• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KINERJA OMBUDSMAN DALAM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERHADAP MALADMINISTRASI PELAYANAN KEPOLISIAN DI KOTA MAKASSAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI KINERJA OMBUDSMAN DALAM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERHADAP MALADMINISTRASI PELAYANAN KEPOLISIAN DI KOTA MAKASSAR."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA OMBUDSMAN DALAM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERHADAP MALADMINISTRASI PELAYANAN

KEPOLISIAN DI KOTA MAKASSAR

Oleh:

SITTI MUKHLISA KAHAR MUSAKKIR Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11024 17

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

KINERJA OMBUDSMAN DALAM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERHADAP MALADMINISTRASI PELAYANAN

KEPOLISIAN DI KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

SITTI MUKHLISA KAHAR MUSAKKIR Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11024 17

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Sitti Mukhlisa Kahar Musakkir Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11024 17

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar Skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 20 Agustus 2021 Yang Menyatakan,

Sitti Mukhlisa Kahar Musakkir

(6)

v

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sholawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Ombudsman Dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat Terhadap Maladministrasi Pelayanan Kepolisian di Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan Ucapan Terimakasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis Bapak Kahar Musakkir dan Ibu Hamsinah Alam yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa, serta adik-adik saya yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga terkhusus kepada dosen pembimbing saya yakni Bapak Dr. Drs. Abdul Mahsyar, M.Si dan Ibu Dr. Hj. Sudarmi, M.Si yang dengan tulus membimbing penulis, melakukan koreksi, serta perbaikan yang amat berharga sejak awal sampai selesainya skripsi ini.

(7)

vi

penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Prof. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta jajarannya.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan.

5. Seluruh karyawan dan staf Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan, serta seluruh informan yang telah menerima, membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam mlaksanakan penelitian.

6. Kedua Orang Tua saya yang senantiasa memberikan perhatian, doa, semangat dan motivasi, serta bantuan materil tanpa pamrih.

7. Sahabat saya di Balikpapan Elza Novita, Riska Abadi, dan Ayu Indrayani yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

8. Sahabat saya Achmad Syamsuddin, Riski Ramadani, Muh. Ilham Adhytama Maharani, dan Syamsul Bahri yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan menemani dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman English Division UKM Bahasa yang senantiasa memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

(8)

vii

dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Tidak ada ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, tidak ada kekuatan dan kesempurnaan semua hanya milik Allah SWT.

“Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Makassar, 20 Agustus 2021

Sitti Mukhlisa Kahar Musakkir

(9)

viii

Sitti Mukhlisa Kahar Musakkir, 2022. Kinerja Ombudsman dalam Penanganan Pengaduan Masyarakat Terhadap Maladministrasi Pelayanan Kepolisian di Kota Makassar (dibimbing oleh Abdul Mahsyar dan Hj. Sudarmi) Penelitian ini mengkaji mengenai kinerja Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan sebagai lembaga pengawas penyelenggaraan pelayanan publik khususnya dalam pelayanan kepolisian. Laporan pengaduan masyarakat terhadap terjadinya maladministrasi pelayanan kepolisian masih cukup tinggi dan cenderung meningkat. Penelitian bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsi kinerja Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dilihat pada tiga aspek kinerja yaitu Responsivitas, Responsibilitas, dan Akuntabilitas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, data penelitian diperoleh dari berbagai sumber baik dari Kepala Perwakilan Ombudsman RI Sulawesi Selatan, asisten dan staf Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan, masyarakat, serta pejabat dan staf kepolisian terkait. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman melalui reduksi data, penyajian dan verifikasi data. Pengabsahan data dilakukan melalui triangulasi sumber, teknis dan waktu. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan secara naratif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan kinerja Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dilihat pada dimensi responsvitas dan responsibilitas sudah terlaksana dengan baik.

Sementara aspek akuntabilitas masih dinilai oleh masyarakat belum maksimal.

Rekomendasi yang disampaikan masih perlunya sosialisasi kemasyarakat mengenai fungsi Ombudsman karena masih banyak warga yang melapor tanpa melengkapi dokumen pendukung sehingga Ombudsman RI tidak dapat memproses laporan ketindakan lebih lanjut.

Kata Kunci: Ombudsman, Maladministrasi, Kinerja, Responsivitas, Responsibilitas, Akuntabilitas.

(10)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR ... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Terdahulu... 8

B. Konsep dan Teori ... 11

1. Konsep Pelayanan dan Pelayanan Publik ... 11

2. Konsep Kinerja ... 14

3. Etika Administrasi dan Maladministrasi ... 16

4. Pengertian dan Kedudukan Ombudsman Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan Publik ... 18

5. Kepolisian dalam Pelayanan Publik ... 20

C. Kerangka Pikir ... 24

D. Fokus Penelitian ... 26

E. Deskripsi Fokus ... 26

(11)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Waktu dan Lokasi... 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 28

C. Sumber Data... 29

D. Informan ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Teknik Pengabsahan Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 52

BAB V PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xi

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu dan posisi penelitian yang dilaksanakan ... 10 Tabel 4.1 Cara penyampaian laporan/pengaduan masyarakat ke

Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan Tahun

2019-2021 ... 46 Tabel 4.2 Substansi laporan pengaduan masyarakat ke Ombudsman RI

Perwakilan Sulawesi Selatan Tahun 2020-2021 ... 48 Tabel 4.3 Laporan/Pengaduan masyarakat ke Ombudsman RI

Perwakilan Sulawesi Selatan terkait pelayanan Kepolisian

Tahun 2020-2021 ... 49 Tabel 4.4 Jenis dugaan maladministrasi pelayanan Polrestabes Makassar

yang dilaporkan ke Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi

Selatan Tahun 2019-2021 ... 51

(13)

xii

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 24 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Sulawesi Selatan ... 39 Gambar 4.2 Alur Penyampaian laporan/pengaduan dan penyelesaiannya ... 43 Gambar 4.3 Banner alur pengaduan internal oleh masyarakat ke

Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 56

(14)

xiii

Gambar 1 Wawancara bersama dengan Kepala Perwakilan Ombudsman

RI Sulawesi Selatan ... 82

Gambar 2 Wawancara bersama dengan Kepala Kepala Keasistenan Bidang Penerimaan dan Verifikasi Laporan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 82

