• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

N/A
N/A
Muh. Ilham Adhythama Maharani

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

PENGAWASAN OMBUDSMAN RI PERWAKILAN SULAWESI SELATAN (Studi Kasus: Pengawasan Dimasa Pandemi Covid-19 Tahun 2021)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hamsinah, M.Si

OLEH:

KELAS REGULER I

MUH. ILHAM ADHYTHAMA MAHARANI E012222021

NUR ALIFHIA MUHAMMAD E012222018

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Penelitian Terdahulu ... 5

B. Teori Dan Konsep ... 6

C. Kerangka Konsep ... 11

BAB III PEMBAHASAN ... 12

A. Jenis laporan maladministrasi yang diterima dan ditindak lanjuti oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021. ... 13

B. Bagaimana pelaksanaan pengawasan secara langsung (Direct Control) dan secara tidak langsung (Indirect Control) dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021 di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 15

BAB IV KESIMPULAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dari manajemen yang berguna dan sangat berperan peting dalam memastikan segala rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pihak penyelenggara pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan mematuhi prosedur yang berlaku dalam sebuah organisasi. Namun kenyataannya ditengah pandemi Covid-19 terdapat banyak sekali kasus pelanggaran yang terjadi dalam praktek penyelenggaraan pelayanan publik seperti, kasus maladministrasi, pungutan liar, nepotisme dan penyalahgunaan kewenangan oleh aparatur Negara.

Komisi Ombudsman Nasional dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasional, selanjutnya menjadi Ombudsman Republik Indonesia atau Ombudsman RI yang diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia. merupakan lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelengaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara publik maupun pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan usaha milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Ombudsman RI perwakilan Sulawesi-Selatan juga merupakan bagian dari perpanjangan tangan Ombudsman RI untuk menjalankan tugas dan fungsi di daerah Sesuai Undang-Undang Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pembentukan, Susunan, Dan Tata Kerja Perwakillan Ombudsman Republik Indonesia Di Daerah, dilakukan pembentukan ombudsman perwakilan guna mempermudah pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang keseluruh wilayah

(4)

2

Negara Indonesia namun dengan pertimbangan berdasarkan tingkat kebutuhan masyarakat.

Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid-19 sangat berperan penting dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik guna memastikan berjalan sesuai yang telah ditetapkan. Anwar (2020), dalam jurnal penelitiannya yang mendukung argumen tersebut mengatakan bawa pengawasan merupakan sebuah tindakan meramalkan dan mendeteksi lebih dini kesalahan-kesalahan yang terjadi maupun yang belum terjadi dalam sebuah pelayanan publik. Seiring dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar (2020), BAPPENAS (2007:47) dalam Sitorus (2008), mengatakan bahwa fungsi pengawasan merupakan salah satu bagian dari penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik, artinya pemerintahan yang baik mengharuskan adanya pengawasan.

Pengawasan oleh Ombudsman RI juga pernah dikaji oleh Erna (2020), terkait” Pengawasan Pelayanan Publik Oleh Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladminsitrasi (Di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Nusa Tenggara Barat), adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Ombudsman RI melakukan pencegahan dengan cara sosialisasi, kerjasama, melakukan workshop dan penilaian kepatuhan. Namun fungsi pengawasan yang dilakukan Ombudsman tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan namun juga terdapat hambatan sehingga proses pengawasan masih kurang optimal, hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ainaiya (2021) terkait “Fungsi pengawasan Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik pada bidang sosial di masa pandemi Covid-19”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Ombudsman RI selama Covid-19 sudah terlaksana khususnya dalam bidang sosial yang menangani langsung terkait bantuan sosial seperti melakukan sosialisasi daring, pengecekan data dan laporan secara daring, namun karena mewabahnya Covid-19 ruang gerak Ombudsman RI semakin terbatas sehingga pelaksanaan pengawasan yang

(5)

3

seharusnya dilakukan secara langsung tidak dapat berjalan dengan optimal, selain itu dalam pelaksanaan pengawasan bantuan sosial juga masih terdapat kendala anggaran.

