• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH LITERASI DIGITAL REFLEKSI DIRI DAN GURU TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Innayatus Salisiya

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH LITERASI DIGITAL REFLEKSI DIRI DAN GURU TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19 "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH LITERASI DIGITAL

REFLEKSI DIRI DAN GURU TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu ; Feriza Nadiar, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Innayatus Salisiya 22010714050

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2021/2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 yang belum usai ini memaksa pendidikan tetap diselenggarakan dengan metode pembelajarannya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yakni dengan pembelajaran daring. Namun, pembelajaran ini masih saja didapati kendala serta hambatan. Maka diadakan pembuatan makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar di masa pandemi Covid-19. Pembuatan makalah ini didasari oleh metode studi literatur dari berbagai sumber meliputi artikel, jurnal, serta sumber lainnya. Hasil dari pembuatan makalah ini ditemukan masalah yang sering ditemui pada pembelajaran daring ini yakni kurangnya kompetensi pendidik dalam mengoperasikan berbagai media yang dapat menunjang proses pembelajaran secara online dan juga kurangnya dorongan semnagat siswa mengikuti pembelajaran secara virtual, oleh karena itu sebaiknya sedikit demi sedikit guru dapat meningkatkan kompetensi IT yang dimilikinya dan memberikan refleksi pembelajaran yang cocok bagi murid di masa pandemi.

Pembelajaran daring menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menunjang proses KBM yang efektif, salah satunya yakni menggunakan berbagai platform media. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif sehingga pembelajaran secara jarak jauh ini dapat tetap terlaksana sesuai dengan tujuan pendidikan nasional [1].

Refleksi menunjukkan sebagian besar siswa secara negatif menilai perpindahan ke virtualitas karena dikaitkan secara teratur dengan peningkatan beban belajar. Sedangkan manajemen pendidikan menuntut keterampilan digital pada siswa. Diharapkan guru harus mampu berinovasi, merefleksi, dan mengubah kegiatan didaktik mereka menjadi bisa menanggapi tuntutan sosial yang dialami dunia selama krisis kesehatan sambil mencapai tujuan kurikulum yang diusulkan pada awal tahun ajaran baru [2].

(3)
(4)

B. Rumusan Masalah

1. Apa aitu Manajemen Pendidikan

2. Apa yang dimaksud dengan refleksi pembelajaran

3. Bagaimana penerapan refleksi pembelejaran terhadap manajemen Pendidikan di masa Pandemi Covid-19

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi manajemen Pendidikan 2. Untuk mengetahui apa itu refleksi pembelajaran

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan refleksi pembelejaran terhadap manajemen Pendidikan di masa Pandemi Covid-19

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen adalah kata bahasa inggris yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Terlepas dari kenyataan bahwa manajemen disebut seperti itu dalam kamus bahasa inggris yang paling umum, itu mengacu pada kepemimpinan dan manajemen. Dibawah pimpinan batu, tata pimpinan, pengelolaan dibawah manajemen baru [3].

Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi Pendidikan, untuk mencapai tujuan Pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan menggunakan fungsi-fungsi manajemen agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien [4].

Salah satu aspek terpenting dari setiap organisasi adalah manajemen.

Dengan adanya manajemen maka setiap program dan kegiatan suatu perusahaan dapat terlaksana secara efisien. Hal ini juga berlaku pada organisasi pendidikan.

Agar menciptakan manajemen yang baik maka setiap bagian harus diatur. Dengan

(6)

manajemen yang baik, semua orang dalam sistem pendidikan akan dapat bekerja sama secara lebih efektif, memungkinkan proyek untuk maju lebih cepat dan efektif. Manajemen merupakan faktor penting dalam pelaksanaan setiap program organisasi, termasuk program atau organisasi pendidikan. Dalam sebuah sistem lembaga pendidikan, setiap aspek pembelajaran akan berjalan dengan baik jika dikoordinasikan dengan menggunakan aturan dan prinsip manajemen. Lembaga tersebut akan bermutu pada akhirnya karena prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dengan benar dan baik akan berdampak pada efisiensi pelaksanaan program, kualitas, dan produktivitas pendidikan. Mengelola program pendidikan bukan hanya tujuan namun juga dapat menjadi alat atau metode untuk mencapai tingkat keberhasilan dan kinerja yang diharapkan. Upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan tersebut telah dilakukan di Indonesia [5].

