• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DIKA1

N/A
N/A
Hari ansyah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DIKA1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KEWAJIBAN DAN HAK WARGA NEGARA

Dosen Pengampu: Rahmad Hendra, S.H., M.H

Oleh:

Nama : Andika Pratama NPM : 234110439 Kelas : 1G Agroteknologi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Hak dan Kewajiban Warga Negara dengan baik hingga selesai. Kemudian tak lupa juga kita hadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad ﷺ yang telah membimbing kita dari alam yang tidak penuh dengan ilmu pengetahuan sehingga dunia ini dipenuhi ilmu pengetahuan dan Iman.

Tidak lupa penulis mengucapkan pada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini terutama kepada bapak selaku pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak lain dan tidak bukan pembuatan makalah ini merupakan untuk pembelajaran kita mengenai apa saja hak dan apa saja kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia, lalu apa saja yang tidak boleh kita lawan dan apa yang berhakkita lawan. Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara demokrasi, namun tak semudah itu kita mengetahui apa saja kajian dalam tentang hal ini, oleh karena itu penulis akan sedikit mengusut tentang kajian mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.

Penulis menyadari jika makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan baik dari segi sudut pandang maupun penulisan, bahkan sangat jauh dari kata Perfect. Namun penulis berharap makalah ini sedikit banyaknya memberi manfaat untuk kita semua, Aamiin.

Pekanbaru, 13 November 2023

Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Sebab Hilangnya Komitmen Warga Negara akan Kewajiban ... 3

2.2 Permasalahan Terkait Hak dan Kewajiban di Indonesia ... 4

2.2.1 Permasalahan Terkait Pelanggaran Hak ... 4

2.2.2 Permasalahan Terkait Kewajiban... 5

2.3 Upaya Penyeimbangan Hak dan Kewajiban ... 7

BAB III PENUTUP ... 9

3.1 Kesimpulan ... 9

3.2 Saran ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman dahulu setelah kemerdekaan, Indonesia telah menetapakan Perundang-undangan yang telah mengatur antara hak dan kewajiban warga negara Indonesia sebagaimana mestinya.[1] Tidak hanya dalam Undang-Undang saja, bahkan didalam Pancasila sendiri disebutkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.[1] Dengan adanya dasar pedoman warga negara Indonesia diharapkan lebih cerdas dalam membedakan hak dan kewajiban, yang dimana analoginya seperti antara ketua dan anggota, dimana anggota sudah memahami apa yang menjadi kewajibannya dan seorang ketua sudah memahami apa hak dari anggotanya tersebut.[1] Sebagai contoh hak anak-anak di Indonesia adalah pendidikan yang utama, tidak bisa pandang siapa mereka dari mana mereka bahkan mereka dari kota atau desa pun harus mendapatkan pendidikan yang layak.[2]

Disamping itu ada sebuah contoh kewajiban kita sebagai rakyat, untuk contohnya mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Dimana pada kewajiban yang dimiliki artinya kita sudah berkomitmen pada diri sendiri dan kepada Negara Indonesia,[2] (Notonegoro) kewajiban mengacu pada prinsip yang sedikit memaksa untuk ditaati oleh satu pihak terkait dan harus ditaati oleh pihak bawahan yang memang sangat terkait.[2]Dari dua penjabaran diatas terdapat salah satu pengertian jika hak dan kewajiban tidak hanya berlaku pada manusia dewasa tetapi pada anak- anak juga sudah bisa didapatkan, karena sifat antara hak dan kewajiban sudah melekat pada manusia sejak mulai berakal jika mereka mempunyai tanggung jawab.[2]

Namun pada pembahasan kali ini tidak hanya soal berbicara mengenai hak dan kewajiban dari kulit luarnya saja, tetapi akan dibahas soal etika dalam hak dan kewajiban, lalu sistem dalam hak dan kewajiban itu apa saja.[1] Kemudian sekarang terjadi banyak pelanggaran sosial mengenai hak dan kewajiban, ini menandakan ada salah satu pihak terkait yang salah mengambil jalan dalam suatu pengeluaran masalah.[1] Dalam pengusutan yang dilakukan, banyak kasus yang mengusut jika salah satu pihak terkait ada yang melakukan penyimpangan antara hak dan kewajiban yang tidak seimbang, hal ini yang menyebabkan rakyat terpecah belah.