Gambar 3 Wawancara bersama dengan Kepala Keasistenan Bidang Pencegahan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 83

Gambar 4 Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan melakukan Survei Nilai Kepatuhan di Polrestabes Makassar ... 83

Gambar 5 Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan melakukan mediasi dengan Terlapor... 84

Gambar 6 Wawancara dengan Masyarakat Informan 6... 84

Gambar 7 Wawancara dengan Masyarakat Informan 8... 85

Gambar 8 Loket Aduan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 85

Gambar 9 Alur Pengaduan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 86

Gambar 10 Informasi Layanan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 86

Gambar 11 Ruang Konsultasi Penerimaan Laporan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan ... 87

Gambar 12 Polrestabes Makassar... 87

Gambar 13 Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polrestabes Makassar ... 88

Gambar 14 Pelayanan kepada masyarakat di SPKT Polrestabes 88 Makassar ... 88

Gambar 15 Mekanisme Pelayanan Pengaduan Masyarakat ... 89

Gambar 16 Maklumat Pelayanan Polrestabes Makassar ... 89

Gambar 17 Surat Izin Penelitian ... 90

Gambar 18 Surat Izin Penelitian ... 91

Gambar 19 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 92

(15)

1 A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan salah satu fungsi negara dan pemerintah yang diamanatkan oleh konstitusi untuk mencapai tujuan negara yakni kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik mendapat perhatian dari negara dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, hal ini dimaksudkan supaya penyelenggaraan pelayanan publik dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan dilaksanakan secara adil, merata, tidak diskriminatif, mudah dan murah.

Sejalan dengan reformasi politik pada lebih dari dua dasa warsa yang lalu dalam penyelengaaraan negara yang diikuti oleh reformasi birokrasi secara menyeluruh dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance).

Reformasi birokrasi diharapkan berdampak dalam kehidupan bernegara dan bermanfaat bagi masyarakat, oleh sebab itu perwujudan good governance diperlukan untuk perbaikan penyelenggaraan pelayanan publik.

Penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih dijumpai berbagai fenomena yang menyimpang dari tujuan penyelenggaraan pelayanan publik tersebut sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (Indonesia, 2009) bahwa salah satu tujuan pelayanan publik adalah terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

(16)

Penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam pelayanan publik masih banyak diwarnai praktik maladministrasi, dan berbagai bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme. Fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah sendiri dalam implementasinya ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat, baik dari sisi objektivitas maupun akuntabilitasnya, maka diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan seperti lembaga negara Ombudsman. Masih adanya penyimpangan-penyimpangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik hal ini tentu merugikan masyarakat dan juga berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada negara itu sendiri.

Upaya negara untuk menjamin terselenggaranya pelayanan publik sesuai dengan amanat Undang-Undang yang ada, maka dibentuk lembaga negara yang bertugas untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara, serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Indonesia, 2008).

(17)

Sejak terbentuknya Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan telah melaksanakan tugas pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan menangani berbagai masalah terkait dengan maladministrasi. Maladministrasi sendiri merupakan perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan (Indonesia, 2008). Adapun beberapa bentuk- bentuk maladministrasi adalah penundaan berlarut, tidak memberikan pelayanan, tidak kompeten, penyalahgunaan wewenang, permintaan imbalan, penyimpangan prosedur, bertindak tidak layak/patut, berpihak, konflik kepentingan diskriminasi, dan mempersulit (Putri & Sahuri, 2017).

Praktik-praktik maladministrasi dijumpai dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah, salah satu diantaranya adalah pelayanan publik yang dilaksanakan oleh instansi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Indonesia, 2002).

Salah satu tugas Polri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pada kenyataannya masih kurang maksimal, terutama dalam hal laporan pengaduan yang

(18)

terkadang pelayanannya kurang baik atau biasa disebut dengan penundaan berlarut, hal ini menyebabkan kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak kepolisian (Safitri, 2011).

Kinerja organisasi dapat dilihat pada hasil atau tingkat keberhasilan organisasi secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Mengenai kinerja organisasi, Lenvine (dalam Nasucha, 2004) berpendapat bahwa untuk mengukur kinerja sebuah organisasi publik harus memperhatikan tiga unsur yaitu responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Kinerja Ombudsman dalam melakukan pengawasan dapat dilihat pada pelaksanaan tugasnya yakni menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, melakukan pemeriksaan substansi atas laporan, menindaklanjuti laporan, melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan, membangun jaringan kerja, melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.

Kinerja Ombudsman RI Sulawesi Selatan dalam melakukan pengawasan dilakukan dengan cara salah satunya yaitu penilaian kepatuhan standar pelayanan publik. Setiap tahunnya Ombudsman RI Sulawesi Selatan memiliki kegiatan rutin yaitu survei nilai kepatuhan pada standar pelaksanaan pelayanan publik diantaranya

(19)

adalah Polrestabes Makassar. Berdasarkan data Ombudsman dari Survei kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik setidaknya terdapat empat substansi dari 29 substansi (isu) yang paling banyak dikeluhkan masyarakat yakni, pertanahan (55 laporan), kepolisian (29 laporan), pendidikan (29 laporan) dan kepegawaian (22 laporan), dalam hal ini pun Ombudsman Republik Indonesia merilis delapan instansi pelayanan publik yang kinerjanya sangat buruk, yakni Satlantas Polrestabes Makassar, Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya, Samsat Makassar, Kantor Imigrasi Kelas 1 Makassar, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya, Kantor Catatan Sipil, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Makassar, dan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Makassar (Chaerul, 2020). Berdasarkan hasil survei tersebut pungutan liar yang dilakukan oleh sejumlah oknum aparat masih menjadi kasus maladministrasi tertinggi yang dilaporkan oleh masyarakat. Salah satu instansi kepolisian yang paling banyak dilaporkan diantaranya adalah Satlantas Polrestabes Makassar.