B. Pengertian Refleksi Pembelajaran

Ada beberapa cara untuk meningkatkan standar pendidikan di Indonesia, namun yang paling efektif adalah dengan meningkatkan kualitas pengajaran. Ada kelebihan dan kekurangan pengajaran di kelas bagi guru. Namun, ini merupakan perbaikan takaran yang sangat mahal. Situasi di atas hanya ditimbulkan oleh refleksi. Refleksi yang mendorong guru untuk menghadapi asumsi lain tentang mengajar dan belajar, mempertanyakan praktik pengajaran mereka sendiri, dan untuk bukan hanya apa yang berhasil di kelas juga mengapa itu berhasil. Refleksi adalah cara baik yang dapat digunakan para guru untuk mengawasi, dan menjadikan praktik mengajar mereka lebih baik [6].

Belajar mengajar merupakan proses yang kompleks. Guru perlu belajar banyak tentang cara mengajar dan membimbing siswa; mereka tidak hanya perlu memiliki bakat untuk menjadi profesional di bidang pendidikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan peran dan tanggungjawab profesionalnya adalah dengan senantiasa melakukan refleksi diri. Refleksi diri merupakan elemen paling penting profesionalisme. Melakukan refeleksi atas praktek-praktek profesional guru, terutama belajar dan mengajar merupakan faktor penting bagi terbentukanya inovasi dan revolusi pembelajaran di kelas.

(7)

Bahkan saat ini refleksi diri dalam konteks pengembangan profesional berkelanjutan dijadikan sebagai konsep kunci pendidikan guru. Refleksi merupakan kendaraan penting untuk memenuhi keluasan dan kedalaman pengetahuan profesional guru. Paling tidak terdapat tiga unsur pengetahuan profesional yang senantiasa menjadi bahan refleksi diri guru yaitu pengetahuan konten (Content Knowledge), pengetahuan pedagogi (Pedagogical Knowledge), dan pengetahuan pengemasan konten dalam pembelajaran bermakna (Pedagogical Content Knowledge). Pengetahuan profesional guru membutuhkan bahasa khusus agar mampu memfasilitasi berbagai ungkapan yang lebih baik dan berbagi ide-ide dalam belajar dan mengajar, sehingga harus tetap menjadi bagian prioritas untuk direfleksi oleh setiap guru bahkan sebaiknya sejak masih menjadi mahasiswa calon guru [7].

Refleksi pelaksanaan pembelajaran untuk mengevaluasi hal-hal berkaitan pembelajaran yang memerlukan perbaikan dan peningkatan demi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Refleksi pembelajaran merupakan bentuk introspeksi diri guru terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan, meliputi perencanaan, keterlaksanaan, dan hasil pembelajaran yang dikelolanya. Tindakan ini merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketika seorang guru merasa ada semangat belajar yang menurun dari para siswa, maupun ketika guru melihat ada penurunan prestasi belajar yang didapat oleh siswa, maka guru akan mencermati dan merenungkan kembali apakah terdapat pelaksanaan pembelajaran yang belum optimal. Selain itu, guru juga akan mengevaluasi dan mencari tahu faktor yang mempengaruhi, penyebab, pemicu, kekuatan dan kelemahan, maupun sumber lain yang mempengaruhi penurunan semangat belajar dan prestasi belajar siswa tersebut. Apabila guru berpikir secara reflektif, maka guru akan merancang kembali perencanaan mengajar yang lebih baik dan tindak lanjut lain yang dapat membantu siswa meraih kembali hasil belajar yang optimal. Dengan demikian, tidak hanya siswa yang memiliki tugas untuk belajar, tetapi guru itu sendiri juga memiliki tugas untuk selalu berproses menyelenggarakan pembelajaran yang baik.

