MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN MENGAPA HUKUM PENTING
DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DOSEN PENGAMPU:
RAHMI MURNIWATI, S.H., M.H.
NAMA BRAM NIM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2023/2024
PEMBAHASAN MATERI
Bumi merupakan rumah bagi manusia dan seluruh makhluk hidup. Menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah tanggung jawab bersama. Dalam upaya ini, hukum berperan penting sebagai instrumen untuk mengatur dan mengarahkan perilaku manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan. Terdapat beberapa alasan mengapa hukum menjadi penting dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain:
A. Bersifat Normatif
Hukum pada dasarnya merupakan norma yang mengatur perilaku manusia.
Norma ini memuat perintah, larangan, dan kewajiban yang harus ditaati oleh setiap individu dan badan hukum. Hukum memiliki sifat normatif yang berarti memuat norma-norma yang mengatur perilaku manusia. Dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup, hukum berperan sebagai:
1. Penetapan Norma dan Aturan
Hukum menetapkan norma dan aturan yang berkaitan dengan:
Penggunaan sumber daya alam: berisi aturan tentang penebangan hutan, pertambangan, penggunaan air, dan energi.
Pengendalian pencemaran: Penetapan baku mutu lingkungan, pengendalian pencemaran udara, air, dan tanah.
Konservasi: Perlindungan spesies flora dan fauna, penetapan kawasan lindung, dan pengelolaan taman nasional.
Penataan ruang: Pengaturan tata ruang wilayah untuk menghindari kerusakan lingkungan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL): Kewajiban AMDAL untuk memastikan kegiatan pembangunan tidak berdampak negatif pada lingkungan.
2. Penegakan Hak dan Kewajiban
Hukum menentukan hak dan kewajiban setiap orang dan badan hukum dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, seperti:
Hak atas lingkungan hidup yang sehat: Hak untuk hidup di lingkungan yang bebas dari pencemaran dan kerusakan.
Kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan: Kewajiban untuk tidak melakukan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Hak untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan hidup: Hak untuk mengetahui kondisi lingkungan hidup dan dampak kegiatan pembangunan.
Kewajiban untuk menaati peraturan lingkungan hidup: Kewajiban untuk mengikuti aturan dan standar baku mutu lingkungan.
3. Penetapan Tanggung Jawab
Hukum menetapkan mekanisme penegakan hukum dan sanksi bagi pelanggar aturan lingkungan hidup, seperti:
Denda: Sanksi denda bagi pelanggar peraturan lingkungan hidup.
Pidana: Sanksi pidana bagi pelanggaran berat yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Pencabutan izin usaha: Pencabutan izin usaha bagi perusahaan yang terbukti mencemari lingkungan.
Ganti rugi: Kewajiban untuk mengganti rugi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Indonesia telah memiliki beberapa norma yang berisi perintah, larangan, keharusan, izin, dispensasi yang berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dalam peraturan perundang undangan indonesia, seperti:
UU No.32 Tahun 2009 tentang perlindugan dan pengelolaan lingkungan hidup
PP No. 27 tahun 2012 tentang Izin lingkungan
Kep.Men.LH No.51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
Kep.Men.LH No. 52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
Kep.Men.LH No.58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
Kep.Men.LH No.42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
Kep.Men.LH No. 09/MENLH/4/1997 tentang Perubahan Kep.Men.LH No.42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
Kep.Men.LH No.03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri
Kep.Men.LH No.KEP-45/MENLH/10/1997 ttg Indeks Standar Pencemaran Udara
Kep.Men.LH No. 48/MENLH/11/1996 ttg Baku Tingkat Kebisingan
Kep.Men.LH No. 49/MENLH/11/1996 ttg Baku Tingkat Getaran
Kep.Men.LH No. 50/MENLH/11/1996 ttg Baku Tingkat Kebauan
B. Bersifat Preventif
Secara etimologi, preventif berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya
‘antisipasi’ atau mencegah terjadinya sesuatu. Singkatnya, upaya preventif adalah upaya pengendalian sosial dengan bentuk pencegahan terhadap adanya gangguan.
Nurdjana dalam Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi menerangkan bahwa tindakan atau upaya preventif adalah tindakan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran norma-norma yang berlaku, yaitu dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap terpelihara, aman, dan terkendali.