Masih adanya beberapa kasus maladministrasi khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan kepolisian (Polrestabes Makassar) yang diadukan oleh masyarakat dan belum terselesaikan oleh Ombdusman RI Perwakilan Sulawesi Selatan menjadi menarik untuk dilakukan pengkajian mengenai kinerja Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dan untuk memberikan batasan ruang lingkup kajian ini, maka pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

(20)

1. Bagaimana responsivitas Ombudsman dalam menerima laporan pengaduan masyarakat terkait dengan dugaan maladministrasi pelayanan kepolisian?

2. Bagaimana responsibilitas Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan laporan pengaduan masyarakat terkait dengan dugaan maladministrasi pelayanan kepolisian?

3. Bagaimana akuntabilitas Ombudsman dalam melakukan pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan kepolisian di Polrestabes Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini, adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan responsivitas Ombudsman dalam menerima laporan pengaduan masyarakat terkait dengan dugaan maladministrasi pelayanan kepolisian.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan responsibilitas Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan laporan pengaduan masyarakat terkait dengan dugaan maladministrasi pelayanan kepolisian.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan akuntabilitas Ombudsman dalam melakukan pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan kepolisian di Polrestabes Makassar.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan:

1. Memberikan kontribusi akademik dalam pengembangan konsep-konsep bidang ilmu administrasi publik khususnya manajemen pelayanan publik.

2. Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat terhadap masalah-masalah pelayanan publik khususnya terkait dengan fungsi pengasawan Ombudsman.

3. Memberikan kontribusi hasil kajian bagi seluruh stakeholders lainnya dalam meningkatkan kinerja organisasi khususnya pelayanan publik.

(22)

8 A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi tolak ukur dan acuan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis dan menjadi acuan dalam penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini, diantaranya:

1. Azizah (2018), melakukan penelitian berjudul The Role Of Supervisory Function In Handling Police Maladministration Within Republic Of Indonesia Ombudsman (Case Study In Republic Of Indonesia Ombudsman Office In Surabaya City), yang membahas fungsi pengawasan Ombudsman Republik Indonesia terhadap penanganan maladministrasi di kepolisian dengan menggunakan metode studi kasus pendekatan kualitatif, penelitian ini menjelaskan fungsi Ombudsman dalam pengawasan maladministrasi dilakukan dengan cara penyelesaian laporan dugaan maladministrasi serta melakukan pencegahan maladministrasi di kepolisian, adapun kendala yang kerap terjadi bersumber dari internal maupun eksternal organisasi itu sendiri.

2. Putri dan Sahuri (2017), yang melakukan penelitian berjudul Efektivitas Kinerja Ombudsman dalam Menangani Pengaduan Pelayanan (Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru) metode penelitiannya adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif, penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru dan data bersumber dari data primer dan

(23)

sekunder, data diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan informan kunci. Adapun penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pengawasan yang dilakukan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau kepada aparatur pemerintah tentang pelayanan publik di Kota Pekanbaru yang mendapatkan keluhan dari masyarakat, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau masih terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh yaitu, kurangnya sumber daya manusia, terbatasnya anggaran, serta minimnya fasilitas untuk mendukung kinerja Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau agar dapat berjalan dengan optimal.

3. Arifka (2020), melakukan penelitian berjudul Responsivitas Lembaga Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Aceh Dalam Menangani Laporan Maladministrasi, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana teknik pengumpulan data berasal dari dokumentasi, observasi lapangan, serta wawancara, adapun analisis dilakukan dengan mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian adalah dari 6 indikator yang dipakai untuk mengukur Responsivitas Ombudsman RI Perwakilan Aceh dalam penanganan maladministrasi, terdapat empat indikator yang berjalan dengan baik, diantaranya petugas merespon setiap pelanggan, petugas melakukan pelayanan dengan tepat dan cermat, semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas, adapun dua indikator lainnya yang dianggap masih kurang oleh pelapor diantaranya petugas melayani dengan cepat dan pelayanan dengan waktu yang tepat.

(24)

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian yang dilaksanakan Judul Fokus Penelitian Pendekatan Penelitian The Role Of Supervisory

Function In Handling Police Maladministration Within Republic Of Indonesia Ombudsman (Case Study In Republic Of Indonesia Ombudsman Office In

Surabaya City) (Azizah, 2018)

Fungsi pengawasan Ombudsman Republik Indonesia dalam menangani maladministrai pada kepolisian

Jenis penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif

Efektivitas Kinerja

Ombudsman dalam Menangani Pengaduan Pelayanan (Kasus Maladministrasi di Kota Pekanbaru) (Putri & Sahuri, 2017)

Penanganan pengaduan maladministrai penyelenggaran pemerintahan

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif

Responsivitas Lembaga Ombudsman Republik

Indonesia Perwakilan Provinsi Aceh Dalam Menangani Laporan Maladministrasi (Arifka, 2020)

Responsivitas Ombudsman

Republik Indonesia dalam menangani laporan

maladministrasi

Metode kualitatif deskriptif dimana data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka- angka teknik

pengumpulan data berasal dari

dokumentasi, observasi lapangan, serta

wawancara

Posisi Penelitian yang dilaksanakan: Penelitian mengenai kinerja Ombudsman terhadap penanganan pengaduan masyarakat terhadap maladministrasi pelayanan kepolisian di Kota Makassar, yang dilaksanakan ini memiliki kesamaan dengan beberapa penelitian yang lain yakni fokus penelitian dan metode yang digunakan.

Perbedaan terletak pada lokus penelitian yakni pengawasan Ombudsman pada instansi kepolisian. Pengumpulan data yang diterapkan menggunakan metode observasi langsung, dan beberapa dimensi yang menjadi objek juga diharapkan menjadi temuan baru dalam penelitian ini khususnya terkait dengan hambatan- hambatan dalam pelaksanaan tugas Ombudsman.

Sumber: Data diolah oleh peneliti, April 2021

(25)

B. Konsep dan Teori

1. Konsep Pelayanan dan Pelayanan Publik

Salah satu tugas dan fungsi utama setiap organisasi dari sekian banyak tugas-tugas yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan pelayanan. Pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi dapat berbeda orientasi dan tujuan tergantung daripada jenis organisasinya. Pada organisasi swasta penyelenggaraan pelayanannya berorientasi pada pelanggan (customers) yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari pelayanan yang dilaksanakan.

