• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah KLP 4 sampah anorganik fkm unhas

N/A
N/A
yourfile drophere

Academic year: 2024

Membagikan " Makalah KLP 4 sampah anorganik fkm unhas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Dosen Pengampu: Basir, S.KM, M.Sc.

KELOMPOK 4

1. Andi Elvira Azhura (K011211093)

2. Eka Satriana (K011211247)

3. Gabriella Indah Rantesakka (K011211166) 4. Graciatri Rappun Salman (K011211238)

5. Lathifatunnisa (K011211219)

6. Marwah Nur Fajrin (K011211087) 7. Nadia Rizkia Firdausi (K011211134)

8. Norhalisa (T202320211)

9. Siti Nuraisyah Muhajirin (K011211141)

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Pengolahan Sampah Anorganik” dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pengolahan sampah anorganik dan menjadi pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Padat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Basir S.KM., M.Sc.

selaku dosen pembimbing pada Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Padat yang telah memberikan tugas ini kepada penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengelolaan limbah padat terkhusus pengolahan sampah organik. Terima kasih juga kepada semua pihak atas bantuannya dalam penyusunan tugas makalah ini. Penulis memahami bahwa karya yang ditulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyusunan laporan di masa depan yang lebih baik.

Makassar, Maret 2024 Penulis

(3)

DAFTAR ISI SAMPUL

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...3

D. Manfaat...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. Karakteristik Sampah Anorganik...5

B. Proses Pengolahan Sampah Anorganik...6

C. Metode Pengolahan Sampah Anorganik...8

D. Manfaat Pengolahan Sampah Anorganik...9

E. Tantangan dan Solusi pada Pengolahan Sampak Anorganik...10

BAB V PENUTUP...13

A. Kesimpulan...13

B. Saran...13 DAFTAR PUSTAKA

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak disenangi, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang bersumber dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah juga diartikan sebagai hasil sisa kegiatan manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik dan anorganik. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu aktivitas penduduk, jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengolahan sampah, keadaan geografis, musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi. Permasalahan sampah merupakan masalah krusial dan memerlukan penanganan yang cepat dan efektif (Fiqih & Syaiful, 2023).

Sampah terdiri dari berbagai jenis yang beraneka ragam seperti sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah peternakan, sampah industri, sampah pasar, pasar perkebunan dan lain sebagainya.

Berdasarkan asalnya sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai dan bersumber dari bahan hayati seperti tumbuhan, hewan, sampah rumah tangga, sampah pasar dan sebagainya. Adapun sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan non hayati seperti sampah logam, plastik, karet, kaleng, kaca, keramik, dan lain sebagainya. Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga memerlukan pengolahan khusus (Faristiana., dkk, 2023).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah terbanyak dan menduduki peringkat kedua setelah China, dengan sampah terbanyak yang dihasilkan adalah sampah plastik. Penghasil sampah terbanyak adalah ibu rumah tangga terutama sampah plastik atau sampah

(6)

anorganik. Data bank sampah dunia menyebutkan bahwa produksi sampah padat secara nasional mencapai 151.921 ton/hari. Hal tersebut menggambarkan bahwa setiap penduduk Indonesia menghasilkan dan membuang sampah padat rata-rata 0,85 kg/hari. Data yang sama juga menyebutkan bahwa total sampah yang dihasilkan hanya sekitar 80% yang berhasil dikumpulkan dan sisanya terbuang sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan (Amalia & Putri, 2021).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan bahwa dari tahun 2021 hingga 2022 Indonesia mengalami peningkatan jumlah sampah dari 30.831.900,87 ton menjadi 34.303.208,69 ton. Selain itu, persentase sampah yang telah tertangani masih sekitar 49,57%. Fasilitas public menjadi salah satu dari 5 besar sumber penyumbang sampah terbanyak di Indonesia yakni menyumbang sekitar 5,39% dari keseluruhan total sampah yang dihasilkan. Tingginya jumlah sampah yang belum tertangani dengan baik dapat mengakibatkan berbagai malasah karena menjadi sumber polutan bagi lingkungan (Marianingsih., dkk, 2023).