Refleksi pembelajaran dapat dilakukan pada empat komponen pembelajaran.

Komponen pertama adalah refleksi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran

(8)

(RPP). Sebagai dokumen yang harus disiapkan sebelum memulai proses pembelajaran, RPP merupakan rancangan strategi mengajar secara utuh yang memuat kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai, indikator pembelajaran, metode pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber pelajaran, media pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Refleksi pembelajaran terhadap RPP perlu dilakukan bilamana terdapat rangkaian proses pembelajaran yang kurang optimal dan memerlukan perbaikan pada rancangan pembelajaran di RPP selanjutnya, Komponen kedua yang harus diberikan refleksi oleh guru adalah rancangan penilaian pembelajaran. Penilaian merupakan umpan balik yang konstruktif bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri. Refleksi terhadap rancangan penilaian menjadi penting dilakukan karena menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan belajar siswa yang tentunya akan mengarahkan kegiatan belajar menuju penilaian akhir yang ditetapkan oleh guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah ditentukan, guru dapat menentukan keputusan akhir maupun dapat menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya terhadap proses pembelajaran. Komponen ketiga yang memerlukan refleksi pembelajaran adalah pelaksanaan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran, semua komponen yang sebelumnya telah dirancang dalam RPP akan ditampilkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, terdapat aspek lain yang tidak boleh diabaikan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, seperti keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kualitas interaksi pembelajaran, suasana pembelajaran, kendala dalam pembelajaran, serta keterlaksanaan metode mengajar yang telah direncanakan. Seorang guru perlu melakukan refleksi secara menyeluruh pada bagian pelaksanaan pembelajaran ini.

Dengan melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, guru akan dapat mengidentifikasi hal-hal mana yang sudah berhasil dilaksanakan serta hal-hal mana yang belum berhasil dan memerlukan tindak lanjut. Apabila guru memiliki kedisiplinan melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, maka tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diharapkan akan lebih mudah dicapai. Komponen terakhir yang tidak kalah penting untuk dilakukan refleksi pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Sebagai output dari proses belajar yang telah dilakukan, hasil belajar ini akan menjadi ukuran apakah kompetensi yang

(9)

diharapkan sudah tercapai atau masih memerlukan perbaikan. Refleksi terhadap hasil belajar siswa tidak terlepas dari penilaian terhadap capaian belajar mereka.

Guru perlu melakukan refleksi terhadap hasil belajar ini dengan mengevaluasi siswa yang belum mencapai hasil belajar yang ditargetkan. Dengan demikian, refleksi terhadap hasil belajar dilakukan dengan memperhatikan dokumen- dokumen penilaian yang dimiliki oleh guru [8].

C. Penerapan refleksi pembelejaran terhadap Manajemen Pendidikan di masa Pandemi Covid-19

Pendidikan di masa covid-19 membawa dampak pada sistem pembelajaran dam manajemen Pendidikan peserta didik dan Lembaga sekolah. Pelaksanaan kebijakan covid yaitu proses belajar dilaksanakan dirumah melalui pembelajaran jarak jauh, bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang aman.

Pembelajaran jarak jauh meliputi pembelajaran daring dan luring, pembelajaran yang dilakukan dalam jarak jauh melalui media berupa internet dan alat penunjang lainnya seperti telepon seluler, komputer, laptop dan gawai elektronik lainnya [9].

Pembelajaran daring didefinisikan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengandalkan konektivitas, fleksibilitas, dan interaksi secara daring.

