MAKALAH
LITERASI DAN NUMERASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pembelajaran Numerasi
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Ria Norfika Yuliantri, M.Pd
Disusun Oleh:
Dinda Putriwanisetiti (210103110130) Achmad Hanif Hidayatulloh (210103110130) Moch Akbar Hazima (210103110128) Karunia Nur Hafizh Ananda (210103110134)
Naura Qur’atin Maharani (210103110136) Rika Tri Wulandari (210103110137) Nurista Kurnia Nisfin Al Maturidiyah (210103110150)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya. Selama ini senantiasa memberi petunjuk, pertolongan, serta kekuatan lahir dan batin. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul "Literasi dan Numerasi” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta para pengemban risalahnya yang selalu setia hingga akhir zaman. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pembelajaran Numerasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Literasi dan Numerasi” bagi penulis dan juga para pembaca.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan dan saran serta dukungan dalam proses penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikannya.
Terutama kepada Ibu Ria Norfika Yuliantri, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Numerasi. Terima kasih juga teruntuk teman-teman kela serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik dalam hal penyajian maupun penggunaan bahasa. Namun demikian inilah yang terbaik yang penulis lakukan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu semua masukan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan bagi penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin ya Robbal Alamin.
Malang, 10 September 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG...1
B. RUMUSAN MASALAH...1
C. TUJUAN PENULISAN...1
BAB II PEMBAHASAN...3
A. Pengertian literasi numerasi ...3
B. Komponen literasi numrasi ...10
C. Konten literasi numerasi...14
D. Contoh Soal literasi numerasi... E. Strategi Gerakan literasi numerasi di keluarga, sekolah dan di masyarakat... F. Numerasi lintas mata pelajaran... BAB III PENUTUP...21
A. KESIMPULAN...21
B. SARAN...21
DAFTAR PUSTAKA...22
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang diketahui bahwa kemampuan literasi dan numerasi di Indonesia masih belum berkembang. Dapat dilihat pada hasil tes PISA (2015) dan TIMSS (2016) yang merupakan dua organisasi yang dinaungi oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) memberikan hasil terkait Indonesia yang berada di peringkat bawah, atau lebih tepatnya berada di bawah Vietnam yaitu sebuah negara yang tergolong kecil, letaknya berada di Asia Tenggara yang mana Vietnam termasuk negara yang baru saja merdeka. Dilihat dari hasil tes matematika yang diadakan oleh PISA, hasilnya tertinggal sangat jauh antara Vietnam dan Indonesia.
Adapun nilai rata ratanya yaitu 490, 495 yang merupakan nilai dari Vietnam, sedangkan nilai yang didapatkan Indonesia yaitu 387. Selain PISA, ada pula hasil dari TIMSS yang memiliki nilai rata-rata 500, nilai yang didapatkan Indonesia yaitu 395 dengan nilai tertinggi yang diraih Singapura yang hasilnya lebih tinggi 50%
dibandingkan Indonesia, yaitu 618.
Kemampuan literasi secara umum dan khusus dampaknya tidak hanya terkena pada perseorangan, tetapi berdampak juga terhadap masyarakat bahkan sampai juga dampaknya pada bangsa dan negara. Kemampuan dalam literasi dan numerasi memberikan andil yang jelas pada pertumbuhan baik dari ekonomi, sosial maupun kesejahteraan bagi perseorangan atau keseluruhan. Ketika kita menguasai literasi dan numerasi, kita akan memiliki kepekaan terhadap dua hal tersebut dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari (Fartianti, 2022).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian literasi dan numerasi?
2. Apa sajakahkomponen literasi numerasi ? 3. Bagaimana konten literasi dan numerasi?
4. Bagimana contoh soal sesuai dengan konten literasi numerasi ?
5. Bagaimana strategi gerakan literasi numerasi di keluarga, sekolah dan di masyarakat ?
6. Bagaimana numerasi lintas pelajaran ? C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari literasi dan numerasi.
2. Untuk mengetahui komponen dari literasi dan numerasi.
3. Untuk mengetahui konten literasi dan numerasi.
4. Untuk mengetahui contoh soal yang sesuai konten literasi dan numerasi.
5. Untuk mengetahui strategi gerakan literasi numerasi di keluarga, sekolah dan di masyarakat.
6. Untuk mengetahui numerasi lintas pelajaran.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Literasi Numerasi
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pelajaran matematika adalah suatu pelajaran yang berhubungan dengan banyak konsep. Konsep merupakan ide abstrak yang dengannya kita dapat mengelompokkan obyek-obyek kedalam contoh atau bukan contoh. Konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Saling keterkaitannya antar konsep materi satu dan yang lainnya merupakan bukti akan pentingnya pemahaman konsep matematika. Faktanya salah satu penyebab kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa tidak paham konsep-konsep matematika atau siswa salah dalam memahami konsep-konsep matematika. Kesalahan konsep suatu pengetahuan saat disampaikan di salah satu jenjang pendidikan, bisa berakibat kesalahan pengertian dasar hingga ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena matematika adalah materi pembelajaran yang saling berkaitan satu sama lain (Novitasari, 2016).
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari lalu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk serta menginterpretasi hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan (Mahmud & Pratiwi, 2019). Sedangkan dalam pandangan Ekowati, literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan penalaran. Penalaran berarti menganalisis dan memahami suatu pernyataan, melalui aktivitas dalam memanipulasi symbol atau bahasa matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengungkapkan pernyataan tersebut melalui tulisan maupun lisan (Ekowati et al., 2019).