Penumpukan sampah berpotensi menyebabkan pencemaran dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Pencemaran dapat terjadi di udara sebagai akibat dekomposisi sampah, dapat pula menyebabkan pencemaran air dan tanah akibat rembesan leacheat. Penumpukan sampah akan menjadi sarang atau tempat berkembangbiak bagi berbagai vektor penyakit. Lalat dan tikus merupakan vektor potensial yang dapat berkembangbiak pada timbulan sampah atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Adapun beberapa penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk yaitu diare, infeksi saluran pernapasan bawah, malaria dan berbagai penyakit lainnya. WHO menyebutkan bahwa 24% dari penyakit global disebabkan oleh faktor lingkungan (Axmalia & Mulasari, 2020).

Penerapan konsep zero waste penting untuk diterapkan sebagai upaya meminimalisir penumpukan sampah, terutama sampah plastik.

Konsep zero waste merupakan suatu proses daur ulang sampah plastik menjadi barang lain yang berguna atau merupakan proses recycle. Salah

(7)

satu bentuk penerapan konsep ini adalah pengolahan sampah menjadi ecobrick dengan memanfaatkan sampah rumah tangga. Ecobrick merupakan usaha pemanfaatan sampah anorganik seperti plastik, kresek menjadi satu di dalam sebuah botol plastik untuk membuat berbagai alat yang berguna dan bermanfaat. Pembuatan ecobrick tidak hanya sekedar menghancurkan sampah plastik, melainkan dapat memperpanjang usia plastic melalui proses pengolahan menjadi sesuatu yang bernilai guna (Suliatini., dkk, 2022).

Berdasarkan latar belakang tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume sampah setiap tahunnya akibat peningkatan jumlah penduduk dan berbagai faktor lainnya. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai faktor risiko yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan, sehingga perlu adanya upaya efektif dalam penanganan masalah sampah terutama sampah anorganik yang sebagian besar tidak mampu diuraikan secara alami atau dengan bantuan mikroorganisme.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sampah anorganik?

2. Bagaimana proses pengolahan sampah anorganik?

3. Bagiamana metode pengolahan sampah anorganik?

4. Apa manfaat pengolahan sampah anorganik?

5. Apa tantangan dan solusi yang dihadapi dalam pengolahan sampah anorganik?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan pengetahuan mengenai sampah anorganik.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik sampah anorganik.

b. Untuk mengetahui proses pengolahan sampah anorganik.

c. Untuk mengetahui metode pengolahan sampah anorganik.

(8)

d. Untuk mengetahui manfaat pengolahan sampah anorganik.

e. Untuk mengatahui tantangan dan solusi yang dihadapi dalam pengolahan sampah anorganik.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pembacanya untuk menggali lebih dalam terkait informasi mengenai sampah anorganik.

(9)

BAB II PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampah Anorganik

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu aktivitas manusia maupun industrialisasi, yang berdasarkan sifatnya terdiri atas sampah organik yang dapat terurai, sampah anorganik yang tidak dapat terurai dan sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Pramita, dkk. 2021). Berdasarkan kandungan materinya, sampah dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik (sampah yang berasal dari bagian hewan, tumbuhan dan manusia) dan sampah anorganik (sampah yang berasal dari bahan seperti logam, kaca, styrofoam, plastik dan karet) (Loliwu, dkk. 2021).

Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat membusuk. Sampah anorganik pada umumnya terdiri atas bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, serta tidak dapat terurai atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terurai secara alami. Sampah anorganik sebaiknya didaur ulang atau recycle, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Namun pembakaran ini juga memerlukan penanganan lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah, khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai sampah kering (Pramadita, dkk. 2021).

