• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MENGENAI KONSEP TENTANG AL – QURAN , AS-SUNNAH , DAN IJTIHAD DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

N/A
N/A
GIZZA LINOSA ISLAMY

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH MENGENAI KONSEP TENTANG AL – QURAN , AS-SUNNAH , DAN IJTIHAD DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MENGENAI KONSEP TENTANG AL – QURAN , AS-SUNNAH , DAN IJTIHAD DALAM

MEMBANGUN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

MATA KULIAH : AGAMA [ B ]

Dosen Mata Kuliah : Afriyadi, M.Pd

Disusun oleh : KELOMPOK II

1. GIZZA LINOSA ISLAMY (01031182328027) 2. FATRIYUNI SYUKRIAH (01031282328075) 3. MUHAMMAD DIKO PRATAMA ( 01031282328086)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat- Nya , kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan baik dan tepat waktu dengan judul Makalah “ Konsep Tentang Al-quran , As-sunnah , dan Ijtihad dalam Membangun Kebudayaan Islam di Indonesia”, Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya dalam proses penyusunan makalah ini .

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari .

Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik bagi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Indralaya , 12 Maret 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ….……… i

DAFTAR ISI ………... ii

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

Latar Belakang ………... 2

Tujuan ………... 2

Rumusan Masalah ……….. 2

BAB II ISI ………... 3

a. Ayat al- Qur`an sebagai inspirasi pengembangan kebudayaan ………….. ………... 4

b. Keanekaragaman corak penafsiran al-Qur’an ………... 4

c. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya …... 4

d. Model penerapan as-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia ………... 4

e. Faktor yang melatar belakangi keanekaragaman ijtihad ... 4

f. Menghargai keragaman ijtihad ulama ………... 4

BAB III PENUTUP ………... 5

a. Kesimpulan ………... 6

b. Saran ………... 6

DAFTAR PUSTAKA ………... 7

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

l-Quran telah memberikan motivasi dan inspirasi kepada umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan sehingga melahirkan jenis budaya tertentu. Dialog intelektual yang dilakukan secara kreatif oleh umat Islam terhadap al-Quran ternyata telah menghasilkan lahirnya generasi umat yang dipenuhi dinamika dan kreativitas. Sejarah telah membuktikan keunggulan budaya umat Islam pada masa klasik yang disebabkan dialog kreatif mereka terhadap al-Quran.

Sebaliknya ketika al-Quran ditinggalkan, kelumpuhan dan kebekuan segera menyerang dan menjangakiti tubuh umat Islam. Oleh karena itu, sangat wajar ketika para pembaharu menyadari hal tersebut, mereka pun secara serentak menyeru umat Islam

untuk kembali kepada al-Quran. Islam masuk ke Indonesia tidak dalam kondisi hampa budaya. Telah ada budaya setempat yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Hal ini melahirkan akulturasi budaya antara ajaran Islam dan budaya masyarakat setempat. Di sisi lain, tata cara pelaksanaan ajaran Islam lebih bercorak keindonesiaan (lokal) dan tidak sepenuhnya sama dengan wilayah aslinya di Timur Tengah. Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana persentuhan agama Islam dengan kebudayaan lokal Indonesia, terutama dengan budaya Sunda. Penulis menyimpulkan bahwa hampir seluruh ranah kehidupan orang Sunda mengandung nilai-nilai yang Islami. Ajaran dan hukum dalam masyarakat Sunda pun disosialisasikan melalui seni dan budaya, seperti pada lakon

pewayangan (wayang golek), lagu-lagu, pantun, dan banyolan-banyolan. Ajaran Islam melalui media wayang golek meliputi Islam sebagai a way of life, termasuk ajaran dasar tentang ketatanegaraan dan pemerintahan. Ajaran Islam melalui pewayangan seringkali menekankan ketaatan kepada ajaran agama dan negara secara bersamaan dan berkesinambungan yang mencerminkan pemahaman atas perintah ketaatan kepada Allah, Rasul dan ûli al-amri sebagaimana diamanatkan dalam al-Qur‘an.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

2.Memahami Al -Quran sebagai inspirasi kebudayaan Islam di Indonesia.

