• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH: KONSELOR DAN KONSELI

N/A
N/A
041@Imroatul Aliyah

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH: KONSELOR DAN KONSELI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

i MAKALAH

KONSELOR DAN KONSELI

DOSEN PENGAMPU :

Dr. BESSE MARJANI ALWI, M. Ag DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

Imroatul Aliyah : 20200121041 Muhammad Syaiban : 20200121064 Sitti Umaemah Akib : 20200121066 Muh. Yusuf Al Bukhary Muslim : 20200121067 Ilham Borahima : 20200118015

PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2023/2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling, dengan judul : “Konselor dan Konseli”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Gowa, 18 September 2023

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Konselor dan Konseli... 3

B. Syarat, Tugas, dan Karakteristik Konselor ... 5

C. Karakteristik dan Macam-Macam Konseli/Klien ... 11

D. Hal-Hal yang Perlu dihindari oleh Konselor Ketika Konseling Berlangsung . 13 BAB III PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan.

Setiap elemen pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan membentuk karakter. Sesuai dengan perumusan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa fungsi pendidikan untuk mengembangkan keterampilan dan pembentukan karakter serta peradaban dan martabat dalam konteks kehidupan intelektual bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa di untuk menjadi manusia yang beriman dan takut akan Tuhan Yang Maha Esa, mulia, sehat, berpengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan sangatlah diperlukan adanya sarana dalam pembinaan kepribadian muridnya, pembinaan kepribadian ini tidak mungkin dilaksanakan secara langsung oleh masing-masing guru di sekolah. Oleh sebab itu diperlukan suatu badan khusus yang berfungsi untuk menangani pembinaan kepribadian murid yang di namakan “bimbingan konseling”. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No.

025/D/1995).1

Bimbingan dan konseling mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi siswa agar berkembang secara optimal.

Sebelum menjadi BK atau dulu disebut BP ( Bimbingan dan Penyuluhan) sekolah sempat kurang jelas mengenai peran BP, maka dari itu BP di pandang hanya tempat untuk anak yang bermasalah. Namun, setelah pemerintah mengganti BP menjadi

1 Anita Shintauli, dkk, Pengelolaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Untuk Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Manajemen Pendidikan 9 no. 1, (2014): h. 29.

(5)

BK peran BK semakin jelas dan BK sekolah sekarang bukan lagi tempat untuk murid yang bermasalah saja. Sekarang BK juga sudah menjadi tempat berkonsultasi setiap individu mengenai kehidupan pribadi, sosial, belajar, maupun kelanjutan studi atau karir.2

Bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan yang berlangsung antara konselor dan konseli (klien) yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien. Konselor merupakan orang yang memberikan bimbingan sedangkan konseli/klien adalah orang yang diberi bimbingan. Untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai konselor dan konseli maka penulis menyusun makalah ini guna membahas mengenai konselor dan konseli.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian konselor dan konseli?

2. Apa syarat, tugas, dan karakteristik konselor?

3. Apa karakteristik dan macam-macam konseli/klien?

4. Apa saja hal-hal yang perlu dihindari oleh konselor ketika konseling berlangsung ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian konselor dan konseli

2. Pembaca dapat mengetahui syarat, tugas, dan karakteristik konselor 3. Pembaca dapat mengetahui karakteristik dan macam-macam konseli/klien 4. Pembaca dapat mengetahui hal-hal yang perlu dihindari oleh konselor

ketika konseling berlangsung.

2 Henni Nasution, Bimbingan Konseling “Konsep, Teori, dan Aplikasinya” (Medan: Penerbit LPPPI, 2019), h. iv.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konselor dan Konseli

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa konselor adalah orang yang melayani konseling; penasihat; penyuluh. Seorang konselor merupakan seseorang yang memberikan bantuan kepada seorang klien dengan menggunakan teknik-teknik konseling.3 Konselor merupakan istilah yang ditujukan untuk tenaga profesional yang memberikan layanan dalam bidang konseling. Pada umumnya konselor adalah profesi yang bergerak di bidang pendidikan.

Ada beberapa definisi konselor menurut para ahli yaitu :

1. Menurut Hartono dan Boy Soedarmadji dalam buku psikolog konseling : konselor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga profesional.