Material-material pada sampah anorganik tersebut cenderung membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai secara alami, bahkan bisa mencapai ratusan tahun tergantung pada jenisnya. Plastik, misalnya, merupakan salah satu jenis sampah anorganik yang paling sulit terurai dan dapat berada di lingkungan selama berabad-abad sebelum benar-benar hancur. Selain itu, sampah anorganik juga seringkali mengandung zat-zat berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia serta makhluk lainnya. Contohnya adalah logam berat

(10)

seperti timbal, merkuri, dan kadmium yang terdapat dalam baterai bekas atau limbah elektronik, serta bahan kimia beracun seperti pestisida dan bahan kimia industri yang dapat menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara jika tidak dikelola dengan benar. Oleh karena itu, pengelolaan sampah anorganik memerlukan pendekatan yang berbeda dan lebih kompleks dibandingkan dengan sampah organik, termasuk dalam hal pengumpulan, pengolahan, dan daur ulang agar dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Kurniawan, dkk.

2023).

B. Proses Pengolahan Sampah Anorganik

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU No 18 Tahun 2008):

1. Pengurangan sampah anorganik dapat dilakukan dengan:

a) Pembatasan timbulan sampah;

b) Pendauran ulang sampah; dan/atau c) Pemanfaatan kembali sampah

2. Penangangan sampah anorganik meliputi:

a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau

(11)

e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman

Pengolahan sampah anorganik dilakukan secara terpadu yakni mulai dari kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Dalam proses pengolahan sampah anorganik terdapat prinsip-prinsip yang diterapkan Reduce, Reuse, dan Recylce (3R) (Harimurti dkk, 2020):

1. Mengurangi (reduce), yang merupakan metode untuk mengurangi produksi sampah dengan mengurangi penggunaan bahan atau barang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan meminimalkan penggunaan bahan atau barang yang tidak perlu. Contohnya, mengirim surat melalui email untuk mengurangi produksi sampah kertas, menghindari pembelian barang yang berpotensi menghasilkan banyak sampah atau mengurangi pemakaian kantong plastik, mengurangi penggunaan bahan-bahan sekali pakai. Program-program edukasi dan kesadaran lingkungan juga dapat membantu masyarakat untuk mengurangi sampah yang dihasilkan.

2. Pemanfaatan kembali (reuse), yaitu menggunakan kembali bahan atau barang yang masih dapat dimanfaatkan. Hal ini dilakukan dengan memilih bahan atau barang yang dapat digunakan kembali dan menghindari penggunaan barang sekali pakai. Contohnya, mendaur ulang kertas, plastik, logam, dan kaca, menggunakan tas belanja dari kain daripada kantong plastik.

3. Daur ulang (recycle), prinsip ini melibatkan proses mengubah sampah menjadi produk baru yang bisa digunakan kembali. Proses daur ulang melibatkan pemisahan, pengumpulan, dan pemrosesan sampah menjadi bahan baku untuk produk baru. Misalnya, botol plastik dapat didaur ulang menjadi serat plastik untuk pembuatan kembali produk plastik, atau kertas daur ulang dapat digunakan untuk membuat kertas baru. Daur ulang membantu mengurangi penggunaan sumber daya

(12)

alam yang terbatas dan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan. metode untuk mengolah sampah sehingga dapat didaur ulang menjadi barang lain. Teknologi daur ulang sampah, terutama plastik, kaca, dan logam, membantu memaksimalkan penggunaan kembali material tersebut setelah menjadi barang sisa.

C. Metode Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah anorganik dapat di buat menjadi ecobrick sebagai salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastik. Fungsinya bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang usia plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia pada umumnya. Ecobrick adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Ecobrick menjadi cara lain untuk utilisasi sampah-sampah tersebut selain mengirimnya ke pembuangan akhir. Dengan ecobrick sampah-sampah plastik akan tersimpan terjaga di dalam botol, sehingga tidak perlu dibakar, menggunung dan tertimbun. Teknologi ecobrick memungkinkan kita untuk tidak menjadikan plastik di salah satu industrial recycle system, dengan begitu akan menjauhi biosfer dan menghemat energi (Tama, dkk., 2023).