Pembelajaran daring diyakini saling berkaitan dengan konteks definisi pembelajaran jarak jauh atas kesamaan dari karakteristik yang dimiliki keduanya, di mana pembelajaran daring merupakan implementasi dari praktik pembelajaran jarak jauh yang membutuhkan konektivitas dan aksesibilitas. Praktik pembelajaran jarak jauh dinilai sangat pas jika dilihat asalnya dari kesiapan infrastrusktur juga aksesbilitas terhadap fasilitas penunjang pembelajaran, kondisi tersebut sebagai factor pendukung aplikasi pembelajaran daring. Selain itu, siswa diuntungkan dengan adanya fleksibilitas, dan efisiensinya dalam proses belajar sehari-hari. Meski begitu, pembelajaran daring juga memiliki kelemahan. Para siswa yang mengikuti banyak yang merasa kurang produktif dalam mengikuti rangkaian aktivitas, baik dalam proses penerimaan materi maupun proses pengerjaan tugas sehari-hari. Permasalahan produktivitas pada pengaplikasian pembelajaran daring tersebut terutama mengeluhkan wacana mekanisme

(10)

pelaksanaan mulai berasal dari proses pengisian presensi, penyampaian materi, hingga pemberian tugas yang seakan-akan mendifusikan waktu untuk belajar dengan waktu untuk beristirahat di rumah. Selain itu, ada juga permasalahan produktivitas terkait keterbatasan infrastruktur seperti jaringan maupun fasilitas seperti kapabilitas gawai dan kuota untuk terus-menerus bekerja dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas. Siswa cenderung tidak ingin berlama-lama dalam pembelajaran akibat persoalan dalam tugas, di samping persoalan terkait mental-sosial siswa yang tidak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi secara langsung dengan teman maupun guru mereka [10].

Inovasi perkembangan pembelajaran saat ini apalagi saat masa pandemi menekankan pada peningkatan karakter berbasis teknologi informasi. Revolusi Pendidikan dapat terwujud Ketika proses pembelajaran melibatkan teknologi informasi yang efektif dan efisien karena kurangnya interaksi secara langsung.

Dengan itu peserta didik dan pengajar harus harus setidaknya mengetahui penggunaan teknologi informasi secara mendasar. Kondisi saat ini mengharuskan perserta didik dan pengajar melaksanakan pembelajaran secara jarak jauh atau online yang tentunya peran teknologi menjadi sangat penting [11].

Manajemen berjalan dinamis dan berubah mengikuti dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat secara global. Adanya manajemen ini dilakukan dengan tujuan untuk memantau proses berjalannya pesantren dengan harapan dapat mengembangkan dan memajukan sebuah lembaga pendidikan. Pada situasi Covid-19 bentuk adaptasi yang dilakukan oleh Lembaga pendidikan yaitu dengan mengubah sistem pengelolaan atau manajemen Lembaga Pendidikan [12].

Maka manajemen Pendidikan di masa pandemi tetap memiliki tugas yaitu dengan penagwasan pengontrolan dan pengarahan pada sistem baru Lembaga Pendidikan lalu mengubah sistem pembelajaran dengan menerapkan ssitem Daring atau online. Refleksi pembelajaran juga dilaksanakan sesuai keadaan dan karakter siswa. Pengajar harus inovatif dalam mengkreasikan cara mengajar agarv murid tetap bisa menikmati pembelajaran secara nyaman. Oleh karena itu, di masa pandemic baik pengajar maupun siswa disarankan agar melek teknologi agar dapat menyesuaikan pemebelajaran di masa pandemi.

(11)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Maka dalam indikator Refleksi pembelajaran pada masa pandemi khusunya bagi pembelajaran siswa yaitu dengan metode daring atau online, pengajar diharapkan mampu memberikan materi atau bahan ajaran kepada siswa secara daring melalui gawai. Pengajar juga diharuskan dapat memahami karakter belajar siswanya dalam proses pembelajaran daring lalu melakukan evaluasi pembelajaran daring secara objektif dan transparan. Manajemen Pendidikan dalam masalah pandemi melakukan tugas tugasnya seperti melakukan pengorganisasian, kemudian pengarahan bagaiman metode dan sistem yang dilaksanakn saat pembelajaran di masa pandemic lalu pengawasan kegiatan.

