• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN BADAN ( PPh 25)

N/A
N/A
ULAN NASUTION

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH PAJAK PENGHASILAN BADAN ( PPh 25)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN BADAN ( PPh 25)

Dosen Pengampuh :

Winny Lian Seventeen, SE., M.Ak Disusun Oleh Kelompok 3 : Refi Yaldi Nasution : 22040034 Ulan Nasution : 22040013 Tiara Atika : 22040024 Agnes Wediya : 22040040P

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...3

BAB I PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan...5

BAB II PEMBAHASAN...6

2.1 PENGERTIAN PPH PASAL 25...6

2.2 Cara Menghitung Pph Pasal 25...6

2.3 Perhitungan Pph Pasal 25 Dalam Hal Konpensasi Kerugian...7

2.4 Tata Cara Pembayaran Dan Pelaporan Pph 25...8

BAB III KESIMPULAN...10

DAFTAR PUSTAKA...11

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan Rahmat-nya kepada KAMI untuk dapat menyelesaikan makalah mengenai Pajak Penghasilan Badan (PPH pasal 25).Tujuan penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi tugas mata kuliah perpajakan.Serta memberikan wawasan dan realita kepada pembaca mengenai pajak penghasilan badan (PPh pasal 25).

Saya berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca.Saya menyadari bahwa makalah ini masih kurang jauh dari kata sempurna.oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 22 September 2023

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak- pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Kementerian keuangan.Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak- pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

Segala pengadministrasian yang berkaitan dengan pajak pusat, akan dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Untuk pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak derah, akan dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau Kantor sejenisnya yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah setempat. Pajak-pajak yang dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh).

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

(5)

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pembayaran pajak penghasilan berupa angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

Makalah ini berisikan tentang pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25, tarif, Cara menghitung besarnya angsuran pajak penghasilab pasal 25 serta penyetoran dan pelaporannya, dan perhitungan besarnya pajak penghasilan pasal 25 untuk PT BPR Protonema dengan mengacu kepada ketentuan Pasal 25 ayat (7) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.03/2009 tanggal 10 Desember 2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang penghitungan besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian PPh Pasal 25?

2. Bagaimana cara menghitung besarnya angsuran PPh Pasal 25 serta penyetoran dan pelaporannya?

3. Berapakah besarnya PPh Pasal 25 untuk PT BPR Protonema?

4. Bagaimana menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 bagi wajib pajak baru, Bank, sewa dengan hak opsi, BUMN dan BUMD?

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan secara rinci mengenai pengertian PPh pasal 25

2. Mampu menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 serta penyetoran dan pelaporannya

3. Mengetahui besarnya pajak penghasilan untuk PT BPR Protonema.

4. Mampu menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 bagi wajib pajak baru, Bank, sewa dengan hak opsi, BUMN dan BUMD?

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PPH PASAL 25

Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun Pajak Penghasilan.

Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:

1. Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)

2. Melalui pemotogan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21, 22, 23, dan 24)

Pada prinsipnya besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan tahunan pajak pemghasilan tahun pajak yang lalu.

2.2 Cara Menghitung Pph Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebasar Pajak Panghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Panghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan:

a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23, serta PPh yang dipungut sebgaimana dimaksud dalam pasal 22.

b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24. Dibagi dua belas (12) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Contoh :

Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang Terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00

Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,002.

2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,003.

3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,004.

4. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00

Rp 24.000.000,00 Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000,00 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

PPh yang terutag tahun 2009 = Rp 30.000.000,00

(7)

Pengurangan:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,002.

2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,003.

3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00

Rp 12.000.000,00 Dasar perhitungan PPh Pasal 2 tahun 2010 Rp 18.000.000,00 Besarnya PPh pasal 25 per bulan:

Rp 18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00

Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00

2.3 Perhitungan Pph Pasal 25 Dalam Hal Konpensasi Kerugian

Kompensasi kerugian adalah kompensasi kerugian fiskal berdasarkan Surat PemberitahuanTahunan, Suat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan atau putusan banding sesuai ketentuan pasal 6 ayat (2) atau pasal 31A undang-undang pajak Penghasilan dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung dengan dasar perhitungan dikurangi dengan Pajak Penghasilan yangdipotong atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21, 22, 23 dan 24, kemudian dibagidua belas (banyaknya bulan dalam pembagian tahun pajak). Dasar perhitungan Pajak Penghasilan ini adalah menurut SPT Tahunan PPh Tahun Pajak yang lalu atau dasar perhitunganlainnya (Wajib Pajak Bank, Wajib Pajak sewa dengan hak opsi, dan Wajib Pajak BUMN/BUMD).