(5)

2 1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa pengkajian masalah yang terdapat diatas, timbul beberapa pertanyaan yang mengacu pada:

1. Apa saja yang menyebabkan kehancuran komitmen seorang warga negara untuk menjalani kewajibannya.

2. Mengapa warga negara lebih memilih banyak hak dibandingkan dengan memilih kewajiban.

3. Upaya yang dilakukan dalam penyeimbangan hak dan kewajiban agar senantiasa hidup dalam kedamaian berbangsa dan bernegara.

4. Apakah sistem dan etika yang ditanam kepada warga negara agar sadar pentingnya menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.

5. Ketika hak dan kewajiban sudah seimbang, apakah kehidupan berbangsa dan bernegara akan aman dari paham-paham yang ingin menghancurkan negara Indonesia dari dalam.

1.3 Tujuan

Pada uraian diatas, banyak pertanyaan yang muncul dalam benak kita masing- masing tentang kajian hak dan kewajiban. Sudah banyak kasus internal mengenai permasalahan ini karena hak dan kewajiban berasal dari kesadaran diri individu itu sendiri, jika memang dia mengerti hal itu maka akan sangat mudah dibimbing untuk kemajuan negara Indonesia begitupun juga dengan dirinya sendiri. Maka dari itu tujuan dari pembahasan makalah ini akan mengusut permasalahan yang terjadi pada internal maupun eksternal diri individu warga negara.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sebab Hilangnya Komitmen Warga Negara akan Kewajiban

Pada era modern sekarang tekonologi sangat mampu menelisik keluar ambang batas tanpa memandang individu manapun, termasuk kedalam diri warga negara dimana ia bisa melihat gaya hidup orang-orang diluar tanpa memandang kehidupan dirinya.[3] Hal inilah akar dari hilangnya komitmen warga negara dalam menjalani kewajibannya karena sifat iri dengan orang lain telah muncul terhadap dirinya, sebagai contoh seorang yang membeli rumah dengan sewa pajak yang besar dikarenakan ia hanya melihat video orang yang lebih mampu dari aplikasi handphone, akibat dari sifat iri tersebut ia tidak bisa membayar sewa pajak tanah dan pembangunan.[3] Adapun dari sifat internal lainnya meliputi:

1. Egois, sikap ini sangat umum terjadi dikalangan warga negara, karena sikap egois akan memunculkan masalah dari dua pihak terkait. Hal pertama yang muncul dari salah satu pihak terkait karena ia tidak menjalani semua kewajibannya sementara semua hak nya ingin terpenuhi, alhasil semua pihak terkait merasa tidak akan teradili oleh sikap individu yang egois tersebut.[3]

2. Intoleran, sikap yang mendasar bagi seorang warga negara yang seolah-olah tidak peduli dengan kewajiban yang ia miliki. Pemicu utama dalam sikap ini adalah membedakan Suku, Ras dan Agama.[3]

Selain pada faktor internal diatas ada salah satu faktor eksternal, yaitu sikap semena-mena dari pihak yang berwenang (Abuse Of Power) atau penyalahgunaan kekuasaan, yang marak terjadi di negara berkembang, dimana hasil bumi yang sebenarnya adalah hak rakyat malah di korupsi. Tidak hanya itu, berbagai loreng dijalanan juga sering pungli dengan alibi kesalahan pada kendaraan, hal ini juga menjadi pemicu utama warga negara tidak mau menjalani kewajiban.[3] Padahal didalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menjelaskan jika warga negara harus taat akan aturan dan hukum yang berlaku, lalu kedudukan semua individu di hukum Indonesia adalah sama.[4] Berikut hal yang bisa pemerintah lakukan untuk mengembalikan kepercayaan rakyat:

