• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM DAN ETIKA ARSITEK

N/A
N/A
resza rachmadyanti

Academic year: 2024

Membagikan " MAKALAH HUKUM DAN ETIKA ARSITEK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KTL

Resza

Rachmadyanti

MAKALAH

HUKUM DAN ETIKA ARSITEK

Makalah ini dibuat sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas dalam Penataran Kode Etik Dan Kaidah Tingkah Laku (PKE – KTL) Arsitek

(2)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 1

HUKUM

A. Pengertian Hukum secara Umum

Dalam buku mahami hukum oleh Dr. Anintoro prakoso, hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Implementasi fungsi hukum tersebut hanya dapat diwujudkan jika hukum dijalankan oleh suatu kekuasaan, akan tetapi kekuasaan itu sendiri harus berjalan dalam batas rambu-rambu yang ditentukan dalam hukum itu. (Prakoso, 2023, h.144)

Hukum hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat, berbeda dengan pemikiran Carel von Savigny bahwa hukum selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan hukum sebagai sarana dalam pembangunan bukan alat atau tools agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan tertib dan teratur, hukum sedemikian itu hanya dapat berfungsi jika hukum itu sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dan merupakan pencerminan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Madzab sejarah berangkat dari pemikiran bahwa hukum tidak perlu dibuat, melainkan tumbuh bersama dengan masyarakat. Ada banyak lembaga atau kekuatan lain di masyarakat yang sebetulnya juga berfungsi memberikan tuntunan seperti itu, misalnya adat, kebiasaan dan berbagai norma non-hukum lain. Undang-undang tidak boleh dipandang sebagai satu-satunya sumber hukum. Hal ini selalu diributkan karena ada kekuatan asli, otentik dan otonom yang bekerja laten dalam masyarakat yang mempengaruhi bekerjanya undang- undang. Masyarakat memiliki kekuatan untuk menawar berlakunya suatu undang-undang.

(3)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 2 a) Teori Hukum Integratif

Apabila menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum merupakan sistem norma (system of norm), maka Romli Atmasasmita melengkapi bahwa hukum dapat diartikan juga sebagai sistem nilai (system of values). Ketika hakikat hukum dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia harus dipandang sebagai suatu kesatuan pemikiran yang cocok dalam menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan buruk pada abad globalisasi sekarang dengan tidak melepaskan diri dari sifat tradisional masyarakat Indonesia yang masih mengutamakan nilai moral dan sosial. Teori hukum integrative memberikan pencerahan mengenai relevansi dan arti penting hukum dalam kehidupan manusia Indonesia dan mencerminkan bahwa hukum sebagai sistem yang mengatur kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kultur dan karakter masyarakatnya serta letak geografis lingkungannya serta pandangan hidup masyarakat. (Prakoso, 2023, h.147) b) Gagasan Hukum Progresif

Secara etimologi kata progresif berasal dari kata progress yang berarti kemajuan, apabila kata “hukum” dan kata “progresif” digabungkan maka bermakna bahwa hukum hendaknya mampu mengikuti perkembangan zaman, mampu menjawab perkembangan zaman dengan segala dasar didalamnya agar mampu melayani kepentingan masyarakat menyandarkan pada aspek moralitas dari sumberdaya manusia penegak hukum itu sendiri.

(Prakoso, 2023, h.149).

B. Hukum dalam Arsitektur

Pengenalan hukum dalam konteks profesi Arsitek merupakan langkah awal yang penting dalam memahami landasan etika dan tanggung jawab yang melekat pada profesi ini.

Hukum, sebagai seperangkat aturan yang mengatur perilaku dan interaksi dalam masyarakat, memiliki peran sentral dalam memastikan bahwa praktik Arsitektur berjalan sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan

(4)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 3 (Nursadi, 2014). Hal ini sejalan dengan pandangan Roscoe Pound (1910), seorang ahli hukum terkemuka, yang mengemukakan bahwa hukum harus dijadikan alat untuk mencapai keadilan sosial, menekankan pentingya hukum dalam mengatur hubungan antar individu dan kelompok dalam masyarakat (Pound, 1940).