Mengukur suatu pengawasan menurut Siagian (2003), dapat dianalisis berdasarkan indikator: (1) Proses pelaksanaan pengawasan secara langsung (direct control), yang mana pada pengawasan langsung dilakukan oleh pimpinan organisasi pada saat kegiatan yang dilaksanakan bawahan sedang berlangsung; (2) Proses pelaksanaan pengawasan secara tidak langsung (indirect control), pengawasan dilakukan dari jarak jauh seperti menggunakan laporan yang berasal dari bawahan.

Kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan telah menerapkan e-government dalam bentuk e-service melalui website pelayanan online Ombudsman RI sebagai bentuk pengawasan selama pandemi. Dalam penerapannya selama pandemi Covid-19 terdapat banyak sekali kasus penyelewengan yang terjadi dilansir dari website resmi ombudsman.go.id (12/06/2020) berdasarkan artikel tersebut menyebutkan bahwa Ombudsman RI Perwakilan Sulsel Terima Puluhan Laporan Bansos Covid-19, sejak diberlakukannya pelayanan online. Melihat fenomena yang terjadi tentunya sudah menjadi salah satu tugas Ombudsman untuk melakukan pengawasan dan tindakan lebih lanjut terkait laporan yang diterima sesuai dengan langkah-langkah, syarat dan ketentuan yang berlaku di Kantor Ombudsman.

Berdasarkan tinjauan yang dilakukan peneliti melalui website Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan yang memberikan data laporan terkait tindakan maladministrasi dan tindakan melanggar lainnya dimana menurut penulis melihat Ombudsman sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terkait pelanggaran maka diperlukan sebuah pengawasan agar dapat memastikan bahwa selama pandemi Covid-19 seluruh tahapan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia, maka peneliti mengangkat judul penelitian yaitu,

(6)

4

PENGAWASAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN SULAWESI SELATAN (Studi Kasus: Pengawasan Dimasa Pandemi Covid-19 Tahun 2021)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja jenis laporan maladministrasi yang diterima dan ditindak lanjuti oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021?

2. Bagaimana pelaksanaan pengawasan secara langsung (Direct Control) dan secara tidak langsung (Indirect Control) dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021 di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan?

(7)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan mendukung penelitian ini:

1. Erna (2020), dengan skripsi yang berjudul “Pengawasan Pelayanan Publik Oleh Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat Dalam Upaya Pencegahan Terjadinya Maladminsitrasi (Di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Nusa Tenggara Barat)”. Jenis penelitian kualitatif dimana sumber data berasal dari jenis data primer dan sekunder menggunakan metode penelitian pustaka dan penelitian lapangan yang hasilnya dianalisis secara kualitatif dan dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Ombudsman RI melakukan pencegahan dengan cara sosialisasi, kerjasama, melakukan workshop dan penilaian kepatuhan. Bentuk pengawasan yang dilakukan ada dua yaitu, pengawasan berdasarkan laporan/pengaduan dan pengawasan inisiatif dari lembaga ombudsman itu sendiri. Tujuannya adalah agar menciptakan pelayanan yang baik demi kesejahteraan masyarakat.

2. Ainaiya (2021), dalam skripsi penelitian yang berjudul “Fungsi pengawasan Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik pada bidang sosial di era pandemik Covid-19”. Jenis penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi yang hasilnya dianalisis melalui hukum positif dan hukum islam lalu dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Ombudsman RI selama Covid-19 sudah terlaksana khususnya dalam bidang sosial yang menangani langsung terkait bantuan sosial seperti melakukan sosialisasi daring, pengecekan data dan laporan secara daring. Namun karena mewabahnya Covid-19 ruang gerak Ombudsman RI semakin terbatas

(8)

6

sehingga implementasi dari UU RI No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI dalam pelaksanaan pengawasan yang seharusnya dilakukan secara langsung tidak dapat berjalan dengan optimal karena dialihkan dalam bentuk daring, selain itu dalam pelaksanaan pengawasan bantuan sosial juga masih terdapat kendala anggaran.

B. Teori Dan Konsep 1. Teori pelayanan publik

Pelayanan publik adalah sebuah produk birokrasi publik yang diterima oleh warga pengguna atau masyarakat secara luas, maka dari itu pelayanan publik didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrat publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dasar teoritis pelayanan publik yang ideal berdasarkan paradigma new public service mengemukakan bahwa pelayanan publik harus bersifat responsif terhadap berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik.