(7)

4

1. Lebih bersikap transparan terhadap sudut pandang negara dan tatanan nya kepada rakyat.[1]

2. Tidak bersikap diskriminatif.[4]

3. Memperkuat rasa persatuan.[4]

4. Selalu mengedepankan masalah umum dari urusan pribadi.[2]

5. Menyadarkan akan pentingnya keseimbangan hak dan kewajiban.[3]

2.2 Permasalahan Terkait Hak dan Kewajiban di Indonesia 2.2.1 Permasalahan Terkait Pelanggaran Hak

(2000) Prof. Dr. Satjipto Raharjo hak adalah bentuk dari apresiasi pihak terkait sesuatu kepada pihak lainnya, yang dimana apresiasi tersebut bersifat mutlak dan tidak bisa diberi kepada pihak luar.[5] Kebebasan dalam mengambil keputusan juga merupakan makna hak, namun dalam pelaksanaan nya masih banyak hak warga negara dicabut paksa oleh oknum-oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Permasalahan yang terkait dalam melanggar hak adalah Bullying, dimana sampai pada saat ini permasalahan bullying masih menghantui anak-anak Indonesia.[6] Bullying tidak hanya sebatas fisik saja, tetapi juga akan menggerogoti mental seorang anak, lalu dimanakah fungsi KPI dan HAM? Mengapa pelaku bullying sulit untuk dipidana? Ini adalah bentuk pertanyaan yang selalu muncul di benak kita bersama. KPI sudah banyak melakukan sosialiasi kepada anak-anak Indonesia bahwa bullying adalah hal bejat dan kriminal tetapi pada dasarnya pelaku utama dalam kasus bullying adalah hasutan dari provokator yang mendoktrin otak anak-anak supaya melakukan tindak kriminal.[6]

Tindakan yang seharusnya dilakukan dalam perlindungan HAM sejenis ini adalah merehabilitasi pikiran anak-anak dengan yang lebih baik kemudian mencari sumber utama pelaku bullying untuk mempertanggung jawabkan perilaku bejatnya. Perlindungan anak terdapat dalam undang-undang No.23 Tahun 2002 Pasal 54 “Anak didalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah maupun teman-temannya” hal ini menyatakan validnya jika pelanggaran HAM di Indonesia selalu berjalan dari hari ke hari hingga tahun ke tahun.[6]

(8)

Dalam contoh lain juga terdapat pelanggaran HAM seperti yang terjadi pada tragedi kanjuruhan Malang, dimana yang merujuk dalam Pancasila, Sila ke-2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab).[7] Saat terjadinya pelemparan gas air mata ke tribun secara beruntun menyebabkan beberapa orang kesulitan bernafas karena didalam zat gas air mata terdapat bahan kimia yang berbahaya.[7] Padahal didalam peraturan FIFA sudah dilarang keras aparat yang berada didalam stadion tidak boleh menggunakan senjata jenis apapun termasuk gas air mata hal ini tercantum dalam FIFA Stadium Safety and Security Pasal 19b “No Fireams or crowd control gas shall be carried or used”.

