• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Ancam doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Ancam doc"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri. Keberlangsungan hidupnya ikut dipengaruhi oleh negara-negara lain, terutama negara-negara tetangga atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Untuk itulah diperlukan suatu sistem perpolitikan yang mengatur hubungan antar negara-negara yang letaknya berdekatan di atas permukaan bumi ini. Sistem politik tersebut dinamakan “geopolitik” yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap negara di sekitarnya tak terkecuali Indonesia. Indonesia pun harus memiliki sistem geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi kepulauannya yang unik dan letak geografis negara Indonesia di atas permukaan planet bumi.

Dalam pelaksanaannya, geopolitik yang berkaitan dengan hubungan Indonesia dan negara lain tentu tidak selalu berjalan dengan sempurna. Pasti pernah terjadi konflik selama melaksanakan geopolitik tersebut karena ini adalah hasil interaksi antar-negara, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran dan pengingkaran kewajiban dalam kehidupan antar-negara. Untuk lebih memahaminya, perlu dibahas secara lebih dalam lagi mengenai konsep geopolitik serta analisis kasus yang pernah terjadi di lingkup nasional yaitu NKRI. Salah satu kasus yang berkaitan dengan geopolitik di Indonesia adalah Agresi Militer Belanda II yang terjadi pada tahun 1948. Peristiwa yang dilatarbelakangi oleh pelanggaran perjanjian Renville ini sangat menciderai konsep geopolitik Indonesia karena berdampak negatif bagi ketahanan nasional, kesatuan, keutuhan, dan kedaulatan wilayah maupun NKRI pada umumnya karena terjadi penyerangan terhadap Indonesia yang dilakukan oleh Belanda.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologis peristiwa Agresi Militer Belanda II?

2. Bagaimana Agresi Militer Belanda II dapat mengancam geopolitik Indonesia? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kronologis peristiwa Agresi Militer Belanda II

(2)

D. Manfaat

(3)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Paham Kekuasaan Dan Teori Geopolitik 1. Teori–Teori Geopolitik

Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala politik dari aspek geografi. Arti geopolitik secara harfiah adalah geo yang berasal dari geografi dan politik artinya pemerintahan. Jadi, geopolitik berarti cara menyelenggarakan suatu pemerintahan yang disesuaikan atau ditentukan oleh kondisi/konfigurasi geografisnya. (Contoh: NKRI memilih negara kesatuan karena kondisi/konfigurasi geografisnya berupa negara kepulauan). Beberapa teori geopolitik menurut para ahli:

a) Frederick Ratzel (Teori Ruang ; 1897)

Ratsel menyatakan bahwa negara dalam hal-hal tertentu dapat disamakan dengan organisme, yaitu mengalami fase kehidupan dalam kombinasi dua atau lebih antara lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak, surut, dan mati. Inti ajaran Ratzel adalah teori ruang yang ditempati oleh kelompok-kelompok politik (negara-negara) yang mengembangkan hukum ekspansionisme baik di bidang gagasan, perutusan maupun produk.

Untuk membuktikan keunggulan yakni negara harus mengambil dan menguasai satuan-satuan politik yang berkaitan terutama yang bernilai strategis dan ekonomis. Ratzel memprediksi bahwa pada akhirnya di dunia ini hanya tinggal negara unggul bisa bertahan hidup dan menjamin kelangsungan hidupnya. Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan/mirip) dengan pertumbuhan organisme (mahluk hidup) yang memerlukan ruang hidup, melalui proses, lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga menyusut dan mati.

(4)

sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka bangsa tersebut akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di luar wilayahnya (ekspansi). b) Rudolf Kjellen (Teori Kekuatan)

Kjellen mengembangkan teori ruang Ratzel dengan menganggap bahwa negara sebagai organisme dirumuskan ke dalam sistem politik/pemerintahan melalui 5 pembidangan yaitu kratopolitik (politik pemerintahan), ekono-politik, sosiopolitik, demopolitik, dan geopolitik. Inti ajaran Kjellen adalah tiap negara di samping berupaya untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar, tetapi harus mampu swasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasional.