Studi tentang Hukum, menurut H.L.A. Hart (1961), membuka pemahaman mendalam tentang bagaimana aturan hukum dibentuk dan diterapkan serta bagaimana hukum itu berinteraksi dengan norma dan nilai masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa peahaman hukum adalah esensial, tidak hanya bagi praktisi hukum, tetapi juga bagi masyarakat umum para professional lain, termasuk juga para arsitek yang berpraktek.

1) Sistem Hukum

Secara umu, sistem hukum yang berlaku di dunia bervariasi dari satu negara kenegara lainnya, dan sering kali didasarkan pada sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang unik untuk setiap masyarakat. Secara umum, terdapat beberapa jenis sistem hukum yang umum diterapkan di berbagai negara didunia, seperti Common Law yang merupakan sistem hukum common law, yang ditemukan dinegara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia, didasarkan pada pengadilan dan putusan pengadilan sebelumnya (precedent). Hukum kasus yang telah diputuskan oleh Pengadilan menjadi dasar untuk keputusan di masa depan (Jr &

Holmes, 2009).

Selanjutnya Civil Law, yakni Sistem hukum civil law, yang banyak diterapkan di Eropa Kontinental dan negara-negara lainnya, didasarkan pada perundang-undangan tertulis. Hukum teertulis, seperti kode perdata dank ode pidana, menjadi dasar bagi pengadilan untuk membuat keputusan (Merryman & Perez-Perdomo, 2007).

Selanjutnya Religious Law, dimana di beberapa negara, terutama negara-negara dengan mayoritas penduduk yang beragama islam,

(5)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 4 menerapkan hukum agama, seperti hukum syariah (Putra, 2023), sebagai bagian dari sistem hukum mereka.

Selanjutnya Hybrid Sustems, yang mana dibeberapa negara yang memiliki sistem hukum campuran atau hybrid, yang menggabungkan unsur-unsur dari berbagai sistem hukum, misalnya campuran antara common law dan civil law (Donlan dkk, 2014). Sistem-sistem campuran yang memiliki batas-batas yang sama dengan sistem-sistem yang tidak tercampur, seperti Skotlandia dan Quebec, dan sistem-sistem yang terletak di lepas pantai yuridiksi utama dan dominan seperti Jersey di lepas pantai hukum perdata Perancis dan sistem hukum umum Inggris, serta Siprus, terletak di antara pengaruh Eropa dan Timur Tengah.

2) Hukum dalam Praktik Arsitektur

Secara bahasa, Arsitektur berasal dari kata Archi yang berarti kepala dan Techton yang artinya tukang (Husin, 2017). Arsitektur didefinisikam sebagai aplikasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam menciptakan lingkungan binaan yang memenuhi standar fungsi, konstruksi, estetika, serta aspek keselamatan dan kenyamanan (Pratasik & Sangkertadi, 2011).

Arsitek adalah seseorang yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan oleh Dewan untuk melakukan Praktik Arsitek (IAI, 2007). Arsitek Asing adalah Arsitek berkewarganegaraan asing yang melakukan Praktik Arsitek di Indonesia.

Praktik Arsitek meliputi kegiatan perencanaan, perancangan, pengawasan, dan pengkajian untuk bangunan serta lingkungan sekitarnya (Elgine Bridge, 2022). Definisi ini memastika bahwa arsitektur tidak hanya terfokus pada aspek estetika, namun juga pada utilitas, keamanan, dan kenyamanan pengguna.