Tidak hanya melanggar peraturan FIFA saja, tetapi jelas melanggar HAM yang seharusnya dilindungi justru sebaliknya malah membunuh secara paksa.[7]

Tidak hanya itu, beberapa aparat juga menendang penonton (terlihat dari rekaman CCTV), sudah bisa dipastikan kekuatan HAM dalam tragedi waktu itu tidak ada karena aparat yang seharusnya mengayomi menjadi anarkis. Hal ini bertentangan dengan Sila ke-2 sebab sudah tidak ada kehormatan dan kedudukan yang sama sebagai manusia.[7]

2.2.2 Pelanggaran Terkait Kewajiban

Pada kedudukannya, antara pengingkaran kewajiban dan pelanggaran hak adalah sejalan.[8] Pengingkaran kewajiban akan terjadi jika sekelompok individu yang merasa hak nya sebagai warga negara belum terpenuhi, oleh karena itu ia beranggapan bahwa jika hak saja sudah dilanggar untuk dirinya mengapa dia harus mematuhi kewajiban yang ada. Sebagai contoh ketika seorang individu yang berasal dari kalangan orang kurang mampu, namun pada saat ada pencairan dana bantuan individu tersebut tidak mendapatkan hak hidupnya, inilah akar dari permasalahan terkait karena dari pikiran individu tersebut akan memuat pikiran negatif mengenai lembaga setempat dan akhirnya kewajiban ia tidak akan pernah di kerjakan, contohnya dalam perpajakan kendaraan atau tanah.[8] Lalu pada pengendara dijalan raya yang sering kali menjadi acuan aparat untuk menghimbau masyarakat agar surat kendaraan dilengkapi dan menggunakan atribut lengkap saat berkendara, namun pada kenyataan nya masih banyak yang melanggar dan tidak menggunakan kendaraan dengan semestinya, padahal sudah banyak terjadi

(9)

6

lakalantas yang menjadi contoh utama bagi mereka. Namun posisi kewajiban mereka sendiri yang tidak mereka jaga.[8] Contoh lain dari pengingkaran kewajiban adalah dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang dimana seharusnya kewajiban warga negara adalah membela Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdapat didalam pasal 30 ayat (1) UUD 1945 “tiap- tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan dan kemanan negara”.[9] Ketika sudah terpecah dan muncul sikap egois mengenai pembatasan daerah, kelompok ini sudah sangat sensitif dan menerima bantuan dari negara luar, sebenarnya hal ini sudah sangat lama menjadi topik permasalahan Indonesia karena kelompok KKB yang selalu mengecam ingin keluar dari Indonesia.[9]

(Muladi) kejahatan yang bersifat hingga dalam lingkup Internasional disebut kejahatan yang luar biasa (Ekstroordinary Crime). KKB sudah termasuk dalam lingkup yang berbahaya, karena sebab kerugian yang di imbaskan KKB adalah seluruh Indonesia. Karena merujuk dari Black’s Low Dictionary, KKB sudah berada dalam terorisme tingkat tinggi.[9] Dalam Konteks terorisme diartikan “Terrorism comes from teror which come latin’terre’ meaning to frighten. Orginally, the word terror was used to designate a mode gaverning”. Artinya skala besar dari teroris itu sendiri adalah ketika melibatkan banyak orang, masyarakat sipil dan aparat keamanan negara lainnya.[9]

Alasan tidak dilepasnya papua dari Indonesia adalah mengenang dan menghargai jasa Soekarno ketika mendapatkan Irian Jaya, yang proses pendapatannya tidak lebih kurang dari proses kemerdekaan Indonesia.[10] Awal mula warga papua ingin menciptakan negara sendiri adalah karena minimnya pembangunan disana, dan sifat dasar manusiawi (cemburu) dari warga papua muncul hingga mementuk suatu organisasi yang diberi nama OPM.[10] Bentuk pemahaman Indonesia mengenai kondisi disana adalah tidak menembak jejaring KKB karena menjunjung tinggi HAM walaupun dari kalangan mereka sudah banyak membunuh TNI, dan hal lain ketika ada salah satu dari anggota mereka meninggal, maka KKB akan meminta aliansi dari negara asing dan tidak bisa dihindari perperangan saudara sebangsa akan terjadi.[10]

(10)

2.3 Upaya Penyeimbangan Hak dan Kewajiban

Seperti yang dipaparkan diatas mengenai hal-hal apa saja yang dilakukan pemerintah dalam menangani penyeimbangan antara hak dan kewajiban warga negara adalah sebagai berikut:

