• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH IMAN ARUMAN-TOLERANSI, PLURALISME DAN DIALOG ANTARAGAMA

N/A
N/A
Aswar Syarif

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH IMAN ARUMAN-TOLERANSI, PLURALISME DAN DIALOG ANTARAGAMA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akulturasi Islam dan Manajemen Berkearifan Lokal pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo

Oleh

IMAN ARUMAN NIM 2205020024

Dosen Pengampu:

Dr. H. Hisban Thaha, M.Ag Dr. H. Hasbi, M.Ag

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2023

(2)

ii

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. atas terselesaikannya makalah ini dengan judul toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi islam.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf.

Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Kritik dan saran membangun tentu diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Rantepao, Desember 2023

Penulis

(3)

iii

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

A. Pengertian Toleransi, Pluralisme, dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam ... 5

B. Makna Toleransi, Pluralisme dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam ... 7

C. Tantangan dan Hambatan dalam mempraktikkan toleransi, pluralism dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam ... 8

D. Strategi untuk mempromosikan toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam masyarakat muslim ... 11

BAB III PENUTUP ... 14

A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat plural adalah masyarakat majemuk dengan berbagai kompleksitasnya. Tak seorang pun yang mampu menolak realitas bahwa alam semesta ini plural, beragam, atau berbeda-beda, keberagaman tersebut merupakan sunnatullah atau hukum alam sebagai kehendak Allah swt. Toleransi, pluralisme dan dialog antaragama merupakan prinsip-prinsip mendasar dalam membangun harmoni dan kerukunan antarumat beragama di masyarakat. Ketiga konsep ini menjadi landasan bagi akulturasi Islam dalam berinteraksi dengan kepercayaan dan keyakinan lainnya. Akulturasi Islam tidak hanya mencakup penerimaan terhadap perbedaan keyakinan, tetapi juga mengupayakan sinergi dan pemahaman bersama guna menciptakan ruang bagi semua agama untuk hidup berdampingan. Indonesia sebagai negara yang majemuk dan plural, maka jalan terbaik yang harus dibangun dalam masyarakat tersebut adalah rekonsiliasi antara demokrasi dan moderasi, demokrasi dan toleransi untuk menggempur kediktatoran dan ekstremisme.1

Dengan adanya nasihat, anjuran, pembicaraan hal-hal baik, diharapkan masyarakat dari multikultur pun akan terlepas dari berbagai permasalahan yang bisa menghambat keberhasilan mereka dalam menggapai cita-cita yang telah digantung di alam pikiran dan perasaan mereka. Sedangkan akulturasi disini adalah percampuran antar budaya lama dengan budaya baru baik berupa kepercayaan, nilai, sikap, agama, hubungan ruang, konsep alam maupun tatan pengetahuan kemudian diserap dan dimunculkan kebudayaan baru yang diterima dengan baik kemudian dijadikan adat kebiasaan masyarakat. Sebagaimana akulturasi terjadi pada Islam dan budaya setempat. Percampuran terjadi pastinya tidak dengan kedipan mata. Butuh proses yang panjang dan pastinya banyak konflik yang mengikuti.

1 Ali Mustajab, “IN RIGHT Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia Vol. 1, No. 2, Mei 2012,”

Jurnal Agama Dan Hak Azazi Maznusia 1, no. 2 (2012): 153–92.

(5)

Agama Islam mengajari pengikutnya untuk saling menghargai perbedaan baik yang ada dalam agama maupun antar agama. Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis. Namun toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan, bukan pula untuk bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda. Toleransi disini adalah dalam pengertian mu‟amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tidak boleh dilanggar.

Toleransi disini mengandung membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain, tanpa harus berselisih dengan sesama karena hanya berbeda keyakinan atau agama, selama hal-hal yang ditolerir itu tidak bertentangan dengan norma-norma hukum perdamaian dalam masyarakat. Toleransi tidak bermakna berkompromi dalam perkara prinsip sehingga membenarkan suatu yang salah. Biarlah setiap orang meyakini kebenaran mutlak agamanya masing- masing, tanpa perlu dipaksa untuk mengakui kebenaran agama yang lain agar terhindar dari ketegangan bahkan konflik dalam sosial.

