Disusun guna memenuhi nilai pada salah satu tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Oleh:
Eka Febriyanti (22762312100)
Muhammad Ali Ridwan Hanafi (22762312096) Dosen Pengampu:
Rizkhan Frianda, M. Ag.
DLB072
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
1445 H/2023 M
ii
KATA PENGANTAR
﷽
Puji syukur atas rahmat Allah SWT berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Perubahan Sosial‖
dengan tepat waktu. Karya tulis ilmiah ini diajukan guna memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar semester 3 (tiga) Tahun Ajaran 1445 H/2023 M.
Selain itu, hadirnya juga bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan para pembaca terkait perubahan social dalam berkehidupan di masyarakat.
Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, mohon maaf jika para pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini.
Penulis menantikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi para pembaca.
Bintan, 12 Jumadilawal 1445 H 26 November 2023 M
Penulis
iii
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Perubahan Sosial dan Cakupannya ... 3
1. Definisi Perubahan Sosial ... 3
2. Proses Terjadinya Perubahan Sosial ... 4
3. Teori Perubahan Sosial... 5
4. Bentuk Perubahan Sosial ... 8
5. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Sosial ... 13
6. Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial ... 13
B. Modernisasi ... 14
1. Konsep Modernisasi ... 14
2. Syarat-syarat Modernisasi ... 15
3. Ciri-ciri Modernisasi ... 16
C. Peradaban Indonesia di Tengah Modernisasi dan Globalisasi ... 16
BAB III PENUTUP ... 18
A. Kesimpulan ... 18
B. Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerubahan sosial merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu dan akan terus berkembang, baik dari segi sosial maupun kebudayaan. Banyak faktor yang memicu perubahan ini diantaranya, yaitu perkembangan teknologi, interaksi antar budaya, pergeseran nilai-nilai, dan dinamika struktural masyarakat. Dalam konteks global yang semakin terhubung dan kompleks, perubahan sosial memiliki pengaruh yang signifikan.
Urbanisasi yang pesat, industrialisasi, perkembangan teknologi informasi, serta integrasi global melalui perdagangan dan komunikasi internasional, semuanya berkontribusi terhadap perubahan dalam masyarakat kita.
Perubahan sosial mencakup pergeseran dalam struktur sosial, pola hubungan antar individu, dan distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Hal ini dapat mengubah tatanan hierarki, peran gender, pola keluarga, dan dinamika kelompok sosial. Selain itu, perubahan sosial juga dapat mencakup perubahan dalam sistem ekonomi, politik, dan pendidikan yang memiliki implikasi besar bagi masyarakat. Dalam konteks perubahan sosial yang semakin kompleks ini, penting bagi kita untuk memahami dan merespon perubahan dengan bijaksana. Kita perlu mengenali dampak perubahan tersebut terhadap kehidupan kita sehari-hari, interaksi sosial, dan nilai-nilai yang kita anut. Lebih dari itu, kita juga perlu memahami bagaimana perubahan tersebut dapat menciptakan tantangan dan peluang bagi masyarakat kita,
B. Rumusan Masalah
Berlandaskan pada penjabaran latar belakang tersebut, rumusan masalah pada makalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian dan jangkuan dari perubahan sosial?
2. Apakah itu medernisasi?
3. Bagaimana peradaban Indonesia di tengah modernisasi dan globalisasi?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian dan cakupan perubahan sosial 2. Mendeskripsikan terkait modernisasi
3. Mendeskripsikan peradaban Indonesia di tengah modernisasi dan globalisasi
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Sosial dan CakupannyaPerubahan sosial merupakan sebuah isu yang tidak akan pernah selesai untuk diperdebatkan. Perubahan sosial itu sendiri menyangkut kajian dalam ilmu sosial yang meliputi tiga dimensi waktu yang berbeda, dulu (past), sekarang (present), dan masa depan (future). Untuk itulah, masalah sosial yang terkait dengan isu perubahan sosial merupakan masalah yang sulit diatasi dan diantisipasi. Namun demikian, di sisi lain, masalah sosial yang muncul di masyarakat hampir semuanya merupakan konsekuensi adanya perubahan sosial di masyarakat.1
1. Definisi Perubahan Sosial
Secara etimologi, perubahan sosial merupakan sebuah perubahan pada berbagai lembaga kemasyarakatan yang bisa mempengaruhi sistem sosial masyarakat termasuk nilai-nilai, sikap, pola, perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.2 Sedangkan secara terminologi, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis yang menyebabkan perubahan-perubahan hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya yang menyebabkan perubahan perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.3
Selain itu, John Lewis Gillin dan John Philip Gillin juga berpendapat bahwa perubahan sosial adalah variasi dari cara hidup yang telah diterima dalam masyarakat, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, difusi, atau penemuan baru dalam masyarakat.4 Sehingga dapat disimpulkan perubahan sosial secara umum diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya tatanan/struktur didalam masyarakat, yang
1 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, Poskolonial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cetakan ke-2, Hlm. 1-2
2 Aris, Contoh dan Faktor Penghambat Perubahan Sosial,
https://www.gramedia.com/literasi/faktor-penghambat-perubahan-sosial/, diakses pada tanggal 26 November 2023
3 Silvia Tabah Hati, Perubahan Sosial Budaya, (Medan: UIN Sumatera Utara, 2021), Hlm. 25
4 Nur Djazifah ER, Modul Pembelajaran Sosiologi: Proses Perubahan Sosial di Masyarakat, (Yogyakarta: LP2M Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), Hlm. 5
meliputi pola pikir, sikap serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Cara yang paling sederhana untuk memahami terjadinya perubahan sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat dianalisis dari berbagai segi antara lain:
a) Ke arah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction of change) bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah.
Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada pada waktu yang lampau.
b) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat.5
2. Proses Terjadinya Perubahan Sosial a) Difusi
Difusi adalah Pproses penyebaran berbagai unsur pembentuk sosial dan kebudayaan, yakni berupa ide, keyakinan, dan hal lainnya. Penyebaran ini bias dilakukan individu ke individu atau kelompok lebih besar dari itu.
Proses difusi kemudian dibagi menjadi dua, yakni difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat.
b) Akulturasi
Akulturasi adalah proses perubahan sosial yang terjadi karena masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam sekelompok masyarakat, sehingga unsur budaya asing itu diterima dan disesuaikan dengan kebudayaan asli nasyarakat tertentu. Budaya asing tersebut masuk dan bias diterima
5 Elly M. Setiadi, dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Ketiga, (Jakarta: Kencana, 2017), Cetakan ke-13, Hlm. 53
5
masyarakat tergantung bagaimana cara masuk budaya tersebut dan jangka waktu penyesuaian tertentu.
c) Asimilasi
Asimilasi adalah proses perubahan sosial yang timbul jika ada dua individu atau kelompok dengan latar budaya yang berbeda kemudian berinteraksi dengan intensi dalam jangka waktu yang lama. Proses perubahan sosial ini kemudian akan menghilangkan budaya tersebut atau mengurangi perbedaan antar golongan masyarakat. Asimilasi muncul agar mencapai suatu tujuan yang sama antar golongan demi kepentingan bersama.
d) Akomodasi
Akomodasi adalah proses perubahan sosial yang menunjukkan keseimbangan dalam hubungan sosial antar golongan yang berkaitan dengan norma atau nilai yang berlaku di masyarakat.6
3. Teori Perubahan Sosial
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial terdapat beberapa teori yang dapat menjadi landasan bagi kita dalam memahami perubahan sosial yang berkembang di masyarakat. Teori perubahan sosial tersebut di antaranya adalah:
a) Teori Evolusi ( Evolutionary Theory)
Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori multilinier:
Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks (sempurna), dan masing- masing melewati proses perkembangan yang seragam. Salah satu dari teori ini yang pernah mendominasi pemikiran Barat adalah teori evolusi dari Lewis Morgan, yang menyatakan bahwa semua masyarakat berkembang melalui tiga tahap: kebuasan, barbarisme, dan peradaban. Dalam pandangan Morgan, Inggris (masyarakatnya sendiri) adalah contoh peradaban. Semua masyarakat lain ditakdirkan untuk mengikutinya.