1. Bersikap Lebih Transparan[1]

Pada dasarnya sikap pemerintah memang selalu harus bersikap transparan terhadap masyarakat, baik dari pemerintah atas ataupun sampai ke bagian sistem pemerintah kecil.[11] Utamanya dalam dana bantuan berupa sembako maupun dalam bentuk finansial, bisa dipastikan jika masyarakat tidak mendapat transaparasi dari pemerintah akan selalu melanggar kewajiban dan menuntut hak nya.[11] Namun hal ini diiringi dengan sosialisasi agar hubungan pemerintah dan masyarakat lebih terjalin dan medapatkan cemistry yang lebih pasti.

2. Tidak Bersikap Diskriminatif[4]

Artinya dalam perihal kemanusiaan pemerintah harus menyadari kedudukan semua manusia itu sama tanpa ada perbedaan kasta.[12] Penegakan anti diskriminasi dicantumkan dalam hukum internasional The International Covenant on Economic, Social and Culture.[13] Negara Republik Indonesia telah meratifikasi hukum ini yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 dan International Covenant on Civil and Politic.[13] Dalam artinya, pemerintah tidak boleh mendiskriminasi antara ras dan etnis, namun didalam yang menjadi PR didalam penegakan nya adalah racial dan stereotip.[13]

3. Memperkuat Persatuan[4]

Didalam pengaplikasian rasa persatuan adalah tidak hanya pada pemerintah saja, tetapi harus diselingi dari dua belah pihak mengenai persatuan dan kesatuan NKRI dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada termasuk didalam penyeimbangan hak dan kewajiban.[14] Hubungan erat antara persatuan dan hak adalah ketika adanya rasa persatuan yang tercipta maka akan dilaksanakan dengan sebaik mungkin dari dua belah pihak dan begitupun juga sebaliknya.[14]

(11)

8

4. Mengutamakan Kepentingan Umum dari pada Kepentingan Pribadi[2]

Pada dasarnya sikap pemerintah dan masyarakat umum disini adalah tidak ada penyelesaian perkara pribadi sebelum perkara umum yang diselesaikan.[15]

Apabila ketika kedua pihak terkait menyelesaikan masalah umum untuk kepentingan bangsa dan negara maka akan terjadi hubungan erat yang terjalin.[15] Pihak yang terkait disini adalah sebagai penyeimbang dan cemistry sebagai pendorong rasa kesatuan dan simpati akan kepentingan bersama.[15]

(12)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan diatas sudah didapatkan bahwa ketika antara hak dan kewajiban sudah seimbang maka keutuhan negara dan bangsa sudah bisa dipastikan baik serta berjalan dengan benar. Tidak hanya itu, persatuan dan kesatuan yang terbentuk juga akan semakin erat sehingga aksi bela negara akan semakin besar pada pemikiran-pemikiran individu, peran dalam menjalani hal ini adalah pemerintah dan pola pikir warga negara itu sendiri.

3.2 Saran

Ketika suatu pemerintahan negara memang sudah memahami tentang hak dan kewajiban warga negara nya sendiri akan mudah mendapatkan pola pikir warga negara yang maju dan cemerlang, namun ketika semua masalah diatas tidak terealisasi maka dipastikan pola pikir warga negara cenderung kebelakang, jadi hal yang bisa diambil adalah dengan menyeimbangkan pola pikir warga negara dengan cara menyeimbangkan hak dan kewajiban.