Metode ecobrick dianggap sangat cocok diimplementasikan di masyarakat karena secara teknis mudah diterapkan dengan bahan dan peralatan yang sangat mudah didapatkan karena memanfaatkan sampah sebagai unsur utama pembentukannya. Langkah-langkah pembuatannya pun sangat sederhana, dimulai dengan pengumpulan sampah ke dalam botol plastik sampai terisi penuh sehingga memiliki kerapatan dan kekuatan seperti layaknya batu bata. Langkah selanjutnya apabila ecobrick sudah banyak, maka dilanjutkan dengan proses pembentukan ecobrick menjadi barang-barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual, seperti:

kursi, meja, bahan penunjang pembangunan pengganti batu bata, dan lain- lain yang dikemas secara kreatif. Oleh karena itu program ini dipandang mampu menginternalisasikan nilai-nilai ecopreneurship sejak dini sebagai

(13)

langkah preventif dan kuratif terhadap permasalahan darurat sampah di Indonesia. Hasil pengolahan diharapkan mampu menjadi alternatif bagi masyarakat dalam mengembangkan program pengembangan diri yang kreatif dan inovatif sebagai upaya antisipatif dalam meminimalisir permasalahan lingkungan di Indonesia (Tama, dkk., 2023).

D. Manfaat Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan nonhayati. Bahan non hayati dapat berupa produk sintetik, hasil olahan teknologi bahan tambang, hasil olahan bahan hayati, dan sebagainya.

Bahan-bahan tersebut umumnya sulit diuraikan dalam proses alami.

Contohnya seperti kantong plastik, botol minuman, sisa kain, ban bekas, dan lainnya. Sampah anorganik juga bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat. Tetapi apabila sampah anorganik ini tidak dikelola dengan tepat dapat mengakibatkan penceraman lingkungan, karena sampah anorganik tergolong zat yang sulit terurai.

Sampah anorganik yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit terurai secara alami, seperti kertas, plastik, logam, dan kaca. Sampah anorganik ini biasanya membutuhkan proses daur ulang atau pengelolaan khusus agar dapat diolah kembali menjadi bahan baru atau dikurangi dampaknya terhadap lingkungan. Daur ulang sampah anorganik, seperti kertas, plastik, logam, dan kaca, memiliki berbagai manfaat penting, antara lain:

1. Konservasi Sumber Daya Alam: Daur ulang sampah anorganik membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas. Dengan mendaur ulang bahan seperti kertas, plastik, dan logam, kita dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam yang berharga seperti kayu, minyak bumi, dan bijih logam.

2. Mengurangi Pencemaran Lingkungan: Proses produksi bahan baru dari bahan mentah biasanya melibatkan emisi gas rumah kaca, penggunaan energi yang tinggi, dan pencemaran lingkungan. Dengan mendaur ulang sampah anorganik, kita dapat mengurangi jumlah limbah yang harus dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan

(14)

mengurangi dampak negatif pada lingkungan, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca.

3. Pengurangan Limbah: Daur ulang membantu mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Dengan mengolah kembali sampah anorganik menjadi bahan baru, kita mengurangi kebutuhan akan tempat pembuangan sampah yang semakin langka dan mengurangi risiko pencemaran tanah, air, dan udara yang terkait dengan TPA.

4. Pemulihan Energi: Beberapa jenis sampah anorganik dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi melalui proses seperti pembakaran terkendali atau pengomposan anaerobik. Dalam proses ini, sampah diubah menjadi energi dalam bentuk listrik, panas, atau gas. Ini membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan memanfaatkan potensi energi yang terkandung dalam sampah.