Sedangkan pada organisasi publik tujuan pelayanannya adalah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, sehingga orientasi pelayanannya kepada masyarakat atau publik tanpa kecuali.

Beberapa ahli telah mendefinisikan pelayanan (service) dari berbagai perspektif, menurut Kotler (dalam Syahputra & Herman, 2019) pelayanan merupakan segala aktivitas dalam suatu perkumpulan yang memberikan keuntungan serta menawarkan kepuasan dimana hasilnya tidak memiliki keterikatan terhadap suatu produk tertentu secara fisik. Pandangan ahli lain memberi pengertian pelayanan sebagai kegiatan oleh organisasi maupun perseorangan yang membawa manfaat baik kepada konsumen yang tidak memiliki wujud serta tidak dapat dimiliki, sifat tidak berwujud dalam pelayanan berarti pelayanan itu hanya dapat dirasakan (Mulyawan, 2016).

Salah satu bentuk pelaksanaan pelayanan adalah pelayanan publik yakni pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tujuan utama dalam penyelenggaraan administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik menjadi isu

(26)

kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di negara ini cenderung berjalan di tempat, sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang-ruang kepublikan baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain (Mahsyar, 2011).

Pelayanan publik adalah produk dari birokrasi publik yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara luas (Dwiyanto, 2021). Maka dari itu para birokrat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas, termasuk di dalamnya pemenuhan pelayanan berupa jasa, barang maupun pelayanan administratif. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih bercirikan hal-hal seperti berbelit-belit, lamban, mahal, melelahkan, dan ketidakpastian (Mahsyar, 2011).

Birokrasi pelayanan publik adalah lembaga pemerintah yang sehari-hari selalu bersentuhan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan kewajiban pokok pemerintah (birokrasi negara) untuk menyediakan dan menyelenggarakannya. Pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menjelaskan tentang pelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya sebagaimana

(27)

dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 bahwa pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, perguruan tinggi swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta. 2) Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi pelayanan yang bersifat primer yakni semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu- satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan. Adapun yang bersifat sekunder yaitu segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan (Indonesia, 2009).

Salah satu aspek yang sangat penting dalam melaksanakan fungsi pemerintahan adalah pelayanan terhadap masyarakat dari berbagai aktivitasnya dan untuk itulah maka pemerintah membentuk sistem administrasi dan birokrasi pemerintah tingkat tinggi sampai ketingkat pemerintah yang lebih rendah agar dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal bagi seluruh masyarakat.

Penyelenggaraan pelayanan publik memiliki unsur-unsur diantaranya menurut (Sirajuddin, Sukriono dan Winardi, 2012) yaitu:

(28)

a. Penyedia layanan, yaitu pihak yang memberikan jasa tertentu kepada konsumen baik berupa barang atau jasa-jasa.

b. Penerima layanan, disebut konsumen (customer) atau pelanggan yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan. Adapun jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan.

c. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan, penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama dari layanan tersebut, yaitu kepuasan pelanggan, hal ini sangat penting karena kepuasan pelanggan biasanya berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan/atau jasa yang mereka nikmati.

Kualitas pelayanan jika dikaitkan dengan pelayanan publik mengacu pada kualitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat. Istilah kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dari tradisional hingga yang lebih strategis. Adapun yang dimaksud dengan kualitas adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga pelayanan yang diberikan tentunya berkualitas, dan kedua kualitas tersebut harus diperhatikan, Negara berkembang biasanya tidak dapat memenuhi kedua kualitas tersebut, sehingga pelayanan publiknya kurang memuaskan (Suleman & Wance, 2020).

2. Konsep Kinerja

Kinerja sebenarnya berasal dari istilah prestasi kerja, yang disebut juga dengan kinerja aktual atau prestasi kerja atau pencapaian aktual yang telah dicapai oleh karyawan. Kinerja adalah gambaran tingkat pelaksanaan suatu rencana kegiatan atau kebijakan untuk mencapai tujuan, sasaran, visi dan misi organisasi

(29)

yang dituangkan dalam rencana strategis organisasi (Badeni, 2014). Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa target dan tujuan yang ditetapkan dalam penilaian, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.

Sejalan dengan berbagai perspektif para ahli mengenai kinerja organisasi, Lenvine (dalam Nasucha, 2004) berpendapat bahwa untuk mengukur kinerja sebuah organisasi publik harus memperhatikan tiga unsur yaitu responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Penjabaran ketiga aspek tersebut sebagai berikut:

a. Responsivitas, adalah daya tanggap organisasi yang ditunjukkan pada kemampuan dalam menanggapi dan merespon tuntutan masyarakat yang dilayani dengan tindakan secara cepat dan tepat. Dalam pelayanan publik responsivitas sangat diperlukan karena merupakan bukti kemampuan organisasi publik untuk menyediakan apa yang menjadi tuntutan seluruh rakyat pada sebuah negara.

b. Responsibilitas, adalah kemampuan organisasi untuk mengatur sejauh mana pemberian layanan telah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan atau prosedur yang telah ditetapkan. Responsibilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana proses pemberian pelayanan publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar telah ditetapkan.

(30)

c. Akuntabilitas, sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Akuntabilitas merupakan suatu petunjuk mengenai kegiatan organisasi publik apakah konsisten terhadap peraturan atau kebijakan yang ada. Dalam hal ini, akuntabilitas menjadi tolak ukur seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tersebut konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri kepercayaan. Media pertanggungjawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi mandat mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan.

3. Etika Administrasi dan Maladministrasi

Etika sebenarnya merupakan role of conduct yang harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik mulai dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi pelayanan, sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai tujuan akhir dari pelayanan tersebut. Dalam konteks ini, pusat perhatian ditujukan kepada aktor yang terlibat dalam setiap fase, termasuk kepentingan aktor-aktor tersebut, apakah para aktor telah benar-benar mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan-kepentingan yang lain.

(31)

Etika menjadi hal yang selalu diingatkan, karena memang dari hari kehari selalu muncul pelanggaran etika atau misconduct di dalam instansi pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia. Hal ini mengakibatkan skandal etika yang semakin meluas, tidak saja disebabkan oleh semakin banyak aturan yang membatasi moral pejabat tetapi juga oleh semakin banyak tuntutan publik agar pejabat publik harus mengikuti nilai-nilai dasar yang mereka tuntut.