3.Memahami As-Sunnah sebagai penguat pengembangan budaya Islam di Indonesia. 4.Memahami ijtihad sebagai mekanisme kontekstualisasi Al-Quran dan Sunnah.

(5)

C. RUMUSAN MASALAH

Beberapa pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana Al-Quran dapat sebagai inspirasi kebudayaan Islam di Indonesia?

2.Bagaimana As-Sunnah dapat sebagai penguat pengembangan budaya Islam di Indonesia?

3.Bagaimana ijtihad sebagai mekanisme kontekstualisasi Al-Quran dan Sunnah?

(6)

BAB II ISI

A. Al-Quran sebagai inspirasi pengembangan kebudayaan islam di Indonesia

Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Islam menurut bahasa berasal dari Bahasa Arab yaitu aslama. Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita.

Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal dari Islam pula Alquran pada dasarnya adalah serangkaian pernyataan, perumpamaan, cerita, perintah dan larangan yang berdiri sendiri.

Namun, umat Islam percaya yang mendasari pengelompokan beragam ini adalah kesatuan tujuan, pesan, idiom dan karakter.

Kata-kata Alquran, terutama dalam pernyataan di bab pembukaan atau surah, pernikahan diberkati, perjanjian disegel, dan ketakutan akan bahaya diyakini dapat dihindari. Alquran telah dianggap oleh umat Islam sebagai keajaiban ucapan. Karakter, idiom, dan persepsi yang tak ada bandingannya, dipandang sebagai bukti asal-usul ketuhanan bagi umat Islam. Penafsirannya (tafsir) Alquran, disebut telah memenuhi beberapa pemikiran terbaik dari komunitas Muslim. Studi tentang tata bahasa dan cara penulisan, kefasihan, perumpamaan dan metafora, pengibaratan dan cerita, telah berkembang menjadi ilmu yang dimuliakan. Demikian juga untuk pembacaannya, baik dalam nyanyian sederhana (tartil) atau membawakan musik artistik yang sangat maju (tajwid), telah menarik suara dan talenta terbaik masyarakat Muslim sepanjang sejarah Muslim.

Dalam pembacaan Alquran, kekuatan dan keindahannya dirasakan oleh Muslim yang saleh. Oleh karena itu, para pelafal Alquran menempati posisi kehormatan khusus dalam komunitas Muslim. Alquran dinilai telah menetapkan standar kesempurnaan untuk sastra Arab. Selain itu, ia telah merasuki literatur semua bahasa Muslim lainnya. Setiap Muslim menyapa satu sama lain dengan kata-kata dari Alquran dan dengan kata-kata serta ide- idenya, mereka mengekspresikan perasaan dan ide mereka sendiri. Alquran diyakini diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan melalui dia kepada umat manusia, dalam bahasa Arab yang jelas (QS 16: 103). Meskipun Alquran telah diterjemahkan ke dalam sebagian besar bahasa utama di dunia, ia tetap dibaca dalam bahasa aslinya.

Dalam konteks ini, Alquran sebagai inspirasi peradaban harus diaktualisasikan melalui pendidikan Islam holistik integratif. Kata kunci pemajuan peradaban Islam adalah simbiosis mutualisme antara ulama dan umara, ilmu dan kekuasaan. Sinergi ulama dan umara’, kekuasaan dan pendidikan, terbukti membuahkan dinamika keilmuan yang sangat pesat, sehingga dalam waktu relatif singkat kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang dapat diwujudkan.

(7)

Sinergi pendidikan Islam dan kebijakan politik yang mendukung pengembangan ilmu, teknologi, seni, dan budaya di satu pihak dan pemikiran keislaman di lain pihak, terbukti melahirkan peradaban berkemajuan dan berkeadaban pada masa lalu.

 Paradigma baru

Inspirasi Alquran untuk pemajuan peradaban dapat diaktualisasikan, apabila umat Islam memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan paradigma baru dalam berinteraksi dengan Alquran. Paradigma baru dimaksud adalah perubahan paradigma dari membaca verbal (tilawah) menuju membaca penuh pemahaman dan kesadaran.

