• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADIST TENTANG WAKALAH

N/A
N/A
Ray Sukma

Academic year: 2023

Membagikan "HADIST TENTANG WAKALAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“ HADIST EKONOMI ” Dosen Pengampu : Hj. Nur Afiyah, S.Th.I, M.Ag.

Disusun Oleh : Kelompok 11

Nefi Hidayana (22403020)

Lia Khoiriyah (22403115)

Guruh Ray Sukma N. (22403201)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023

(2)

HADIST TENTANG WAKALAH

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang dibebani oleh kewajiban dan hak. Dalam menunaikan hak dan kewajiban seorang di tuntut untuk menjalankannya. Manusia juga seringkali berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka tidak dapat menunaikan kewajiban atau menerima haknya secara langsung yang disebabkan oleh suatu halangan tertentu, atau ketidakmampuan seseorang dalam melaksanakan tugas seorang diri. Dengan demikian, adanya wakil dalam membantu menyelesaikan suatu pekerjaan atau tujuan tertentu, maka hal tersebut menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapas kemaslahatan.

Dalam Islam dikenal adanya wakalah yang tujuannya memberikan kemudahan kepada pihak-pihak yang akan melakukan suatu tugas yang dimana ia tidak bisa secara langsung menjalankan tugas tersebut, yakni dengan jalan mewakilkan atau memberikan kuasa kepada orang lain atas nama yang memberikan tugas tersebut.

Karena itu, wakalah ini merupakan persoalan yang sangat penting, dimana sebuah transaksi telah berkembang tidak hanya pertemuan antara satu pihak saja tetapi jarak atau negara yang memiliki jarak yang jauh.

Wakalah sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena wakalah dapat membantu seseorang dalam melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan , akan tetapi pekerjaan tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah direncanakan. Hukum wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap tolong-menolong antar sesama, selama wakalah tersebut bertujuan untuk kebaikan.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai hadis-hadis mengenai wakalah, sanad, kualitas hadis, asbabul warud, istinbat hukum, dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

(3)

B. Hadist Tentang Wakalah 1. Hadist Bukhari

ٍلْْْيَهُك ِنْب َةَمَلَس ْنَع ُةَبْع ُش اَنَثّدَح ٍبْرَح ُنْب ُناَمْيَلُس اَنَثّدَح

َي ِْْضَر َةَرْْْيَرُه يِب َأ ْنَع ِنَمْحّرلا ِدْبَع َنْب َةَمَلَس اَبَأ ُتْعِمَس

َمّل َ ْْْسَو ِهْْْْيَلَع ُهْْْللا ىّل َْْْص ّيِبّنلا ىَتَأ للُجَر ّنَأ ُهْْْْنَع ُهّللا ىّل َْْص ِهّللا ُلو ُْْسَر َلاَْْقَف ُهُباَحْصَأ ِهِب ّمَهَف َظَلْغ َأَف ُهاَضاَقَتَي

َلاَْْق ّمُث للاَْْقَم ّقَْْحْلا ِبِحاَصِل ّنِإَف ُهوُعَد َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا

ْنِم َلَْْثْم َأ ّلِإ ِهّللا َلو ُْْسَر اَْْي اوُلاَْْق ِهّن ِْْس َلْثِم اّنِسُهوُطْعَأ لءاَضَق ْمُكَنَسْحَأ ْمُكِرْيَخ ْنِم ّنِإَف ُهوُطْع َأ َلاَقَف ِهّنِس

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Salamah bin Kuhail aku mendengar Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk menagih apa yang dijanjikan kepadanya. Maka para sahabat marah kepadanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Biarkanlah dia karena bagi orang yang benar ucapannya wajib dipenuhi". Kemudian Beliau berkata: "Berikanlah untuknya seekor anak unta". Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, tidak ada kecuali yang umurnya lebih tua". Maka Beliau bersabda: "Berikanlah kepadanya, karena sesungguhnya yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik menunaikan janji" (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah No.2306).