Dampak pengembangan kekuatan nasional memberikan dua arti penting, arti ke dalam yaitu menumbuhkan kesatuan dan persatuan yang harmonis dan arti ke luar yaitu dalam pemekaran wilayah dapat memperoleh batas-batas yang jelas dengan negara-negara di sekitarnya. Kjellen memprediksi bahwa pergulatan antara kekuatan kontinental (darat) dengan kekuatan maritim (laut) pada akhirnya akan dimenangkan oleh kekuatan kontinental sekaligus menguasai pengawasan di laut.

c) Karl Houshoffer (Teori Ekspansionisme : 1896-1946)

(5)

Geopolitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan pada soal strategi perbatasan. Geopolitik adalah landasan bagi tindakan politik dalam perjuangan kelangsungan hidup untuk mendapatkan ruang hidup (wilayah). d) Sir Harold Mackinder (Wawasan Benua)

Mackinder merupakan penganut teori kekuatan, yang mencetuskan Wawasan Benua sebagai konsep pengembangan kekuatan darat. Teorinya menyatakan bahwa: “Barang siapa menguasai daerah jantung (heartland) yaitu Eropa-Asia akan dapat menguasai pulau-pulau dunia dan akhirnya akan menjadi penguasa dunia.

e) Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan (Wawasan Bahari)

Teori Raleigh dan Mahan pada dasarnya adalah teori kekuatan lautan/bahari. Mereka mengatakan bahwa barangsiapa yang menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “kekayaan dunia” sehingga pada akhirnya menguasai dunia.

f) W. Michel dan John Frederick Charles Fuller (Wawasan Dirgantara) Mitchel dan Fuller berpendapat bahwa kekuatan udara merupakan kekuatan yang paling menentukan penguasaan dunia. Keunggulan yang dimiliki dirgantara adalah pengembangan kekuatan di udara, memiliki daya tangkis yang andal dari berbagai ancaman lawan dalam tempo cepat, dasyat dan dampaknya sangat mengerikan lawan sehingga tidak ada kesempatan bagi lawan untuk bergerak.

g) Nocholas J. Spykman (Teori Daerah Batas/Rimland)

Teori Spykman juga disebut Wawasan Kombinasi, yaitu teori menghubungkan kekuatan darat, laut dan udara, yang dalam pelaksanaannya disesuikan kondisi dan kebutuhan. Nocholas mengatakan bahwa siapa yang mampu mengkombinasikan kekuatan darat, laut dan udara akan menguasai daerah batas antar bangsa secara permanen dan abadi.

2. Paham-paham Kekuasaan a) Machiavelli (abad XVII)

Sebuah negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil:

(6)

2) Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (devide et empera) adalah sah.

3) Dalam dunia politik, yang kuat pasti dapat bertahan dan menang. b) Napoleon Bonaparte (abad XVIII)

Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang didukung oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa untuk membentuk kekuatan pertahanan keamanan dalam menduduki dan menjajah negara lain.

c) Jendral Clausewitz (abad XVIII)

Jendral Clausewitz sempat diusir pasukan Napoleon hingga sampai Rusia dan akhirnya dia bergabung dengan tentara kekaisaran Rusia. Dia menulis sebuah buku tentang perang yang berjudul “Vom Kriegen” (tentang perang). Menurut dia perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Buat dia perang sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa.

d) Fuerback dan Hegel

Ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan seberapa banyak emas yang dimiliki oleh negara itu.

e) Lenin (abad XIX)

Perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Perang bahkan pertumpahan darah/revolusi di negara lain di seluruh dunia adalah sah, yaitu dalam rangka mengkomuniskan bangsa di dunia.

f) Lucian W. Pye dan Sidney

Kemantapan suatu sistem politik hanya dapat dicapai apabila berakar pada kebudayaan politik bangsa ybs. Kebudayaan politik akan menjadi pandangan baku dalam melihat kesejarahan sebagai satu kesatuan budaya.

(7)

B. Konsep Geopolitik Indonesia

Wawasan Nusantara Indonesia dikembangkan berdasarkan wawasan nusantara secara universal sehingga dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dipakai negara Indonesia.

1. Paham Kekuasaan Indonesia

Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham tentang perang dan damai berdasarkan : “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Dengan demikian wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran kekuasaan dan adu kekuatan karena hal tersebut mengandung persengketaan dan ekspansionisme.

2. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara

Wawasan nasional Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa indonesia.

Karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai dasar pemikiran pembinaan dan pengembangan wawasan nasional Indonesia ditinjau dari:

a. Latar belakang pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila b. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan nusantara.

c. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya bangsa Indonesia. d. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan bangsa Indonesia 3. Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara

a) Pemikiran Berdasarkan Falsafah Pancasila

Bahwa wawasan kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia merupakan pancaran dari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.

b) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara

(8)

posisi silang yang sangat strategis serta memiliki kareteristik yang berbeda dari negara lain. Oleh karena itu, dengan kondisi alam yang nyata Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (negara maritim).

c) Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya

Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi Negara RI, tampak secara jelas betapa heterogen serta uniknya masyarakat Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa daerah, agama dan kepercayaannya sendiri.

d) Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejarahan

Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menginginkan terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara Indonesia akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain.

4. Konsep Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia

Wawasan Nusantara adalah wawasan nasional yang bersumber dari Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hakikat dari Wawasan Nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Cara pandang bangsa Indonesia tersebut mencakup:

a) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik

1) Bahwa keutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuanmitra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.

(9)

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.

3) Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.

4) Bahwa Pancasila adalah satusatunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara, yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.

5) Kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6) Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan kesatuan hukum, dalam arti bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional.

b) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi

1) Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.

2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerahdaerah dalam mengembangkan ekonominya.

3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi kemakmuran rakyat.

c) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya 1) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus

merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarkat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.

(10)

d) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan

1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.

2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam pembelaan negara.

Dari uraian di atas semakin jelas tergambar bahwa negara kepulauan Indonesia dipersatukan bukan hanya dari aspek kewilayahannya saja, tetapi meliputi pula aspek ideologi, polittik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan. Wawasan Nusantara bagi Indonesia merupakan suatu politik kewilayahan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai politik kewilayahan, Wawasan Nusantara mempunyai sifat manunggal dan utuh menyeluruh. Wawasan Nusantara bersifat manunggal artinya mendorong terciptanya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.

Sedangkan utuh menyeluruh maksudnya menjadikan wilayah nusantara dan rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan bulat serta tidak dapat dipecah-pecah oleh kekuatan apa pun sesuai dengan asas satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa persatuan Indonesia.

C. Batas Wilayah Indonesia

1. Wilayah Indonesia berdasarkan TZMKO 1993

(11)

a) Segala perairan disekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Indonesia.

b) Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia.

c) Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya lebih luas dari pada wilayah daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.

2. Pembagian wilayah menurut Konvensi Hukum Laut PBB, Montenegro, Caracas tahun 1982

Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982, wilayah perairan laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif.

a) Zona Laut Teritorial

Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar disebut laut internal/perairan dalam (laut nusantara). Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau terluar.

Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah permukaan laut. Deklarasi Djuanda kemudian diperkuat/diubah menjadi Undang-undang No.4 Prp. 1960.

b) Zona Landas Kontinen

(12)

150 meter. Indonesia terletak pada dua buah landasan kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen Australia.

Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. Jika ada dua negara atau lebih menguasai lautan di atas landasan kontinen, maka batas negara tersebut ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing negara.

Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk menyediakan alur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas kontinen ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Febuari 1969.

c) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam Zona Ekonomi Eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam Zona Ekonomi Eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen, dan batas Zona Ekonomi Eksklusif antara dua negara yang bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis-garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya. Pengumuman tetang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980.

Melalui Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional ke-3 tahun 1982, pokok-pokok negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept negara Indonesia diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No.17 th.1985 dan sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi hukum positif (hukum yang berlaku di masing-masing negara). Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.

(13)

Secara historis batas wilayah laut Indonesia telah dibuat oleh pemerintah colonial Belanda, yaitu dalam Territorial Zee Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939, yang menyatakan bahwa lebar wilayah laut Indonesia adalah tiga mil diukur dari garis rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia. Karenanya di antara ribuan pulau di Indonesia terdapat laut-laut bebas yang membahayakan kepentingan bangsa Indonesia sebagai Negara kesatuan.

Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda, yang isinya :

a) Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik garis-garis pangkal lurus yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.

b) Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis pangkal lurus termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala kekayaan didalamnya.

c) Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.

d) Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago watwrs) dijamin tidak merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.

4. Wilayah Indonesia Saat Proklamasi

17 Agustus 1945 masih berlaku Territoriale Zee En Maritieme Kringen Ordonantie Tahun 1939 dimana lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pulau Indonesia. Penetapan lebar wilayah laut 3 mil ini, tidak menjamin kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (bila dihadapkan dengan pergolakkan-pergolakkan yang terjadi di dalam negeri dan lingkungan keadaan alam).