Undang-undang juga menetapkan bahwa seorang Arsitek harus memenuhi kualifikasi tertentu dan diakui oleh Dewan Arsitek Indonesia untuk dapat menjalankan praktik arsitektur di Indonesia Undang-undang (UU) nomor 6 tahun 2017 tentang Arsitek. Ini termasuk syarat bagi arsitek

(6)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 5 asing, yang harus menunjukkan kompetensi dan berkontribusi pada transfer pengetahuan dan keterampilan kepada arsitek lokal. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan standar kualitas dalam praktik arsitektur di Indonesia dna mempromosikan pertukaran keahlian antar arsitek dari berbagai negara. Praktik Arsitek yang meliputi perencanaa, perancangan, pengawasan, dan/atau pengkajian untuk bangunan gedung dan lingkungannya, serta yang terkait dengan kawasan dan kota (Mutaqi, 2018).

(7)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 6

ETIKA

A. Etika secara Umum

Etika merupakan cabang filsafat dan berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, ethic yang berarti perilaku seseorang, adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin, watak, serta kecenderungan hati, untuk melakukan suatu perbuatan.

Selain itu, istilah edtika juga dipahami sebagai kajian tetang tingkah laku manusia, tentang sesuatu yang baik atau buruk, benar atau salah, sengaja atau tidak.

Menurut pakar filsafat mesir yang tersohor, Ahmad Amin (1983.:3), Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Etika menegaskan prinsip-prinsip perilaku yang perlu ditempuh individu agar bersesuaian dengan kebijakan yang diterima. Etika sangat dipengaruhi pengalaman pribadi dan sosial seseorang serta tingkat perkembangan psikologisnya. Denga demikian, penerapan prinsip-prinsip etis juga merupakan refleksi dari kematangan pribadi seseorang.(Maiwan, 2018)

Etika merupakan konvensi sosial tentang moralitas,mana yang dianggap baik dan buruk oleh masyarakat. Karena konvensi sosial, maka nilai-nilai baik buruk bisa berbeda-beda dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Masalah etika dan moralitas ini menjadi penting untuk seseorang mendapatkan penghargaan dari masyarakatnya. Masalah etika menyangkut penghormatan dari anggota kelompok masyarakat terhadap anggota lain karena adanya standar moralitas yang disepakati bersama (Manado, Teknik, & Arsitek, 2018)

(8)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 7 1) Etika dalam Profesi Arsitek

Etika sebagai tata atur hubungan antara manusia yang menyangkut hubungan yang berkaitan dengan hak dna kewajiban. Dalam profesi Arsitek, etika menjadi sebuah kode,atau aturan yang mengikat secara bersama-sama.

Ketika masuk dalam masyarakat Arsitek, misalnya asosiasi profesi Arsitek, maka Arsitek wajib standar perilaku professional di dalamnya, sebagai pengakuan bahwa merupakan aggota dari masyarakat tersebut (Harijono, h.

10).

Banyak hal menjadi etika dasar Arsitek di Indonesia, salah satunya adalah bagaimana mengelola dengan bijak konflik kepentingan terutama dalam relasinya dengan pemberi tugas. Untuk menghindari konflik kepentingan, seorang arsitek seharusnya memberikan perhatian sekelilingnya danmelakukan upaya-upaya untuk mencegah dan menangani sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. (Setiawan, hlm 80).

Namun dalam hal ini, hanya Arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang terikat dengan aturan kode etik yang tertuang dalam Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Etika, lazim diketahui secara luas, menjadi tulang punggung profesi. Ini merupakan persetujuan bersama yang mengatur secara moral tentang bagaimana sebuah profesi akan bertahan dan berkembang. Etika merupakan kesepakatan tentang prinsip akhlak dan tata laku. Hal ini mengacu pada sistem nilai tertentu, dan meliputi standar tata laku perorangan maupun kelompok.

Kode etika Arsitek dasarnya untuk mengatur bagaimana mengelola dengan bijak konflik kepentingan terutama dalam relasinya dengan pemberi tugas.