2. Menurut Jones : konselor adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah.

3. Menurut Winkel : konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan Bimbingan dan Konseling.

4. Menurut Lesmana dalam Namora Lomogga Lubis : konselor atau konselor sekolah adalah pihak yang membantu konseli dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling secara luas, konselor dalam menjalankan perannya bertindak sebagai fasilitator bagi konseli. Selain itu, konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi konseli sampai konseli dapat menemukan dan mengatasi masalah

3 Anas Sholahudin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 193.

(7)

yang dihadapinya. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah tenaga profesional yang sangat berarti bagi konseli.4

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konselor merupakan tenaga profesional yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada orang lain dalam hal ini yaitu klien atau disebut juga konseli. Dalam bidang pendidikan, konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru Bimbingan Penyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru Bimbingan Konseling (Guru BK).

Dalam proses konseling, selain konselor ada pula konseli, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konseli adalah orang yang membutuhkan nasihat (arahan).

Beberapa pendapat para ahli mengenai definisi dari konseli/klien yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Willis mendefinisikan klien adalah setiap individu yang diberikan bantuan profesional oleh seorang konselor atas permintaan dirinya sendiri atau orang lain.

2. Menurut Yeo (2003), Ia berpandangan bahwa klien sebagai P-I-N (Person in Need) atau pribadi yang mempunyai kebutuhan. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa sejumlah klien dalam menghadapi masalah-masalahnya mempunyai kebutuhan untuk didengarkan atau memerlukan bantuan praktis berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan material, dan mungkin juga membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah pribadinya.

3. Menurut Surya (2003) klien merupakan orang yang mengalami kekurangan

”psychological strength” atau daya psikologis yaitu suatu kekuatan yang

4 Syafaruddin, dkk, Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Al-Quran dan Sains (Medan:

Perdana Publishing, 2017), h. 13.

(8)

diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya termasuk dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.

4. Menurut Rogers (2004) menyatakan bahwa klien adalah orang yang hadir ke konselor dan kondisinya cemas atau tidak kongruensi.5

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konseli adalah sebutan untuk klien dalam proses konseling, konseli adalah semua individu yang memperoleh pelayanan konseling, atau mendapatkan bantuan secara profesional oleh konselor atas kemauan sendiri ataupun permintaan orang lain.

Dalam dunia pendidikan, Konselor adalah Guru BK yang memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sedangkan konseli adalah sebutan untuk klien dalam proses konseling yang dilaksanakan pada satuan pendidikan, atau sekolah.

B. Syarat, Tugas, dan Karakteristik Konselor 1. Syarat-syarat menjadi konselor

Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya “Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam”, persyaratan menjadi konselor antara lain:

a. Ketakwaan kepada Allah b. Sifat kepribadian yang baik c. Kemampuan Profesional

d. Kemampuan kemasyarakatan (Ukhuwah Islamiyah)

Sedangkan menurut H.M. Arifin, syarat-syarat untuk menjadi seorang konselor adalah:

a. Menyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati, serta mengamalkannya

b. Memiliki sifat dan kepribadian yang menarik c. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

5 Namora Lubis, “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik” (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2011), h. 46.

(9)

d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh kliennya

e. Mempunyai keyakinan bahwa kliennya memiliki kemampuan dasar yang baik, dan dapat dibimbing menuju arah perkembangan yang optimal

f. Memiliki ketangguhan, kesabaran serta keuletan dalam menjalankan tugasnya.

g. Memiliki watak dan kepribadian yang familiar

h. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju dalam karirnya)

i. Memiliki pengetahuan teknis termasuk metode tentang bimbingan dan konseling serta dapat menerapkannya.6

Menurut Jones, seorang konselor harus memiliki tujuh sifat untuk menjalankan praktek konseling. Berikut penjelasannya:

1) Tingkah laku yang etis, konselor harus terbuka dengan kliennya, bersikap terus terang, tegas dan tidak menyembunyikan sesuatu dari kliennya tentang apa yang dirasa terhadap kliennya itu. Jika konselor tidak terbuka dengan kliennya, mungkin seorang konselor bisa dikatakan bahwa dia itu berpura-pura, tidak jujur, suka melindungi sesuatu, ada udang di balik batu. Di samping itu konselor juga harus dapat merahasiakan kehidupan pribadi konseli dan memiliki tanggung jawab moral untuk membantu memecahkan masalah konseli.