Merujuk definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk upaya preventif adalah segala yang diupayakan untuk mencegah suatu hal terjadi. Dalam konteks hukum sebagai instrumen penting dalam penjaga pengelolaan lingkungan hidup, upaya preventif adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya pelanggaran hukum dalam rangka menjaga pengelolaan lingkungan hidup.
Beberapa contoh dari upaya preventif yang umumnya dilakukan dalam penegakan hukum, antara lain:
Peraturan perundang-undangan: Undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah terkait lingkungan hidup menjadi pedoman bagi individu dan badan usaha dalam menjalankan aktivitasnya. Penetapan
standar baku mutu lingkungan, izin usaha, dan AMDAL merupakan contoh penerapan preventif hukum.
Kebijakan dan strategi: Kebijakan nasional dan daerah yang berfokus pada pelestarian lingkungan, seperti program pengurangan emisi karbon, mendorong penggunaan energi terbarukan, dan tata ruang berkelanjutan, merupakan bentuk pencegahan kerusakan lingkungan.
Pendidikan dan kesadaran hukum: Pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup melalui edukasi dan penyuluhan hukum menjadi kunci pencegahan kerusakan di tingkat individu.
C. Bersifat Represif
Hukum juga memiliki sifat memaksa atau represif yang berarti ia mewajibkan individu atau kelompok untuk mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. KBBI mengartikan sifat represif merupakan sifat yang berisi upaya bersifat represi (menekan, mengekang, menahan, atau menindas; dan bersifat menyembuhkan. Jika diartikan secara sederhana, upaya represif bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan yang mengalami gangguan.
Segala tindakan yang dilakukan untuk menindak pelaku kejahatan adalah bentuk represif. Hal ini sebagaimana dikemukakan Nurdjana (2009) yang menerangkan bahwa yang termasuk upaya represif adalah rangkaian upaya atau tindakan yang dimulai dari penyelidikan, penindakan, pemeriksaan, dan penyerahan penuntut umum untuk dihadapkan ke sidang pengadilan.
Mengenai upaya represif lebih lanjut, Sartono Kartodirdjo dalam Masyarakat dan Kelompok Sosial mengklasifikasikan jenis-jenis tindakan represif yang mana terbagi atas:
Tindakan pribadi, contohnya wejangan atau teguran dari tokoh masyarakat kepada pelanggar hukum.
Tindakan institusional, contohnya pengawasan dari institusi atau lembaga.
Tindakan resmi, yakni tindakan yang dilakukan oleh lembaga resmi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tindakan Tidak Resmi, bentuk tindakan pengendalian yang dilakukan tanpa peraturan dan sanksi yang jelas, contohnya adalah sanksi sosial berupa pengucilan dari masyarakat setempat.
Hukum dalam pengelolaan lingkungan hidup bersifat represif karena dirancang untuk mengurangi tindakan yang merugikan lingkungan. Misalnya, hukum yang mengatur tentang pengelolaan limbah dan polusi udara dapat memberikan sanksi kepada individu atau perusahaan yang melanggar hukum tersebut, seperti denda atau hukuman pidana. Ini bertujuan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan kehidupan di Bumi.
Kedua, hukum lingkungan hidup bersifat memaksa manusia karena dirancang untuk memastikan bahwa semua individu dan organisasi mematuhi aturan dan regulasi yang ada. Ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti pengawasan dan pemantauan oleh lembaga pemerintah, serta penegakan hukum melalui sanksi jika terdapat pelanggaran. Misalnya, lembaga seperti Environment Protection Agency (EPA) di Amerika Serikat memiliki kewenangan untuk menegakkan hukum lingkungan melalui tindakan administratif, judisial, dan kriminal. Ini mencakup pengambilan tindakan hukum terhadap individu atau organisasi yang melanggar hukum lingkungan, seperti penyelenggaraan pemulihan lingkungan atau penegakan hukum melalui penghukuman.
Hukum penting dalam pengelolaan lingkungan hidup karena bersifat preventif, represif, dan memberikan sanksi serta dipaksakan berlakunya. Dengan sifat preventif, hukum ini dirancang untuk mencegah atau mengurangi risiko kerusakan lingkungan sebelum terjadi. Sifat represifnya memungkinkan hukum untuk memberikan sanksi kepada pelaku yang melanggar aturan lingkungan, sehingga mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Selain itu, hukum ini dipaksakan berlakunya oleh lembaga yang berwenang, memastikan bahwa semua pihak terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup mematuhi aturan yang ada. Dengan demikian, hukum lingkungan hidup memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan manusia di masa depan.