(13)

10

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aini Qurotul, N. Dkk. “Sistem Etika Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Jurnal Pendidikan Tambusai. 6. 2 (2022). 11120-11125 [2] Haifarashin, Ridha., Dkk. “Pemahaman Siswa Tentang Kewajiban dan Hak

Warga Negara”. Jurnal Pendidikan Tambusai. 5. 3 (2021). 7261-7265 [3] Farahdiba Zikrina,. Dkk. “Tinjauan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran

Kewajiban Warga Negara berdasarkan UUD 1945”. Jurnal Kewarganegaraan. 5. 2 (2021). 2323-2328

[4] Griseldis Nathania. “Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara Berdasarkan UUD 1945”. Lex Et Societatis. 7. 7 (2019). 43-51

[5] Yunita Septi., Dkk. “Urgensi Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Pelaksanaanya berdasarkan Undang-Undang”. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 1. 12 (2021). 429-436

[6] Sulisrudatin Nunuk. “Kasus Bullying dalam Kalangan Pelajar (Suatu Tinjauan Kriminologi)”. Jurnal Hukum Dirgantara. 5. 2 (2015). 57-68 [7] Sukarno Listhalia, A., Dkk. “Analisa Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam

Tragedi Kanjuruhan: Perspektif Sila Ke-2 Pancasila”. 2023.

[8] Fatimah Nur, D., Dkk. “Analisa Kesadaran Masyarakat Terhadap Kewajiban Sebagai Warga Negara di Hargeulis”. Jurnal Kajian Hukum dan Pendidikan Kewarganegaraan. 2. 3 (2023). ISSN 2961-8754

[9] Hafiz Muhammad. “Tinjauan Hukum Penetapan Kelompok Kriminal Bersenjata Papua Sebagai Teroris dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional”.

Jurnal Hukum Mimbar Justitia. 7. 1 (2021). 87-104

[10] Yambeyapdi Ester. “Papua: Sejarah Integrasi yang Diingat dan Ingatan Kolektif”. Indonesian Historical Studies. 2. 2 (2018). 89-95

[11] Lasa Antonius, Y., Dkk. “PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DESA”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 7. 1 (2018). 70-76

[12] Firdaus., Dkk. “Diskriminasi Pendidikan Masyarakat Terpencil”. Journal Sociology of Education. 6. 1 (2018). 33-42

(14)

[13] Armiwulan Hesti. “Diskriminasi Rasial dan Etnis sebagai Persoalan Hukum dan Hak Asasi Manusia”. MMH. 44. 4 (2015). 494-500

[14] Setiabudhi, R., Dkk. “Urgensi Kewaspadaan Dini dalam Rangka Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa”. Jurnal Magister Hukum Udayana. 7. 2 (2018). 250-260

[15] Lathfan. “Implikasi Hukum Pengaturan Kepentingan Umum Sebagai Syarat Penggunaan Deponering Oleh Jaksa Agung Menurut Hukum Positif Indonesia”. Jurnal Ilmiah Hukum. 26. 14 (2020). 1712-1725

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pasal 1 Butir 1 UU No. 9 Tahun 1998, kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikir an de ngan lisan, tulisan,

HALAMAN JUDUL... Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara... Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia... Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945... Kewajiban Warga

Jadi orang yang lahir diluar wilayah negara dianggap sebagai warga negara apabila orangtuanya adalah warga negara dari negara tersebut karena negaranya menganut asas

61 Bab 1 Ideologi dan Nilai-nilai Pancasila Bab 2 Konstitusi Negara Bab 3 Peraturan Perundang- undangan Nasional Bab 4 Masyarakat Demokratis Bab 5 Kedaulatan Rakyat dalam

Upaya pencegahan dan penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara yang dilakukan oleh Pemerintah tidak akan berhasil tanpa didukung oleh sikap dan perilaku

Konsep Hak dan Kewajiban Warga Negara Warga negara adalah sesorang yang tinggal dan menjadi bagian dari suatu negara atau dapat diartikan sebagai semua orang yang tinggal serta

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas untuk didapat dengan

Dokumen ini membahas tentang hukum perburuhan di Indonesia, termasuk peraturan perundang-undangan yang mengatur hak dan kewajiban pekerja serta