2) Kemampuan intelektual, konselor yang baik harus memiliki kemampuan intelektual untuk memahami seluruh tingkah laku manusia dan masalahnya.

Artinya dalam menghadapi klien ia cepat menangkap makna tersirat dari perilaku klien yang tampak dan terselubung, misalnya makna suatu gerakan kepala, getaran suara, gerakan bahu, cara duduk, dan sebagainya sehingga konselor mampu memberikan keterampilan teknik yang antipatif dan bermakna bagi membantu perkembangan klien. Ia harus dapat berfikir secara logis, kritis, dan mengarah ke tujuan, memberikan alternatif-alternatif yang harus dipertimbangkan oleh konseli, dan memberikan saran-saran jalan keluar yang bijaksana.

6 H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 50-51.

(10)

3) Keluwesan (flexibility), konselor yang baik dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap situasi konseling dan perubahan tingkah laku konseli. Konselor, pada saat-saat tertentu, dapat berubah sebagai teman, dan pada saat lain dapat berubah menjadi pemimpin.

4) Sikap penerimaan (acceptance), seorang konseli diterima oleh konselor sebagai pribadi dengan segala harapan, ketakutan, keputusasaan, dan kebimbangan.

Konselor harus dapat menerima kepribadian konseli secara keseluruhan dan dapat menerimanya menurut apa adanya tanpa membeda-bedakan. Sikap penerimaan merupakan prinsip dasar yang harus dilakukan pada setiap konseling.

5) Pemahaman (understanding), pemahaman adalah menangkap dengan jelas dan lengkap maksud yang sebenarnya, yang dinyatakan oleh konseli dan di pihak lain, konseli dapat merasakan bahwa ia dimengerti oleh konselor.

6) Peka terhadap rahasia pribadi, dalam segala hal, konselor harus dapat menunjukkan sikap jujur dan wajar, sehingga ia dapat dipercaya oleh konseli dan konseli berani membuka diri terhadap konselor.

7) Komunikasi, merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh setiap konselor. Konselor harus dapat memantulkan perasaan konseli dan pemantulan ini dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang penuh penerimaan dan pengertian, mampu menjadi pendengar yang baik dan komunikator yang terampil. Dia bukan orang yang sok pintar dan mengejar pamor diri sediri. Dia mampu menghargai orang lain dan dapat bertindak sesuai dengan realitas yang ada baik pada diri maupun di lingkungan.7

2. Tugas konselor

Tugas seorang konselor adalah memberikan bantuan kepada konseli untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu. Konseling juga dimaksudkan untuk membantu konseli mengembangkan beragam cara yang lebih positif untuk menyikapi hidup. Konseling umumnya bertujuan memecahkan masalah-masalah

7 Anas Salahudin, “Bimbingan dan Konseling”. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 194-195.

(11)

konseli, atau menumbuhkan kekuatan mereka dalam menyikapi hidup.8 Selain itu, tugas konselor yaitu membantu konseli dalam beberapa hal, yaitu:

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu konseli dalam memahami serta menilai bakat dan minat

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu biidang pelayanan yang membantu konseli dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, dan martabat

c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu konseli mengembangkan kemampuan belajar

d. Pengembangan karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu konseli dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier.9

3. Karakteristik seorang konselor

Setelah mengetahui apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang konselor dan tugas konselor, maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai karakteristik seorang konselor. Seorang konselor sudah seharusnya memiliki karakteristik dan kepribadian yang baik, dikarenakan konselor merupakan pihak yang hendak membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konselinya.

Menurut Carl Rogers sebagai peletak dasar konsep konseling, ada tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang konselor, karakteristik tersebut adalah : congruence, unconditional positive regard, dan empathy.

a. Congruence (Genuineness, Authenticity). Menurut pandangan Rogers, seorang konselor harus terintegrasi dan kongruen. Pengertiannya disini adalah seorang konselor harus memahami dirinya sendiri terlebih dahulu. Antara pikiran,

