• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN MORAL DAN AKHLAK DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN DAN HADITS

N/A
N/A
Sekar Amanah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN MORAL DAN AKHLAK DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN DAN HADITS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN MORAL DAN AKHLAK DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN DAN HADITS

Mata Kuliah Tafsir Hadits dan Tarbawy

Dosen pengampu : Dr. Amiruddin, M.Pd.I Dr. Abdurrochman,M.Ed

Disusun oleh :

SEKAR WULAN AMANAH NPM 2386131042

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI ISLAM

RADEN INTAN LAMPUNG

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga, makalah yang bertemakan model-model manajemen kurikulum di Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya penulis sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen mata kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawy yang telah banyak memberikan petunjuk dalam pembuatan makalah ini, Selanjutnya kepada orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan materil maupun moril.

Saya menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Bandar Lampung, Desember 2023 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

COVER ... ... ... ...i

KATA PENGANTAR ... ... ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... ... ... ... iii

BAB I PENDAHULUAN... ... ... ... ... ... ... ...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan masalah...6

C. Tujuan makalah...6

BAB II PEMBAHASAN...7

A. Konsep Moral dan Akhlak dalam Islam...7

B. Konsep Pendidikan Moral dan Pendidikan Akhlak dalam Islam...10

C. Karakteristik akhlak dalam Islam...14

D. Pembagian akhlak dalam Islam...17

E. Pendidikan moral dan Pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam menangani permasalahan akhlak manusia pada saat ini...20

BAB III PENUTUP...22

A. Kesimpulan...22 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang

Meskipun akhir-akhir ini prestasi intelektual anak anak Indonesia mengalami peningkatan cukup baik dengan banyaknya prestasi diberbagai olimpiade sains internasional, namun kemunduran justru terjadi pada aspek lain yang amat penting, yaitu aspek moral. Kemunduran pada aspek ini menyebabkan krisis pendidikan akhlak dalam dunia pendidikan kita,sehingga dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat menahan laju kemerosoton akhlak yang terus terjadi. Dunia pendidikan digemparkan oleh meninggalnya Ahmad Budi Cahyono. Seorang guru kesenian SMAN 1 Torjun Sampang Madura setelah dianiaya oleh siswanya sendiri. Mengutip Kompas.com (3/2/2018) kronologi kejadian berdasarkan olah TKP yang dilakukan oleh Polres Sampang, penganiayaan bermula saat pelajaran melukis di halaman kelas.

Pelaku tidak menghiraukan apa yang ditugaskan korban, korban kemudian memberi teguran dan menggoreskan cat ke pipi pelaku. Pelaku tidak terima mengeluarkan kalimat tidak sopan dan terjadilah kontak fisik. Korban memukul pelaku dengan kertas absen, pelaku menangkis dan memukul pelipis sebelah kanan korban. Pelaku sempat meminta maaf kepada korban di kelas.

Tragedi terjadi sepulang dari mengajar korban merasa sakit kepala hingga dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO) hingga akhirnya meninggal dunia.1

Kemudian kejadian yang menimpa Akbar Sorasa, guru agama di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkap kronologi bagaimana dirinya dilaporkan ke polisi karena menghukum siswa yang tak sholat. Sebagai informasi, Akbar yang bernama lengkap Akbar Sorasa adalah guru honorer Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Negeri 1 Taliwang, Sumbawa Barat.

Sosok ini viral karena dipolisikan orang tua murid hingga dituntut Rp50 juta.2

1 Dwi Runjani Juwita, PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI ERA MILLENNIAL, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol. 7 No. 2, Juli 2018 hal 282

(5)

Melihat beberapa kasus pelanggaran akhlak yang terjadi pada peserta didik, tampak jelas tidak tertanamnya dengan baik mana akhlak yang mesti dijadikan karakter dan mana akhlak yang terlarang. Padahal seseorang akan dikatakan memiliki iman yang benar dan sesuai syariat Islam jika ia memiliki karakter akhlak yang baik. Jadi, akhlak yang baik merupakan tanda kesempurnaan iman. Jika pendidikan akhlak dibangun berdasarkan worldview yang benar, metode yang tepat, dan praktik yang integral pada setiap proses pendidikannya, maka bangunan karakter anak didik akan mudah terbentuk, khususnya di lingkungan sekolah.

Pakar pendidikan, Dr. Arif Rahman menilai bahwa sampai saat ini masih ada yang keliru dalam pendidikan di Tanah Air. Menurutnya, titik berat pendidikan masih lebih banyak pada masalah kognitif. Penentu kelulusan pun masih lebih banyak pada prestasi akademik dan kurang memperhitungkan akhlak dan budi pekerti siswa. Belum lagi jika diikuti statistik perkembangan kasus akhlak buruk peserta didik. Misalnya; tawuran antarpelajar dan mahasiswa, plagiat dalam karya ilmiah, juga masalah pergaulan bebas yang sudah sangat meresahkan dan membosankan untuk didengar beritanya. Secara umum, mereka yang lulus sekolah dengan akhlak yang buruk ini akan menempati posisi di dunia kerja Indonesia yang sarat dengan persaingan.