Etika dalam pelayanan publik mempunyai sebuah sasaran untuk membentuk perilaku dan pola pikir dari seorang aparatur negara yang memahami tugas dan fungsi sebagai abdi dari masyarakat dan abdi negara sehingga mampu mencapai Good Governance sebagai proses pencapaian tujuan negara.

Menurut Siagian (dalam Mulyaningsih, 2018) perilaku birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus bersifat adil, peduli, disiplin, peka dan tanggung jawab. Apabila hal tersebut tidak terlaksana, maka terjadilah disfungsional birokrasi atau mal-administration. Kedua hal tersebut dalam terminologi birokrasi disebut sebagai patologi birokrasi. Munculnya patologi tersebut inilah yang membuat terjadinya pelanggaran etika birokrasi.

Berkenaan dengan kinerja birokrasi yang buruk, secara detail ruang lingkup patologi birokrasi dijelaskan oleh Smith (dalam Sawir, 2020) dengan memetakan atas dua konsep patologi yaitu:

a. Disfunctions of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur, aturan dan prosedur atau berkaitan dengan karakteristik birokrasi atau birokrasi secara kelembagaan yang jelek sehingga tidak mampu mewujudkan kinerja yang baik, atau erat kaitannya dengan kualitas birokrasi secara institusional.

(32)

b. Mal-administration, yakni berkaitan dengan ketidakmampuan atau perilaku yang dapat disogok, meliputi: perilaku korup, tidak sensitif, arogan, misinformasi, tidak peduli dan bias, atau erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusianya atau birokrat yang ada di dalam birokrasi.

Maladministrasi sendiri merupakan perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan (Indonesia, 2008).

Adapun beberapa bentuk-bentuk maladministrasi adalah penundaan berlarut, tidak memberikan pelayanan, tidak kompeten, penyalahgunaan wewenang, permintaan imbalan, penyimpangan prosedur, bertindak tidak layak/patut, berpihak, konflik kepentingan diskriminasi, dan mempersulit (Putri & Sahuri, 2017).

4. Pengertian dan Kedudukan Ombudsman Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan Publik

Upaya negara untuk menjamin terselenggaranya pelayanan publik sesuai dengan amanat undang-undang yang ada, maka dibentuk lembaga negara yang bertugas untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan

(33)

pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara, serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Indonesia, 2008).

Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan telah melaksanakan tugas pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan menangani berbagai masalah terkait dengan maladministrasi. Ombudsman bukan hanya sebagai sistem untuk menyelesaikan keluhan masyarakat kasus demi kasus, meskipun hal itu merupakan tugas ombudsman yang paling fungsional karena lebih langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, tetapi ombudsman juga bisa mengambil inisiatif tanpa harus atas nama pelapor, untuk meminta akuntabilitas pemerintah dalam pemberian pelayanan umum dalam bentuk meninjau ulang kebijakan atau tindakan pemerintah yang tidak memenuhi asas-asas dan standar pelayanan umum, sehingga melahirkan tindakan maladministrasi yang terus menerus dan sistemik (Anggraeni & Dimyati, 2018).

Ombudsman Republik Indonesia untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku aparatur dalam pelayanan publik sesuai amanat Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Ombudsman berwenang:

(34)

a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;

b. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;

b. Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan Laporan;

c. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;

d. Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/ atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;

e. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.

5. Kepolisian dalam Pelayanan Publik

Pelayanan publik memainkan peranan kunci dalam menghadapi tantangan globalisasi. Paling tidak tantangan globalisasi tersebut memerlukan jawaban dalam hal peningkatan daya saing (competitiveness) dan daya tarik (attractiveness), baik ditingkat regional maupun internasional. Dalam Kode Etik POLRI berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol.KEP/32/VII/2003 ditegaskan dalam pasal 5 bahwa

“memberikan pelayanan terbaik, memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

(35)

ikhlas dengan prosedur cepat, sederhana, serta tidak bermasa bodoh, apatis, mendiamkan adanya harapan masyarakat”. Secara lebih rinci diatur beberapa tindakan atau perilaku yang harus dan dilarang untuk dilakukan dalam rangka pelayanan publik tersebut, mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit, tidak membeda-bedakan (diskrimiasi cara pemberian pelayanan, tidak meminta biaya kecuali diatur oleh undang-undang, tidak mengeluarkan kata-kata atau gerakan tubuh yang mengisyaratkan minta imbalan atas jasa pelayanan yang diberikan”.

Pelaksanaan pelayanan publik oleh kepolisian berupa pelayanan administratif antara lain adalah penerbitan izin seperti Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Izin Keramaian. Pelayanan SIM dilakukan oleh Kepolisian Resor atau Kepolisian Wilayah Kota Besar, sedang izin keramaian diberikan oleh seluruh tingkat kepolisian. Pelayanan Publik di Instansi Kepolisian Sesuai dengan buku Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor, Pasal 3

“dalam melaksanakan tugas Polres menyelenggarakan fungsi” ini juga merupakan bentuk dari sistem pelayanan, sebagai berikut :

a. Pemberian pelayanan kepolisisan kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan dan permintaan bantuan atau pertolongan, pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri dan pelayanan surat-surat izin/keterangan, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.

b. Intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian, baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan

(36)

rencana kegiatan operasional Polres dalam rangka pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan dalam negeri.

c. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan, dalam rangka penegakan hukum serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan penyidik pegawai negeri sipil.

d. Pembinaan masyarakat, yang meliputi perpolisian masyarakat dan pembinaan/pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-perundangan, terjalinnya hubungan Polri dengan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian serta pembinaan teknis, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa lainnya.

e. Sabhara Kepolisian, yang meliputi kegiatan patroli, pengaturan, penjagaan dan pengawalan kegiatan masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan, pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan objek vital yang meliputi VIP, parawisata dan objek vital lainnya, dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan Kamtibmas.

f. Lalu Lintas Kepolisisan, yang meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, dalam rangka penegakan hukum dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

(37)

g. Fungsi-fungsi lain, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau peraturan pelaksanaannya termasuk pelayanan kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang.