Permasalahan ini kemudian menjadi pertanyaan tentang menangani persoalan yang cukup krusial ini, sebab akulturasi merupakan usaha manusia untuk mengajak umat manusia agar masuk dalam sistem Islam dengan jalan Allah. Hal ini peranannya sangat dibutuhkan dalam menata kehidupan manusia agar lebih anggun. Dalam menciptakan sikap persatuan dan kesatuan perlu adanya kerukunan antar umat beragama. Kerukunan berarti baik, damai dan tidak berselisih. Persatuan dan kerukunan mempunyai hubungan yang sangat erat. Persatuan hanya akan ada jika kerukunan tercipta. Kerukunan merupakan syarat utama adanya persatuan. Persatuan dan kerukunan harus diterapkan agar kehidupan masyarakat menjadi tentram dan damai. Kerukunan umat beragama bukan berarti menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari satu agama baru. Namun, kerukunan dimaksudkan agar terbina

(6)

dan terpelihara hubungan baik dalam pergaulan antara warga yang berkelainan keyakinan.2

Kerukunan antar umat beragama bertujuan untuk mewujudkan kesatuan pandangan dan kesatuan sikap, agar melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama.3 Sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggungjawab. Dengan kerukunan umat beragama menyadari bahwa masyarakat dan Negara adalah milik bersama dan menjadi tanggungjawab bersama untuk memeliharanya. Oleh sebab itu, kerukunan umat beragama bukanlah kerukunan sementara, dan bukan pula kerukunan politis, namun kerukunan hakiki yang dilandasi oleh nilai-nilai universalitas dan misi kemanusiaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulisan makalah ini bertujuan membahas tentang Toleransi, Pluralisme dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:

1. Apa pengertian Toleransi, Pluralisme, dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam?

2. Bagaimana makna Toleransi, Pluralisme dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam?

3. Apa saja Tantangan dan Hambatan dalam mempraktikkan toleransi, pluralism dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam?

4. Bagaimana Strategi untuk mempromosikan toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam masyarakat muslim?

2 Arif Wicaksana and Tahar Rachman, Sosialisasi Toleransi Beragama, Prodi S2 Studi Agama-

Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, vol. 3, 2018,

https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.

3 Toto Suryana, “Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama,” Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 9, no. 2 (2011): 127–36.

(7)

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut adapun tujuan daripada makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Toleransi, Pluralisme, dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam

2. Untuk mengetahui makna Toleransi, Pluralisme dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam

3. Untuk mengetahui Tantangan dan Hambatan dalam mempraktikkan toleransi, pluralism dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam

4. Untuk mengetahui Strategi untuk mempromosikan toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam masyarakat muslim

(8)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Toleransi, Pluralisme dan Dialog Antaragama dalam Konteks Akulturasi Islam

Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu tolere, yang berarti mengangkat (to lift up). Dimensi toleransi secara makna leksikal berarti simpati atau senang terhadap keyakinan atau praktik yang berbeda yang dilakukan oleh orang lain(Spring, Aharoni, Summary & Elliot).4 Sedangkan dalam bahasa Arab kata toleransi yang mengutip kamus al Munawir biasa disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang dada. Tasamuh sebagai ajaran inti dalam Islam, bisa dikatakan sejajar dengan fundamental yang lain seperti kasih (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (maslahah „ammah), keadilan („adl).5 Menurut Bahari Toleransi adalah sikap keberagaman yang bernilai positif, namun bersifat pasif karena hanya membiarkan pihak lain, tanpa berkeinginan memahami dan tidak aktif telibat dalam bekerjasama. Meski demikian, konsep itu tidaklah mengurangi nilai akan penting bersikap toleran sebagai sebuah sikap perlu dimiliki oleh masyarakat agar terwujud kerukunan antar umat beragama. Sebaliknya, sikap intoleran adalah sikap perlu dijauhi sebab bisa menimbulkan berbagai ketegangan dan gesekan bahkan konflik dalam kehidupan umat beragama.