Literasi numerasi terdiri dari tiga aspek berupa berhitung, relasi numerasi, dan operasi aritmatik. Berhitung adalah kemampuan untuk menghitung suatu benda secara verbal dan kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah dari benda.
Relasi numerasi berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan kuantitas suatu benda seperti lebih banyak, lebih sedikit, lebih tinggi, atau lebih pendek.
Sementara itu, operasi aritmatika adalah kemampuan untuk mengerjakan operasi
matematika dasar berupa penjumlahan dan pengurangan. Tiga aspek literasi numerasi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan aspek dasar dalam pembelajaran matematika yang penting diperkenalkan sejak usia dini hingga anak memasuki kelas rendah (Mahmud & Pratiwi, 2019).
Pentingnya literasi numerasi ini, tidak kalah aktif dari upaya pemerintah dalam menggerakan literasi di sekolah dengan mewujudkan generasi emas pada abad ke-21. Literasi numerasi juga dapat meningkatkan peserta didik agar mampu mengatasi masalah dengan cara mengolah angka dengan benar. Literasi numerasi diajarkan kepada peserta didik bukan hanya dalam mata pelajaran matematika saja, tetapi diberikan melalui berbagai mata pelajaran lainnya untuk menggunakan matematika di berbagai situasi.
B. Komponen Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah nyata dalam situasi kehidupan sehari-hari yang berbeda guna memberikan informasi dalam format yang berbeda baik itu grafik, tabel, maupun bagan, kemudian menggunakan interpretasi hasil analisis untuk pengambilan keputusan (Rosalina dan Suhardi, 2020). Menurut Ekowati, dkk (2019) berpendapat bahwa literasi numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan penalaran. Penalaran disini berarti memahami dan menganalisis suatu pernyataan, melalui aktivitasdalam memanipulasi simbol atau bahasa matematika yang ditemukan dala kehidupan sehari-hari, serta dapat menyatakan pernyataan tersebut melalui tulisan maupun lisan.
Literasi numerasi tidak selalu ada di mata pelajaran matematika, tetapi literasi numerasi merupakan bagian dari matematika dimana dapat dilihat dari komponen literasi numerasi yang diambil dari cakupan kurikulum 2013, seperti berikut ini.
Komponen Literasi Numerasi Cakupan Matematika Kurikulum 2013 Mengestimasi dan menghitung bilangan bulat Bilangan
Menggunakan pecahan, desimal, persen, dan Bilangan
perbandingan
Mengenali serta menggunakan pola dan relasi Bilangan dan Aljabar Menggunakan pola penalaran spasial Geometri dan Pengukuran
Menggunakan pengukuran Geometri dan Pengukuran
Menginterpretasikan informasi statistik Pengolahan data
Berdasarkan tabel diatas, literasi numerasi mmenerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam menentukan keputusan untuk memecahkan masalah yang menggunakan simbol matematika, perhitungan, atau yang berkaitan dengan bilangan dan angka. Komponen – komponen pada tabel diatas dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan kemampuan literasi numerasi peserta didik pada mata pelajaran matematika (Han, dkk. 2017). Dalam mengukur kemmapuan literasi numerasi seseorang, diperlukan indikator yang jelas dimana dapat menggambarkan seiap kemampuan yang termuat didalamnya. Indikator kemampuan literasinumerasi diungkapkan seperti pada tabel berikut.
No Indikator Kemampuan Literasi Numerasi
1. Menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
2. Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagian, diagram, dan sebagainya).
3. Menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Salah satu kemampuan yang diperlukan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari adalah kemampuan literasi numerasi. Dengan demikian, kemampuan literasi numerasi ini sangat dibutuhkan dalam mempelajari matematika, seperti dalam merepresentasikan soal matematika, penggunaan simbol matematika, menerjemahkan soal cerita matematika, maupun dalam memilih strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal matematika. Karena pentingya kemampuan literasi
numerasi tersebut, setiap peserta didikdiharapkan dapat menguasainya sebagai dasar pengetahuan yang kuat untuk mempelajari matematika.1
Pada dasarnya literasi numerasi merupakan sebuah kemampuan dimana berupa kemampuan untuk mengaplikasikan konsep matematis dalam kehidupan sehari-hari, menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat disekeliling, serta mengapresiasi dan memahami informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, diagram, dan tabel (Pangesti, 2018, p.268). 2
Berdasarkan buku Gerakan Literasi Nasional, berikut adalah macam- macam komponen literasi numerasi:
1. Kemampuan menghitung dan mengestimasi menggunakan bilangan bulat.
2. Menggunakan pecahan, desimal, persen, dan perbandingan.
3. Menggunakan dan mengenali pola dan relasi.
4. Menggunakan penalaran spasial.
5. Kemampuan mengukur.
6. Menginterpretasi informasi yang sifatnya statistik.
C. Konten Soal Literasi Numerasi
1 Salvia, Nayla Ziva, Fadya Putri Sabrina, and Ismilah Maula. "Analisis kemampuan literasi numerasi peserta didik ditinjau dari kecemasan matematika." ProSANDIKA UNIKAL (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Universitas Pekalongan). Vol. 3. No. 1. 2022.