BAB III PEMBAHASAN

A. Kronologis Peristiwa Agresi Militer Belanda II

1. Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda II

(14)

dugaan terhadap pihak Indonesia maupun pihak Belanda yang dianggap tidak menghormati hasil perjanjian Renville. Akibatnya, sebelum tengah malam tepat pada tanggal 18 Desember 1948, pihak belanda mengumumkan,bahwa Belanda tidak terikat lagi terhadap perjanjian Renville. Dan pada hari tepat pada tanggal 19 Desember 1948, pesawat tempur Belanda menyerang Maguwo (sekarang Bandara Adisucipto) dan sejumlah bangunan penting di Yogyakarta. Peristiwa tersebut merupakan awal dari Agresi Militer Belanda II.

a) Serangan ke Maguwo

Tanggal 0 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai" .

Pukul 2.00 pagi 1e para-compgnie (pasukan para I) KST di Andir

memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal Spoor 15 menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat. Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4.30 pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui Lautan Hindia. Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo.

Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember 1948, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".

(15)

dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat

Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150 orang pasukan

pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim, yaitu beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat 12,7. Senjata berat sedang dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan satu kompi TNI bersenjata lengkap. Pukul 06.45, 15 pesawat Dakota menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo. Pertempuran merebut Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Pukul 7.10 bandara Maguwo telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout. Di pihak Republik tercatat 128 tentara tewas, sedangkan di pihak penyerang, tak satu pun jatuh korban.

Sekitar pukul 9.00, seluruh 432 anggota pasukan KST telah mendarat di Maguwo, dan pukul 11.00, seluruh kekuatan Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang –termasuk dua batalyon, 1.900 orang, dari Brigade T- beserta persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D.R.A. van Langen telah terkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta.

Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pemboman serta menerjunkan pasukan payung di kota. Di daerah-daerah lain di Jawa antara lain di Jawa Timur, dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah dilakukan sejak tanggal 18 Desember malam hari.

Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai serangannya, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08.00.

b) Pemerintahan Darurat

(16)

sekarang ternyata pasukan yang akan mengawal tidak ada. Jadi Presiden dan Wakil Presiden terpaksa tinggal dalam kota agar selalu dapat berhubungan dengan KTN sebagai wakil PBB. Setelah dipungut suara, hampir seluruh Menteri yang hadir mengatakan, Presiden dan Wakil Presiden tetap dalam kota.

Sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan oleh Dewan Siasat, yaitu basis pemerintahan sipil akan dibentuk di Sumatera, maka Presiden dan Wakil Presiden membuat surat kuasa yang ditujukan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berada di Bukittinggi. Presiden dan Wakil Presiden mengirim kawat kepada Syafruddin Prawiranegara

di Bukittinggi, bahwa ia diangkat sementara membentuk satu kabinet dan mengambil alih Pemerintah Pusat. Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Selain itu, untuk menjaga kemungkinan bahwa Syafruddin tidak berhasil membentuk pemerintahan di Sumatera, juga dibuat surat untuk Duta Besar RI untuk India, dr. Sudarsono, serta staf Kedutaan RI, L. N. Palar dan Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis yang sedang berada di New Delhi.

Empat Menteri yang ada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap adalah Menteri Dalam Negeri, dr. Sukiman, Menteri Persediaan Makanan,Mr. I.J. Kasimo, Menteri Pembangunan dan Pemuda, Supeno, dan Menteri Kehakiman, Mr. Susanto. Mereka belum mengetahui mengenai Sidang Kabinet pada 19 Desember 1948, yang memutuskan pemberian mandat kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat di Bukittinggi, dan apabila ini tidak dapat dilaksanakan, agar dr. Sudarsono, Mr. Maramis dan L.N. Palar membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi, India.