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia yang bertanggungjawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Polri sebagai agen penegak hukum dan pembina keamanan dan ketertiban masyarakat. Konsepsi tugas, fungsi dan peran Polri yang bersumber dari landasan yang masih relevan namun masih perlu diorientasikan dengan perkembangan masyarakat. Polri dengan keberadaannya membawa empat peran strategis, yakni: perlindungan masyarakat, penegakan hukum, pencegahan pelanggaran hukum, dan pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat.

(38)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2021

Berdasarkan bagan kerangka pikir di atas dapat dijabarkan penjelasan sebagai berikut. Merujuk pada pandangan Lenvine dalam mengukur kinerja sebuah organisasi terdapat tiga aspek yaitu, responsivitas hal ini diartikan pada sejauh mana organisasi atau pegawai didalamnya tanggap terhadap kebutuhan pelayanan yang akan diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Daya tanggap disini dilihat pada sejauh mana organisasi merespon tuntutan masyarakat yang dilayani dengan tindakan yang cepat dan tepat. Responsivitas merupakan salah satu bukti bagi kemampuan organisasi publik terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsinya. Terkait dengan kinerja Ombudsman, maka

Kinerja Ombudsman dalam Penanganan Pengaduan Terhadap Maladministrasi Pelayanan Kepolisian di Kota Makassar

Responsibilitas

Responsivitas Akuntabilitas

Optimalisasi Kinerja Ombudsman

(39)

responsivitas ditunjukkan pada kecepatan dalam merespon laporan masyarakat, menindaklanjuti, dan menyelesaikan atau mencari titik temu antara kebutuhan masyarakat dengan kepentingan organisasi yang diadukan oleh masyarakat.

Dimensi responsibilitas dilihat pada sejauh mana organisasi mampu untuk mengatur supaya pemberian layanan berjalan sesuai dengan aturan atau prosedur yang berlaku. Pelaksanaan fungsi pengawasan pelayanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman mutlak mengacu pada legalitas perundang-undangan yang ada, oleh sebab itu dalam melaksanakan tugasnya mutlak mengacu pada aturan perundang-undangan yang ada untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat terkait dengan layanan yang diperoleh instansi pemerintah.

Dimensi akuntabilitas dari kinerja Ombudsman adalah petunjuk yang dapat dilihat oleh masyarakat (publik) pada konsistensi lembaga ombudsman dalam melaksanakan tugas pengawasan pelayanan publik seperti menjalankan peraturan atau kebijakan yang ada terkait dengan tugas dan fungsinya. Hasil pelaksanaan tugas Ombudsman dapat diakses oleh masyarakat secara mudah untuk mendapatkan informasi terkait dengan tugas yang telah dipercayakan oleh publik.

Berdasarkan pada ketiga kriteria untuk menilai kinerja Ombudsman dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja kepolisian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka apabila ketiga aspek tersebut terlaksana dengan baik maka dapat dikatakan bahwa Ombudsman telah menjalankan tugas dengan baik dalam mengawal penyelenggaraan pelayanan publik.

(40)

D. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan pada kinerja Ombudsman dalam penanganan pengaduan masyarakat terhadap terjadinya maladministrasi dalam pelayanan kepolisian di Kota Makassar, aspek yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi tiga dimensi kinerja pelayanan yang merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Lenvine (dalam Nasucha, 2004) yakni responsivitas, responsibilitas, dan akuntabiltas.

E. Deskripsi Fokus

Berdasarkan fokus penelitian maka berikut ini pemaparan mengenai deskripsi fokus sebagai berikut:

a. Ombudsman adalah Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan yang melaksanakan fungsi pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dalam hal ini adalah penanganan pengaduan masyarakat terhadap maladministrasi pelayanan kepolisian di Polrestabes Makassar.

b. Kepolisian adalah Instansi Kepolisian Kota Besar Makassar yang melaksanakan pelayanan publik sesuai dengan tugas kepolisian dan berdasarkan kode etik Polri dalam memberikan pelayanan yakni memberikan pelayanan terbaik, memberikan pelayanan kepada masyarakat secara ikhlas dengan prosedur cepat, sederhana, serta tidak bermasa bodoh, apatis, dan mendiamkan adanya harapan masyarakat.

c. Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh aparat penyelenggaraan pelayanan publik yang melampaui wewenangnya, seperti menggunakan wewenang untuk kepentingan diri sendiri, kelalaian,

(41)

pengabaian atau tindakan diskriminatif yang menimbulkan kerugian materil dan immaterial bagi warga masyarakat atau perseorangan.

d. Kinerja Ombudsman adalah tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan ombudsman sesuai dengan tugas dan fungsinya khususnya dalam menangani pengaduan masyarakat terkait dengan maladministrasi pelayanan kepolisian.

Kinerja ombudsman diukur pada aspek responsivitas terhadap pengaduan masyarakat, responsibilitas dalam melaksanakan tugas, dan akuntabilitas terhadap pengaduan masyarakat dan menangani masalah maladministrasi yang dilaporkan oleh masyarakat.

e. Responsivitas, adalah kemampuan Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dalam menanggapi dan merespon laporan atau aduan masyarakat Kota Makassar terhadap maladministrasi pelayanan Kepolisian Polrestabes Makassar.

f. Responsibilitas, adalah kemampuan organisasi Ombudsman memastikan proses pemberian layanan berupa pengaduan maladministrasi oleh masyarakat terkait dengan pelayanan Kepolisian Polrestabes Makassar telah berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan berdasarkan pada prosedur yang telah ditetapkan.

g. Akuntabilitas, adalah bentuk pertanggungjawaban publik yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan terkait dengan pengaduan masyarakat terhadap maladministrasi pelayanan Kepolisian Polrestabes Makassar, yaitu dengan membuka akses informasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan tugas Ombudsman baik secara langsung maupun melalui media komunikasi yang tersedia.