2 Siskawati, Fury Styo, Fitriana Eka Chandra, and Tri Novita Irawati. "Profil kemampuan literasi numerasi di masa pandemi cov-19." KoPeN: Konferensi Pendidikan Nasional 3.1 (2021): 253-261.
Literasi matematika terdiri atas 3 komponen yaitu proses, konten, dan konteks.
Hal ini sama juga pada asesmen kompetensi minimal (AKM). AKM mengacu pada PISA.
Ada 4 kategori konten matematika untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu masalah yang terdapat pada matematika. Konten tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan dan hubungan (change and relationship)
Terdapat banyak perubahan dan hubungan antar objek dan kenyataan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat temporer maupun permanen. Tidak jarang perubahan suatu objek yang terjadi dipengaruhi oleh objek lain. Salah satu fenomena sehari-hari yang berkaitan dengan perubahan dan hubungan yaitu pertumbuhan organisme, musik, siklus, musim, pola cuaca, tingkat pekerjaan dan kondisi ekonomi.
Hal ini menunjukkan pentingnya literasi terhadap konten perubahan dan hubungan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang konten perubahan dan hubungan merupakan pengetahuan tentang pemodelan fenomena perubahan dan hubungan menggunakan fungsi dan persamaan yang tepat, termasuk di dalamnya menciptakan, menginterpretasikan, dan mentranslasikan representasi simbol dan grafik dari keterhubungan
b. Ruang dan bentuk (space and shape)
Ruang dan bentuk mencakup fenomena sehari-hari yang di tangkap secara visual dan fisik meliputi pola, sifat objek, posisi dan arah, representasi objek, memecahkan dan membuat sandi visual, navigasi serta interaksi dinamis terhadap bentuk nyata. Geometri dan pengukuran merupakan pondasi penting bagi konten ini. Di dalam PISA, kemampuan ini mencakup sekumpulan konsep dan keterampilan yang dikembangkan dari topik geometri tradisional, visualisasi spasial, pengukuran dan aljabar.
Diantara adalah pemahaman perspektif (dalam menggambar), membuat dan membaca peta, mentransformasi bentuk dengan tanpa teknologi, menginterpretasi dimensi tiga dari berbagai perspektif dan mengonstruk representasi bentuk.
c. Ruang dan bentuk (space and shape)
Ruang dan bentuk mencakup fenomena sehari-hari yang di tangkap secara visual dan fisik meliputi pola, sifat objek, posisi dan arah, representasi objek, memecahkan dan membuat sandi visual, navigasi serta interaksi dinamis terhadap bentuk nyata. Geometri dan pengukuran merupakan pondasi penting bagi konten ini. Di dalam PISA, kemampuan ini mencakup sekumpulan konsep dan keterampilan yang dikembangkan dari topik geometri tradisional, visualisasi spasial, pengukuran dan aljabar.
Diantara adalah pemahaman perspektif (dalam menggambar), membuat dan membaca peta, mentransformasi bentuk dengan tanpa teknologi, menginterpretasi dimensi tiga dari berbagai perspektif dan mengonstruk representasi bentuk.
d. Ruang dan bentuk (space and shape)
Ruang dan bentuk mencakup fenomena sehari-hari yang di tangkap secara visual dan fisik meliputi pola, sifat objek, posisi dan arah, representasi objek, memecahkan dan membuat sandi visual, navigasi serta interaksi dinamis terhadap bentuk nyata. Geometri dan pengukuran merupakan pondasi penting bagi konten ini. Di dalam PISA, kemampuan ini mencakup sekumpulan konsep dan keterampilan yang dikembangkan dari topik geometri tradisional, visualisasi spasial, pengukuran dan aljabar.
Diantara adalah pemahaman perspektif (dalam menggambar), membuat dan membaca peta, mentransformasi bentuk dengan tanpa teknologi, menginterpretasi dimensi tiga dari berbagai perspektif dan mengonstruk representasi bentuk.
Mengacu pada komponen konten literasi matematika tersebut, maka komponen konten numerasi terdiri dari :
a. bilangan, meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis bilangan ( cacah, bulat, pecahan, desimal).
b. geometri dan pengukuran, meliputi mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan dalam kahidupan sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku
c. data dan ketidakpastian, meliputi pemahaman, interpretasi, serta penyajian data maupun peluang.
d. Aljabar, meliputi persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi.
Konten tersebut merupakan bagian dari konten ruang lingkup dalam matematika termasuk pada literasi matematika diatas. Konten tersebut sudah di pelajari sejak di bangku sekolah dasar diawali dengan materi yang sederhana. Kemudian dikembangkan di bangku sekolah menengah.
Dengan demikian konten numerasi pada AKM ini sama untuk semua jenjang, yang membedakan adalah kedalaman materi. Materi di sesuaikan dengan jenjang masing – masing. Materi pembelajaran matematika juga meliputo konten tersebut, sehingga pada AKM ini tidak memerlukan waktu tambahan untuk menambah materi. Materi-materi pada konten tersebut sudah diberikan pada saat pembelajaran.
D. Contoh Soal Literasi Numerasi 1. Pemahaman
(Sumber: dok. Kemendikbud)
Sampah anorganik lebih lama terurai dibandingkan dengan sampah organik.
Waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, namun kurang dari kulit sintetis. Berapa waktu dekomposisi yang mungkin dari popok sekali pakai?
a. 100 tahun b. 250 tahun c. 375 tahun d. 475 tahun e. 575 tahun Jawaban:
Perhatikan data pada diagram batang di atas!
1) Waktu dekomposisi sampah plastik adalah 400 tahun. Jika diketahui waktu dekomposisi popok sekali pakai lebih lama dari plastik, maka waktu dekomposisi popok akan lebih dari 400 tahun.
2) Waktu dekomposisi sampah kulit sintetis adalah 500 tahun. Jika diketahui waktu dekomposisi popok sekali pakai kurang dari kulit sintetis, maka waktu dekomposisi popok akan kurang dari 500 tahun
Jadi, waktu dekomposisi popok berkisar antara 400 tahun sampai 500 tahun.
Perhatikan pilihan jawaban di atas. Nilai yang berkisar di interval 400 dan 500 adalah pilihan D, yaitu 475 tahun.
Jadi, jawaban yang tepat adalah D.
2. Penerapan
(Sumber: dok. Kemendikbud)
Seorang siswa membaca tabel dan diagram di atas. Ia menyatakan selisih waktu dekomposisi pada diagram A sama dengan diagram B. Pernyataan tersebut dikoreksi oleh gurunya. Manakah koreksi yang benar dari guru tersebut?
1) Perhatikan jenis material sampah di kedua diagram!
2) Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi!
3) Perhatikan tinggi diagram batang setiap jenis material sampah!
4) Perhatikan titik nol dari sumbu diagram Jawaban:
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa waktu dekomposisi kertas tisu adalah 5 minggu dan waktu dekomposisi kantong kertas adalah 8 minggu.
Jadi, selisih waktu dekomposisi pada diagram A adalah 3 minggu. Kemudian diketahui bahwa waktu dekomposisi kulit jeruk adalah 5 bulan dan waktu dekomposisi sisa apel adalah 2 bulan. Jadi, selisih waktu dekomposisi pada diagram B adalah 3 bulan. Jika diperhatikan, satuan unit waktu dekomposisi pada diagram A tidak sama dengan diagram B. Dengan demikian, koreksi yang benar dari guru tersebut adalah: Perhatikan satuan unit waktu dekomposisi!
Jadi, jawaban yang tepat adalah B.
3. Penalaran
(Sumber: dok. Kemendikbud) Pilih setuju atau tidak setuju dan ketik penjelasanmu!
Seorang siswa ingin menggabungkan data waktu dekomposisi sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang. Ibu guru tidak menyarankan hal tersebut. Setujukah kamu dengan saran ibu guru? Jelaskan!
Jawaban:
Ya, saya setuju dengan saran ibu guru agar tidak menggabungkan waktu dekomposisi sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang karena satuan waktunya berbeda. Walaupun satuannya dibuat sama, akan
terlihat ketimpangan pada diagram batangnya, sehingga datanya tidak dapat disajikan dengan baik. Coba perhatikan, rata-rata waktu dekomposisi sampah anorganik adalah ratusan tahun. Jika ingin dijadikan dalam bulan atau minggu, maka akan sangat besar angkanya, hingga mencapai ribuan bulan atau minggu. Sedangkan, rata-rata waktu dekomposisi sampah organik adalah beberapa bulan atau minggu, paling lama hanya 5 bulan.
Jadi, data waktu dekomposisi sampah organik sebaiknya tidak digabungkan dengan data waktu dekomposisi sampah anorganik dalam sebuah diagram batang.
4. Berdasarkan Tingkat Berpikir
SI KIKIR DAN EMASNYA
Seorang yang kikir menjual seluruh hartanya dan membeli segumpal emas yang di kuburnya di dalam sebuah lubang di samping sebuah dinding tua. Dia kemudian mengunjungi simpanannya itu setiap hari.
Salah seorang anak buahnya memperhatikan hal ini dan memutuskan untuk mengintai gerak gerik si kikir. Anak buahnya ini kemudian mengetahui rahasia harta yang tersembunyi tersebut, dan mulai menggali, dan menemukan segumpal emas, dan di curinya.
Si kikir, pada kunjungan berikutnya, menemukan lubang yang sudah kosong dan mulai menarik-narik rambutnya dan meraung-meraung sejadi-jadinya.
Seorang tetangga, yang melihat kejadian itu dan mengetahui apa penyebabnya, kemudian berkata,
“Berdoalah dan jangan bersedih, ambillah segumpal batu, dan letakkan di dalam lubang itu, dan bayangkan seolah-olah emas itu masih berada di sana. Bagi kamu hal itu akan sama saja, karena sewaktu emas itu berada di sana, kamu tidak memilikinya, karena kamu sedikit pun tidak menggunakannya.”
Pertama, tipe pertanyaan untuk menggali siswa untuk menemukan kembali informasi yang terdapat pada teks bacaan.
Bacalah pernyataan berikut dan berilah nomor sesuai urutan kejadian dalam teks bacaan.
Si kikir memutuskan untuk menggunakan seluruh uangnya untuk membeli segumpal emas
Seseorang mencuri emas si kikir
Sis kikir menggali lubang dan menyembunyikan hartanya di sana
Tetangga si kikir menyuruhnya untuk menggantikan emas itu dengan sebuah batu
Kedua, tipe pertanyaan yang mengembangkan interpretasi dan mengintegrasikan berbagai pengetahuan serta menghubungkan rincian cerita dengan ide utama.
