya yang dapat membuat bayi lebih tenang.

5) Perhatikan cara menimbang bayi.

Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi mengalami

(15)

keadaan telanjang. Gunakan selimut atau kain, berat badan bayi dapat

dihitung dari selisih berat bayi dengan berat kain yang digunakan.

6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber AC dan terpapar kipas angin.

Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).

7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.

Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem

pengaturan panas didalam tubuhnya belum sempurna. Bayi sebaiknya

dimandikan minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam

beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang

sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

Praktek memandikan bayi yang di anjurkan adalah:

a) Tunggu minimal enam jam setelah bayi lahir (lebih lama lagi apabila

bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).

b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu bayi dalam keadaan stabil,

(suhu aksila 36,5 – 37,5 ºC). Apabila suhu tubuh bayi berada di bawah

36, 5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian

kepala dan tempatkan bersama ibunya. Tunda memandikan bayi

hingga suhu tubuhnya menjadi stabil dalam waktu minimal 1 jam.

c) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan kamar mandi dalam

keadaan hangat dan tidak ada tiupan angin.

d) Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi

dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk

(16)

e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan dalam keadaan

hangat.

f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan

kering.

g) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan kering,

kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala

diselimuti dengan baik.

h) Pakaikan popok dan pakaian bayi, kemudian bayi dapat diletakkan

bersentuhan dengan kulit ibu.

i) Ibu dan bayi berada dalam 1 ruangan/ rawat gabung dan anjurkan ibu

untuk menyusukan bayinya.

c. Pengobatan dan pengelolaan pada hipotermi

Menurut Maryanti 2011, pengobatan dan pegelolaan pada kasus

hipotermia adalah sebagai berikut:

1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi

harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan,

maka bayi ditempatkan dibawa cahaya penghangat.

2. Pengelolaan menurut Indarso, F (2001), menyatakan bahwa pengelolaan bayi

hipotermia :

a. Bayi cukup bulan

1) Letakkan Bayi Baru Lahir pada radiant warner.

2) Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.

3) Tutup kepala.

(17)

5) Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah

lahir bayi dapat disusukan

b. Bayi Sakit

1) Seperti prosedur diatas.

2) Tetap letakkan pada radiant warner sampai stabil. Bayi kurang

bulan (prematur).

3) Masukkan ke inkubator dengan servo controle.

c. Bayi yang sangat kecil

1) Dengan radian warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5ºC

.Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada

radiant warner.

2) Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,5ºC.

3) Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat

tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan

panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan,

kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan yang

dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.

Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan

mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan dengan cara melakukan kontak kulit,

cara ini digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan

kulit ibu misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini

digunakan untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi

hipotermi (32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. Cara menghangatkan

bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan

(18)

(sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang

tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat dilakukan oleh

keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)

Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, cara

menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi

dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan

Gambar

Tabel 1. Penilaian Apgar Score
Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi hepatitis B

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pendidikan Dasar Bantul mempunyai permasalahan utama yaitu, kurangnya perencanaan dan tanpa memikirkan kunci utama dalam proses pengembangan sistem informasi yaitu

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMPN 1 Plosoklaten sudah baik dan dapat mendorong siswa

dokumen anggota teks berita klaster sebagai 9 4 atau dokumen teks yang akan dibandingkan dengan dokumen teks yang ada pada klaster/klaster yang ada lainnya dapat dilihat

Dalam tahapan prosesi adat hippun tersebut, seperti hippun penyelesaian perselisihan warga, lazim juga disertai dengan perjanjian formal adat lokal. Perjanjian ini memiliki daya

guru terhadap kinerja guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan koto Tangah Kota Padang.. Hipotesis penelitian adalah (1) komitmen guru dalam melaksanakan tugas memberikan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk analisis : ( 1 ) kualitas pelayanan ( reliability, responsiveness, assurance, empati, tangible) bank yang dirasakan oleh

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa Solusi dalam menghadapi kendala adalah membuat hal yang menarik dengan cara mengajak