Pada 21 Desember 1948, keempat Menteri tersebut mengadakan rapat dan hasilnya disampaikan kepada seluruh Gubernur Militer I, II dan III, seluruh Gubernur sipil dan Residen di Jawa, bahwa Pemerintah Pusat diserahkan kepada 3 orang Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Perhubungan.

c) Pengasingan Pimpinan Republik

(17)

Udara Yogyakarta untuk diterbangkan tanpa tujuan yang jelas. Selama di perjalanan dengan menggunakan pesawat pembom B-25 milik angkatan udara Belanda, tidak satupun yang tahu arah tujuan pesawat, pilot mengetahui arah setelah membuka surat perintah di dalam pesawat, akan tetapi tidak disampaikan kepada para pemimpin republik. Setelah mendarat di Pelabuhan Udara Kampung Dul Pangkalpinang (sekarang Bandara Depati Amir) para pemimpin republik baru mengetahui, bahwa mereka diasingkan ke Pulau Bangka, akan tetapi rombongan Presiden Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Menteri Luar Negeri Haji

Agus Salim terus diterbangkan lagi menuju Medan, Sumatera Utara, untuk kemudian diasingkan ke Brastagi dan Parapat, sementara Drs. Moh. Hatta (Wakil Presiden), RS. Soerjadarma (Kepala Staf Angkatan Udara), MR. Assaat (Ketua KNIP) dan MR. AG. Pringgodigdo (Sekretaris Negara) diturunkan di pelabuhan udara Kampung Dul Pangkalpinang dan terus dibawa ke Bukit Menumbing Mentok dengan dikawal truk bermuatan tentara Belanda dan berada dalam pengawalan pasukan khusus Belanda, Corps Speciale Troepen.

d) Perang Gerilya Dan Serangan Umum 1 Maret 1949

Pada Waktu Agresi Militer Belanda II Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini, pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi.

(18)

Sudirman memimpin perang gerilya dari tempat satu ke tempat lain. Ia juga memerintahkan untuk membumihanguskan bangunan-bangunan penting dan jembatan yang sekiranya di gunakan oleh Belanda. Mengahadapi perang gerilya itu, Belanda cukup kebingungan. Namun, Belanda terus menindas rakyat Indonesia dan melakukan propaganda bahwa Negara RI tidak ada. Menghadapi propaganda tersebut, Sri Sultan dan Letkol Suharto melancarkan serangan terhadap Belanda dan akhirnya kota Yogyakarta dapat di duduki kembali oleh TNI namun keberhasilan itu hanya bertahan selama 6 jam.

Panglima Jenderal Sudirman terus melakukan gerilyanya. Jenderal Soedirman dan pasukan melewati daerah membentang antara Yogyakarta, Panggang, Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri, Purwantoro, Ponorogo, Sambit, Trenggalek, Bendorejo, Tulungagung, Kediri, Bajulan, Girimarto, Warungbung, Gunungtukul, Trenggalek (lagi), Panggul, Wonokarto dan Sobo (memimpin gerilya selama 3 bulan, 28 hari). Baru kemudian dari Sobo menuju Yogyakarta melewati Baturetno, Gajahmungkur, Pulo, Ponjong, Piyungan, Prambanan dan baru pada tanggal 10 Juli 1949 kembali lagi ke Yogyakarta. Dalam keadaan yang serba kekurangan dan kondisi fisik yang lemah Jenderal Soedirman terus berjuang tanpa kenal menyerah.

2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer II

Adapun tujuan utama bangsa Belanda melakukan Agresi Militer II adalah Belanda ingin menghancurkan kedaulatan Republik Indonesia dan mengusai kembali seluruh wilayah Indonesia seperti dahulu kala dengan cara melakukan agresi militer terhadap daerah penting yaitu kota Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia pada saat itu. Belanda sengaja menyerang ibu kota Republik Indonesia dengan membuat kondisi tidak aman dengan harapan kondisi tersebut membuat bangsa Indonesia menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh Belanda.

3. Dampak Agresi Militer Belanda II bagi Bangsa Indonesia

(19)

Wakil Presiden Moh. Hatta beserta sejumalah pejabat pemerintah Indonesia berhasil ditawan kemudian diasingkan oleh pihak Belanda.

Belanda mengira dengan jatuhnya ibu kota Yogyakarta, pasukan TNI sudah habis. Ternyata, dugaan bangsa Belanda meleset, bahwasanya pasukan TNI belum habis. Dengan waktu yang relatif singkat, pasukan TNI berhasil menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan mulai bergerak dan memberikan serangan balik terhadap pihak Belanda. Serangan yang paling dikenal yang dilakukan pihak TNI terhadap pihak Belanda adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta.