Lembaga Administrasi Negara (1998) dalam Purwanto, dkk (2017), mengatakan bahwa, pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pemerintah sebagai penyedia layanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat harus bertanggung jawab dan terus berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik. Disisi lain kepuasan masyarakat adalah tolak ukur dari keberhasilan pelayanan publik yang diberikan oleh penyedia layanan publik, oleh sebab itu pelayanan publik harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat secara maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Yayat, 2017).

Untuk menilai kualitas pelayanan publik terdapat sejumlah indkator yang dapat digunakan. Adapun indikator pelayanan yang dapat dijadikan sebagai

(9)

7

kriteria dalam menilai pelayanan publik yang baik menurut Levine (1990) dalam Agus Dwiyanto (2006), sebagai berikut:

1) Responsiveness Merupakan sebuah tanggungjawab pelaksana pelayanan publik dalam menanggapi setiap harapan, keinginan, dan aspirasi, maupun tuntutan masyarakat pengguna layanan. Melihat bahwa tujuan utama pelayanan publik ialah memenuhi kebutuhan warga agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan.

2) Responsibility Ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan itu dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan dari pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

2. Konsep pengawasan

Pengawasan memiliki peranan penting yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan. Maksudnya adalah agar keputusan yang sebelumnya telah dibuat (dalam bentuk rencana) betul-betul dijalankan sesuai dengan kebijakan yang ada. Jika hal ini tidak diterapkan dengan baik maka besar kemungkinan akan timbul penyelewengan dan penyimpangan yang pada akhirnya berakibat tidak tercapaianya tujuan yang telah ditentukan.

Siagian (2003) mengungkapkan bahwa pengawasan ialah: “proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kehadiran pengawasan sangatlah penting dalam proses pencapaian tujuan. Dengan adanya pengawasan dapat digunakan untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi atau pemerintaha, Yosa (2010) dalam Moenek dan Suwanda (2019).

(10)

8

Siagian (2003:115), mengungkapkan bahwa proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu sebagai berikut:

1) Direct Control (Pengawasan Langsung)

Pengawasan langsung yang dilakukan oleh Ombudsman terhadap laporan yang diterima berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku, berikut bentuk- bentuk pengawasan langsung yang dilakukan;

a. Inspeksi langsung b. On the spot observation c. On the spot report

2) Indirect Control (Pengawasan Tidak Langsung)

Pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh pengguna layanan seperti publik atau masyarakat.

Laporan itu berbentuk sebagai berikut:

a. Lisan b. Tulisan

Dalam makalah ini, penulis akan menggunakan indikator pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian (2003:115), yaitu: (1) pengawasan langsung (direct control) dan; (2) pengawasan tidak langsung (indirect control), terkait dengan pengawasan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan di masa pandemi COVID-19 tahun 2021, dikarenakan indikator pengawasan sangat relevan dengan makalah ini.

3. Ombudsman

a. Definisi Ombudsman

Ombudsman Republik Indonesia merupakan lembaga pengawas eksternal yang keberadaannya diharapkan mampu mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan penegakan hukum (Solechan, 2018).

(11)

9

Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1 Angka (13), bahwa; “Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.”

b. Tugas dan fungsi Ombudsman

Sebagai lembaga Negara yang bersifat independen dilansir dari website resmi Ombudsman, memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut;

• Tugas:

a) Menerima laporan atas atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik

b) Melakukan pemeriksaan subtansi atas laporan

c) Menindak lanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan ombudsman

d) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik

e) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga Negara atau lembaga pemerintah lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan f) Membangun jaringan kerja

g) Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik

h) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.

• Fungsi;

Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintah baik pusat maupun

(12)

10

daerah termasukyang diselenggarakan oleh Badan usaha milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.

c. Konsep Pengawasan Ombudsman

Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia secara jelas menetapkan tugas dan wewenang Ombudsman Republik Indonesia yakni menerima dan menyelesaikan laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pasal 4 Huruf d UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI, menyebutkan Ombudsman bertugas: 1) Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; 2) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; 3) Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pasal 7 UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI. Berwenang: a) Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman; b) Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan; c) Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor; d) Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan Laporan; e) Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak; f) Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;g) Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.