Berikut ini adalah percakapan antara dua orang yang membaca cerita “Si kikir dan emasnya”
Pembicara 1: “Tetangga nakal juga. Mestinya dia menggunakan emas itu dengan sesuatu yang lebih berharga daripada batu”
Pembicara 2: “Tidak bisa. Batu itu penting peranannya di dalam cerita ini.”
Apa yang dapat dikatakan Pembicara 2 untuk mendukung pendapatnya?
Ketiga, tipe tingkat berpikir dengan membuat hipotesis.
Mengapa si kikir mengubur emasnya?
………
Keempat, tipe pertanyaan untuk membentuk pemahaman yang luas.
Apa pesan utama dari cerita Si kikir dan emasnya?
A. Jangan menyimpan kekayaan yang mudah dicari B. Mempercayai orang lain adalah suatu kesalahan
C. Tidak menggunakan apa yang dimiliki sama dengan tidak memilikinya D. Jangan menangisi sesuatu yang tidak bisa dirubah
5. Berdasarkan Ragam Soal
Pertama, soal berbentuk pilihan ganda.
Makna ‘Tidak’ dalam kolom adalah…
A. Keuntungan penggunaan HP B. Kerugian penggunaan HP C. Penjelasan bahaya HP
D. Penentangan bahaya HP
Kedua, soal berbentuk esai terbuka.
Perhatikan tabel poin 3 pada kolom ‘Tidak’. Apakah yang menjadi salah satu faktor dari ‘faktor-faktor lain’yang dimaksud? Jelaskan!
………
Ketiga, soal berbentuk pilihan ganda kompleks.
Perhatikan pernyataan berikut ini:
“Hasil penelitian dari satu situasi tidak selalu berlaku pada situasi yang berbeda.”
Apakah tiap pernyataan ‘Tidak’ diatas terdapat dalam contoh ‘Keamanan Telepon Genggam’?
E. Strategi Gerakan literasi numerasi di keluarga, sekolah dan di masyarakat 1. Literasi Numerasi di Sekolah
Strategi utama Gerakan Literasi Numerasi Sekolah berupa Literasi Numerasi Lintas Kurikulum (Numeracy Across Curriculum), yaitu sebuah pendekatan penerapan numerasi secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan literasi numerasi bagi setiap peserta didik. Tetapi kenyataannya peserta didik setiap kali terkadang tidak dapat dengan mudah menerapkan penegetahuan matematika pada bidang lain secara langsung dengan begitu menunjukkan adanya suatu kebuthan bahwa seua pendidik perlu memfasilitasi proses teresebut agar mempermudah peserta didik.
Keterampilan literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran matematika, tetapi peserta didik diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan matematika di luar mata pelajaran matematika, di
berbagai situasi. Menggunakan keterampilan matematika lintas kurikulum memperkaya pembelajaran bidang studi lain dan memberikan kontribusi dalam memperluas dan memperdalam pemahaman numerasi.
Selain melalui kurikulum, literasi numerasi juga dimunculkan di dalam lingkungan sekolah oleh staf nonguru atau melalui kegiatan-kegiatan rutin yang terjadi di sekolah, yang memberikan kesempatan nyata bagi peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan literasi numerasi mereka, misalnya, membuat anggaran untuk berbagai kegiatan sekolah yang sudah dilaksanakan secara rutin.
a) Penguatan kapasitas fasilitator 1. Pelatihan guru matematika
dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Guru matematika juga dilatih bagaimana memilih, membuat, dan memodifikasi permasalahan sehari- hari yang dapat digunakan di dalam pembelajaran di kelas dan untuk penilaian (assessment of learning). Selain itu, guru juga diperlengkapi dalam pemberian tugas atau pekerjaan rumah yang dapat melibatkan anggota keluarga dalam literasi numerasi.
2. Pelatihan guru nonmatematika
Dalam menggunakan matematika untuk memperkaya penyajian informasi di dalam mata pelajaran yang diampu, misalnya, dengan menggunakan data-data yang ditampilkan dalam tabel, bagan, atau grafik. Dengan cara ini, peserta didik dapat melihat bagaimana penggunaan konsep dan keterampilan matematika di dalam bidang studi lain yang dapat membantu mereka memahami konsep di dalam bidang studi itu. Setelah itu pada saat yang sama, peserta didik juga dapat memiliki kesempatan dalam mengaplikasikan konsep ini kedalam mata pelajaran ydi luar jam pelajaran matematika seperti pada IPA, IPS, BAHASA, SEJARAH, DLL.
3. Pelatihan staff
Dalam keterampilan menampilkan informasiinformasi, yang biasanya hanya dalam bentuk teks, tetapi sekarang dapat diperkaya dengan unsur numerasi. Misalnya, staf perpustakaan dapat menampilkan informasi mengenai jumlah peminjam buku (contoh: berdasarkan genre, gender, dan sebagainya) setiap bulannya dengan menggunakan diagram lingkaran, tabel, dan grafik.
