Makalah
Pandangan sosial terhadap warisan kebudayaan
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pendidikan
Dosen pembimbing : Abdullah, S.Ag., M.Pd.
Oleh : Muh. Padil Rahmat Muh. Radi
Jurusan Tarbiyah Islamiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Pare-pare
Tahun Ajaran 2023/2024
kata pengantar
Assalamualaaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kekuatan, keteguhan hati, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Sosisal Tentang Kebudayaan”.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Dan Kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga saat ini. Aamiin.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun berkat kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, maka akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik, serta bermanfaat di masa yang akan dan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Siwa, 14 oktober 2023
Penyusun
Daftar isi
COVER JUDUL... 1
KATA PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ... 4
A. Latar belakang... 4
B. Rumusan masalah... 4
C. Tujuan penulisan... 5
BAB 2 PEMBAHASAN... 6
A. Pengertian kebudayaan... 6
B. Manusia makhluk berkebudayaan... 7
C. Hakikat sosial dari pendidikan... 8
BAB 3 PENUTUP... 10
A. Kesimpulan... 10
B. Saran... 10
DAFTAR PUSTAKA... 11
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kependidikan Islam, penggalian dan pembahasan tentang konsepsi kependidikan ataupun pemikiran-pemikiran yang relevan yang dihasilakan oleh para pemikir muslim masih sedikit dilakukan para sarjana Indonesia. Tentu saja para pemikir di luar Indonesia, kajian seperti ini sudah banyak dilakukan. Beberapa karya yang tersedia yang sudah semulan berbahasa arab sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kajian-kajian pendidikan Islam seperti sosiologi pendidikan Islam belumlah tergarap secara serius dan keseluruhan. Kajian-kajian yang dilakukan berkanan dengan pendidikan Islam masih relative sedikit apabila dibandingkan dengan kajian-kajian dalam bidang pemikiaran Islam. Diharapkan apresiasi serta turut masyarakat muslim terhadap pendidikan Islam semakain banyak, sehingga kajian yang relatif sedikit itu dapat dipahami dan dapat tumbuh berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh dunia pendidikan Islam di Indonesia.
Untuk mendefinisikan tentang sosiologi pendidikan Islam masih banyak kesulitan secara pasti belum didapatkan tentang pengertian itu. Itu disebabkan karena sukarnya membatasi bidang study antara bidang pendidikan dan bidang sosiologi, kurangnya penelitian dalam bidnag ini.
Beberapa konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan (Prof. Dr. S. Nasution, M.A) kami menemukan sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan. (sosiologi
pendidikan: Prof. Dr. S. Nasution, M.A, hal 5 ). Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan Islam. Ada bebrapa unsur, aktifitas pendidikan tidak berlangsung bila tidak ada unsur pendidikan. Pertama yang memberi dan yang menerima, kedua unsur belum menjadi sama pendidikan bila belum ada unsure ketiga yaitu berniat baik dari yang memberi bagi yang perkembangan atau kepentingan yang menerima. Agar anak pandai, agar orang menjadi ahli, agar orang berkepribadian luhur, dsb.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kebudayaan?
2. Apa Pengertian manusia?
3. Bagaiman Ciri khas kebudayaan?
4. Apakah Manusia adalah makhluk berkebudayaan?
5. Bagaimanakah Hakekat Sosial dari pendidikan?
6. Tujuan Penulisan
1. Memahami Pengertian Kebudayaan
2. Mengetahui Pengertian manusia 3. Memahami Ciri khas kebudayaan
4. Memahmi Manusia adalah makhluk berkebudayaan 5. Mengetahui Hakekat Sosial dari pendidikan
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan menurut bahasa
Kebudayaan : Cultuur (Bahasa Belanda), Culture (Bahasa Inggris), berasal dari perkataan latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
“segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.”
Menurut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”.
Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk : budi daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya
2. Pengertian kebudayaan menurut para ahli a. m. jacobs dan b.j. stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
b. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
c. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
d. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Jadi jelasnya “kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan daripada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia dan yang dapat membedakan manusia dengan binatang.
Dengan hasil budaya ini, manusia kemudian mempunyai kehidupan dan pola kehidupan ini pula dapatlah mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh : kehidupan umat Islam di Jawa Tengah dengan Sumatera Barat berlain-lain, sebab pola kehidupan mereka juga lain. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kultur (kebudayaan) di daerah itu.
Kebudayaan sebagai hasil ciptaan dan karya manusia tentulah mempunyai bentuk-bentuk keseluruhan dan unsur-unsur atau bagian-bagiannya.
Unsur-unsur atau bagian-bagian kebudayaan menurut Linton, culture atau kebudayaan sebagai bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi-bagi atas :
1. Cultural universal : misalnya mata pencaharian, kesenian, agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan dan sebagainya.
2. Cultural activitis : kegiatan-kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencaharian tadi terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan sebagainya.
Dalam cultural universal kesenian terdapat misalnya seni sastra, lukis, tari, musik, drama, film dan sebagainya.
3. Traits complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activitis tadi. Dari pertanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.
4. Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes tadi. Misalnya dari sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, garu, cangkul, sabit dan sebagainya.
5. Items, adalah bagian-bagian di dalam traits kebudayaan. Dari bajak masih terdapat bagian- bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendali dan sebagainya.