(13)

11 C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat sebagai alur proses untuk mengetahui pengawasan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid- 19 Tahun 2021. Penulisan makalah ini dilakukan dengan menggunakan indikator pengawasan dalam memahami bagaimana proses pengawasan yang dilakukan Ombudsman mengingat pengawasan merupakan fungsi yang sangat penting sebagai lembaga pengawas dalam meningkatkan kualitas dan membangun kepercayaan terhadap publik.

Teori Pengawasan Sondang P. Siagian (2003)

Efektivitas Pengawasan Ombudsman RI Perwakilan

Sulawesi Selatan Dimasa Pandemi Covid-19 Tahun

2021

Indirect Control

(Pengawasan Tidak Langsung) Direct Control

(Pengawasan Langsung)

(14)

12 BAB III PEMBAHASAN

Sebelum membahas lebih lanjut terkait pengawasan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021, harus terlebih dahulu mengetahui persyaratan laporan yang diterima oleh Ombudsman.

Gambar 3 (Sumber: https://simpel4.ombudsman.go.id/lapor-ombudsman)

(15)

13

A. Jenis laporan maladministrasi yang diterima dan ditindak lanjuti oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021.

• Berikut data laporan yang diterima Ombudsman selama 3 bulan terakhir terhitung sejak bulan juni hingga agustus 2021:

No. Bulan Jumlah Laporan

1 Juni 12

2 Juli 14

3 Agustus 39

Jumlah 65

Gambar 3.1 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)

• Substansi laporan yang diterima Ombudsman selama 3 bulan terakhir terhitung sejak bulan juni hingga agustus 2021:

Gambar 3.2 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)

(16)

14

• Data laporan yang ditindak lanjuti Ombudsman selama 3 bulan terakhir terhitung sejak bulan juni hingga agustus 2021:

Gambar 3.3 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)

• Substansi laporan yang ditindaklajuti Ombudsman selama 3 bulan terakhir terhitung sejak bulan juni hingga agustus 2021:

Gambar 3.4 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)

(17)

15

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan laporan yang diterima oleh Ombudsman RI perwakilan Sulawesi Selatan terhitung sejak juni hingga agustus 2021 berasal dari berbagai jenis substansi laporan yang berbeda tidak semua laporan ditindak lanjuti, hal tersebut dibuktikan dengan jumlah keseluruhan laporan yang diterima yaitu 65 laporan (gambar 3.1) dari berbagai substansi yang berbeda dan yang diproses untuk ditindak lanjuti terdapat 44 laporan (gambar 3.3) yang memenuhi persyaratan.

Selain itu dapat diketahui dari data diatas (gambar 3.1) bahwa selama pandemi Covid-19 laporan yang diterima Ombudsman RI perwakilan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari berbagai substansi yang berbeda, hal tersebut membuktikan bahwa selama pandemi Covid-19 terdapat kenaikan angka laporan kasus maladministrasi dan Tindakan melanggar lainnya.

B. Bagaimana pelaksanaan pengawasan secara langsung (Direct Control) dan secara tidak langsung (Indirect Control) dimasa pandemi Covid-19 tahun 2021 di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan

Berikut jenis pengawasan yang dilakukan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan selama pandemi Covid-19:

1. Direct Control (Pengawasan Langsung)

Pengawasan langsung yang dilakukan oleh Ombudsman terhadap laporan yang diterima berdasarkan peraturan dan undang-undang yang berlaku, berikut bentuk- bentuk pengawasan langsung yang dilakukan;

a. Inspeksi langsung

Tahapan inspeksi langsung yang dilakukan oleh Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan mungkin meliputi:

• Perencanaan: Ombudsman akan merencanakan inspeksi berdasarkan laporan atau pengaduan yang diterima atau berdasarkan inisiatif sendiri.

Mereka akan menentukan tujuan, cakupan, dan waktu inspeksi.

• Persiapan: Ombudsman akan mempersiapkan tim inspeksi yang terdiri dari personel yang terlatih dan memiliki keahlian yang relevan. Tim ini akan menyiapkan peralatan dan dokumen yang diperlukan untuk inspeksi.

• Peninjauan awal: Ombudsman akan melakukan peninjauan awal terkait masalah yang dilaporkan atau yang menjadi subjek inisiatif mereka. Ini

(18)

16

melibatkan analisis dokumen, pengumpulan informasi, dan identifikasi pihak-pihak yang terlibat.