4. Pendidikan Guru
Dalam mempersiapkan calon guru masa depan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengaplikasikan literasi numerasi.
b) Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Penyediaan buku-buku yang berkaitan dengan numerasi, baik fiksi, nonfiksi, maupun referensi
2. Program satu guru satu buku, program ini khususnya bagi guru matematika yang mana buku ni berhungan dengan numerasi.
c) Perluasan Akses Terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Didik 1. Pengembangan saran penunjang
Dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran numerasi. Contohnya : pada setiap anak tangga diberi gambar perkalian, pengurangan, pembagian dan pertambahan dari angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
2. Penyediaan informasi dan sumber belajar asing
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama antara PUSTEKKOM (pusat teknologi informasi dan komunikasi)
d) Peningkatan Pelibatan Publik
1. Sharing session dengan mengundang pihak publik tentang cara bagaimana mengaplikasikan matematika dalam profesi kehidupn sehari- hari
2. Mengadakan kegiatan seperti worksop tentang literasi numerasi dengan mengundang orang tua untuk melakukan literasi numerasi bersama dengan peserta didik dan membuat alat peraga atau permainan nuerasi yang dapat digunakan di rumah.
e) Penguatan Tata Kelola
1. Alokasi dana untuk kegiatan penguatan pelaku, peningkatan jumlah sumber belajar. Penyediaan saran prasarana untuk menunjang gerakan literasi numerasi di sekolah.
2. Pembentukan tim literasi sekolah yang dapat terdiri atas kepala sekolah, pengawas, guru, dan wakil orang tua dengan tugas memantau berjalannya kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.
3. Menyediakan ruang di lingkungan sekolah untuk tampilantampilan berkaitan dengan literasi numerasi, misalnya, mading.
2. Literasi Numerasi di Keluarga
Literasi numerasi di keluarga bertujuan untuk melengkapi setiap anggota keluarga sehingga bergairah menerapkan kecakapan numerasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu strategi utama dalam Gerakan Literasi Numerasi di Keluarga dapat dikembangkan melalui tiga hal sebagai berikut.
a. Bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dalam keluarga;
b. Penguatan keterampilan para orang dewasa (orang tua, asisten rumah tangga, dan lain-lain) dalam penerapan kecakapan numerasi; dan
c. Tersedianya Sumber-Sumber Pendukung yang Menunjang, Baik Pembiasaan Maupun Keterampilan Numerasi.
a) Penguatan Kapasitas Fasilitator
1. Pelatihan orang dewasa, misalnya orang tua, asisten rumah tangga, atau orang dewasa yang mengasuh anak mengenai kompetensi numerasi
dan cara-cara memasukkan unsur numerasi dalam kegiatan mereka sehari- hari bersama anggota keluarga di rumah.
2. Pelatihan orang dewasa untuk membuat alat peraga matematika dan permainan numerasi yang dapat dimainkan di rumah.
3. Pengalokasian waktu tertentu dalam keluarga untuk melakukan aktivitas-aktivitas bersama yang berkaitan dengan numerasi, misalnya, sebagai berikut :
• Mengaplikasikan numerasi dalam kegiatan sehari-hari di rumah
• Membaca resep masakan dan pengukuran tiap-tiap bahan
• Membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan numerasi
• Melibatkan anak dalam melakukan transaksi jual beli
• Membuat alat peraga numerasi dengan memanfaatkan alat dan bahan yang sudah tersedia seperti, tutup galon, tutup botol, botol bekas, dll.
• Menggunakan ragam nominal uang dan mengkonversinya.
Misalnya, 1 lembar uang kertas dengan nominal Rp2.000,00 sama dengan
- 2 koin dengan nominal Rp1.000,00 atau - 2 koin dengan nominal
b) Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Tersedianya buku bacaan yang berkaitan dengan literasi dan numerasi 2. Tersedianya alat sebagai peraga yang mudah dikerjakan
3. Pemanfaatan fasilitas di rumah untuk menampilkan kajian literasi misalnya, alat pengukuran tinggi badan, termometer suhu ruangan, dan nomor buah yang menarik.
c) Perluasan Akses Terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar
1. Tersedianya buku-buku penunjang maupun alat-alat peraga numerasi yang dibawa oleh pustaka keliling
2. Tersedianya film-film singkat yang menarik yang berkaitan dengan numerasi
d) Peningkatan Pelibatan Publik
1. Kegiatan masyarakat yang memasukkan unsru numerasi misalnya, pada lomba 17 agustus
2. Memanfaatkan kegiatan keluarga yang berhubungan dengan keluarga dan masyarakat
e) Penguatan Tata Kelola
1. Pengalokasian anggaran keluarga dalam pembelian bahan bacaan numerasi
2. Memanfaatkan unsur numerasi dalam aturan di dalam keluarga seperti tabel, jadwal kegiatan dan tugas harian anggota keluarga dalam satu minggu
F. Numerasi lintas pelajaran
Mengembangkan kemampuan numerasi peserta didikmencakup memperoleh kepercayaan diri dan pengalaman untuk menggunakan pengetahuan matematika mereka, itupun tidak hanya dalam situasi sehari- hari, akan tetapi juga dalam semua mata pelajaran yang mereka dapatkan serta dipelajari di sekolah. Setiap bidang pembelajaran, baik itu IPA, IPS, PJOK maupun Seni budaya, memiliki tuntutan numerasi yang melekat pada hakikat disiplin ilmu tersebut. Maka dari itu, untuk mengembangkan numerasi peserta didik, harus ada perubahan paradigma bahwa numerasi bukan hanya tanggung jawab dari guru matematika saja, melainkan merupakan tanggung jawab semua guru Non-Matematika, yang mana itu termasuk guru yang mengajar mata pelajaran selain matematika.