6 Aris, Pengertian Perubahan Sosial: Proses, Bentuk, Faktor dan Contohnya, https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-perubahan-sosial/, diakses pada tanggal 26 November 2023
Pandangan teori multilinier menggantikan teori unilinier dengan tidak mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi, masyarakat tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain. Inti teori evolusi, baik yang unilinier maupun multilinier, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya, di mana kebudayaan Barat dianggap sebagai tahap kebudayaan yang maju dan superior/sempurna. Namun, ide ini terbantahkan dengan semakin meningkatnya apresiasi terhadap kayanya keanekaragaman (dan kompleksitas) dari kebudayaan suku bangsa di dunia. Di samping itu, masyarakat Barat sekarang berada dalam krisis (rasisme, perang, terorisme, perkosaan, kemiskinan, jalanan yang tidak aman, perceraian, sex bebas, narkoba, AIDS dan sebagainya) dan tidak lagi dianggap berada di puncak kebudayaan manusia.7
b) Teori Siklus (Cyclical Theory)
Menurut PB Horton dan CL Hunt (1992) dalam bukunya
―Sociology‖, para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahapan yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses perubahan masyarakat bukannya berakhir pada tahap ―terakhir‖ yang sempurna, tetapi berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Beberapa dari penganut teori siklus tersebut dipaparkan sebagai berikut :
Menurut pandangan seorang ahli filsafat Jerman, Oswald Spengler (1880-1936) setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Oswald Spengler terkenal dengan karyanya
―The Decline of the West‖ (Keruntuhan Dunia Barat).
Pitirim Sorokin (1889-1968) seorang ahli Sosiologi Rusia berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yang meliputi : (a) kebudayaan ideasional (ideational cultural) yang di dasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (super natural); (b) kebudayaan idealistis (idealistic culture) di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati
7 Nur Djazifah ER, Op. Cit., Hlm. 6
7
dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal; dan (c) kebudayaan sensasi (sensate culture) di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Arnold Toynbee (1889-1975), seorang sejarawan Inggris juga menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian. Menurutnya peradaban besar muncul untuk menjawab tantangan tertentu, tetapi semuanya telah punah kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini juga tengah beralih menuju ke tahap kepunahannya.8 c) Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Penganut teori ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan itu berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat).
Oleh sebab itu, menurut teori ini unsur kebudayaan baru yang memiliki fungsi bagi masyarakat akan diterima, sebaliknya yang disfungsional akan ditolak.
Menurut sosiolog William Ogburn, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan, beberapa unsurnya bisa berubah sangat cepat sementara unsur yang lain berubah secara lambat, sehingga terjadi apa yang disebutnya dengan ketertinggalan budaya (cultural lag) yang mengakibatkan terjadinya kejutan sosial pada masyarakat, sehingga mengacaukan keseimbangan dalam masyarakat. Menurutnya, perubahan benda-benda budaya materi/teknologi berubah lebih cepat daripada perubahan dalam budaya non materi/sistem dan struktur sosial. Dengan kata lain, kita berusaha mengejar teknologi yang terus berubah, dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi.
d) Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pengikut teori ini, yang konstan (tetap terjadi) dalam kehidupan masyarakat adalah konflik sosial, bukannya perubahan. Perubahan
8 Ibid., Hlm. 7
hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya.
Menurut Karl Marx, konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan kelompok dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan kelas sosial baru tersebut akan melahirkan perubahan berikutnya.
Menurutnya, konflik paling tajam akan terjadi antara kelas Proletariat (buruh yang digaji) dengan kelas Borjuis (kapitalis/pemilik industri) yang diakhiri oleh kemenangan kelas proletariat, sehingga terciptalah masyarakat tanpa kelas. Namun asumsi Marx terhadap terciptanya masyarakat tanpa kelas tersebut sampai saat ini tidak terbukti. Artinya kehidupan masyarakat tetap diwarnai adanya perbedaan kelas sosial.9
4. Bentuk Perubahan Sosial
a) Perubahan lambat dan perubahan cepat
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentetan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha- usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa peristiwa dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.10
Sementara itu perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi
9 Ibid., Hlm. 8
10 Silvia Tabah Hati, Op.Cit., Hlm. 39
9
pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi sebenarnya bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama.
Misalnya revolusi industri di Inggris, di mana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi tanpa mesin menuju tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan tersebut sangat cepat karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya. Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan yang kemudian menjelma menjadi revolusi. Pemberontakan para petani di Banten pada 1888 misalnya didahului dengan suatu kekerasan, sebelum menjadi revolusi yang mengubah sendi- sendi kehidupan masyarakat.11
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan contoh suatu revolusi yang tepat momentumnya pada waktu itu perasaan tidak puas bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin-pemimpin yang mau menampung keinginan-keinginan tersebut serta sekaligus merumuskan tujuannya. Saat itu bertepatan dengan kekalahan kerajaan Jepang yang menjajah Indonesia sehingga sangat tepat untuk memulai suatu revolusi yang diawali dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh.12
b) Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian misalnya, tidak membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris misalnya, merupakan perubahan yang akan
11 Ibid., Hlm. 41
12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Hlm. 348
membawa pengaruh besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan seterusnya.13
Kepadatan penduduk di pulau Jawa misalnya, telah melahirkan berbagai perubahan dengan pengaruh yang besar. Areal tanah yang dapat diusahakan menjadi lebih sempit, pengangguran tersamar kian tampak di desa-desa, mereka yang tidak mempunyai tanah menjadi buruh tani dan banyak wanita serta anak anak yang menjadi buruh pada waktu panen.