B. Manusia makhluk berkebudayaan
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Karena manusia
diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah: 30 Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:
اوبهذ مهاقلخأ تبهذ ومهنإف تيقبام اقلخلا مملا امّنإ
Artinya: “Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”.
Akhlak dalam syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan- perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
Kebudayaan itu mempunyai pertanda atau ciri-ciri yang spesifik, ciri-ciri yang khas atau karakteristik. Diantara pelbagai pertanda yang khas daripada kebudayaan ialah komulatif, dinamis, disfertif.
Kebudayaan pada hakikatnya adalah komulatif, merupakan tumpuk-tumpukan, merupakan lapisan-lapisan atau stratifikasi. Sifat komulatif daripada kebudayaan itu disebabkan adanya unsur-unsur lama dan baru dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan dan hal ini jelas sekali pada historiografi kebudayaan. Misalnya soal pakaian : dahulu kala orang-orang memakai daun-daunan untuk menutup tubuhnya, kemudian kulit kayu, kulit binatang, anyaman serta serat kemudian timbul kepandaian menenun dengan tangan kemudian timbul mesin tenun, ada pakaian dari wol dan sampai dewasa ini dipakai
nylon. Contoh kongkrit lagi dari segi pakaian ini misalnya baju, ada baju lengan panjang, lengan pendek, tanpa lengan, dan jaket panjang dan pendek, ada jas terbuka dan jas tertutup, ada jas biasa atau jas panjang, dan sebagainya. Dalam soal bahasa misalnya, komulatif kebudayaan itu tampak jelas. Misalnya tentang perkembangan huruf : pertama kali kenal huruf piktografi, di mana gambar menunjukkan obyek tertentu ikan, orang dan sebagainya.
Kemudian gambar itu merupakan simbol ideal dan suara dan dapat dihubung-hubungkan.
C. Hakikat sosial dari pendidikan
Pendidikan mempunyai banyak definisi sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang.
Setiap definisi menunjukkan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing- masing.
1. Bagi ahli Biologi : pendidikan adalah adaptasi
2. Bagi ahli Psikologi : pendidikan sinonim dengan belajar
3. Bagi ahli filsafat pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dimilikinya dan sebagainya
Definisi-definisi tersebut berselang-seling, ada yang bersifat ekstrim ada pula yang bersifat konservatif. Yang bersifat konservatif ialah memandang pendidikan sebagai suatu proses yang bersifat melindungi diri untuk menjaga status quo seseorang. Sedang yang bersifat progressif/ekstrim adalah untuk membantu individu dalam mengerjakan sesuatu hal yang lebih baik, di mana dia akan mengerjakan sesuatu cara.
Menurut Brown : Pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar di mana perubahan-perubahan di dalam tingkah laku dihasilkan di dalam diri orang itu melalui di dalam kelompok. Dari pandangan ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Pengertian pengendalian secara sadar ini berarti adanya tingkat-tingkat kesadaran dari tujuan yang hendak didapat.
Menurut Payne fungsi pendidikan itu ada 3 macam :
1. Assimilasi dari tradisi-tradisi. Di sini mengakui bahwa assimilasi adalah merupakan hal yang penting. Payne menggambarkan proses assimilasi dan tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
2. Pengembangan dari pola-pola sosial yang baru. Kalau ada masalah-masalah yang baru, maka perlu dipecahkan misalnya :
1. Masalah perkembangan penduduk 2. Masalah urbanisasi
3. Masalah pekerjaan
4. Masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan
5. Kreatifitas/peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan. Kreatif adalah kemampuan pemikiran yang bersifat asli. Jadi idea-idea yang asli itu bersifat kreatif. Ada kenyataan kemudian timbul idea yang asli.
Menurut Brown, ada 3 pelaku pendidikan :
1. Lembaga-lembaga pendidikan formal, misalnya : sekolah lembaga-lembaga keagamaan, museum, perpustakaan, rekreasi yang diorganisir dan sebagainya.
2. Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting.
3. Organisasi-organisasi yang bersifat komersil dan industri. Misalnya : toko-toko, industri dan perkebunan.
Bab 3 Penutup KESIMPULAN :
1. “Kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan daripada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia dan yang dapat membedakan manusia dengan binatang.
2. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
3. Kebudayaan itu mempunyai pertanda atau ciri-ciri yang spesifik, ciri-ciri yang khas atau karakteristik. Diantara pelbagai pertanda yang khas daripada kebudayaan ialah komulatif, dinamis, disfertif.
4. Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan
bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
5. Menurut Brown, ada 3 pelaku pendidikan : a. Lembaga-lembaga pendidikan formal, misalnya : sekolah lembaga-lembaga keagamaan, museum, perpustakaan, rekreasi yang diorganisir dan sebagainya. b. Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting. c. Organisasi-organisasi yang bersifat komersil dan industri.
Misalnya : toko-toko, industri dan perkebunan.
SARAN
Dengan adanya makalah ini, kami harapkan semoga semua guru mampu mengetahui dan memahami pandangan sosial terhadap warisan kebuadayaan.
Daftar pustaka
A.A. Sitompul, Manusia dan Budaya, Jakarta: Gunung Mulia, 1993
Dp. Maas, Materi Pokok UT Antropologi Budaya, Jakarta: Universitas Terbuka, 1985 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan, 1975
___________, Kebudayaan, Mentalis, dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ensiklopedi Indonesia (Edisi Khusus) Jilid 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1991 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998