Ayat-ayat Alquran dibaca dan dimaknai dalam spirit transformasi keilmuan dan kemanusiaan dari kemunduran dan keterbelakangan menjadi kemajuan, dari kemiskinan menuju kemakmuran dan kesejahteraan, dari ketimpangan menuju keadilan sosial, dan dari budaya kekerasan dan perang menjadi budaya damai, toleransi, harmoni, dan persatuan dalam bingkai NKRI.

Dalam konteks ini, gagasan Islam berkemajuan yang dicita-citakan oleh pendiri Muhammadiyah menarik dijadikan sebagai salah satu referensi pengembangan paradigma tersebut. Gagasan tersebut intinya adalah bagaimana menjadikan “teologi al-Ma’un” sebagai keyakinan kuat sekaligus strategi praksis dalam membumikan pesan-pesan Alquran bagi kehidupan umat manusia. Alquran harus dibaca sebagai problem solving, terhadap berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan. Dan sebagai rahmah, multidimensi ajaran kasih sayang Alquran penting diaktualisasikan dalam rangka mewujudkan Islam rahmatan lil ’alamin.

Pemajuan peradaban ilmu, teknologi yang berkeadaban tidak hanya dilandasi akidah tauhid, aplikasi norma-norma syariat, dan aktualisasi nilai-nilai akhlak Islami dalam kehidupan, tetapi juga disemangati berbagai sendi utama tegaknya peradaban itu sendiri, yaitu inovasi dan kreativitas ilmiah dan inovasi seni. Peradaban bangsa ini akan berjaya dengan inspirasi Alquran, apabila sistem politik, administrasi negara, sistem militer, ekonomi, sosial, peradilan, etos intelektualisme, dan kebudayaan dikembangkan secara dinamis dan produktif. Di atas semua itu, sistem pendidikan, budaya riset, pengembangan sains dan teknologi yang diinspirasi Alquran harus berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi.

(8)

B. Keanekaragaman corak penafsiran Al- Quran

Penafsiran Al-Quran tiada henti hingga era kekinian. Kata “tafsir” sendiri merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektual seorang mufassir ketika ia menjelaskan pengertian dan makna ayat Al-Quran sesuai dengan kapasitasnya keilmuannya. Dari sini kemudian, muncul ragam corak tafsir Al-Quran.

Kata corak berasal dari bahasa Arab alwan, bentuk jamak dari launun yang berarti warna. Jadi corak tafsir secara umum diartikan sebagai kekhususan suatu tafsir yang merupakan dampak dari kecenderungan seorang mufassir dalam menjelaskan maksud ayat-ayat Alquran.

1. Corak Tafsir Fiqhi (Hukum)

Tafsir fiqhi merupakan corak tafsir yang kecenderungannya menjelaskan hukum-hukum fikih dalam ayat-ayat Alquran baik secara tersurat maupun tersirat. Tafsir fiqhi lebih populer disebut tafsir ayat al-ahkam karena lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam Alquran. Dari sinilah kemudian muncul para Imam Mazhab seperti Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

Di antara karya mufassir yang memiliki kecenderungan corak tafsir fiqhi adalah Ahkam Alquran karya al-Jashash, ahli fiqh mazhab Hanafi (917-980 M), Tafsir al-Kabir atau Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi yang memiliki corak mazhab Syafi’i, al-Jami’ li Ahkam Alquran karya al-Qurtubi yang memiliki corak mazhab Maliki, Kanzu al-‘Irfan fi Fiqh Alquran karya Miqdad al-Saiwari yang memiliki corak mazhab Imamiyah, Tafsir al- Maraghi karya Musthafa al-Maraghi, dan sebagainya.

2. Corak Tafsir ‘Ilmi (Ilmiah)

Tafsir ‘ilmi adalah penafsiran Alquran yang menggunakan pendekatan ilmiah atau menggali kandungan Alquran berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan.

Tafsir ini berusaha keras untuk melahirkan berbagai cabang ilmu yang berbeda dan melibatkan pemikiran-pemikiran filsafat. Alasan yang melatari penafsiran ini ialah karena seruan Alquran pada dasarnya seruan ilmiah, yang banyak mengajak umat manusia untuk berpikir seperti afala ta’qilun, afala tatafakkarun, dan lain-lain.