Sejalan dengan itu terjadi pula proses individualisasi pemilik tanah. Hak-hak ulayat desa semakin luntur karena areal tanah tidak seimbang dengan kepadatan penduduk. Timbulnya bermacam macam lembaga hubungan kerja, lembaga di tanah, lembaga bagi hasil dan seterusnya yang pada pokoknya bertujuan untuk mengambil manfaat yang sebesar mungkin dari sebidang tanah yang tidak begitu luas. Warga masyarakat hanya hidup sedikit di atas tanda minimal.14
c) Perubahan yang Dikehendaki dan Direncanakan atau Perubahan Yang Tidak Dikehendaki dan Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.
Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan Agent of Change yaitu seseorang atau kelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of change langsung masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakan agent of changes langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan yang mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyebabkan pada perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan
13 Ibid., Hlm. 348-349
14 Silvia Tabah Hati, Op.Cit., Hlm. 43
11
terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial atau sering pula dinamakan perencanaan sosial.15
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, maka perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri atau dengan perkataan lain perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan perubahan perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan yang ada atau dengan cara membentuk yang baru.
Seringkali terjadi bahwa perubahan yang dikehendaki bekerjasama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling pengaruh- mempengaruhi.16
Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki tidak mencakup faham apakah perubahan-perubahan tidak diharapkan atau tidak diharapkan oleh masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan dan diterima oleh masyarakat bahkan para agent of changes yang merencanakan perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-perubahan yang tidak terduga di bidang-bidang lain. Pada umumnya sulit untuk mengadakan ramalan sedang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki karena proses tersebut biasanya tidak hanya merupakan akibat dari suatu gejala sosial saja tetapi dari berbagai gejala sosial sekaligus. Sebagai contoh dapat dikemukakan perubahan yang terjadi di lingkungan Daerah Istimewa
15 Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hlm. 348
16 Ibid. Hlm. 348
Yogyakarta sejak akhir kekuasaan Belanda sekaligus merupakan perubahan- perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.17
Perubahan yang dikehendaki menyangkut bidang politik dan administrasi yaitu suatu perubahan dari sistem sentralisme autokratis ke suatu desentralisasi demokratis. Perubahan dipelopori oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebagai salah satu akibat timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki. Tetapi Pamong Praja kehilangan wewenang atas pemerintahan desa. Suatu keadaan yang tidak diharapkan dalam rangka kerangka ini adalah bertambah pentingnya peranan dusun-dusun atau bagian- bagian desa atas dasar administratif yang menyebabkan berkurangnya ikatan antara kekuatan sosial yang merupakan masyarakat desa. Akibat lain yang juga tidak diharapkan adalah hilangnya peranan kaum bangsawan secara berangsur-angsur sebagai warga kelas tinggi.18
Suatu perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai reaksi yang direncanakan terhadap perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi sebelumnya baik yang merupakan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Terjadinya perubahan-perubahan yang dikehendaki maka perubahan-perubahan yang kemudian merupakan perkembangan selanjutnya meneruskan proses. Bila sebelumnya terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki maka perubahan yang dikehendaki dapat ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap perubahan- perubahan sebelumnya agar kemudian diterima secara luas oleh masyarakat.19 Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik yang oleh Thomas dan Znaniecki ditafsirkan sebagai proses yang berupa perintah dan larangan, artinya menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu akomodasi khususnya arbitrasi, melegalisasi hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu karya yang dikehendaki legalisasi dilaksanakan dengan tindakan-tindakan fisik yang bersifat arbitrasi.20
17 Silvia Tabah Hati, Op.Cit., Hlm. 44
18 Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hlm. 348
19 Ibid., Hlm. 348
20 Ibid., Hlm. 348-349
13
5. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Sosial a) Penyebab Internal
(1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (2) Penemuan-penemuan baru
(3) Pertentangan (Conflict)
(4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi b) Penyebab Eksternal
(1) Lingkungan Alam Fisik (2) Peperangan
(3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain21
6. Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial a) Faktor Pendorong
(1) Kontak dengan kebudayaan lain (2) Sistem pendidikan formal yang maju
(3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju (4) Toleransi terhadap perbuatan menyimpang yang bukan merupakan
delik (pelanggaran hukum)
(5) Sistem pelapisan masyarakat (Stratifikasi Sosial) yang terbuka (6) Penduduk yang heterogen
(7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan (8) Orientasi ke masa depan
(9) Pandangan bahwa manusia harus senantiasa memperbaiki hidupnya22 b) Faktor Penghambat
(1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain (2) Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang terlambat (3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional
(4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
(5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan (6) Prasangka terhadap hal-hal baru (asing) atau sikap yang tertutup
21 Nur Djazifah ER, Op. Cit., Hlm. 31
22 Ibid., Hlm. 34
(7) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis (8) Adat atau Kebiasaan dalam Masyarakat
(9) Nilai bahwa Hidup itu pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki23
B. Modernisasi
1. Konsep Modernisasi
Modernisasi dimulai di Italia abad ke-15 dan tersebar ke sebagian besar ke dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Kini gejala modernisasi telah menjalar pengaruhnya ke seluruh dunia. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industri pada abad ke-18, yang mengubah cara produksi tradisional ke modern.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses transformasi yang mengubah:
a) Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar, di mana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara massal.
b) Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang modern memerlukan ada masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.24
Modernisasi menimbulkan pembaruan dalam kehidupan. Modernisasi sangat diharapkan berlangsungnya oleh masyarakat. Bahkan bagi pemerintah merupakan suatu proses yang sedang diusahakan secara terarah. Modernisasi menurut Cyril Edwin Black (1991) adalah rangkaian perubahan cara hidup manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.
Koentjaraningrat (1923-1999), modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan. Modernisasi yang telah dilandasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bersifat fisik materiel saja, melainkan
23 Ibid., Hlm. 36
24 Elly M. Setiadi, dkk., Op. Cit., Hlm. 59
15
lebih jauh daripada itu, yaitu dilandasi oleh sikap mental yang mendalam.
Manusia yang telah mengalami modernisasi, terungkap pada sikap mentalnya yang maju, berpikir rasional, berjiwa wiraswasta, berorientasi ke masa depan, dan seterusnya.
Schorrl (1980), mengatakan bahwa modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda-beda, tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas-luasnya, sepanjang masih dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan. Smith (1973), modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat ke arah kehidupan masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.25
2. Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor rehabilitasi, modernisasi bersifat preventif, dan kon traktif agar proses tersebut tidak mengarah pada angan-angan. Modernisasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu:
a) Cara berpikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki sistem pendidikan dana pengajaran yang terencana dengan baik.
b) Sistem administrasi negara yang baik yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau lembaga tertentu.
d) Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat ko munikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan.
e) Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak pengurangan kepercayaan.
25 Ibid., Hlm. 60
f) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.26 3. Ciri-ciri Modernisasi
Modernisasi merupakan salah satu modal kehidupan yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kebutuhan materi dan ajang persaingan kebutuhan manusia.
b) Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensiasi, dan akulturasi.
c) Modernisasi banyak memberikan kemudahan bagi manusia.
d) Berkat jasanya, hampir semua keinginan manusia terpenuhi.
e) Modernisasi juga memberikan melahirkan teori baru.
f) Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan.
g) Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan.27
C. Peradaban Indonesia di Tengah Modernisasi dan Globalisasi
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk ke seluruh belahan dunia. Hal ini membawa pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk di dalamnya bangsa Indonesia. Dengan perkembangan teknologi in formasi dan komunikasi, maka dunia menjadi sempit, ruang, dan waktu menjadi sangat relatif, dan dalam banyak hal batas-batas negara sering menjadi kabur bahkan mulai tidak relevan. Dinding pembatas antarbangsa menjadi semakin terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan. Oleh karena itu, Indonesia menghadapi kewajiban ganda, di satu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan di pihak lain membangun kebudayaan nasional yang modern.28
Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini adalah masyarakat modern yang tipikal Indonesia, masyarakat yang tidak hanya mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan kemerosotan mutu lingkungan hidup akibat arus ilmu dan teknologi modern maupun
26 Ibid., Hlm. 61
27 Ibid., Hlm. 61
28 Ibid., Hlm. 62
17
menghadapi tren global yang membawa daya tarik kuat ke arah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa.29
Pertanyaannya, mampukah kita membangun bangsa di tengah-tengah modernisasi dan globalisasi dalam arus yang semakin kuat? Jika jawabannya ―ya‖, maka kita akan mampu menjadi negara maju yang masih berjati diri Indonesia. Jika
―tidak‖, maka selamanya kita akan menjadi bangsa terjajah. Salah satu yang bisa menjawab ―ya‖ adalah peranan lembaga pendidikan untuk terus menggali ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi tanpa menghilangkan jati diri Indonesia melalui pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.30
29 Indra Siswarini, Memahami Peradaban dan Dinamika Peradaban Indonesia Menghadapi Globalisasi, (Batam: Dikti Depdiknas, 2006), Hlm. 16
30 Elly M. Setiadi, dkk., Op. Cit., Hlm. 62
18
BAB III PENUTUP
A. KesimpulanBudaya pada awalnya membawa kita melalui asal mula terjadi pembentukan kepercayaan yang dianut oleh setiap–setiap orang (umat beragama). Tak bisa dihindari kebudayaan memang sangat berpengaruh pada masyarakat,dari situ kita bisa mengambil salah satu contoh seperti banyak agama yang berbeda-beda di kalangan masyarakat sehingga menimbulkan berbagai budaya-budaya yang sangat berbeda-beda. Sering adanya perubahan sosial dalam mayarakarat, kebudayaan pun mengalami perubahan karena merupakan hasil kesatuan sosial di lingkungan kemasyarakatan. Perubahan- perubahan tersebut meliputi seluruh unsur-unsur kebudayaan secara umum yaitu, bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem mata pencaharian, sisten religi, dan sistem seni.
Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai zaman dan konstelasi dunia sekarang. Modernisasi tidak akan terjadi dengan sendirinya melainkan dengan diusahakan dan diupayakan. Salah satu contoh dari adanya modernisasi yaitu perubahan kehidupan masyarakat yang dulunya bersifat tradisional menuju kearah yang bersifat ekonomis dan politis.
Arus modernisasi sangat sulit untuk dikendalikan, hal ini diakibatkan oleh cepatnya informasi menyebar. Adanya modernisasi menjadi dunia terasa sempit, batas- batas negara menjadi samar. Pada saat ini Indonesia dihadapkan pada dua kewajiban, yaitu melestarikan budayanya sendiri, dan membangun kebudayaan nasional yang modern. Ciri orang yang telah mengalami modernisasi tergambar pada sikap mentalnya yang maju, berpikir rasional, berusaha menciptakan lapangan pekerja, dan berpikir maju. Dampak modernisasi tidak hanya berpengaruh pada kehidupan, namun juga berpengaruh pada agama.
Terjadinya peradaban berawal dari suatu transisi, yaitu dari kondisi statis menuju kondisi dinamis. Transisi bisa terjadi secara spontan karena dipengaruhi oleh peradaban lain yang lebih dulu ada. Pemicu terjadinya peradaban adanya pola interaksi yang disebut tantangan dan tanggapan.
19
Globalisasi merupakan suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan dan terus bergerak. Globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan. globalisasi bisa dikiaskan pada penyempitan dunia secara insentif. Perkembangan globalisasi di awali dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Globalisasi bisa menimbulkan pengaruh positf dan negatif bagi kehidupan, tergantung bagaimana cara menyikapi adanya globalisasi tersebut.
Bangsa Indonesia tidak luput dari yang namanya modernisasi dan globalisasi Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keragaman, tentu menjadi tugas yang berat.
Indonesia dituntut untuk bisa menjaga kebudayaan lokal dan juga mengembangkan kebudayaan yang ada agar diterima masyarakat global.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga, penulis dapat terus menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aris. "Contoh dan Faktor Penghambat Perubahan Sosial." Gramedia.com. n.d.
https://www.gramedia.com/literasi/faktor-penghambat-perubahan-sosial/
(accessed November 26, 2023).
—. "Pengertian Perubahan Sosial: Proses, Bentuk, Faktor, dan Contohnya."
Gramedia.com. n.d. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-perubahan- sosial/ (accessed November 26, 2023).
ER, Nur Djazifah. Modul Pembelajaran Sosiologi: Proses Perubahan Sosial di Masyarakat. Yogyakarta: LP2M Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
Hati, Silvia Tabah. Perubahan Sosial Budaya. Medan: UIN Sumatera Utara, 2021.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, Poskolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Setiadi, Elly M., Kama Abdul Hakam, and Ridwan Effendi. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana, 2017.
Siswarini, Indra. Memahami Peradaban dan Dinamika Peradaban Indonesia Menghadapi Globalisasi. Batam: Dikti Depdiknas, 2006.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.