8 Farid Mashudi, “Psikologi Konseling” (Jogjakarta: IRCiSoD, 2013), h. 97.

9 Jamal Asmani, “Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”, h. 196.

(12)

perasaan dan pengalamannya harus serasi. Konselor harus sungguh-sungguh menjadi dirinya sendiri, tanpa menutupi kekurangan yang ada pada dirinya b. Unconditional Positive Regard (acceptance). Konselor harus dapat menerima

adan menghormati klien walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Setiap individu menjalani kehidupannya dengan membawa segala nilai-nilai dan kebutuhan yang dimilikinya. Rogers mengatakan bahwa setiap manusia memiliki tendensi untuk mengaktualisasikan dirinya kearah yang lebih baik. Untuk itulah konselor harus memberi kepercayaan kepada klien untuk mengembangkan diri klien. Menurut Lesmana, acceptence dalam konseling sama dengan bentuk cinta seseorang ketika berusaha membantu orang lain untuk berkembang.

c. Empathy. Emphaty disini maksudnya adalah memahami orang lain dari sudut kerangka berpikirnya. Selain itu empati yang dirasakan juga harus ditunjukkan.

Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri tetapi tidak boleh ikut terlarut di dalam nilai-nilai klien. Selain itu Rogers mengartikan empati sebagai kemampuan yang dapat merasakan dunia pribadi klien tanpa kehilangan kesadaran diri. Ia menyebutkan komponen yang terdapat dalam empati meliputi: penghargaan, positif, rasa hormat, kehangatan, kekonkretan, kesiapan atau kesegaran, dan keaslian.10

Berkaitan dengan karakteristik, seorang konselor juga harus memiliki kompetensi berkaitan dengan pengetahuannya mengenai proses psikologis, asesmen, etik, keterampilan klinis, keterampilan teknis, kemampuan untuk menilai, efektivitas pribadi dan berpikir multikultural. Dengan demikian seorang konselor yang efektif harus memahami berbagai tehnik yang efektif untuk perubahan perilaku dan mempunyai berbagai kualitas tertentu, sehingga dapat dijadikan model oleh kliennya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Brammer, Abrego, dan Shostrom (1993) dalam bukunya Janette Murad Lesmana, bahwa “efektivitas konseling dikatakan maksimal jika konselor seimbang dalam personal relationship

10 Namora Lubis, “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik” (Jakarta:

Kencana Predana Media Group, 2011), h. 64.

(13)

skills dan technical qualifications”. Kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor dapat dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogis

1) Menguasai teori dan praksis pendidikan.

2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli.

3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan.

b. Kompetensi Kepribadian

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih.

3) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.

4) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.

c. Kompetensi Sosial

1) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja.

2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

3) Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi.

d. Kompetensi Profesional

1) Menguasai konsep dan praksis penelitian untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

2) Menguasai kerangka teoretis dan praktis bimbingan dan konseling.

3) Merancang program bimbingan dan konseling.

4) Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif.

5) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling.

6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.

7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.11

11Ibid., h. 171.

(14)

C. Karakteristik dan Macam-Macam Konseli 1. Karakteristik Konseli/Klien

Konseli/Klien adalah semua individu yang diberi bantuan profesional seorang konselor atas permintaan sendiri atau orang lain. Karakteristik klien terbagi menjadi 2 yaitu: klien yang datang atas kemauannya sendiri karena dia membutuhkan bantuan, Dia sadar bahwa dalam dirinya ada masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli, sehingga klien tersebut berusaha untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri (klien aktif). sedangkan klien yang datang atas permintaan orang lain misalnya orang tua atau guru, dia tidak sadar akan masalah yang dialami dirinya karena kurangnya kesadaran diri, maka klien tersebut akan menyerahkan semua pesoalan kepada konselor (konselor aktif).

Shertzer and Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu :

a. Kepribadian klien, kepribadian klien cukup menentukan keberhasilan proses konseling. Aspek-aspek kepribadian klien adalah : sikap, emosi, intelektual, dan motivasi.

b. Harapan klien, harapan klien mengandung makna adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses konseling. Harapan klien adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jalan keluar dari persoalan yang dialami dan mencari upaya bagaimana dirinya supaya lebih baik.

c. Pengalaman dan pendidikan klien, hal ini sangat menentukan keberhasilan proses konseling sebab dengan pengalaman dan pendidikan tersebut klien akan mudah menggali dirinya sehingga upaya pemecahan masalah makin terarah.

Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman dalam konseling, wawancara, berkomunikasi, keterbukaan, ceramah, pidato, mengajar, dan demokratis.

Seorang klien yang berpengalaman dalam diskusi, pidato, atau ceramah, biasanya lebih mudah mengungkapkan perasaannya.12

12 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 40.