Toleransi adalah sikap atau perilaku yang menghormati perbedaan, pendapat, keyakinan, atau praktek orang lain tanpa merasa superior atau menghakimi. Toleransi melibatkan kemampuan untuk menerima dan menghargai keragaman dalam masyarakat. Ini bisa mencakup berbagai aspek seperti agama, suku, budaya, gender, orientasi seksual, dan lainnya. Dalam konteks sosial dan budaya, toleransi menciptakan lingkungan di mana orang dapat hidup bersama secara damai meskipun memiliki perbedaan-perbedaan tersebut. Toleransi juga melibatkan kemampuan untuk

4 Prosmala Hadisaputra, “Pendidikan Toleransi Di Indonesia: Studi Literatur,” Dialog 43, no. 1 (2020): 75–88, https://jurnaldialog.kemenag.go.id/index.php/dialog/article/view/355/198.

5 Ilham Usman, “Islam, Toleransi Dan Kerukunan Umat Antar Beragama,” Borneo : Journal of Islamic Studies 3, no. 2 (2023): 117–32, https://doi.org/10.37567/borneo.v3i2.1474.

(9)

mengelola konflik dengan cara yang konstruktif tanpa memaksa orang lain untuk mengikuti pandangan atau nilai-nilai tertentu. 6

Toleransi bukan berarti setuju atau mendukung segala sesuatu, tetapi lebih kepada penghargaan terhadap hak setiap individu untuk memiliki keyakinan dan nilai-nilai mereka sendiri. Ini merupakan aspek penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan menghormati hak asasi manusia. Toleransi dapat menjadi dasar bagi kerjasama antarindividu dan kelompok dalam membangun harmoni dan perdamaian dalam masyarakat yang beragam.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pluralisme berarti suatu keadaan masyarakat yang majemuk, bersangkutan dengan sistem social, politik dan kebudayaan yang berbeda-beda di dalam suatu masyarakat. Sedangkan berdasarkan penjelasan dalam buku Nurdinah, kata pluralisme ini berasal dari kata “plural” yang berarti banyak, berbilang, atau bentuk kata yang digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu. Kata pluralisme aslinya berasal dari bahasa Inggris, yaitu pluralism, yang terdiri dari dua kata, yaitu plural yang berarti beragam, dan isme yang berarti paham, sehingga yang dimaksud dengan pluralisme adalah beragam pemahaman atau bermacam-macam paham. Pluralisme dalam konteks akulturasi Islam mengacu pada penerimaan dan pengakuan terhadap keberagaman dalam hal keyakinan, praktik keagamaan, dan pandangan dunia yang muncul dalam masyarakat yang terlibat dalam proses akulturasi dengan Islam. Akulturasi sendiri mengacu pada interaksi dan pertukaran budaya antara dua kelompok atau lebih, di mana unsur-unsur dari budaya satu kelompok dapat diserap atau diintegrasikan ke dalam budaya kelompok lain.

Dalam konteks Islam, pluralisme dapat mencakup pengakuan terhadap berbagai interpretasi, tradisi, dan amalan keagamaan yang muncul dalam komunitas Muslim.

Ini bisa mencakup variasi dalam pemahaman terhadap ajaran-ajaran agama, tafsir Al-

6 Mohdtoha, “Definisi, Konsep Dan Teori Toleransi Beragama KHADIJAH MUDA, SITI NOR AZHANI MOHD TOHAR” 13 (2019): 343–48.

(10)

Qur'an, dan praktik-praktik keagamaan seperti ibadah, adat-istiadat, dan norma- norma sosial.7

Pluralisme dalam akulturasi Islam juga dapat mencerminkan sikap toleransi terhadap perbedaan antarkeyakinan dan budaya. Ini menekankan penghargaan terhadap kebebasan beragama dan keterbukaan terhadap perbedaan pandangan dalam masyarakat yang mencakup kelompok-kelompok yang berbeda dalam hal agama dan kepercayaan.

Penting untuk diingat bahwa pendekatan terhadap pluralisme dalam akulturasi Islam dapat berbeda-beda di berbagai komunitas Muslim dan konteks sejarah tertentu.