Beberapa mufassir yang mengkhususkan pembahasan tafsir ‘ilmi adalah Jawahir al-Tafsir Alquran karya Thantawi al-Jauhari, Tafsir Alquran al-‘Adzim karya Ibn Katsir, Tafsir wa al-Mufassirun karya al-Dzahabi, Tafsir Jalalain karya Jalauddin al-Mahalli dan al-Suyuthi, Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh, dan sebagainya. Di antara sekian banyak karya mufassir di atas, Tafsir Thantawi lah yang merupakan tafsir ‘ilmi yang terlengkap dan terluas.

3. Corak Tafsir Tarbawi (Pendidikan)

Tafsir tarbawi lebih berorientasi pada ayat-ayat tentang pendidikan. Berbeda dengan corak tafsir lainnya, kitab tafsir tarbawi lebih sedikit. Di antara karya mufassir yang dapat digolongan tafsir tarbawi ialah Namadzij Tarbawiyah

(9)

min Alquran al-Karim karya Ahmad Zaki Tafahah (1980 M), Nadzariyah al- Tarbiyah fi Alquran wa Tatbhiqatuha fi Ahd al-Rasul karya Dr. Aminah Ahmad Hasan (1985 M) dan Manhaj Alquran fi al-Tarbiyah karya Muhammad Syadid (1991 M). Sesungguhnya ketiga buku tersebut memberi sumbangsih yang sangat berharga bagi perumusan model tafsir tarbawi dan pengembangannya.

4. Corak Tafsir Falsafi

Secara definisi, tafsir falsafi ialah upaya penafsiran Alquran dikaitkan dengan persoalan-persoalan filsafat, atau bisa diartikan juga penafsiran dengan menggunakan teori-teori filsafat. Sedangkan menurut al-Dzahabi, tafsir falsafi adalah menafsirkan ayat-ayat Alquran berdasarkan pemikirann atau pandangan falsafi seperti tafsir bi al-ra’yi. Dalam hal ini ayat Alquran lebih berfungsi sebagai justifikasi pemikiran yang ditulis, bukan pemikiran yang menjustifikasi ayat Alquran. Di antara karya mufassir yang tergolong tafsir falsafi adalah Rasail Ikhwan al-shafa, Fusus al-Hikam dan Rasail Ibn Sina.

5. Corak Tafsir Akhlaqi

Tafsir Akhlaqi merupakan penafsiran yang lebih berorientasi pada ayat-ayat tentang akhlak dan menggunakan pendekatan ilmu akhlak. Karena itu, penfsiran ayat-ayat akhlak banyak dijumpai di beberapa kitab tafsir terutama aliran tafsir bi al-ma’tsur dan kitab tafsir tahlili. Namun, tidak berarti bahwa tidak ada kitab tafsir yang secara khusus menggarap ayat-ayat tentang akhlak.

Salah satu di antaranya adalah Tafsir al-Nasafi karya Imam Ali al-Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahmud al-Nasaf.

6. Corak Tafsir I’tiqadi (Teologis)

Tafsir teologis merupakan salah satu bentuk penafsiran Alquran yang tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok teologis tertentu, tetapi lebih jauh ia merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang sebuah aliran teologis. Tafsir model ini lebih banyak membicarakan dan memperbincangkan tema-tema teologis daripada mengedepankan pesan pokok Alquran. Seperti layaknya diskusi yang dikembangkan dalam ilmu kalam, tafsir ini sarat muatan sektarian dan pembelaan-pembelaan terhadap paham-paham teologis yang menjadi referensi utama bagi mufassirnya.

7. Corak Tafsir Sufi

Perkembangan sufisme di dunia Islam kian marak yang ditandai oleh praktik asketisme dan eskapisme yang dilakukan oleh generasi awal Islam sejak munculnya konflik sepeninggal Nabi Muhammad saw. Bahkan sampai diteorikan dan dicarikan dasar mistiknya melalui Alquran. Hal inilah yang kemudian muncul teori sufisme seperti mahabbah, maqamat, khauf, ma’rifat dan sebagainya.