Pendekatan yang di butuhkan ialah numerasi lintas mata pelajaran, yaitu peran aktif dari guru mata pelajaran selain matematika untuk mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan penguatan numerasi di dalam mata pelajaran yang diajarnya dan untuk berkolaborasi dengan guru lain mengenai numerasi dalam kurikulum pada semua mata pelajara.Ini tidak berarti bahwa guru non-matematika berubah fungsi menjadi pengajar matematika, melainkan menanamkan numerasi dalam mata pelajaran yang mereka ajar tanpa kehilangan fokus pada mata pelajaran tersebut. Guru dapat menciptakan bermacam jenis kesempatan belajar numerasi melalui beberapa hal berikut.
a) Mengidentifikasi aspek atau unsur numerasi yang dapat dilakukan penguatan dalam mata pelajaran selain matematika.
b) Merancang pengalaman dan peluang belajar yang mendukung penerapan pengetahuan dan keterampilan matematika umum peserta didik dalam mata pelajaran selain matematika.
c) Menggunakan istilah terminologi matematika dengan tepat di mata pelajaran non-matematika.
Berikut Aspek numerasi untuk beberapa mata pelajaran selain matematika :
Mata Pelajaran Aspek Numerasi
IPA (Ilmpu Pengetahuan Alam)
Numerasi dibutuhkan dalam sains ketika peserta didik mengajukan hipotesis berdasarkan generalisasi yang di buat dari data yang ada, mengembangkan ketepatan dalam mengukur dan menafsirkan data, mengidentifikasi pola di alam serta perilaku, dan menggunakan rumus serta perhitungan.
PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan)
Numerasi dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ini muncul ketika, misalnya peserta didik menggunakan angka atau penomoran, pola serta urutan dalam aktifitas fisik dan ketika mereka menunjukkan pemahaman tentang hubungan antara waktu, ruang dan jarak untuk menganalisis prestasi fisik, serta ketika peserta didik membandingkan teknik dan alat pengukuran tertentu untuk tujuan yang berbeda dan menganalisis data yang mana setelah itu menentukan statistik terkait masalah kesehatan.
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Ketika peserta didik menggunakan dan memahami konsep waktu, serta saat peserta didik menggunakan pola, lokasi dan kemampuan mekoordinasikan waktu dalam membuat serta memahami peta, juga dalam mengumpulkan, menganalisis data untuk pengambilan keputusan sosial.
Seni Budaya Numerasi ini terlihat dalam seni ketika, misalnya peserta didikmendesain produk, menggunakan pengurutan dan pola, pengukuran pengukuran yang akurat dan pengertian bentuk, ukuran dimensi dan perspektif.
Mengumpulkan, menafsirkan dan menganalisis data dalam kaitannya dengan pemirsa dan perilaku pengguna ialah salah satu contoh lain dari numerasi seni ini.
Bahasa Indonesia Ketika peserta didik menggunkan grafik dan tabel pada presentasi tulisan maupun lisan untuk mendukung argumen atau memanfaatkan pemahaman sesuatu yang berkaitan dengan tempat, kemudian pengaturan untuk memahami dan kritik tata letak serta susunan teks.
Langkah Pengembangan Aktivitas Penguatan Numerasi di Pembelajaran Nonmatematika
1. Memilih KD untuk dilakukan penguatan numerasi
Tidak semua KD dalam sebuah mata pelajaran dapat dilakukan penguatan numerasi. Oleh karena itu, langkah pertama adalah memilih KD yang memiliki keterkaitan dengan aspek numerasi dalam area fokus matematika seperti tercantum pada tabel diatas yang sudah di sebutkan. Guru dapat menggunakan tabel ini sebagai acuan untuk memutuskan apakah KD tertentu bisa dikembangkan untuk ditanamkan unsur numerasinya.
Sebagai contoh, ambil sebuah KD dari mata pelajaran IPS Kelas VII, misalnya
“3.1 Memahami konsep ruang (lokasi, distribusi, potensi, iklim, bentuk muka bumi, geologis, flora dan fauna) dan interaksi antarruang di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dalam aspek ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.” Dalam KD ini dapat diidentifikasi beberapa kata kunci yang berkaitan dengan aspek numerasi, seperti ruang dan bentuk yang berhubungan dengan area spasial (bangun ruang dan bangun datar) dan pemetaan (posisi dan peta), aspek ekonomi yang seringkali dinyatakan melalui persentase, rasio dan perbandingan, serta pengaruh yang dapat diperkuat dengan data.
2. Menentukan tuntutan numerasi untuk KD tersebut
Langkah berikutnya adalah menentukan tuntutan numerasi berdasarkan aspek numerasi yang sudah diidentifikasi di langkah pertama. Misalnya dari contoh KD IPS, pengaruh interaksi antarruang dan pengaruhnya terhadap ekonomi dapat memperkuat numerasi yang berkaitan dengan analisis data dan representasi grafik dengan menampilkan data mengenai kegiatan ekspor-impor bahan tertentu.
3. Menentukan aktivitas numerasi yang dapat disematkan dalam pembelajaran Setelah sudah ditentukan tuntutan numerasinya, maka selanjutnya guru merancang kegiatan numerasi yang dapat disematkan/ditanamkan ke dalam rancangan aktivitas pembelajaran yang sudah ada atau rancangan aktivitas pembelajaran baru.