Apabila SPT Tahunan PPh Tahun Pajak yang lalu atau dasar perhitunganlainnya ternyata rugi,maka PPh Pasal 25 adalah NIHIL.

Contoh Soal :

Penghasilan PT Dira tahun 2009 adalah sebesar Rp 250.000.000,00. Sisa kerugian yang belumdikompensasikan adalah sebesar Rp 50.000.000,00.

Pada tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar Rp8.000.000,00 dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri.

(8)

Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010:

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar Rp 250.000.000,00 - Rp 50.000.000,00 = Rp 200.000.000,00.

PPh terutang

28% X Rp 200.000.000,00 = Rp 56.000.000,00 PPh dipotong atau dipungut = Rp 8.000.000,00Rp Rp 48.000.000,00

Besarnya angsuran pajak bulanan PT Dira tahun 2010 = 1/12 x Rp 48.000.000,00 = Rp4.000.000,00

(angsuran PPH Pasal 25 tidak dikatakan Nihil karena penghasilan yang diperoleh ditahun 2009 lebih besar daripada sisa kerugian yang belum dikompensasikan).

2.4 Tata Cara Pembayaran Dan Pelaporan Pph 25

cara pembayaran pajak penghasilan menurut metode pembayaran. Pembayaran melaluionline banking atau setor langsung melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi yang ditunjuk olehMenteri Keuangan, tata cara pembayaran Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

 Online banking: wajib pajak perlu mendaftar untuk fasilitas online banking pada bank persepsi yang ditunjuk menteri keuangan. Bank tersebut kemudian akan menyediakan aplikasi khusus pembayaran pajak online. Saat melakukkan pembyaran, wajib pajak harus mengisi terlebih dahulu apa yang diperlukan pada aplikasi dari bank tersebut.

Saat pembayaran sudah dilakukan wajib pajak akan menerima nomor referensi sebagai tanda bukti pembayaran. Setelah itu data yang sudah diisi beserta nomor referensi perlu dikirim kepada bank yang bersangkutran, agar wajib pajak dapat menerima nomor transaksi penerimaan Negara (NPPM), untuk dipergunakan pada laporan pajak yang akan dikirimkan kepada kantor pajak.

(9)

 Sector langsung melalui kantor pos atau bank persefsi: WP terlebih dahulu melengkapi lembaran SSP sebelum menyetor pajak pada lokasi yang diinginkan. Telah menyetor pajak, lembaran SSP yang sudah diisi akan dicap oleh kantor pos atau bank persepsi, dan WP akan menerima NPPM dari tempat tersebut, beserta butki pembayarannya.

(10)

BAB III KESIMPULAN

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secaralangsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. PPhadalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.

Pajak penghasilan pasal 25 mengatur tentang besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut : Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian, Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat bataswaktu yang ditentukan, Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak membetulkan sendiri SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan, Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi Offest Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Referensi

Dokumen terkait

• Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut surat

disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.. Maka, besarnya angsuran PPh ps 25

(1) Penerimaan Pajak Penghasilan badan pasal 25/29 merupakan variabel dependen, dapat dilihat dari jumlah penerimaan pajak penghasilan badan pasal 25/29 badan yang

Pajak penghasilan bagi Wajib Pajak dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sesuai dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17

Salah satu sumber penerimaan pajak lainnya yaitu penerimaan PPh pasal 25, Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan badan Pasal 25 adalah

Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Keputusan Manteri Keuangan Republik Indonesia No 255/PMK.03/2008 tentang perhitungan besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus

Wajib Pajak berhak atas kompensasi rugi  Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sama dengan PPh yang dihitung atas dasar penghitungan PPh dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut atau

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Penghasilan Pasal 29, Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pajak