5. Penciptaan Lapangan Kerja: Industri daur ulang menyediakan peluang lapangan kerja baru dalam pengumpulan, pemrosesan, dan produksi bahan daur ulang. Dengan meningkatnya permintaan akan bahan daur ulang, industri ini dapat memberikan manfaat ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.

6. Mengurangi Polusi Laut: Daur ulang sampah plastik membantu mengurangi jumlah plastik yang masuk ke lautan. Plastik yang tidak didaur ulang dapat mencemari ekosistem laut, membahayakan kehidupan laut, dan berdampak negatif pada keseimbangan ekosistem.

Mendaur ulang sampah anorganik adalah langkah penting dalam upaya kita untuk mencapai keberlanjutan lingkungan. Ini memberikan manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi yang penting dalam menjaga dan melindungi bumi kita.

E. Tantangan dan Solusi pada Pengolahan Sampak Anorganik

Sampah non-organik atau anorganik adalah jenis limbah yang tidak dapat mengalami proses dekomposisi secara alami dan sangat sulit untuk

(15)

diproses kembali. Di Indonesia, hanya sekitar 7% sampah plastik yang berhasil didaur ulang. Beberapa faktor yang menyulitkan proses daur ulang sampah non-organik termasuk ketidakmerataan fasilitas daur ulang, kurangnya pemilahan sampah yang benar, serta rendahnya kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah (Andini dkk., 2023).

Infrastruktur dan sarana pengolahan limbah non-organik yang memadai masih terbatas di Indonesia. Tidak semua wilayah dilengkapi dengan fasilitas yang cukup untuk mendaur ulang sampah non-organik.

Kondisi ini mengakibatkan kesulitan dalam pengumpulan, pemisahan, dan pengolahan limbah non-organik secara efisien. Saat ini, banyak komunitas daur ulang yang aktif melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses daur ulang, namun penyebarannya belum merata. Sebagian besar lembaga yang terlibat dalam kegiatan daur ulang adalah organisasi nirlaba (NPO), yang seringkali tidak mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah sehingga belum dapat menyediakan fasilitas yang optimal (Andini dkk., 2023).

Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan dan pemilahan sampah. Masih banyak yang menganggap bahwa kegiatan tersebut dianggap remeh dan hanya cocok dilakukan oleh golongan masyarakat yang dianggap rendah kelasnya, sementara dianggap tidak pantas dilakukan oleh individu yang merasa memiliki status sosial yang tinggi (Huboyo & Sumiyati, 2020).

Hingga saat ini, telah ada beberapa peraturan yang ditetapkan terkait manajemen limbah. Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia meloloskan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Selanjutnya, Menteri Pekerjaan Umum menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengenai Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Regulasi ini menekankan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dalam pengolahan sampah. Kedua peraturan

(16)

tersebut didukung oleh Peraturan Pemerintah Tahun 2020 yang lebih kompleks dan beragam mengenai Pengelolaan Sampah Spesifik (Rustiarini dkk., 2021).

Hambatan yang signifikan adalah kurangnya pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam melakukan daur ulang, terutama terkait pengelolaan sampah non-organik seperti plastik. Selama ini, kegiatan pengelolaan sampah lebih difokuskan pada pengolahan sampah organik menjadi kompos atau biogas karena prosesnya dianggap lebih sederhana dan mudah dipahami. Masalahnya adalah bahwa pengelolaan sampah anorganik, khususnya plastik, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam proses daur ulang yang efektif. Proses pengolahan plastik menjadi bahan daur ulang memerlukan teknologi dan peralatan yang sesuai, serta pemahaman yang mendalam tentang jenis-jenis plastik dan cara-cara pengolahan yang tepat (Rustiarini dkk., 2021).