Tafsir sufi dibagi menjadi dua, yaitu tafsir sufi nadzari dan ishari. Tafsir sufi nadzari adalah tafsir sufi yang berlandaskan pada teori-teori dan ilmu-ilmu filsafat. Sedangkan tafsir ishari lebih kepada penafsiran ayat-ayat Alquran secara tersirat atau isyarat tersembunyi yang nampak pada pelaku ritual

(10)

sufistik dan bisa jadi penafsiran mereka sesuai dengan makna lahir sebagaimana yang dimaksud dalam tiap-tiap ayat tersebut.

Hikmah Ragam Corak Tafsir Al-Quran :

Adanya beragam corak tafsir Al-Quran sebagaimana disebutkan di atas memberikan kemudahan bagi kita dalam menentukan mana tafsir yang akan kita pilih, tafsir yang memiliki corak tertentu juga memberikan pesan tersirat bagi kita untuk menggali lebih dalam nilai-nilai Alquran dari berbagai sudut pandang, termasuk mengetahui latar belakang mufassir menafsirkan ayat tersebut. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah apakah kecenderungan tersebut menjadi senjata bagi penafsirnya untuk melegitimasi pendapatnya sehingga terjebak pada pengalihan makna Alquran sesuai dengan keinginannya. Maka penting bagi kita sebagai umat Islam harus selektif dan memiliki keilmuan yang luas serta bimbingan guru, ustadz atau kiai yang benar-benar membawa kita pada pemahaman Islam secara utuh, tidak terlalu ke kanan ataupun kiri (moderat).

C. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya

1. Ayat alquran berkaitan dengan budaya di Indonesia a. Qs. Al-Hujurat ayat 13 :

ٌمْيِلَع َ ااا ّنِاۗ ْمُكىاقْتَا ِ ااا َدْنِع ْمُكَمَرْكَا ّنِا ۚ ا ْوُفَراَعَتِل َلِٕىۤاَبَقّو اًب ْوُعُش ْمُكانْلَعَجَو ىاثْنُاّو ٍرَكَذ ْنّم ْمُكانْقَلَخ اّنِا ُساّنلا اَُهّيَآاي

ٌرْيِبَخ Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti.”

Ayat ini menegaskan asal-usul manusia dengan menunjukkan derajat kemanusia yang selalu sama di sisi Allah SWT. Ayat ini juga menunjukkan pentingnya menghormati dan menghargai perbedaan budaya dan menjadikannya sebagai sumber keberagaman. Memperkuat hubungan antara islam (Al-Qur’an) dan budaya berarti menghargai dan mempelajari nilai nilai budaya yang sejalan dengan islam. Al-Qur’an menekankan pentingnya menghargai keberagaman budaya dan menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai bentuk dan warna. Dengan memperkuat hubungan harmonis anatara islam (Al- Qur’an) dan budaya dapat membangun identitas muslim yang kuat.

b. Qs. Ar-Rum ayat 22 :

َنْيِمِل اعْلّل ٍتايا َل َكِل اذ ْيِف ّنِا ْۗمُكِناَوْلَاَو ْمُكِتَنِسْلَا ُف َلِت ْخاَو ِضْرَ ْلاَو ِت او امّسلا ُقْلَخ ٖهِتاياا ْنِمَو

(11)

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

Dalam ayat ini menunjukkan kembali bahwa Allah menciptakan perbedaan budaya dan bahasa sebagai sumber kekayaan dan keberagaman. Islam mengajarkan pentingnya harmoni dalam perbedaan. Memperkuat harmoni dalam perbedaan bukan berarti meniadakan perbedaan itu sendiri, tetapi saling melibatkan perbedaan sehingga dapat saling menghormati, bertoleransi dan bekerjasama. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan memahami keberagaman budaya, umat muslim dapat membangun masyarakat yang inklusif, saling menghormati dan menjaga perdamaian ditengah perbedaan.

2. Fungsi As-sunnah dalam pengembangan budaya islam di Indonesia

Selain ayat-ayat al-quran ada juga as-sunnah yang berfungsi dalam pengembangan budaya islam. Beberapa fungsi As-Sunnah dalam pengembangan budaya islam di indonesia diantaranya :

1. Sebagai contoh dan inspirasi budaya. Sunnah dapat menjadi penguat pengembangan budaya Islam di Indonesia dengan memberikan contoh perilaku, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang sesuai ajaran Islam, seperti berpakaian, makanan, dan adat istiadat.