2. Hadist Tirmidzi

ُةَبْع ُ ْْش اَنَثّدَح ٍريِرَج ُنْب ُبْهَو اَنَثّدَح ىّنَثُمْلا ُنْب ُدّمَحُم اَنَثَدَح

ّنَأ َةَرْْْيَرُه يِب َأ ْنَع َةَمَل َْْس يِبَأ ْنَع ٍلْْْيَهُك ِنْب َةَمَل َْْس ْنَع

ُهَل َظَلْغ َأَف َمّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهللا َلوُسَر ىَضاَقَت للُجَر

(4)

َمّل َْْسَو ِهْْْيَلَع ُهللا ىّلَص ِهّللا ُلوُسَر َلاَقَف ُهُباَحْص َأ ِهِب ّمَهَف الريِْْعَب ُهَْْلاو ُرَت ْْْسا َلاَق ّمُث للاَقَم ّقَحْلا ِبِحاَصِل ّنِإَف ُهوُعَد

ِهّن ِْْس ْنِم َل َْْضْف َأ اّنِس ّلِإ اوُدِجَي ْمَلَف ُهوُبَلَطَف ُهاّيِإ ُهوُطْعَأَف لءا َْْضَق ْمُكُن َْْسْحَأ ْمُكَرْْْيَخ ّنِإَف ُهاّيِإ ُهوُطْع َأَف ُهوُرَتْشا َلاَقَف

َةَبْع ُْْش اَنَثّدَْْح ٍرَفْعَج ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَح ٍرا ّشَب ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَح

ٌثيِدَْْح اَذَْْه ى َْْسيِعوُبَأ َلاَْْق ُهَوْْْحَن ٍلْْْيَهُك ِنْب َةَمَل َْْس ْنَع

ٌحيِحَص ٌنَسَح

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kamiWahb bin Jarir, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Salamah dari Abu Hurairah bahwa ada seseorang menuntut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berbicara kasar kepada beliau, para sahabat pun berusaha menghentikannya, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Biarkan ia, karena ia memiliki hak berbicara."

Kemudian beliau mengatakan: "Belikanlah seekor unta lalu berikanlah kepadanya."

Mereka pun mencarinya namun tidak mendapati kecuali seekor unta satu tahun yang lebih baik dari unta satu tahun miliknya. Lalu beliau mengatakan: "Belikanlah lalu berikan kepadanya, karena sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar (hutang atau pinjaman)." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Salamah bin Kuhail seperti itu. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih. (HR. Tirmidzi No. 1317).

3.

Hadist Muslim

ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَْْح ّيِدْْْبَعْلا َناَمْثُع ِنْب ِرا ّشَب ُنْب ُدّمَحُم اَنَثّدَح

َةَمَل َْْس يِبَا ْنَع ٍلْْْيَهُك ِنْب َةَمَل َْْس ْنَع ُةَبْع ُْْش اَنَثّدَْْح ٍرَفْعَج

(5)

ُهّللا ىّل َْْص ِهّللا ِلوُسَر ىَلَع ٍلُجَرِل َناَكَلاَق َةَرْيَرُه يِب َأ ْنَع ىّل َْْص ّيِبّنلا ُباَح ْْْصَأ ِهِْْب ّمَهَف ُهَْْل َظَلْغ َأَف ّقَح َمّلَسَو ِهْيَلَع

ّنِإ َمّل َْْسَو ِهْْْيَلَع ُهّللا ىّل َْْص ّيِبّنلا َلاَْْقَف َمّل َْْسَو ِهْيَلَع ُهللا

ُهوُطْع َأَْْف اّن ِْْس ُهَْْل اوُرَتْشا ْمُهَل َلاَقَف للاَقَم ّقَحْلا ِبِحاَصِل

َلاَْْق ِهّن ِْْس ْنِم ٌرْْْيَخ َوُْْه اّن ِْْس ّلِإ ُدِْْجَن َل اّنِإ اوُلاَْْقَف ُهاّيِإ