4. Menetapkan alat (tools) matematika dan istilah (terminologi) matematika yang digunakan dalam aktivitas
Untuk melengkapi aktivitas penguatan numerasi, guru juga perlu memikirkan apakah ada alat matematika tertentu yang dibutuhkan, misalnya menggunakan spreadsheet untuk mengolah dan membandingkan data yang disajikan, serta istilah atau terminologi matematika yang digunakan. Adakalanya istilah yang sama digunakan dalam disiplin ilmu yang berbeda memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, guru perlu memastikan tidak terjadi kebingungan karena perbedaan makna.
B. Asesmen Numerasi Mata Pelajaran Nonmatematika 1. Asesmen Nonkognitif
Guru nonmatematika tidak memiliki tanggung jawab untuk melakukan asesmen numerasi di dalam mata pelajarannya karena memang bukan merupakan tujuan dari mata pelajaran tersebut. Namun guru nonmatematika dapat terlibat pada saat melakukan asesmen nonkognitif melalui observasi perilaku peserta didik dengan memperhatikan dan mencatat apa yang peserta didik katakan dan lakukan di dalam kelas. Dua aspek yang berkaitan dengan numerasi yang perlu diperhatikan ketika mengobservasi peserta didik, yaitu (a) kemampuan numerasi, dan (b) disposisi atau sikap dari peserta didik.
2. Asesmen Diri Peserta Didik
Lingkari kata (satu atau lebih) yang menggambarkan bagaimana perasaanmu ketika sedang mengerjakan tugas. Selanjutnya peserta didik dapat menambahkan kata lain pada daftar yang menjelaskan perasaanmu.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Literasi dan numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan berbagai macam huruf, kata, kalimat, angka dan simbol-simbol yang terkait dengan penulisan, bacaan atau matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan, menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan B. SARAN
Seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia tingkat literasi dan numerasinya masih rendah. Untuk itu, kita sebagai calon generasi bangsa harus mampu untuk mendalami kemampuan berfikir literasi dan numerasi agar bangsa kita maju dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. (2017). Pembelajaran Literasi. In Bumi Aksara.
Bumi Aksara. https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4920
AR, Z. T. (2022). Pembelajaran Literasi Sekolah Dasar. Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia.
Darwanto, Khasanah, M., & Putri, A. M. (2020). PENGUATAN LITERASI, NUMERASI, DAN ADAPTASI TEKNOLOGI PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH. 1052, 22287.
Ekowati, D. W., & Suwandayani, B. I. (2019). Literasi Numerasi untuk Sekolah Dasar.
UMMPress.
Erwin Widiyanti. (2019). Hambatan Gerakan Literasi Sekolah Dasar. 6–39.
Fartianti, H. F. (2022). Sejarah Gerakan Literasi. https://www.rmolbengkulu.id/sejarah- gerakan-literasi
Han, W., Susanto, D., Dewayani, S., Pandora, P., Hanifah, N., Miftahussururi, Nento, M. N.,
& Akbari, Q. S. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 8(9), 1–58.
Intan, N. (2022). Pengertian Literasi.
Kemendikbudristek. (2021). Modul Literasi Numerasi Di Sekolah Dasar. Modul Literasi Numerasi Di Sekolah Dasar, 1, 22.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/upload/filemanager/2021/06/2 Modul Literasi Numerasi.pdf
Mansyur, A. R. (2020). Memahami Karakteristik Berliterasi Peserta Didik Di Sekolah.
Education and Learning Journal, 1(1), 93. https://doi.org/10.33096/eljour.v1i1.44 Padmadewi, N. N., & Artini, L. P. (2018). Literasi di Sekolah dari Teori ke Praktik.
NILACAKRA PUBLISHING HOUSE.
Rohim, D. C. (2021). Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkatkan
Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal VARIDIKA, 33(1), 54–62.
https://doi.org/10.23917/varidika.v33i1.14993
Wiedarti, P. (2019). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan).
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2019/07/Desain-Induk-Gerakan- Literasi-Sekolah-2019.pdf
Winata, A., Widiyanti, I. S. R., Sri Cacik, Kresnaningsih, W., Fitriani, S., Purwanto, A. J., Dicky Susanto dkk, Dwi Cahyanovianty, A., Rohim, D. C., Rahmawati, S., Ganestri, I.
D., Nadjamuddin, A., Hulukati, E., Bin, A., Rahim, P., Razaq, A., Ahmad, B. I. N., Resti, Y., Zulkarnain, Z., … Indra kurniawan, A. R. (2021). Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Numerasi. Journal of Mathematics Education and Learning, 1(1), 90.
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/avoer/article/download/246/195/%0Ahttps://www .kemdikbud.go.id/main/
Ekowati, D. W., Astuti, Y. P., Utami, I. W. P., Mukhlishina, I., & Suwandayani, B. I. (2019).
Literasi Numerasi di SD Muhammadiyah. ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3(1), 93.
https://doi.org/10.30651/else.v3i1.2541
Mahmud, M. R., & Pratiwi, I. M. (2019). Literasi Numerasi Siswa Dalam Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur. KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 69–88.
https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol4no1.2019pp69-88
Novitasari, D. (2016). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 2(2), 8. https://doi.org/10.24853/fbc.2.2.8-18
Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi. Jakarta : TIM GLN Kemendikbud