• Pengumpulan data: Ombudsman akan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait, termasuk pihak yang melakukan pengaduan, pejabat terkait, saksi, atau pihak lain yang relevan. Mereka juga dapat meminta dokumen, catatan, atau bukti lainnya yang terkait dengan kasus yang sedang diinspeksi.

• Pemeriksaan lapangan: Ombudsman dapat melakukan pemeriksaan lapangan untuk memverifikasi informasi yang diperoleh dan melihat langsung situasi yang terkait dengan kasus tersebut. Mereka dapat mengunjungi lokasi, instalasi, atau tempat terkait lainnya untuk memahami konteks lebih baik.

• Analisis dan evaluasi: Ombudsman akan menganalisis semua informasi yang dikumpulkan selama inspeksi, termasuk dokumen, data, dan temuan dari pemeriksaan lapangan. Mereka akan mengevaluasi kepatuhan terhadap hukum, keadilan, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

• Pembuatan laporan: Setelah menganalisis semua data dan informasi, Ombudsman akan menyusun laporan inspeksi. Laporan ini akan mencakup temuan, kesimpulan, rekomendasi, dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah yang diidentifikasi.

• Tindak lanjut: Ombudsman akan memberikan laporan inspeksi kepada pihak yang terkait, seperti lembaga atau individu yang terlibat dalam kasus.

Mereka dapat merekomendasikan perbaikan, perubahan kebijakan, atau tindakan lainnya yang diperlukan. Ombudsman juga dapat melakukan pemantauan untuk memastikan tindak lanjut yang tepat dilakukan.

• Penting untuk dicatat bahwa proses inspeksi dapat bervariasi tergantung pada kasus yang sedang dihadapi dan kebijakan Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan.

(19)

17 b. On the spot observation

Tahapan observasi langsung yang dilakukan oleh Ombudsman dapat mencakup langkah-langkah berikut:

• Perencanaan: Ombudsman akan merencanakan observasi langsung berdasarkan kasus atau pengaduan yang sedang ditangani. Mereka akan menentukan tujuan, area yang akan diamati, dan jadwal observasi.

• Persiapan: Ombudsman akan mempersiapkan tim observasi yang terdiri dari personel yang terlatih dan memiliki pengetahuan yang relevan terkait masalah yang sedang dihadapi. Tim ini akan melakukan kajian mendalam tentang kasus, menyiapkan peralatan yang diperlukan, dan mengidentifikasi area yang perlu diamati.

• Observasi lapangan: Tim observasi akan melakukan kunjungan langsung ke lokasi terkait, instalasi, atau lembaga yang menjadi subjek kasus. Mereka akan mengamati secara langsung situasi, proses, atau kegiatan yang relevan dengan masalah yang sedang diselidiki. Observasi dapat melibatkan pengamatan visual, wawancara dengan pihak terkait, pengumpulan bukti fisik, dan pencatatan data.

• Pengumpulan data: Selama observasi lapangan, tim Ombudsman akan mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk memahami lebih lanjut tentang masalah yang sedang dihadapi. Mereka dapat melakukan wawancara dengan pihak yang terlibat, termasuk pihak yang mengadukan atau terduga terkait, serta mengumpulkan dokumen, catatan, atau bukti lainnya.

• Analisis dan evaluasi: Setelah observasi lapangan selesai, tim Ombudsman akan menganalisis dan mengevaluasi data yang dikumpulkan. Mereka akan menghubungkan informasi yang diperoleh dengan aturan, prosedur, atau kebijakan yang berlaku untuk menentukan apakah ada ketidakpatuhan, ketidakadilan, atau kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

• Laporan: Berdasarkan analisis dan evaluasi mereka, Ombudsman akan menyusun laporan observasi. Laporan ini akan berisi temuan, kesimpulan,

(20)

18

dan rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah yang diidentifikasi selama observasi.

• Tindak lanjut: Ombudsman akan memberikan laporan observasi kepada pihak yang berwenang atau institusi yang terkait dengan kasus tersebut.