ْمُكِرْْْْيَخ ْو َأ ْمُكِرْْْْيَخ ْنِم ّنِإَْْْف ُهاّيِإ ُهوُطْعَأَْْْف ُهوُرَت ْْْْشاَف لءاَضَق ْمُكُنَسْحَأ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar bin Utsman Al 'Abdi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dia berkata, "Seorang laki-laki pernah menagih hutang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan cara kasar, sehingga menjadikan para sahabat tidak senang. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Sesungguhnya orang yang berpiutang berhak untuk menagih." Kemudian beliau bersabda: "Belikanlah dia seekor unta muda, kemudian berikan kepadanya." Kata para sahabat,

"Sesungguhnya kami tidak mendapatkan unta yang muda, yang ada adalah unta dewasa dan lebih bagus daripada untanya. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Belilah, lalu berikanlah kepadanya. Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam melunasi hutang." (HR. Muslim No. 1601).

4. Hadist Ahmad

َلاَْْق ٍلْْْيَهُك ُنْب ُةَمَلَس يِنَأَبْنَأ َلاَق ُةَبْع ُش اَنَثَدَح ُناّفَع اَنَثّدَح يِبَأ ْنَع ُثّدَْْحُي يّنِمِب ِنَمْحّرْْلا ِدْْْبَع َنْب َةَمَلَس اَب َأ ُتْعِمَس

َمّل َ ْْسَو ِهْْْيَلَع ُهْْللا ىّل َْْص ِهّللا َلو ُْْسَرَتَأ للُجَرّنَأ َةَرْْْيَرُه

ّنِإَْْف ُهوُْْعَد َلاَْْقَف ُهُباَحْص َأ ِهِبّمَهَف َلاَق ُهَل َظَلْغَأَف ُهاَضاَقَتَي

(6)

ُهاّيِإ ُهوُطْع َأَْْف الريِْْعَب ُهَلاوُرَت ْْْشا َلاَْْق للاَْْقَم ّقَحْلا ِبِحاَصِل

ُهوُطْع َأَف ُهوُرَتْشاَف َلاَق ِهّنِس ْنِم َلَضْفَأ اّنِس ّلِإ ُدِجَنَلاوُلاَق لءاَضَق ْمُكَنَسْحَأ ْمُكِرْيَخ ْنِم ّنِإَف ُهاّيِإ

.

Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah memberitakan kepadaku Salamah bin Kuhail berkata; aku mendengar Abu Salamah bin Abdurrahman di Mina menceritakan dari Abu Hurairah ia berkata;

seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta penuntasan hutang dengan sikap tidak sopan, maka para sahabat pun ingin menghajarnya, tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Biarkanlah ia, karena orang yang mempunyai hak berhak untuk marah," beliau bersabda:

"Belilah seekor unta lalu berikan kepadanya, para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, kami tidak mendapatkan unta kecuali unta yang umurnya lebih besar dari yang in punya," maka beliau bersabda: "Belilah dan berikan kepadanya, karena sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik dalam pelunasan hutang." (HR. Ahmad No. 9106).1

C. Sanad

Melihat dari beberapa Hadis tersebut dapat kita ketahui bersama bahwa periwayatan Hadis ini berbagai macam jalur, ada yang bersambung dari Abu Hurairah r.a. diberikan kepada Abu Salamah bin Abdurrahman, kemudian didengar oleh Salamah bin Kuhail, kemudian diberikan kepada Syubah, diceritakan kepada Sulaiman bin Harb.

Ada yang dari Abu Hurairah r.a. kepada Abu Salamah kemudian kepada Salamah bin Kuhail kepada Syu‟bah, kemudian diceritakan kepada Wahb bin Jabir, dan seterusnya diceritakan kepada Muhammad bin Al-Mutsanna.

Ada juga yang dari Abu Hurairah r.a. kepada Salamah, kemudian kepada Salamah bin Kuhail, kemudian selanjutnya kepada Syu’bah, diceritakan kepada

1 Rahmat Fadillah, "Hadis-hadis Tentang Jasa (Fee-based Served): Wakalah, Kafalah, Hawalah."Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2.2 (2020): 125.

(7)

Muhammad bin Ja’far, setelah itu diceritakan kepada Muhammad bin Basysyar bin Utsman Al Abdi.