2. Sebagai implementasi realistis dan ideal dalam Islam, sehingga dapat membantu umat Islam untuk memahami dan mengaplikasikan jaran Islam di kehidupan sehari-hari, contohnya dalam aspek kehidupan seperti beribadah, berinteraksi dengan sesama dan dalam kehidupan sosial.

3. Menjadi penguat pengembangan budaya islam. As-Sunnah dapat membantu memperkuat pengembangan budaya Islam di Indonesia dengan memberi contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan ajaran islam, contohnya seperti seni, dan budaya lokal. Dengan hal ini As-sunnah dapat berfungsi sebagai pengembang budaya sesuai dengan ajaran Islam dan menghargai keberagaman budaya di Indonesia

D. Model penerapan As-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia

1. Penerapan As-sunnah dalam pengembangan budaya islam

Seperti yang kita ketahui As-sunnah adalah interpretasi ajaran al-Quran, sehingga As-Sunnah memiliki peran penting dalam pengembangan budaya islam di Indonesia. Berikut model/cara penerapan as sunnah dalam pengembangan budaya islam di indonesia :

1. Memahami fungsi as-sunnah dalam pengembangan budaya Islam.

2. Menggunakan ayat-ayat Al-Quran sebagai inspirasi.

3. Memahami keragaman interpretasi al-quran

4. Menggunakan As-sunnah sebagai contoh dan inspirasi budaya.

Dengan model/cara tersebut maka terdapat juga penerapan-penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Berikut adalah contoh penerapan as-sunnah :

(12)

1. Maulid Nabi

2. Sholawat

3. Nuzul Quran

2. Makna dan berbagai bentuk Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha dalam proses memutuskan dan menentukan hukum dari perkara yang baru, yaitu perkara yang belum ada hukumnya dalam al-quran dan hadist. Ijtihad hanya dilakukan oleh para ahli agama dan orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

Meski Al-Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al-Quran maupun hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al-Quran dengan kehidupan modern, sehingga diperlukan aturan-aturan turunan dalam kehidupan beragama sehari-hari. Jenis-jenis ijtihad terdapat berbagai macam yaitu :

1. Ijma’

Yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan hadist dalam suatu perkara yang terjadi. Hasil dari ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyas

Yaitu menggabungkan atau menyamakan, artinya menetapkan suatu hukum atau suatu perkara baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya, dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.

3. Ur’f

Yaitu tindakan menentukan keputusan masih boleh dari suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam al-quran dan hadist.

4. Sududz Dzariah

Yaitu memutuskan sesuatu yang diperbolehkan (mubah) menjadi makruh atau bahkan menjadi haram demi kepentingan umat.

5. Istishab

Yaitu menetapkan ketentuan/hukum pada suatu perkara sampai ada dalil atau sumber yang dapat merubah hukum tersebut.

6. Istihsan

Yaitu suatu perbuatan adil terhadap suatu masalah hukum dengan memandang hukum yang lain, karena adanya suatu yang lebih kuat dan membutuhkan keadilan.

7.Maslahah murshalah

(13)

Yaitu memutuskan masalah dengan menggunakan prinsip yang baik menurut akal dan mewujudkan kebaikan, serta menarik manfaat dan menghindari kemudharatan atau keburukan.

E. Faktor yang melatarbelakangi keanekaragaman ijtihad

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi Keanekaragaman hasil ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid dalam menggali hukum-hukum baru yang terjadi pada kehidupan umat Islam dan tidak atau belum diatur sebelumnya di dalam Al-Qur’an maupun Hadis, yaitu ;

1. Perbedaan metode memahami ayat al-Qur’an

Seluruh ulama sepakat bahwa Al-Qur’an adalah dasar yang paling utama bagi seorang mujtahid dalam beijtihad. Semua perkara yang terjadi dalam kehidupan harus dikembalikan kepada Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama dan pertama. Seiring perjalanan waktu, setelah kematian Rasulullah saw, para sahabat maupun tabi’in kesulitan mencari orang orang yang benar memahami masalah asbab al Nuzul dari setiap ayat, sehingga terjadi perbedaan pemahaman dari para sahabat dalam memahami hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Terjadinya perbedaan di kalangan mereka disebabkan oleh hal hal seabagi berikut:

a. Adanya perbedaan wawasan dan pengetahuan para sahabat, karena perbedaan lamanya mereka bergaul dengan Rasulullah saw.