Untuk mengatasi permasalahan sampah non-organik di Indonesia, beberapa solusi dapat diimplementasikan. Pertama, pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam infrastruktur dan fasilitas daur ulang untuk mempermudah proses pengumpulan, pemisahan, dan pengolahan limbah non-organik secara efisien. Selanjutnya, diperlukan kampanye edukasi yang lebih luas dan intensif kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah serta manfaat dari praktik daur ulang.

Selain itu, dukungan terhadap perkembangan komunitas daur ulang dan penegakan regulasi yang ketat terkait pengelolaan limbah juga perlu ditingkatkan. Pelatihan keterampilan daur ulang dan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat juga dapat menjadi langkah efektif dalam menghadapi tantangan ini. Dengan implementasi solusi- solusi ini secara komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan dapat tercapai peningkatan dalam pengelolaan dan daur ulang sampah non- organik di Indonesia serta mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

(17)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat terurai atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terurai. Pengelolaan sampah anorganik meliputi pengurangan dan penanganan sampah berupa pengumpulan, pemilahan, 3R, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

Salah satu cara pengolahan sampah anorganik yaitu ecobrick yang menjadi cara lain untuk utilisasi sampah-sampah tersebut selain mengirimnya ke pembuangan akhir.

Manfaat pengolahan sampah anorganik yaitu konservasi sumber daya alam, mengurangi pencemaran lingkungan, pengurangan limbah, pemulihan energi, penciptaan lapangan kerja, dan mengurangi polusi laut.

Tantangan pengolahan sampah yaitu ketidakmerataan fasilitas daur ulang, rendahnya kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah. Adapun solusi yang dapat dilakukan pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur dan fasilitas daur ulang dan pelatihan keterampilan daur ulang.

B. Saran

Saran yang dapat berikan yaitu diharapkan adanya kesadaran dan peningkatan pengetahuan terakit pentingnya pengolahan sampah anorganik. Upaya pengolahan sampah anorganik perlu difasilitasi dan didukung penuh oleh pemerintah. Regulasi dan sosialisasi tentang produksi hingga pengolahan sampah penting untuk ditingkatkan dan ditegaskan. Pemerintah sebaiknya bekerja sama dengan tenaga ahli dan akademisi untuk mengenalkan metode pengolahan sampah anorganik yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, saran bagi masyarakat untuk lebih menyadari keberadaan sampah anorganik dan memiliki keputusan untuk melakukan reduce, reuse dan recycle.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F., & Putri, m, K. 2021. Analisis Pengelolaan Sampah Anorganik di Sukawinata Kota Palembang. Jurnal Swarnabhumi, 6(2): 134-142.

Andini, D. R., Olivia, D., & Ratnasari, A. (2023). Penerapan Konsep Arsitektur Berbasis Komunitas Pada Pusat Edukasi Daur Ulang Sampah. IKRA-ITH Teknologi Jurnal Sains Dan Teknologi, 7(3), 1-12.

Axmalia, A., & Mulasari, S, A. 2020. Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) terhadap Gangguna Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan Komunitas, 6(2): 171-176.

Faristiana, A, R., Wori, D, A., Wardani, L, D, N., & fikriyah, T. 2023. Edukasi Klasifikasi Jenis-Jenis Sampah dan Penyediaan Tempat Sampah dari Bahan Daur Ulang di Desa Bungkuk Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. SAFARI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 3(4): 110- 124.

Fiqih, M. N., & Syaiful, S. 2023. Penempatan Bak Sampah Organik, Anorganik, dan B3 Dengan Konsep Go Green Perumahan Budi Agung RW 03/RT 05.

SINKRON: Jurnal Pengabdian Masyarakat UIKA Jaya, 1(2): 71-81.

Harimurti, S. M., Rahayu, E. D., Yuriandala, Y., Koeswandana, N. A., Sugiyanto, R. A. L., Perdana, M. P. G. P., ... & Sari, C. G. (2020). Pengolahan sampah anorganik: pengabdian masyarakat mahasiswa pada era tatanan kehidupan baru. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 3, 565-572.