(15)

2. Macam-Macam Konseli/Klien

1) Konseli/klien sukarela, adalah klien yang datang pada konselor atas kesadaran diri sendiri karena memiliki maksud dan tujuan tertentu. Ciri-ciri klien sukarela yaitu:

a. Mudah terbuka

b. Hadir atas kehendak sendiri

c. Dapat menyesuaikan diri dengan konselor d. Bersedia mengungkapkan rahasia

e. Bersikap sahabat

f. Mengikuti proses konseling.

2) Konseli/klien terpaksa. Apabila klien sukarela datang pada konselor atas kemauannya sendiri, maka klien terpaksa adalah klien yang datang pada konselor bukan atas kemauannya sendiri melainkan atas dorongan teman atau keluarga. Ciri-cirinya yaitu:

a. Bersifat tertutup b. Enggan berbicara c. Curiga kepada konselor d. Kurang bersahabat

e. Menolak secara halus bantuan konselor.

3) Konseli/klien enggan, adalah klien yang datang pada konselor bukan untuk dibantu menyelesaikan masalahnya, melainkan karena senang berbincang- bincang dengan konselor atau diam saja. Klien ini enggan dibantu.

4) Konseli/klien bermusuhan/menentang, merupakan kelanjutan dari klien terpaksa yang bermasalah dengan cukup serius. Ciri-cirinya yaitu:

a. Tertutup b. Menentang c. Bermusuhan

d. Menolak secara terbuka.

5) Konseli/klien krisis, merupakan klien yang mendapat musibah seperti kematian orang-orang terdekat, kebakaran, pemerkosaan, dll. Ciri-cirinya yaitu:

a. Tertutup

(16)

b. Emosional

c. Kurang mampu berpikir rasional

d. Tidak mampu mengurus diri dan keluarganya e. Membutuhkan orang yang amat dipercayai.13

Carl R. Rogers menyatakan bahwa konseling yang berpusat pada klien haruslah dilandasi pada pemahaman klien tentang dirinya atau dengan kata lain pendekatan Rogers ini menitikberatkan pada kemampuan klien untuk menentukan sendiri masalah-masalah yang penting bagi dirinya dan memecahkan sendiri masalahnya.

Campur tangan konselor sedikit sekali. Konseli akan mampu menghadapi sifat-sifat dirinya yang tidak dapat diterima lingkungannya tanpa ada perasaan terancam dan cemas, sehingga ia maju kearah menerima dirinya dan nilai-nilai yang selama ini dimiliki dianutnya, serta mampu mengubah aspek-aspek dirinya sebagai sesuatu yang dirasa perlu diubah. Jadi, tujuan konseling dengan sendirinya ada dan ditentukan oleh konseli itu sendiri.14

D. Hal-Hal yang Perlu dihindari oleh Konselor ketika Konseling Berlangsung Ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh konselor berkaitan dengan pembentukan hubungan dalam proses konseling. Menurut Yeo (2003) ada 5 hal yang perlu dihindari dalam proses konseling, yaitu:

1. Sikap acuh tak acuh, klien diperlakukan sebagai pasien atau kasus yang memandang mereka adalah orang yang tidak memiliki kemampuan, menggangap remeh, ”sakit”, dan kurang peduli pada mereka.

2. Tidak sabar dan amarah, konselor akan marah dengan klien jika mereka tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan atau tidak memperlihatkan kerjasama dalam pertemuan konseling. Konselor menganggap klien adalah orang yang bandel, yang tidak bisa diharapkan, keras kepala atau orang yang

13 Sofyan S. Willis, Konseling Individua Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 116-119.

14 Dewa Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2008), h. 128.

(17)

harus dimengerti karena konselor tidak punya pilihan lain kecuali menangani mereka. Hal ini harus dihindari dan tidak boleh dilakukan karena ketika konselor tidak sabar dan marah maka klien semakin merasa bertambah beban dan tentunya akan sangat sulit membentuk hubungan kesejajaran dalam proses konseling.

3. Terus memberi nasehat, terkadang konselor secara tidak sengaja terus memberikan nasehat kepada konseli/klien karena menganggap dalam mengambil keputusan klien terlalu berbelit-belit.