Ada pula yang dari Abu Hurairah r.a. kepada Abu Salamah bin Abdurrahman di Mina, kemudian didengarkan oleh Salamah bin Kuhail, diceritakan kepada Syu‟bah kemudian diceritakan kepada „Affan.

D. Kualitas Hadist

Dapat kita ketahui dan akui bersama dari matan Hadis diatas bahwa Kualiatas Hadis yang dari Imam Al-Bukhari adalah Shahih. Kemudian kualitas Hadis yang dari Imam Muslim adalah Shahih. Disamping matannya yang benar, kemasyuran kualitas perawinya pun juga menjadi validitas akan ke-Shahihan- nya.Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari sering disebut dengan Ash Shahihain.

Apapun kualitas Hadis dari Imam Tirmidzi telah dijelaskan sendiri dalam Hadis tersebut bahwa Hadis ini kualitasnya Hasan Shahih. Dan yang terakhir kualitas dari Hadis Imam Ahmad tersebut diatas belum diketahui oleh penulis akan ke-Shahihan atau ke-Hasanan-nya matan Hadis tersebut, karena dalam kitab beliau tersebut tidak tertulis secara langsung Shahih atau Hasannya matan Hadis tersebut.Akan tetapi menurut penulis Hadis ini adalah shahih karena melihat dari segi materi Hadisnya yang tidak berubah makna.2

E. Asbabul Wurud

Hadis ini hadir dikarenakan atau berdasarkan sebab turunnya, yaitu: Menurut Al-Bukhari, Abu Hurairah menceritakan tentang seorang laki-laki yang berpiutang pada Rasulullah SAW berupa seekor unta yang telah berumur 5 tahun. Laki-laki itu datang menemui beliau untuk penyelesaian utang piutang itu.Maka Nabi meiminta (kepada orang yang memelihara unta beliau) agar menyerahkan kepada laki-laki tersebut seekor unta. Ia berusaha mencar unta yang sama umurnya dengan umur unta milik laki-laki tersebut. Namun tidak seekor pun yang sama umurnya. Yang ada hanya unta yang lebih tua dari unta laki-laki tersebut. Lalu beliau perintahkan

2 Ibid, 130-131.

(8)

agar diserahkan saja seekor unta meskipun lebih tua (yang berarti lebih mahal harganya). Maka laki-laki itupun bertanya: “Apakah engkau hendak menyempurnakan hak ku atau engkau hanya mengharap ganjaran dari Allah?”

Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya yang sebaik-baik kamu adalah orang yang paling bagus dalam membayar (utangnya).

Dalam al Jami‟ul Kabir, Abdur Raziq meriwayatkan dari Abu Rafi‟, katanya: Nabi pernah berutang kepada seorang laki-laki berupa seekor unta betina yang masih gadis. Kemudian Nabi menerima beberapa ekor unta (yang diserahkan kepada beliau). Aku beliau suruh mengembalikan pinjaman unta itu. Tapi aku tidak memperoleh seekor pun unta gadis, melainkan unta yang umurnya sudah empat tahun. Maka beliau bersaba: “sebaik-baik orang ialah yang paling bagus membayar utan.” Demikian Malik juga meriwayatkannya.3

F. Istinbat Hukum

Berdasarkan matan dari Hadis ini

ُهْوُطْع

ُا (berikanlah/bayarkanlah) dapat kita ketahui bahwa RasulullahSAW meminta kepada sahabat untuk mewakilkan beliau dalam pemberian atau pembayaran hutang. Hukum dari wakalah diambil berdasarkan dari adanya perwakilan oleh sahabat dalam membayarkan hutang RasulullahSAW kepada seorang laki-laki yang datang menemui beliau tersebut.

Dalam Hadis yang lain sebagian dinukil dalam kitab fiqh sunah bahwa wakalah bukan hanya diperintahkan oleh Nabi tetapi Nabi sendiri pernah melakukannya. Nabi pernah mewakilkan kepada Abu Rafi‟ dan seorang Anshar untuk mewakilkannya mengawini Maimunah.