Mereka dapat merekomendasikan langkah-langkah perbaikan, perubahan kebijakan, atau tindakan lainnya yang diperlukan untuk memastikan peningkatan kualitas pelayanan publik.

c. On the spot report

Berikut adalah tahapan yang dilakukan oleh Ombudsman dalam menyusun laporan di tempat kejadian:

• Observasi dan pengumpulan informasi: Ombudsman akan melakukan observasi langsung di tempat kejadian untuk mengamati situasi, proses, atau kegiatan yang terkait dengan masalah yang sedang ditangani. Mereka akan mengumpulkan informasi, data, dan bukti-bukti yang relevan untuk membantu memahami kejadian secara menyeluruh.

• Wawancara dengan pihak terkait: Ombudsman mungkin akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait yang terlibat dalam kejadian. Ini bisa mencakup pihak yang melakukan pengaduan, staf atau petugas yang terlibat, saksi, atau pihak lain yang relevan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan, mengklarifikasi detail, dan memahami perspektif dari berbagai pihak yang terlibat.

• Pemeriksaan dokumen dan bukti: Ombudsman akan memeriksa dokumen, catatan, atau bukti-bukti lainnya yang terkait dengan kejadian. Ini mungkin termasuk peraturan, kebijakan, kontrak, laporan, atau dokumen lain yang relevan. Pemeriksaan ini membantu memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks dan kepatuhan terhadap prosedur atau aturan yang berlaku.

• Analisis dan evaluasi: Ombudsman akan menganalisis semua informasi yang dikumpulkan dan mengevaluasi kepatuhan terhadap hukum, keadilan, atau prinsip-prinsip yang berlaku dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

(21)

19

Mereka akan membandingkan kejadian dengan standar yang ditetapkan dan mengidentifikasi masalah atau ketidaksesuaian yang perlu diatasi.

• Penyusunan laporan: Berdasarkan observasi, wawancara, pemeriksaan dokumen, dan analisis, Ombudsman akan menyusun laporan di tempat kejadian. Laporan ini akan mencakup temuan, analisis, kesimpulan, dan rekomendasi yang relevan untuk meningkatkan pelayanan publik, mengatasi masalah yang diidentifikasi, atau merekomendasikan tindakan perbaikan.

• Penyampaian laporan: Ombudsman akan menyampaikan laporan di tempat kejadian kepada pihak yang berwenang atau institusi yang relevan yang memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan yang diperlukan. Laporan ini dapat disampaikan kepada entitas pemerintah, lembaga publik, atau pihak lain yang terkait dalam rangka memperbaiki situasi atau menegakkan kebijakan yang tepat.

Tahapan-tahapan ini bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis, dan melaporkan masalah yang ada di tempat kejadian secara komprehensif dan obyektif.

Dari beberapa jenis pengawasan secara langsung (direct control) seperti, inspeksi langsung, on the spot observation, on the spot report, dapat diketahui bahwa setiap jenis pengwasan memiliki tujuan tertentu namun beberapa langkah yang dilakukan dalam setiap jenis pengawasan hampir memiliki tahapan yang mirip, hal tersebut dipengaruhi oleh kelengkapan setiap laporan yang diterima.

Dimasa pandemi Covid-19 tetap menerapkan pengawasan secara langsung dengan mematuhi protokol kesehatan, seperti wajib vaksin, menjaga jarak dan menghindari kontak langsung ketika melakukan sidak, dan lain sebagainya, namun jika tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengawasan secara langsung maka akan dialihkan pada pengawasan secara tidak langsung (indirect control).

(22)

20

2. Indirect Control (Pengawasan Tidak Langsung)

Pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh pengguna layanan seperti publik atau masyarakat.

Laporan itu dapat berbentuk lisan dan tulisan:

a. Lisan

Secara lisan dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan melalui telpon ketika instansi atau pihak terkait tidak sedang berada dilokasi untuk dimintai secara langsung keterangan jawaban klarifikasi atas dugaan laporan yang ditemuka. Pengawasan secara lisan juga dapat dilakukan jika tidak memenuhi panggilan secara tertulis dalam kurun waktu yang sudah ditentukan.

b. Tulisan

Melalui media massa seperti, koran, internet, berita, dan lainnya yang berbentuk tertulis. Selain itu pengawasan secara tertulis juga dapat dilakukan sebagai salah satu opsi ketika ingin memberikan pihak terkait berita dugaan temuan untuk selanjutnya diklarifikasi dalam kurun waktu tertentu. Salah satu contohnya adalah dengan mengirimkan surat baik surat fisik maupun e-letter melalui aplikasi e-mail atau whatsapp.