4. Terpengaruh secara emosional, Klien dapat memberi reaksi terhadap kita sedemikian rupa dengan menyampaikan masalah-masalah emosional yang tidak terpecahkan. Konselor dapat menjumpai dirinya sendiri merasa sangat sedih karena masalah-masalah yang dialami kliennya dan akhirnya merasa tertekan.

5. Tidak kreatif, ada perasaan statis ketika konselor berhadapan dengan berbagai macam kasus. Konselor tidak dapat membuat pembaharuan dan sebaliknya mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang sama. Setiap kali konselor berhadapan dengan jenis klien yang sama, konselor melakukan hal yang sama untuk kliennya. Dengan kata lain bersikap pasif, tidak mencoba hal- hal baru dalam memberikan treatmen pada kliennya. Dalam hal ini hendaknya konselor berusaha untuk selalu memperbaiki kemampuan dan pengetahuannya dalam rangka memberikan layanan yang terbaik bagi kliennya.15

15 Mulawarman dan Eem Munawaroh, Psikologi Konseling Sebuah Pengantar Bagi Konselor Pendidikan (Semarang: UNNES, 2016), h. 31.

(18)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

a. Konselor merupakan tenaga profesional yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada orang lain dalam hal ini yaitu klien atau disebut juga konseli. Adapun konseli adalah sebutan untuk klien dalam proses konseling, konseli adalah semua individu yang memperoleh pelayanan konseling, atau mendapatkan bantuan secara profesional oleh konselor atas kemauan sendiri ataupun permintaan orang lain.

b. Seorang konselor harus memiliki tujuh sifat untuk menjalankan praktek konseling, yaitu: tingkah laku yang etis, kemampuan intelektual, keluwesan, sikap penerimaan, pemahaman, peka terhadap rahasia pribadi, dan komunikasi. Tugas seorang konselor adalah memberikan bantuan kepada konseli untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu. Selain itu, tugas konselor yaitu membantu konseli dalam beberapa hal, yaitu: pengembangan kehidupan pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan belajar, serta pengembangan karier. Menurut Carl Rogers sebagai peletak dasar konsep konseling, ada tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang konselor, karakteristik tersebut adalah : congruence, unconditional positive regard, dan empathy. Kompetensi yang harus dimiliki seorang konselor adalah kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional.

c. Karakteristik konseli/klien yaitu klien yang datang atas kemauannya sendiri karena dia membutuhkan bantuan, sehingga klien tersebut berusaha untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri (klien aktif), sedangkan klien yang datang atas permintaan orang lain, maka klien tersebut akan menyerahkan semua pesoalan kepada konselor (konselor aktif). Macam-macam konseli/klien diantaranya: klien sukarela, klien terpaksa, klien yang enggan, klien bertentangan/bermusuhan, dan klien yang kritis.

d. Hal-hal yang perlu dihindari oleh konselor dalam proses konseling, yaitu sikap acuh (cuek), tidak sabar dan amarah, menekan klien, terbawa emosional, dan tidak kreatif, Dalam hal ini hendaknya konselor berusaha untuk selalu

(19)

memperbaiki kemampuan dan pengetahuannya dalam rangka memberikan layanan yang terbaik bagi kliennya

B. Saran

Penulis sangat berharap makalah ini dapat memudahkan pembaca untuk memahami materi yang penulis sampaikan mengenai “Konselor dan Konseli”, serta dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dibidang ilmu bimbingan dan konseling.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Asmani, Jamal. “Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”, h. 196.

Eem Munawaroh, Mulawarman. Psikologi Konseling Sebuah Pengantar Bagi Konselor Pendidikan. Semarang: UNNES, 2016.

Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Lubis, Namora. “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik”.

Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2011.

Mashudi, Farid.“Psikologi Konseling”. Jogjakarta: IRCiSoD, 2013.

Nasution, Henni. Bimbingan Konseling “Konsep, Teori, dan Aplikasinya”. Medan:

Penerbit LPPPI, 2019.

Shintauli, Anita, dkk. Pengelolaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Untuk Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Manajemen Pendidikan 9 no. 1, (2014): h. 29.

Sholahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.

Sukardi, Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.

Syafaruddin, dkk. Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Al-Quran dan Sains.

Medan: Perdana Publishing, 2017.

Willis, Sofyan S. Konseling Individua Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa lembar kerja peserta didik adalah lembar kegiatan yang digunakan untuk proses mengajar