B. Saran

Saya harap makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat terhadap pembaca untuk mengetahui bagaimana refleksi pembelajaran terhadap manajemen Pendidikan di masa pandemic Covid-19. Saya harap semoga pandemic ini segera berakhir dan kita semua dapat menjalani pembelajaran secara normal dan kondusif seperti semula.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. D. Wulandari, E. F. Pratiwi, S. S. Saaadah, and P. Prihantini, “Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan Efektivitas Kegiatan Belajar Mengajar di Masa Pandemi Covid-19,” Aulad: Journal on Early Childhood, vol. 4, no. 3, pp. 125–

130, 2021.

[2] A. Khardin and M. Giatman, “REFLEKSI SISWA DAN GURU TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI,” Educate: Jurnal Teknologi Pendidikan, vol. 6, no. 2, pp. 110–119, 2021.

[3] H. A. R. Pananrangi and M. P. SH, Manajemen Pendidikan, vol. 1. Celebes Media Perkasa, 2017.

[4] S. Suhelayanti et al., Manajemen Pendidikan. Yayasan Kita Menulis, 2020.

[5] D. Kurniadin, I. Machali, and M. Sandra, “Manajemen pendidikan: konsep &

prinsip pengelolaan pendidikan,” 2013.

[6] E. Yuliyanto, F. F. Hidayah, E. P. Istyastono, and Y. Wijoyo, “ANALISIS REFLEKSI PADA PEMBELAJARAN: REVIEW REASEARCH,” in PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL, 2018, vol. 1, no. 1.

[7] B. Rahman, “Refleksi Diri dan Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,” Refleksi Diri Dan Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, vol. 17, no. 1, pp. 1–14, 2014.

[8] V. Aulia, “Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran pada Praktik Mengajar Mahasiswa di Jenjang SD Sederajat untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris,” BRILIANT:

Jurnal Riset dan Konseptual, vol. 4, no. 3, pp. 359–378, 2019.

[9] N. S. Hartati, A. Thahir, and A. Fauzan, “Manajemen program penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran daring dan luring di masa pandemi

(13)

covid 19-new normal,” El-Idare: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, vol. 6, no.

2, pp. 97–116, 2020.

[10] N. Ulfia, “Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19: Refleksi Para Siswa,” Prosiding Nasional Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, vol. 1, no. 1, 2020.

[11] S. Erni, R. Vebrianto, C. R. Miski, Z. A. Mz, and M. Thahir, “Refleksi Proses Pembelajaran dimasa Pendemi Covid 19 pada Sektor Pendidikan Guru MTs Swasta di Pekanbaru: Dampak dan Solusi,” Bedelau: Journal of Education and Learning, vol. 1, no. 1, pp. 1–10, 2020.

[12] R. Riinawati, “Manajemen Pendidikan Pondok pesantren Al Falah Banjarbaru di Masa Pandemi Covid-19,” Berajah Journal, vol. 1, no. 2, pp. 64–71, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah, temuan penelitian yang dapat dideskripsikan terkait keterampilam internet searching dalam literasi digital guru pendidikan anak usia

Kendala atau masalah dalam pembelajaran daring yaitu yang pertama handphone siswa yang digunakan bergantian dengan adik atau kakaknya sedangkan pembelajaran daring

Tidak menutup kemungkinan munculnya berbagai masalah baru, yang dihadapi orang tua sebagai pendidik yang menggantikan posisi guru, sehingga menjadikan peran orang

Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dan dicermati oleh seorang pendidik jika ingin menerapkan strategi pembelajaran secara daring pada Pendidikan Agama Islam (PAI) pada

Diharapkan dalam pelatihan ini para guru dapat memanajemen kelas daring secara lebih maksimal dengan menggunakan media-media daring yang ada, sehingga kualitas proses belajar

Siswa selama pembelajaran daring lebih senang mencari materi biologi di internet daripada buku, pencarian informasi yang sering dilakukan oleh siswa melalui search

Untuk mengatasi masalah tersebut, kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga perlu dilakukan melalui platform digital secara daring dengan pendekatan Participatory Rural

Literasi digital pada pembelajaran daring terdapat permasalahannya karena dengan berliterasi digital, siswa bisa membuka dan mengakses situs-situs lain di goegle tanpa sepengetahuan