Dari ketiga Hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akad wakalah itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena telah dipraktikkan oleh RasulullahSAW (Mardani, 2014). Dalam Fatwa DSN-MUI No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalahmenyebutkan bahwa mengingat Firman Allah dan Hadis wakalah tersebut

3 Addamsyiqi, B. H. “Asbabul Wurud.” Jakarta: Kalam Mulia. 2011. 61.

(9)

memperhatikan pendapat rapat sehingga memutuskan bahwa wakalah boleh dilakukan.4

G. Contoh Wakalah Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pada kehidupan sehari-hari, dimana sering ditemukannya seseorang yang meminta menitip belikan suatu barang kepada rekannya, adapun hal tersebut sering dijumpai dalam bentuk offline maupun online di media sosial mengenai sistem titip beli. Pada dasarnya muammalah dalam islam itu ialah diperbolehkan, sampai ada dalil yang melarangnya. Terhadap permasalahan seseorang yang secara langsung menitip belikan barang kepada seseorang untuk membelikan sesuatu, maka pada saat itu terjadilah akad wakalah, dimana pada saat awal akad si muwakkil sudah memberikan sejumlah uang kepada wakil dengan pembayaran yang tidak tertunda, yang mana dari pihak wakil dapat mendapat keuntungan dengan meminta biayakepada si muwakkil yang telah disepakati pada saat diawal akad, maka terjadilah akad wakalah bil ujrah. Hal ini dapat dijadikan solusi sebenarnya dalam jual beli online, yang mana si penjual tidak memiliki barang yang ia pasarkan, dengan syarat harus diberitahukan harga real dari objek barangnya, kemudian si penjual yang bertindak sebagai wakil dapat mengambil keuntungan dengan meminta biaya kepada si pembeli. Atau apabila memang si penjual tidak ingin memberitahu harga real nya, maka si penjual dapat bekerja sama dengan pemilik barang, yang mana si penjual sebagai wakil dari pemilik barang, yang akan menerima upah untuk membantu memasarkan produk si pemilik barang. Konsep ini sering dikenal dengan istilah sistem dropship, yaitu sebuah sistem yang familiar dan identic dengan pedagang kecil, pedagang dadakan, atau pdagang yang baru memulai bisnis berdagang namun tidak memiliki modal yang cukup besar. Dropship ini merupakan sebuah aktivitas dimana seseorang berjualan dengan hanya bermodalkan gambar saja, namun tidak memiliki barang yang dijualnya, dan penawaran ini dilakukan dengan sistem online. 5

4 MUI, D. S. “Himpunan Fatwa Keuangan Syariah,” Jakarta: Erlangga. 2014. 92.

5 Zendy Sellyfio Ardiana, “Akad Wakalah Bil Ujrah Dan Akad Qard Dalam Penerapan Akad Pembelian Barang”, Jurnal Dharmasisya, Vol. 2 No. 2 (Juni 2022), 741

(10)

Didalam perbankan juga terdapat akad wakalah sebagai berikut:

1. Transfer uang melalui cabang bank; berikut ini contohnya: Al- Muwakkil menyerahkan dana ke Al-Wakil (bank) secara, tapi bank tidak langsung memberikannya dana tersebut ke nasabah penerima. Bank akan mengirimkan dana tersebut ke rekening nasabah yang dituju melalui proses transfer.

2. Transaksi Online atau Transfer melalui ATM: Contoh ini terjadi dalam proses transfer uang menggunakan delegasi. Al-Muwakkil meminta bank

3. Wesel Pos: Sebagai contoh, Al-Muwakkil memberikan sejumlah uang tunai ke Al-Wakil (bank), selanjutnya Al-Wakil menyalurkannya ke nasabah yang dituju.

mendebet dana dari rekeningnya dan berikutnya meminta bank menyalurkan dana sejumlah yang diminta ke rekening nasabah yang dituju dalam waktu nyata.6

H. Kesimpulan

Pada bab wakalah ini,ada 4 pendapat hadist menurut para ulama yakni hadist Bukhari, hadist Tirmidzi, hadist Muslim dan hadist Ahmad yang sudah dijelaskan diatas.