Beberapa kelompok atau masyarakat Muslim mungkin mengambil pendekatan yang lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan, sementara yang lain mungkin lebih cenderung mempertahankan norma-norma dan praktik-praktik yang lebih konservatif.

B. Makna Toleransi, Pluralisme dan Dialog Antaragama dalam Konteks Akulturasi Islam

Toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama adalah konsep-konsep penting dalam konteks akulturasi Islam. Mari kita bahas makna masing-masing konsep tersebut dalam konteks akulturasi Islam:

1. Toleransi dalam konteks Islam mencakup sikap terbuka dan penerimaan terhadap perbedaan, baik dalam keyakinan, budaya, atau pandangan hidup. Dalam akulturasi Islam, toleransi memainkan peran penting untuk membangun harmoni antar kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Islam sendiri mendorong umatnya untuk berlaku adil dan menghormati hak-hak individu, tanpa memandang perbedaan agama atau latar belakang budaya.

2. Pluralisme mengacu pada pengakuan dan penerimaan terhadap keragaman keyakinan dan tradisi keagamaan. Dalam konteks akulturasi Islam, pluralisme menekankan pentingnya menghormati dan mengakui keberagaman dalam masyarakat. Meskipun Islam menganggap dirinya sebagai agama yang benar,

7 F Ilhamni, “Konsep Pluralisme Dalam Islam Dan Pancasila,” Jurnal Skripsi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2016, 1–61, https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3906/.

(11)

ajarannya juga menekankan pentingnya hidup berdampingan dengan kelompok agama lain tanpa memaksa atau merendahkan.

3. Dialog antaragama adalah bentuk komunikasi dan pertukaran ide antara penganut agama yang berbeda. Dalam konteks akulturasi Islam, dialog antaragama dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik antar komunitas agama yang berbeda. Melalui dialog ini, umat Islam dapat berbagi nilai-nilai mereka dengan cara yang terbuka dan menghormati, sambil juga bersedia mendengarkan dan memahami pandangan dari agama-agama lain.

Dalam prakteknya, akulturasi Islam mengandung ide bahwa umat Islam dapat hidup bersama dengan masyarakat yang beragam tanpa kehilangan identitas mereka.

Ini melibatkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan membangun keharmonisan bersama tanpa mengesampingkan nilai-nilai Islam yang mendasar.

Dengan kata lain, akulturasi Islam dapat menciptakan ruang untuk keberagaman tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama yang mendasar.

C. Tantangan dan Hambatan dalam Mempraktikkan Toleransi, Pluralism dan Dialog Antaragama dalam Konteks Akulturasi Islam

Praktik toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam konteks akulturasi Islam dapat menghadapi beberapa tantangan dan hambatan. Beberapa di antaranya termasuk:8

1. Interpretasi Agama yang Beragam

Tantangan utama dalam konteks akulturasi Islam adalah perbedaan interpretasi terhadap ajaran agama. Beberapa kelompok atau individu mungkin memiliki pemahaman yang berbeda tentang ajaran Islam, sehingga dapat muncul kesulitan dalam mencapai kesepakatan atau pemahaman bersama.

2. Ketidaksetujuan terhadap nilai-nilai Fundamental

8 Yusawinur Barella, Ana Fergina, and Andi Achruh, “MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM : MEMBANGUN KESADARAN DAN TOLERANSI DALAM KEANEKARAGAMAN BUDAYA Multikulturalisme Dalam Pendidikan Islam Memiliki Kepentingan Yang Sangat Krusial . Pemahaman , Apresiasi , Dan Penghormatan Terhadap Keberagaman Budaya Dalam Masyarakat” 4, no. 3 (2023): 2028–39.

(12)

Terdapat perbedaan dalam pemahaman nilai-nilai fundamental antar agama, dan beberapa nilai mungkin bertentangan satu sama lain. Tantangan ini dapat menghambat upaya untuk menciptakan pemahaman bersama dan kesepakatan antar umat beragama.

3. Peran Faktor Sosial dan Politik

Faktor-faktor sosial dan politik sering kali memainkan peran dalam menciptakan ketegangan antar kelompok agama. Kecenderungan untuk menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan politik atau untuk mempertahankan kepentingan kelompok tertentu dapat merusak upaya toleransi dan dialog.

4. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran

Tantangan besar lainnya adalah kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama. Masyarakat yang kurang teredukasi tentang keberagaman agama cenderung memiliki sikap skeptis atau bahkan prejudis terhadap kelompok agama lain.

5. Ekstrimisme dan Radikalisme

Keberadaan kelompok-kelompok ekstremis atau radikal dapat menjadi hambatan serius bagi upaya membangun toleransi dan dialog. Kelompok-kelompok ini mungkin menolak ide pluralisme dan mengadvokasi pandangan yang eksklusif.

6. Pengarug Media dan Stereotip Negatif

Media massa dapat memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap kelompok agama tertentu. Stereotip negatif atau representasi yang tidak akurat dalam media dapat memperburuk ketegangan antar kelompok agama.

7. Kurangnya Keterlibatan Pemimpin Agama

Tantangan lainnya adalah kurangnya keterlibatan dan dukungan dari pemimpin agama untuk mendorong toleransi dan dialog. Jika pemimpin agama tidak secara aktif mendukung upaya ini, maka sulit untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat.

(13)

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari semua pihak, termasuk masyarakat, pemimpin agama, pemerintah, dan lembaga pendidikan, untuk mempromosikan pendidikan yang inklusif, membangun kesadaran, dan mendorong dialog antaragama yang konstruktif.

Menurut Hendropuspito, konflik antar umat beragama dapat terjadi karena beberapa hal, yakni (Hendropuspito, 1983):9

1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Adanya perbedaan doktrin dan sikap mental antar umat beragama yang satu dengan umat yang lain sering menimbulkan salah paham dan berujung konflik.

Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Misalnya dalam agama Islam sendiri, di beberapa tempat terjadinya insiden tindakan intoleran antara satu kelompok Islam dan satu kelompok Islam lainnya mempunyai perbedaan dalam memandang bentuk sebuah negara. Ada kelompok yang mempunyai doktrin bahwa negara Islam mesti ditegakkan dan diperjuangkan dalam sebuah negara. Sedangkan kelompok Islam lainnya tidak mewajibkan individu komunitas untuk berjuang mendirikan agama Islam. Perbedaan doktrin dan sikap mental sebagai pemicu konflik.

2. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dinafikan bahwa dengan adanya perbedaan suku/ras dan agama memberi ruang terhadap permusuhan, khususnya di Indonesia. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Banyak contoh yang dapat disaksikan berkaitan konflik yang terjadi akibat perbedaan suku dan ras pemeluk agama, seperti antara suku Aceh dan suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu

9 Usman, “Islam, Toleransi Dan Kerukunan Umat Antar Beragama.”

(14)

hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.

3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Perbedaan tingkat kebudayaan juga sering menimbulkan konflik antara penduduk pendatang dan penduduk pribumi. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional, sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Begitu pula dalam hal rumah ibadah, banyak didapatkan bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah, sedangkan masjid berwajah lusuh dan tidak mewah. Perbedaan budaya dalam komunitas beda agama dalam satu wilayah memungkinkan sebagai faktor pendorong yang ikut memengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

4. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Salah satu penyebab terjadinya fenomena konflik sosial dalam masyarakat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Dalam berbagai tempat di Indonesia, dapat dilihat bahwa terjadinya konflik antara satu komunitas dengan komunitas lainnya merupakan massa yang mengamuk adalah kelompok mayoritas, sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah komunitas minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas. Oleh karena itu, di beberapa tempat kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik.

D. Strategi untuk Mempromosikan Toleransi, Pluralisme, dan Dialog Antaragama dalam Masyarakat Muslim

Mempromosikan toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama dalam masyarakat Muslim memerlukan pendekatan yang bijaksana dan berkelanjutan.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat Anda pertimbangkan:

1. Pendidikan dan Kesadaran

a. Pendidikan Multikultural : Implementasikan program pendidikan multikultural yang mencakup berbagai aspek kehidupan dan keyakinan

(15)

agama. Pastikan bahwa kurikulum tersebut memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai toleransi dan pluralisme.

b. Pengajaran Sejarah Agama : Sertakan pembelajaran tentang sejarah agama- agama dunia, dengan penekanan pada persamaan dan perbedaan. Ini dapat membantu mengurangi stereotip dan membangun pemahaman yang lebih baik.