B. Hubungan antara Agresi Militer Belanda II dan Geopolitik Indonesia

Hubungan Agresi Militer Belanda II dengan geopolitik Indonesia dapat dilihat dari konsep geopolitik itu sendiri, yaitu wawasan nusantara. Berdasarkan kasus Agresi Militer Belanda II ini, terlihat jelas bahwa penyerangan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia merupakan suatu bentuk ancaman terhadap pertahanan keamanan, dan kewilayahan. Belanda masih saja terus berupaya untuk mengambil alih wilayah Indonesia. Padahal, Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945.

Sebenarnya, bentuk penjajahan yang sudah dilakukan oleh Belanda sejak awal abad ke 17 merupakan suatu pelanggaran geopolitik juga, karena hal itu mengakibatkan hancurnya keutuhan wilayah NKRI diakibatkan oleh politik ekspansif belanda untuk dapat mengambil alih wilayah milik Indonesia. Penjajahan yang Belanda lakukan selama kurang lebih 3 abad membuat Belanda sangat bergantung kepada Indonesia dan tidak ingin melepaskan Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat, sehingga setelah proklamasi kemerdekaan pun Belanda masih terus memaksakan kehendak untuk menguasai Indonesia kembali.

(20)

menghadapi ancaman dari Belanda. Dengan kata lain, adanya Agresi Militer Belanda ini menyebabkan tidak tercapainya ketahanan nasional bangsa Indonesia.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

(21)

1. Agresi Militer Belanda II terjadi karena Belanda melanggar perjanjian Renville dan menyerang kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia. Peristiwa ini diawali dengan pengeboman di bandara yang menewaskan pasukan TNI. Sesaat kemudian, presiden dan wakil presiden Indonesia membuat surat kuasa yang ditujukan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, bahwa ia diangkat sementara membentuk satu kabinet dan mengambil alih pemerintahan pusat. Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Belanda juga menawan petinggi negara seperti Presiden Soekarno ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Belanda menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi. Namun, usaha rakyat Indonesia masih terus berlanjut. Jenderal Sudirman memulai memimpin pasukan secara gerilya yang cukup membuat Belanda kewalahan. Walaupun demikian, Belanda terus menindas rakyat Indonesia dan melakukan propaganda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada. Pada akhirnya, untuk menghadapi propaganda tersebut, Sri Sultan dan Letkol Suharto melancarkan serangan terhadap Belanda dan kota Yogyakarta dapat di duduki kembali oleh TNI. Namun, keberhasilan itu hanya bertahan selama 6 jam.

2. Penyerangan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia merupakan suatu bentuk ancaman terhadap pertahanan, keamanan, dan kewilayahan. Belanda masih saja terus berupaya untuk mengambil alih wilayah Indonesia. Padahal, Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945. Dapat dikatan, Agresi Militer Belanda II termasuk ke dalam pelanggaran geopolitik berat. Karena akibat adanya gencatan senjata yang terjadi, timbul kekacauan dalam struktur pemerintahan dan menimbukan ketidakamanan nasional, wilayah Indonesia yang merdeka diganggu dan direbut secara paksa. Hal ini berpengaruh buruk bagi kelangsungan hidup bangsa saat itu. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu mempertahankan kondisi dinamis yang berupa pengembangan kekuatan nasional untuk menghadapi ancaman dari Belanda. Dengan kata lain, adanya Agresi Militer Belanda ini menyebabkan tidak tercapainya ketahanan nasional bangsa Indonesia. B. Saran

(22)

satu sama lain. Karena Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tidak dapat merdeka tanpa bersatunya para pejuang. Maka, untuk mempertahankan negara ini kita juga harus bersatu. Karena bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

Lubis, E. Yusnawan, dan Mohamad Sodeli. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA/MA/SMK/SMAK Kelas XI Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Sumber Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik_di_Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Agresi_Militer_Belanda_II

Referensi

Dokumen terkait

dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rasio tepung ubi jalar ungu dan tepung kulit ari kacang kedelai berpengaruh nyata terhadap

Setelah berhasil menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan, Anda membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada untuk menentukan nilai tambah

Perkembangan sistem pembayaran secara umum masih tetap dapat memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi di Jawa Tengah meskipun mengalami penurunan bila dibandingkan

Tingginya obesitas pada remaja ada kecenderungan mengalami peningkatan, dengan pola makan yang sudah berubah serta aktivitas fisik yang kurang dengan latar

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja beberapa diskotik di Kota Medan. Metode: Penelitian

If you can design your product so that users are predisposed to cut it some slack when it’s wrong (like the AIBO or, for that matter, the LinkedIn job recommendation engine), you’re