Melihat dari beberapa Hadis tersebut dapat kita ketahui bersama bahwa periwayatan Hadis ini berbagai macam jalur, ada yang bersambung dari Abu Hurairah r.a. diberikan kepada Abu Salamah bin Abdurrahman, kemudian didengar oleh Salamah bin Kuhail, kemudian diberikan kepada Syubah, diceritakan kepada Sulaiman bin Harb dll.

Dapat kita ketahui dan akui bersama dari matan Hadis diatas bahwa Kualiatas Hadis yang dari Imam Al-Bukhari adalah Shahih. Kemudian kualitas Hadis yang dari Imam Muslim adalah Shahih. Apapun kualitas Hadis dari Imam Tirmidzi telah dijelaskan sendiri dalam Hadis tersebut bahwa Hadis ini kualitasnya Hasan Shahih. Dan yang terakhir kualitas dari Hadis Imam Ahmad tersebut diatas

6 M. guffar Harahap, “perbankan syariah (teori, konsep, & implementasi)”, (Jakarta: LPEE Usakti, 2016), 71-12.

(11)

belum diketahui oleh penulis akan ke-Shahihan atau ke-Hasanan-nya matan Hadis tersebut.

Hadis ini hadir dikarenakan atau berdasarkan sebab turunnya, yaitu:

Menurut Al-Bukhari, Abu Hurairah menceritakan tentang seorang laki-laki yang berpiutang pada Rasulullah SAW berupa seekor unta yang telah berumur 5 tahun.

Dari ketiga Hadis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akad wakalah itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena telah dipraktikkan oleh RasulullahSAW (Mardani, 2014). Dalam Fatwa DSN-MUI No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalahmenyebutkan bahwa mengingat Firman Allah dan Hadis wakalah tersebut memperhatikan pendapat rapat sehingga memutuskan bahwa wakalah boleh dilakukan.

Contoh penerapannya dalam sehari-hari Transfer uang melalui cabang bank;

berikut ini contohnya: Al- Muwakkil menyerahkan dana ke Al-Wakil (bank) secara, tapi bank tidak langsung memberikannya dana tersebut ke nasabah penerima. Bank akan mengirimkan dana tersebut ke rekening nasabah yang dituju melalui proses transfer.

DAFTAR PUSTAKA

Addamsyiqi, B. H. “Asbabul Wurud.” Jakarta: Kalam Mulia. 2011.

Ardiana, Zendy Sellyfio. “Akad Wakalah Bil Ujrah Dan Akad Qard Dalam Penerapan Akad

Pembelian Barang”. Jurnal Dharmasisya, Vol. 2 No. 2 (Juni 2022).

Fadillah, Rahmat. “Hadis-Hadis Tentang Jasa (Fee-based Served): Wakalah, Kafalah, Hawalah.” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE), Vol.2 No.2 (2020).

Harahap, Sofyan S. “Perbankan Syariah (Teori, Konsep, & Implementasi).” Jakarta: LPEE Usakti. 2016

MUI, D. S. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah. Jakarta: Erlangga. 2014.

Referensi

Dokumen terkait

“Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu

Menceritakan kepada kami, Abū al- Yamān, memberitakan kepada kami Syu’aeb dari al-Zuhrī, dia berkata: Muhammad bin Zubair bin Muţ’im menceritakan bahwa Mu’āwiyah

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Aun bin Abu

Hadits riwayat Sa’id bin Ash Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Saya sedang berada disisi Usman bin Affan Radhiyallahu’anhu, kemudian belaiu meminta air wudhu dan berkata : Aku

Dan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Amru bin Ali telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dan Abdurrahman bin Mahdi keduanya berkata: Telah

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada

Artinya, Fadlal bin Dakyan memberitakan kepadaku, bahwa Israil memberitakan dari Jabir, dari ‘Amir, yang berkata bahwa jumlah tahanan rasulullah Saw, pada saat perang badar

Terjemahan Telah menceritakan kepada kami [Hannãd] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mubãrak] dari [Haiwah bin Syuraih] ia berkata; Aku mendengar [RAbî’ah bin Yazîd Ad