Hasibuan, M. R. R. (2023). Manfaat Daur Ulang Sampah Organik Dan Anorganik Untuk Kesehatan Lingkungan.

Huboyo, H. S., & Sumiyati, S. (2020). Edukasi Pengelolaan Sampah Anorganik Melalui Kegiatan Menabung di Bank Sampah Sempulur Asri Gedawang. Jurnal Pasopati, 2(3).

Kurniawan, R., Wintoro, P. B., Mulyani, Y., & Komarudin, M. (2023).

Implementasi Arsitektur Xception Pada Model Machine Learning

(19)

Klasifikasi Sampah Anorganik. Jurnal Informatika dan Teknik Elektro Terapan, 11(2).

Loliwu, S. J., Rumampuk, N. D., Schaduw, J. N., Tilaar, S. O., Lumoindong, F., Wagey, B. T., & Rondonuwu, A. B. (2021). Identifikasi Sampah Anorganik Pada Ekosistem Mangrove di Desa Lesah Kecamatan Tagulandang Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 9(2), 44- 52.

Marianingsih., Melati, D., & Dewi, Y, I, K. 2023. Studi Timbulan Sampah Persiapan Bahan Makanan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit sebagai Upaya Higiene Sanitasi. Jurnal Gizi Kerja dan produktivitas, 4(2): 135-143.

Pramadita, S. (2021). Potensi Daur Ulang Sampah Melalui Identifikasi Jenis Dan Karakteristik Sampah Di Panti Asuhan Dan Pesantren Darul Khairat. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 9(2), 082-089.

Rustiarini, N. W., Legawa, I. M., Adnyana, Y., & Setyono, T. D. (2021).

Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi. JURPIKAT (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 2(2), 223-234

Suliartini, N. W. S., Isnaini., Ulandari, P., Alhannani, M. Z., Nando, I. G. E. A., Safitri, B. M., Halimatussakdiah & Amru, A. 2022. Pengolahan Sampah Anorganik Melalui Ecobrick Sebagai Upaya Mengurangi Limbah Plastik.

Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2): 209-213.

Suseno, A. A., Albab, N. U., & Martadireja, S. (2020). Manfaat pemisahan sampah organik dan anorganik melalui media buku ilustrasi anak.

Besaung: Jurnal Seni Desain dan Budaya, 5(1).

Tama, C.R., Khatimah, H. and Putra, P., 2023. Pelatihan dan Penyuluhan Tentang Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Berbasis Zero Waste. PROGRESIF: Jurnal Pengabdian Komunitas Pendidikan, 3(1), pp.31-40.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Galeri Karya Sampah Anorganik merupakan suatu lembaga mandiri di bawah naungan pemerintah yang dimana dalam prosesnya, membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah yang

Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa strategi yang dapat dijadikan prioritas dalam pengelolaan sampah rumah tangga anorganik yaitu dengan meminimalisir

Process menunjukkan belum optimalnya operasional pengelolaan sampah seperti mayoritas masyarakat belum memilah sampah organik dan sampah anorganik, masih banyak sampah yang

Sebaiknya sampah dikumpulkan berdasarkan jenisnya dan dipisahkan pada tempat sampah yang berbeda, sehingga sampah organik tidak akan mengotori sampah anorganik yang

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan (manusia) yang berwujud padat (baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak

konsep 3R yang harus melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik dimulai dari pewadahan sampah sampai ke pengangkutan sampah disertai dengan pengolahan sampah

Sebaiknya sampah dikumpulkan berdasarkan jenisnya dan dipisahkan pada tempat sampah yang berbeda, sehingga sampah organik tidak akan mengotori sampah anorganik yang masih dapat

Lokasi dan Proses Pengumpulan Sampah Pemberian materi yang berupa pemanfaatan limbah anorganik, waste sorting dan bank sampah dengan metode ceramah pemberian selembaran materi, dan