Tahapan Ombudsman dalam melakukan pengawasan secara tidak langsung atau melalui media mencakup langkah-langkah berikut:

• Memantau media: Ombudsman akan secara aktif memantau berbagai sumber media, termasuk cetak, televisi, radio, dan online, untuk mencari informasi, laporan, atau pengaduan terkait masalah pelayanan publik.

• Identifikasi masalah: Ombudsman akan mengidentifikasi masalah atau isu-isu yang perlu diawasi berdasarkan informasi yang ditemukan melalui media. Hal ini dapat melibatkan pemantauan terhadap pelanggaran hukum, penyalahgunaan kekuasaan, diskriminasi, atau masalah lain dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

(23)

21

• Analisis dan penelitian: Ombudsman akan menganalisis informasi yang diperoleh melalui media dengan seksama. Mereka akan melakukan penelitian dan pengecekan fakta lebih lanjut untuk memahami secara menyeluruh konteks, akurasi, dan signifikansi masalah yang diungkapkan melalui media.

• Komunikasi dengan media: Ombudsman dapat berkomunikasi dengan media untuk memperoleh informasi tambahan, mengklarifikasi rincian atau fakta, atau memberikan perspektif dari Ombudsman terkait masalah yang sedang diawasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan pemahaman yang akurat dan berimbang dalam liputan media.

• Kontak dengan pihak terkait: Ombudsman akan menghubungi pihak-pihak terkait, termasuk lembaga pemerintah, instansi publik, atau badan layanan terkait yang memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dipantau. Tujuannya adalah untuk berdiskusi, memperoleh informasi lebih lanjut, dan memperjuangkan perbaikan terkait masalah yang diungkapkan melalui media.

• Advokasi publik: Ombudsman dapat menggunakan kehadiran media untuk melakukan advokasi publik terkait dengan masalah yang diawasi. Ini melibatkan memberikan wawasan, pendapat, atau pemikiran mereka kepada masyarakat luas melalui media untuk meningkatkan kesadaran, mempengaruhi opini publik, dan mendorong perubahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

• Rekomendasi dan laporan: Ombudsman dapat menyusun laporan berdasarkan informasi yang ditemukan melalui pengawasan media. Laporan ini dapat berisi temuan, analisis, dan rekomendasi untuk perbaikan atau perubahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Laporan tersebut dapat disampaikan kepada pihak yang berwenang dan menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.

• Kolaborasi dengan media: Ombudsman dapat menjalin kerja sama dengan media dalam rangka memberikan informasi yang akurat dan relevan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengawasan pelayanan publik

(24)

22

Kebijakan layanan pengaduan dimasa pandemi yang diterapkan Ombudsman adalah melalalui whatsapp atau kanal pengaduan via email.

Gambar 3.5 (Sumber: https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--ombudsman- sulsel-alihkan-aduan-secara-online)

• Berikut data laporan selama 3 bulan terakhir terhitung sejat juni hingga agustus 2021 berdasarkan metode penyampaian (baik secara langsung & tidak

langsung):

Diterima Ditindak lanjuti

Gambar 3.6 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)

(25)

23

• Tetimoni pelayanan secara tidak langsung atau melalui whatsapp:

(26)

24 BAB IV KESIMPULAN

1. Jenis laporan yang diterima dimasa pandemi Covid-19 oleh Ombudsman perwakilan Sulawesi selatan mengalami peningkatan terhitung sejak juni hingga agustus 2021. Dari keseluruhan substansi laporan yang diterima tidak semua akan diproses atau ditindak lanjuti, karena harus memenuhi persyaratan formil dan materil agar dapat diterima sebagai sebuah data laporan yang sah atau lengkap untuk selanjutnya diproses.