(42)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu dua bulan, yaitu mulai bulan Juli 2021 sampai dengan bulan September 2021, dimulai dari pengumpulan data lapangan, pengolahan data dan penulisan laporan berupa skripsi. Lokasi penelitian bertempat di Kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin Ruko Alauddin Plaza Blok BB No. 17, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Pengumpulan data juga dilakukan pada Kantor Kepolisian Kota Besar Makassar sebagai objek kasus dimana ditengarai masih adanya fenomena pelayanan publik yang terindikasi terjadi maladministrasi dalam melakukan pelayanan kepolisian kepada masyarakat. Adapun pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan jumlah laporan pelayanan administrasi kepolisian yang setiap tahun terus meningkat sehingga diperlukannya tinjauan tentang kinerja Ombudsman yang merupakan salah satu lembaga eksternal yang mempunyai wewenang dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif dimana penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mengkonstruksi hal-hal yang berkaitan dengan kinerja ombudsman dalam melaksanakan tugas penanganan pengaduan masyarakat terhadap maladministrasi dalam pelayanan

(43)

kepolisian. Pemilihan penelitian kualitatif tipe deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara luas dan utuh berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada instansi yang bersangkutan.

Fenomena yag dideskripsikan dalam hal ini adalah kinerja ombdusman dalam menerima laporan pengaduan masyarakat mengenai pelayanan kepolisian, tindakan yang diambil berupa pendampingan untuk penanganan kasus. Sedangkan pada objek penyelenggara layanan fenomena yang dideskripsikan adalah tindakan- tidakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, dan deskripsi penyelesaian masalah terhadap laporan warga. Hasil pengumpulan data dari kedua instansi tersebut selanjutnya dideskripsikan oleh peneliti untuk menggambarkan kinerja dari instansi terkait mengenai penyelesaian maladministrasi yang diduga terjadi.

C. Sumber Data

Data penelitian diperoleh dari sumber informasi yaitu :

1. Data primer merupakan data dari sumber pertama yang diperoleh secara langsung dari informan penelitian. Data ini diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan pejabat terkait, observasi terhadap kegiatan Ombudsman dalam menangani pengaduan masyarakat. Data primer juga diperoleh dari instansi kepolisian dalam menangani suatu perkara yang menjadi aduan masyarakat.

2. Data Sekunder merupakan data yang dikumpulkan sebagai penunjang data primer, data ini diperoleh dari literatur, dan dokumen yang ada pada lokasi dan objek penelitian yakni pada kantor Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatan dan Instansi Polrestabes Makassar. Data tersebut antara lain berupa artikel

(44)

berita online, data dari pelapor yang masuk pada kantor Ombudsman, dan berbagai dokumen kasus aduan mulai dari instansi maupun perseorang atau individu, serta arsip dokumen yang berhubungan dengan laporan aduan masyarakat terkait maladministrasi yang telah ditangani oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan khususnya terkait dengan aduan pelayanan Kepolisian Polrestabes Makassar.

D. Informan Penelitian

Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yang dapat memberikan data. Informan penelitian ditentukan secara purposive sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh informan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti yakni dianggap cakap, dan kredibel untuk menjawab pertanyaan sesuai topik penelitian.

Adapun informan penelitian terdiri atas Kepala Perwakilan Ombudsman, Staf Keasistenan Ombudsman, pejabat terkait Polrestabes Makassar, masyarakat pelapor, dan sumber lain yang dapat memberikan data. Informan penelitian dapat saja berkembang pada saat proses pengumpulan data lapangan di lokasi penelitian sesuai dengan kebutuhan objek yang menjadi kajian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan informan penelitian yaitu Kepala Perwakilan Ombudsman, Staf Keasistenan

(45)

Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan, Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Makassar, dan masyarakat pelapor.

Teknik ini merupakan teknik paling utama yang digunakan selama proses penelitian berlangsung dan instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.

2. Observasi

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di Kantor Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan. Observasi ini menggunakan observasi partisipan yang menuntut peneliti untuk dapat mengakses kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh staf Ombudsman terhadap proses penyelesaian kasus laporan aduan masyarakat di kantor Ombudsman maupun pada objek aduan masyarakat yaitu instansi kepolisian. Observasi juga dilakukan pada instansi Polretabes Makassar sebagai penyelenggara layanan masyarakat.

3. Studi dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan dokumen-dokumen dalam bentuk aturan perundang-undangan terkait, pemberitaan media terkait dengan kinerja Ombudsman, pemberitaan media terkait dengan pelayanan kepolisian, berkas dan arsip dokumen lainnya yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Studi dokumentasi ini digunakan untuk mendukung data hasil wawancara dan observasi lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (dalam Anggito dan Setiawan, 2018) yang meliputi:

(46)

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data dalam hal ini peneliti melakukan proses pengumpulan dan penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan data yang dirasa masih kurang.

Data yang diperoleh di lapangan mungkin jumlahnya sangat banyak. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (data display)

Menyajikan data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penyajian data selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.

3. Verifikasi Data (conclusions drowing/verifiying)

Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data. Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan ada perubahan-perubahan bila tidak dibarengi dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan

(47)

data berikutnya. Bila kesimpulan yag dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.

G. Teknik Pengabsahan Data

Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian kredibilitas data adalah dengan triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah sesuai kebutuhan penelitian yakni:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dimaksudkan untuk memverifikasi data yang telah diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda, dalam hal ini memperhatikan kedudukan dan kepentingan masing-masing informan.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang mana dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan teknik pengujian kreadibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

(48)

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dimaksudkan supaya diperoleh data yang valid dan reliabel berdasarkan pada situasi dan kondisi yang berbeda dari masing-masing informan. Untuk itu dalam rangka pengujian kreadibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

(49)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil Organisasi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jalan Sultan Alauddin Ruko Alauddin Plaza Blok BB No. 17, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Instansi ini merupakan perwakilan dari Ombudsman Republik Indonesia (ORI) pusat yang berkedudukan di Jakarta.

Dibentuknya perwakilan ORI pada beberapa provinsi yang ada di Indonesia tidak terlepas daripada adanya kebijakan mengenai otonomi daerah yang menuntut pemerintah memberikan pelayanan yang semakin efektif, efisien, dan dapat memuaskan masyarakat. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya lembaga pengawas pelayanan publik yang berkedudukan secara independen. Ombudsman RI sebagai lembaga pengawas pelayanan publik berkewajiban untuk memenuhi standar pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009.