2. Promosi Dialog Antaragama

a. Diskusi Terbuka : Selenggarakan forum diskusi terbuka dan ramah, di mana anggota masyarakat Muslim dapat berbagi pandangan mereka dan mendengarkan perspektif orang lain tanpa takut dihakimi.

b. Kerjasama Antaragama : Dorong kerjasama aktif dengan kelompok dan organisasi agama lain. Ini dapat menciptakan peluang untuk membangun hubungan positif dan saling pengertian.

3. Media Sosial dan Konten Digital

a. Kampanye Online : Gunakan media sosial untuk mengkampanyekan pesan toleransi dan pluralisme. Buat konten yang informatif dan menginspirasi untuk membangun pemahaman yang lebih baik di antara komunitas online.

b. Podcast dan Video : Buat podcast atau video yang menyoroti kesuksesan dan kolaborasi antaragama. Ini bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan pesan positif.

4. Pelibatan Komunitas

a. Acara Kebudayaan : Selenggarakan acara kebudayaan yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat. Pamerkan seni, musik, dan kegiatan lain yang mencerminkan keberagaman budaya dan agama.

b. Pelatihan Toleransi : Adakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan toleransi dan pemahaman lintas budaya di antara masyarakat Muslim.

5. Peran Pemimpin Agama

a. Pesan Pemimpin Agama : Pemimpin agama memiliki peran kunci dalam membentuk pandangan masyarakat. Dorong para pemimpin agama untuk

(16)

menyampaikan pesan toleransi dan kerjasama melalui ceramah, tulisan, atau pernyataan resmi.

b. Inisiatif Bersama : Ajak pemimpin agama dari berbagai kepercayaan untuk bekerja bersama dalam proyek dan inisiatif yang mempromosikan toleransi dan kerjasama antaragama.

6. Pemantauan Radikalisme

Pemantauan Ekstrimisme : Pemantauan terhadap potensi ekstremisme dan radikalisme perlu dilakukan secara hati-hati. Lakukan kerja sama dengan pihak berwenang untuk mencegah dan mengatasi radikalisasi yang mungkin terjadi di masyarakat.

7. Inisiatif Pemerintah

Dukungan Pemerintah : Dorong pemerintah untuk mendukung dan mempromosikan inisiatif yang mendorong toleransi dan dialog antaragama. Ini dapat mencakup alokasi anggaran untuk program pendidikan dan kampanye publik.

Penting untuk diingat bahwa perubahan budaya memerlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan. Kombinasi dari strategi di atas dapat membantu membentuk masyarakat yang lebih toleran, pluralis, dan terbuka terhadap dialog antaragama.

(17)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam rangka menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai, penting bagi kita untuk memahami dan mengapresiasi nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama. Akulturasi Islam menjadi kunci penting dalam konteks ini, di mana keberagaman budaya dan agama dapat bersatu dalam satu kesatuan yang lebih besar.

Toleransi adalah pangkal tolak utama dalam menghormati perbedaan, baik dalam keyakinan maupun praktik keagamaan. Sejalan dengan itu, pluralisme menekankan keberagaman sebagai kekayaan, bukan sebagai sumber konflik. Melalui dialog antaragama, kita dapat memahami persamaan dan perbedaan dengan membuka pikiran dan hati.

Dalam konteks akulturasi Islam, terdapat peluang besar untuk membangun jembatan antara tradisi Islam dengan budaya-budaya lokal. Islam yang mengakulturasi nilai-nilai lokal dapat menjadi agen perubahan positif, mengintegrasikan kearifan lokal dengan ajaran Islam. Ini bukan hanya tentang pengenalan Islam kepada masyarakat, tetapi juga tentang menggali nilai-nilai positif dalam budaya lokal yang dapat memperkaya pemahaman umat Islam tentang keberagaman.

Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama menggalang semangat toleransi, menghargai pluralisme, dan mendorong dialog antaragama sebagai langkah nyata menuju masyarakat yang inklusif. Dengan merangkul akulturasi Islam, kita membuka pintu untuk menciptakan dunia yang lebih baik, di mana setiap individu dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.

B. Saran

Dengan mengimplementasikan penjelasan tersebut, diharapkan masyarakat dapat tumbuh menjadi lingkungan yang lebih inklusif, di mana nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan dialog antaragama menjadi pondasi kehidupan bersama yang harmonis.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Barella, Yusawinur, Ana Fergina, and Andi Achruh. “MULTIKULTURALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM : MEMBANGUN KESADARAN DAN TOLERANSI DALAM KEANEKARAGAMAN BUDAYA Multikulturalisme Dalam Pendidikan Islam Memiliki Kepentingan Yang Sangat Krusial . Pemahaman , Apresiasi , Dan Penghormatan Terhadap Keberagaman Budaya Dalam Masyarakat” 4, no. 3 (2023): 2028–39.

Hadisaputra, Prosmala. “Pendidikan Toleransi Di Indonesia: Studi Literatur.” Dialog

43, no. 1 (2020): 75–88.

https://jurnaldialog.kemenag.go.id/index.php/dialog/article/view/355/198.

Ilhamni, F. “Konsep Pluralisme Dalam Islam Dan Pancasila.” Jurnal Skripsi UIN Ar- Raniry Banda Aceh, 2016, 1–61. https://repository.ar- raniry.ac.id/id/eprint/3906/.

Mohdtoha. “Definisi, Konsep Dan Teori Toleransi Beragama KHADIJAH MUDA, SITI NOR AZHANI MOHD TOHAR” 13 (2019): 343–48.

Mustajab, Ali. “IN RIGHT Jurnal Agama Dan Hak Azazi Manusia Vol. 1, No. 2, Mei 2012.” Jurnal Agama Dan Hak Azazi Maznusia 1, no. 2 (2012): 153–92.

Toto Suryana. “Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama.”

Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 9, no. 2 (2011): 127–36.

Usman, Ilham. “Islam, Toleransi Dan Kerukunan Umat Antar Beragama.” Borneo : Journal of Islamic Studies 3, no. 2 (2023): 117–32.

https://doi.org/10.37567/borneo.v3i2.1474.

Wicaksana, Arif, and Tahar Rachman. Sosialisasi Toleransi Beragama. Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Vol. 3, 2018.

https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.

Referensi

Dokumen terkait

berhubungan umat seagama tetapi bagaimana sikap orang Islam terhadap. agama lain yaitu mampukah ia membangun sikap saling bertoleransi

Proses diskusi atau dialog antar tokoh agama terkait permasalahan keagamaan pernah terjadi dalam kasus ketika saat itu permasalahan Ahok yang menistakan Umat Islam, dialog

Untuk mengetahui sumber teodologis, histori, dan filosofis tentang Iman, Ihsan dan islam sebagai pilar Agama Islam dalam membentuk Insan Kamil..?. Untuk mengetahui tentang

Pokok ajaran Islam dalam kerukunan antar umat beragama adalah membangun komunikasi atau dialog secara arif dengan agama lain, toleran dengan keyakinan yang lain

Pertama, peni- laian Wahabi sebagai kelompok puritan yang intoleran terhadap liyan yang berbeda pemahaman dan keyakinan baik di dalam internal umat Islam maupun pemeluk agama

Pluralisme merupakan tantangan bagi semua agama—khususnya agama-agama monoteis Yahudi, Kristiani dan Islam, karena "pendekatan eksklusifnya" yang dilakukan oleh

Konsep Tentang Iman dan Amal Shaleh Dalam upaya membangun peradaban islam kedepan, muhammad abid al-jabiri berpandangan bahwa umat islam harus berpijak pada nilai-nilai etika yang

Menelusuri Konsep Keberagaman Islam dan Membangun Persatuan Umat dalam Keberagaman keberagaman kultural tersebut sama sekali tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap syariat