b. Adanya “ta’arrudl al-nushush” (pertentangan antar ayat-ayat), misalnya masalah “iddah wafat” dan “iddah hamil” yang disebabkan perbedaan di dalam memahami makna lafdziyyah ayat, seperti lafal "

قروء/Quru’".

c. Adanya susunan ayat yang mengandung dua presepsi atau wajah, seperti ayat tentang “Ila’ (Suami bersumpah tidak akan mencampuri istrinya atau menidurinya)

2. Perbedaan dalam metode memahami al-sunnah

Al-Hadis yang dikeluarkan oleh Rasulullah saw selama 22 tahun lebih itu disebabkan adanya kasus yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada waktu itu. Di antara kasus-kasus tersebut ada yang disepakati dan ada pula yang dibatalkan. Begitu juga keadaan para sahabat yang bermacam-macam, ada yang lebih dahulu masuk islam dan ada yang baru saja masuk. Ada yang juga sebagian waktunya dipergunakan untuk mencari ilmu. Begitu juga waktu untuk berijtihad, dimana para sahabat itu ada yang hampir seluruh waktunya dipergunakan untuk mengikuti jejak Rasulullan was dan mereka ini jelas wacana keagamaannya lebih luas dari yang lain.

Oleh sebab itu, para sahabat yang masuk islam lebih dahulu, lalu waktunya dihabiskan untuk menyertai Rasulullah saw, maka wawasan mereka dalam kemampuan memahami nash, lebih sempurna dibandingkan dengan sahabat

(14)

yang masuk islamnya belakang dan waktu mereka gunakan untuk menyertai Rasulullan saw hanya sedikit. Dengan keadaan inilah maka Hadis Rasulullah saw yang diterima para sahabat tersebut tentu tidak sama.

3. Tidak mengetahui adanya hadits nabi

Para sahabat berbeda intensitasnya dalam berinteraksi dengan Rasulullah saw. Sehingga mereka berbeda dalam mengetahui hadits-haditsnya. Ada sahabat yang mengetahui banyak hadits, sebaliknya ada sahabat yang hanya mengehatui sedikit hadits

F. Menghargai keragaman ijtihad ulama terkait pengembangan budaya Islam di Indonesia.

Begitu banyak keragaman hasil ijtihad, seringkali bagi sebagian kalangan perbedaan hasil ijtihad ini melahirkan kebingungan dalam beragama. “Seorang hakim apabila berijtihad dan ternyata ijtihadnya benar maka mendapatkan dua pahala, apabila ijtihadnya keliru makai ia mendapatkan satu pahala.” Hadis oleh Bukhari Muslim. Ijtihad yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis hasilnya bisa berbeda-beda. Menurut Nabi semua ijtihad berpahala. Dengan adanya ijtihad membuktikan bahwa Islam menghargai dan menghormati perbedaan di kalangan pemeluknya. Karena itu, tidak perlu perbedaan dijadikan alasan bagi umat untuk selalu bertengkar dan menyalahkan orang lain.

Sikap yang dapat dikembangkan dalam menyikapi dan menghargai hasil ijtihad, yakni:

1. Memahami bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah hal yang wajar, Kemampuan akal setiap manusia mempunyai kadar yang berbeda- beda, karenanya kemampuan dalam menangkap isyarat yang ada dalam nash- nash syariat juga berpotensi memunculkan perbedaan pemahaman, Pada jaman sahabat Rasulullah saw, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi, dan Rasulullah saw membenarkan hal tersebut dengan taqrir-nya.

2. Menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk tidak terlalu fanatik mazhab.

Apabila hasil ijtihad seorang ulama ternyata tidak tepat dalam suatu perkara, pada saat bersamaan terdapat pendapat ulama lain yang lebih mendekati kebenaran, maka menjadi wajib bagi kita untuk mengikuti pendapat yang ada di ulama lain, sekalipun tidak satu mazhab dengan kita. Para imam mazhab (mujtahid) sendiri mengajarkan agar kita tidak bersikap fanatic. Al-Hakim dan Al-Baihaqi meriwayatkan, Imam Syafi’I pernah berkata “Jika kamu melihat ucapanku menyalahi hadith, amalkanlah hadith tersebut dan lemparkanlah pendapatku ke tembok.”