Keberadaan undang-undang tersebut menjadi acuan atau standar penyelenggaraan pelayanan publik dimana dapat menekan atau meminimalisir terjadinya maladministrasi. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemui pada penyelenggaraan pelayanan yang belum

(50)

sepenuhnya sesuai dengan yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut, hal ini dapat dijumpai pada berbagai instansi pemerintah baik instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pembentukan Ombudsman RI di daerah diperkenankan untuk membuka Perwakilan baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota, hal ini disebabkan karena luasnya jangkauan pengawasan pelayanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman RI sehingga dengan adanya perwakilan di daerah kinerja Ombudsman dapat lebih efektif. Pada saat ini Ombudsman Republik Indonesia terdapat di Pusat dan juga pada 32 perwakilan di provinsi. Salah satu Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia tersebut berada di Provinsi Sulawesi Selatan.

Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan dalam kedudukannya tidak dapat dipisahkan dengan Ombudsman Republik Indonesia. Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan merupakan perpanjangan tangan Ombudsman Republik Indonesia yang secara khusus bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana ditegaskan dalam Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Sejarah pembentukan Ombudsman Republik Indonesia pertamakali melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000, ketika itu Ombudsman masih berbentuk lembaga ad hoc dengan nama Komisi Ombudsman nasional.

Lembaga ini dibentuk dilatarbelakangi oleh suasana transisi menuju

(51)

demokrasi atau dapat dikatakan sebagai buah reformasi politik yang bergulir pada tahun 1998. Presiden RI kala itu Abdurrahman Wahid memutuskan untuk membentuk Ombudsman sebagai lembaga yang diberi wewenang mengawasi kinerja pemerintahan dan pelayanan umum lembaga peradilan.

Tujuan pembentukan Komisi Ombudsman Nasional dijelaskan dalam Keppres No. 44 Tahun 2000 adalah untuk membantu menciptakan dan/atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan KKN serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.

Kedudukan lembaga Ombudsman setelah diberlakukannya Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI mengalami banyak perubahan mendasar yang terjadi dan diatur dalam undang-undang tersebut.

Selain penegasan sebagai lembaga negara, rekomendasinya juga wajib ditindaklanjuti dan memiliki kekuatan mengikat yang lebih signifikan serta diberikan hak imunitas dan tidak dapat dihalang-halangi selama menjalankan tugasnya.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pasal 46 ayat 3 mengamanatkan bahwa Ombudsman wajib mendirikan perwakilannya di daerah untuk mendukung tugas dan fungsi Ombudsman dalam kegiatan pelayanan publik. Ombudsman RI merupakan lembaga negara yang dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya, hal yang sama juga berlaku terhadap

(52)

Ombudsman perwakilan masing-masing provinisi. Pembentukan Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk pada tahun 2012, bersamaan dengan pembentukan kantor perwakilan pada lima wilayah provinsi lainnya yakni Maluku, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, dan Bali melalui Keputusan Ketua Ombudsman RI Nomor: 02/ORI-SK/I/2012, Tanggal 6 Januari 2012 untuk mengawasi pelayanan publik di daerah dan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses pelayanan dari Ombudsman RI.

Struktur organisasi Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kepala Perwakilan, Keasistenan terdiri atas Keasistenan Penerimaan dan Verifikasi Laporan, Keasistenan Pemeriksaan, dan Keasistenan Pencegahan, Dalam melaksanakan tugas-tugas administrasi, Ombudsman Perwakilan Sulawesi Selatanan dibantu oleh Kesekretariatan.

Berikut struktur organisasi Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan.

(53)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan

Sumber: Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan, Juli 2021

Adapun visi dan misi Ombudsman RI Perwakilan Sulawesi Selatan sejalan dengan visi dan misi Ombudsman RI yakni: Visi Ombudsman RI adalah mewujudkan pelayanan publik prima yang menyejahterakan dan berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan visi tersebut, maka misi Ombudsman RI adalah:

a. Melakukan tindakan pengawasan, menyampaikan saran, dan rekomendasi serta mencegah maladministrasi dalam pelaksanaan pelayanan publik.

b. Mendorong penyelenggara negara dan pemerintahan agar lebih efektif dan efisien, jujur, terbuka, dan bersih serta bebas dari korupsi, kolusi

(54)

dan nepotisme.

c. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan supermasi hukum yang berintikan pelayanan, kebenaran serta keadilan.

d. Mendorong terwujudnya sistem pengaduan masyarakat yang berintegrasi berbasis teknologi informasi.

Adapun tujuan dari Ombudsman RI sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa Ombudsman bertujuan:

a. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;

c. Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;

d. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktek-praktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;

e. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

Gambar

Tabel 1.1  Penelitian terdahulu dan posisi penelitian yang dilaksanakan ...... 10  Tabel 4.1  Cara penyampaian laporan/pengaduan masyarakat ke
Gambar 2.1   Kerangka Pikir ........................................................................
Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian yang dilaksanakan  Judul  Fokus Penelitian  Pendekatan Penelitian  The Role Of Supervisory
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Teknik Komunikasi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam Melayani Pengaduan Masyarakat Di Kota Mataram dengan

Dari penelitian yang berjudul “Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Propinsi Jawa Timur dalam Penyelesaian Laporan atas Dugaan Maladministrasi

khilaf dan segala kekurangan, Peneliti merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peran Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan

permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mencari tahu, teknik komunikasi Ombudsman RI perwakilan provinsi Sumatera Utara dalam melayani

Sesuai dengan pasal 7 UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia yang menjadi tugas Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau

Perwakilan hanya mengeluarkan saran. Itulah yang membedakan antara Ombudsman pusat dan Ombudsman Perwakilan. Faktor penghambat dalam penyelenggaraan tugas

Fungsi lembaga Ombudsman RI Perwakilan Kalimantan Selatan untuk mengawasi penyelenggara pelayanan publik sangat diperlukan dalam kondisi ini, terutama pelayanan

Dalam mengatasi kendala Sumber Daya Manusia (SDM), upaya yang dilakukan oleh Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah ialah dengan cara melakukan pendampingan dan pelatihan