2. Pengawasan langsung yang dilakukan Ombudsman dimasa pandemik tidak terlaksana secara maksimal karena adanya virus Covid-19 dimana Ombudsman mengalami keterbatasan dalam melakukan pengawasan secara langsung di lokasi instansi atau pihak terkait, namun dengan adanya pengawasan secara tidak langsung yakni melalui media seperti memassifkan penggunaan teknologi internet salah satunya pemanfaatan aplikasi whatsapp dan e-mail yang dimana dapat digunakan sebagai salah satu wadah untuk menerima laporan dari publik atau masyarakat ditengah penyebaran virus Covid-19.

(27)

25

DAFTAR PUSTAKA

Ainaiya, N. (2021). Fungsi pengawasan ombudsman ri perwakilan kalimantan selatan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik pada bidang sosial di era pandemik covid-19. Universitas Iislam Negeri Antasari Banjarmasin.

Anwar, S. A. & K. (2020). Efektivitas Fungsi Pengawasan DPRD Dalam pelayanan Publik. 10 No.1, 61–69.

Dwiyanto, A. (2006). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.

Gadjah Mada University Press.

Erna, S. (2020). Pengawasan Pelayanan Publik oleh Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Barat dalam Upaya Pencegahan Terjadinya …. http://repository.ummat.ac.id/id/eprint/1364 Ernawati. (2018). Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor

Camat Baraka Kabupaten Enrekang.

Mariza, S. (2016). Fungsi Pengawasan Ombudsman Republik Indonesia Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Di Kota Makassar.

Maulidiah, S. (2014). Pelayanan Publik (Rahyunir Rauf (ed.); edisi 1). CV. Indra Prahasta.

Moenek, R. & D. S. (2019). Good governance Pengelolaan Keuangan Daerah. PT.

Remaja Rosdakarya Offset. Pasal 4 huruf d UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI.

Pasal 7 UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI. Purwanto, Erwan Agus, dan Damayani tyastianti, A. T., & Novianto, W. (20017). Modul Pelatihan Dasar Calon Pns Pelayanan Publik (Edisi Revi). Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Putra, A. E. (2015). Peranan Pengawasan Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerja Karyawan Pada PT.Kereta Api (PERSERO) Divisi Regional III Sumatera Selatan. 12(1), 54–67.

Sellang, K. (2016). Administrasi dan Pelayanan Publik Antara Teori dan Aplikasinya. Penerbit Ombak.

Siagian, S. P. (2003). Filsafat Administrasi. PT Bumi Aksara.

Sidiq, F. (2020). Ombudsman RI Perwakilan Sulsel Terima Puluhan Laporan Bansos Covid-19. Ombudsman RI. https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel- - ombudsman-ri-perwakilan-sulsel-terima-puluhan-laporan-bansos-covid-19 Sitorus, M. (2008). Pengaruh Pengawasan Tehadap Kualitas Pelayanan Masyarakat

(Studi Kasus: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Medan). 11(wacana kinerja), 81–95.

Undang-Undang Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja Perwakillan Ombudsman Republik Indonesia di Daerah.

(28)

26

Undang-undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Yayat, R. (2017). Kualitas Pelayanan Publik Bidang Administrasi Kependudukan Di Kecamatan Gamping. Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi (JIMIA), 2, 56–65. http://eprints.uny.ac.id/17523/1/Skripsi Full.pdf

Gambar

Gambar 3 (Sumber: https://simpel4.ombudsman.go.id/lapor-ombudsman)
Gambar 3.2 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)
Gambar 3.1 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)
Gambar 3.4 (Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Komisioner Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau, bahwa: Dalam proses pemeriksaan dilapangan terhadap laporan pengaduan masyarakat maka selain cara mediasi,

Dalam melakukan perannya dalam tindak lanjut penyelesaian laporan, Ombudsman RI perwakilan Jawa Tengah hanya pernah melakukan mediasi sebagai bentuk penyelesaian

Tujuan dan pentingnya penelitian untuk menganalisis realitas penanganan laporan maladministrasi pada masa pandemi covid 19 oleh Ombudsman Republik Indonesia

Dalam pertemuan tersebut, Yunafri, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Barat yang diwakili oleh Yunesa Rahman Asisten Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Barat,

37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Timur dalam menangani dugaan maladministrasi dalam

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan memahami bahwa untuk mewujudkan pelayanan publik berkualitas memerlukan kerjasama dengan institusi lain

Dari penelitian yang berjudul “Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Jawa Timur dalam Penyelesaian Laporan atas Dugaan Maladministrasi