Seorang Arsitek haruslah memberikan perhatian pada sekelilingnya dan melakukan upaya-upaya pencegahan sebelum terjadinya sesuatu yang tidak

(9)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 8 diharapkan. Kode Etik Arsitek menjadi acuan yang harus ditaati dan diterapkan seorang Profesional Arsitek dalam melaksanakan Tugasnya.

Apbila Arsitek tidak menaati dan tidak menerapkan kode etik maka akan diberikan sanksi berupa Surat Peringatan, pembatasan, pembekuan, atau pencabutan keanggotaan sesuai dengan bentuk pelanggaran yang dilakukan seorang Arsitek. (Manado et al., 2018).

2) Teori Etika

a. Immanuel Kant – Etika Deontologis

Kant mengembangkan etika deontologis, yang berpusat pada aturan, tugas, dan kewajiban. Menurut Kant, tindakan moral adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan kewajiban dna mengikuti prinsip Universal yang disebut “imperattis Kategoris”. Artinya, sebuah tindakan hanya dianggap benar jika prinsip di balik tindakan tersebut dapat dijadikan sebagai hukum universal.

b. Aristoteles – Etika Virtue

Aristoteles mencetuskan bahwa teori etika virtue, yang menekankan pentingnya karakter moral dan kebajikan pribadi dalam mencapai kehidupan yang mempraktikkan kebajikan, seperti keadilan, keberanian, dan kedermawanan.

Tanggung jawab sosial adalah konsep dimana organisasi atau individu harus bertindak demi kebaikan masyarakat secara keseluruhan. Konsep ini menekankan bahwa tindakan seseorang atau perusahaan tidak hanya didasarkan pada manfaat ekonomi semata, tapi juga pertimbangan terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan.

(10)

Resza Rachmadyanti | PKE -KTLA 9

KESIMPULAN

Seorang arsitek profesional harus bergabung dalam asosiasi resmi arsitek dalam hal ini IAI. Ini menunjukkan adanya setifikasi legalitas seorang arsitek untuk mendapat ijin berkerja sebagai arsitek profesional. Seseorang dapat dikatakan menjadi seorang arsitek profesional apabila selalu terus berkarya dan dilengkapi dengan persyaratan legal formal dalam bentuk sertifikasi keahlian dari asosiasi arsitek. Ini menunjukkan bahwa arsitek profesional harus bergabung dalam asosiasi arsitek untuk dapat berkecimpung secara resmi.

Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut terdapat kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang).

Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealism dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. Maka dapat disimpulkan jika profesi keteknikan tanpa etika akan berakibat fatal bagi banyak orang.

Referensi

Dokumen terkait

Satjipto Rahardjo, 1976, Pengertian Hukum Adat, Hukum yang Hidup Dalam Masyarakat (living law) dan Hukum Nasional, Seminar Hukum Adat dan Pembinaan Hukum Nasional,

Penelitian hukum empiris meneliti hukum yang belaku dan berkembang (living law) dalam masyarakat. Penelitian dilaksanakan di wilayah hukum Polres Kulon Progo Daerah Istimewa

Kelebihan dari hukum yang hidup dalam masyarakat atau hukum yang tidak tertulis ( common law ) adalah bersifat dinamis (mengikuti perkembangan masyarakat) dan obyektifitas

Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai sikap hidup yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional dibidang hukum terhadap masyarakat

Itu sebabnya bagi aliran ini, hukum yang baik adalah yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.’ Ehrlich mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak

adalah hukum yangi sudah sesuai dengan nilai-nilai yang hidup

Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir , hukum adat juga sebagai hukum yang berkembang dan hidup di masyarakat, sehingga unsure-unsur yang ada dalam hukum adat dapat menjadi asumsi

Keywords: Living Law; Adat Law; Legal Pluralism; The Bill of Indonesia Criminal Law; Legality Principle Abstrak Rancangan KUHP yang baru mempromosikan ‘hukum yang hidup’ hukum