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.

Al-Qur`an akan selalu berinteraksi dengan nilai-nilai kebudayaan yang berbeda-beda dan terus berubah. Sekalipun secara eksplisit, tidak memberikan petunjuk langsung tentang bentuk dinamika masyarakat, namun tetap memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas sebuah kebudayaan masyarakat, walaupun semua itu memerlukan upaya interpretasi dan pengembangan pemikiran.

Hal-hal yang kurang jelas dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-Sunnah dan Ijtihad. Secara bahasa, kata sunnah berarti ”perjalanan hidup yang baik dan buruk”. As- Sunnah menurut bahasa eimologi berarti tradisi yang biasa dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah), baik yang terpuji maupun yang tercela.

Ajaran Islam merupakan agama yang relevan sepanjang zaman. Namun, tidak semua kejadian atau peristiwa termaktub dalam Al-Quran dan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena itulah, dibutuhkan ijtihad untuk memecahkan masalah umat Islam kontemporer dengan bersandar pada fondasi dasar ajaran Islam. Secara definitif, ijtihad artinya mengeluarkan tenaga dan kemampuan untuk mendapatkan kesimpulan hukum Islam.

Dasar utamanya adalah Al-Quran dan sunah, yang dilengkapi dengan disiplin keilmuan lainnya yang tidak menyalahi kedua fondasi tersebut.

Dilansir dari NU Online, ijtihad umumnya dilakukan dalam menggali hukum- hukum syariat yang berstatus cabang atau furu'iyyah, baik itu dalam perkara fikih atau muamalah. Ijtihad tidak boleh merambah dimensi akidah dan ibadah pokok, seperti rukun iman, ibadah salat, puasa, dan sebagainya Contoh ijtihad dalam perkara muamalah kontemporer adalah hukum transaksi pinjaman di bank.

Di masa Nabi Muhammad SAW, tidak ada bank seperti sekarang. Karena itulah, perlu dilakukan penggalian hukum syariat, apakah halal atau haram

(16)

meminjam sejumlah uang di bank. Berdasarkan ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 1 Tahun 2004, melakukan transaksi pinjaman ke bank konvensional dengan bunga tertentu termasuk dalam konteks riba yang diharamkan Islam. Hal ini disampaikan Rasulullah SAW sebagai berikut:

"Sungguh akan datang kepada umat manusia suatu masa di mana tak ada seorang pun di antara mereka [terbiasa] memakan riba. Barang siapa tidak mengambilnya, ia terkena debunya," (H.R. Ibnu Majah).

B. Saran

Setelah kita memahami mengenai konsep Al-Quran ,As-Sunnah , serta Ijtihad dalam membangun kebudayaan islam di Indonesia , maka penulis

menyimpulkan saran sebagai berikut :

1. Perlunya suatu kajian yang mendalam dengan memahami terlebih dahulu konsep Al-Quran, As-sunnah serta Ijtihad dalam membangun

kebudayaan islam di Indonesia , sehingga pembaca dapat menyimpulkan bagaimana kaitannya dengan kebudayaan islam yang ada di Indonesia ini.

2. Memilki sikap kritis untuk menelaah hal – hal yang kaitannya agama islam dengan kebudayaan di Indonesia , dengan adanya hal ini dapat memperkuat rasa persatuan dan kestuan serta memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh baik dalam konsep structural maupun fungsional dalam kehiduan didunia yaitu sebagai subjek kebudayaan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Elba Damhuri (2018 ). Al-Quran inspirasi peradaban . https ://news.republika.co.id

Zahrotul Oktaviani (2020) . a lquran menjadi inspirasi utama umat Islam dari budaya hingga sosial. https://islamdigest.republika.co.id/

Referensi

Dokumen terkait

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan puji syukur yang tulus atas pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Penerapan Pendidikan Karakter

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia--Nya, Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

Atas Rahmat dan Hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Analisa dan Perancangan Sistem Pemasaran Produk dengan Pendekatan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Konsep

Puji dan syukur saya ucapkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Peran