Rendahnya moral dan akhlak para pelaku kebijakan juga akan diikuti oleh rendahnya etos kerja masyarakat. Sehingga bukan tidak mungkin mereka akan terjebak dalam praktik- praktik korupsi yang sistemik. Jadi bisa dikatakan bahwa penyebab terbesar dalam krisis pendidikan ini adalah gagalnya pembangunan karakter anak didik. Kegagalan ini terjadi karena aspek akhlak atau moralitas terabaikan dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung.3 Dengan berbagai permasalahan yang sudah penulis paparkan di atas, maka tujuan dari makalah ini yaitu untuk memaparkan lebih dalam tentang

2 https://regional.kompas.com/read/2023/10/09/060000778/guru-di-sumbawa- dilaporkan-ke-polisi-oleh-wali-murid-usai-tegur-dan-beri?

3 Dwi Runjani Juwita, PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI ERA MILLENNIAL, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, hal 285

(6)

bagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengkaji tentang pendidikan akhlak guna menjawab permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat saat ini.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah konsep dari moral dan akhlak dalam Islam?

2. Bagaimanakah konsep pendidikan moral dan pendidikan akhlak dalam Islam?

3. Apa sajakah karakteristik akhlak?

4. Apa sajakah jenis/pembagian akhlak?

5. Bagaimanakah pendidikan moral dan pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam menangani permasalahan akhlak manusia pada saat ini?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui konsepsi moral dan akhlak dalam Islam.

2. Untuk mengetahui konsepsi pendidikan moral dan pendidikan akhlak dalam Islam.

3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik akhlak.

4. Untuk mengetahui jenis/pembagian akhlak.

5. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanaman nila-nilai pendidikan akhlak dalam keseharian sesuai dengan tuntunan Al- Qur’an dan Hadits

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Moral dan Akhlak dalam Islam

(7)

Istilah moral berasal dari bahasa Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan.4Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang diterima umum tentang tindakan manusia, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar dengan kata lain moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia.5 Moral dapat dikaitkan dengan istilah etika, kesusilaan dan budi pekerti. Moral merupakan suatu nilai yang berkaitan dengan baik buruknya tingkah laku manusia. Oleh karena itu, moral dikaitkan dengan nilai, khususnya nilai emosional. Moral merupakan salah satu aspek kepribadian yang diperlukan manusia untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang serasi, adil, dan seimbang. Perilaku etis diperlukan untuk mewujudkan kehidupan yang tenteram, tertib, tertib dan harmonis. Dengan demikian, pendidikan moral dapat juga diasimilasikan dengan istilah pendidikan moral, pendidikan karakter, pendidikan nilai, atau pendidikan emosional.6

Secara umum tujuan dan fungsi moral adalah untuk menunjukkan harkat dan martabat kepribadian manusia melalui pengamalan nilai dan standar.

Beberapa tujuan dan fungsi etika adalah untuk menjamin terwujudnya martabat pribadi dan kemanusiaan. Moral adalah aturan perilaku yang berlaku bagi semua orang. Dengan adanya moral, masyarakat akan lebih menghormati satu sama lain berdasarkan standar yang diterapkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Nilai-nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat satu sama lain. Nilai-nilai yang diapresiasi masyarakat harus jelas, harus semakin dipercaya oleh individu dan harus diterapkan dalam tindakan. Moralitas diartikan dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk (moralitas) dimana cara mengukurnya adalah melalui nilai-nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut.7

4 Syamsu Yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), 132

5 Imam Sukardi.,Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern ( Solo:Tiga Serangkai, 2023 ) 6 Rubini,Pendidikan Moral Dalam Persfektif Islam, Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1, 2019

7 Hamid Darmadi, Apa Mengapa Bagaimana: Pembelajaran Pendidikan Moral Dan Pancasila Dan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn ( Jakarta:An1mage, 2020)

(8)

Kata akhlak mengacu pada ciri-ciri kepribadian manusia tertentu yang alami atau asli dan sifat-sifat tertentu yang dipupuk agar serupa dengan alam.

Akhlak ini ada dua bentuknya, yang pertama bersifat internal atau spiritual, dan yang kedua adalah zahiriyah yang diungkapkan melalui perilaku pada tahap ini, yang merupakan definisi umum etika yang diberikan dalam beberapa kamus. Para ulama dan ulama mendefinisikan akhlak berdasarkan aliran atau ajaran yang mereka anggap benar. aliran sosiologi mendefinisikan moralitas sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi atau ilmu sosial, aliran idealis mendefinisikannya sesuai dengan ajarannya, begitu pula dengan aliran utilitarian, yaitu aliran yang menekankan aspek kepentingan dan naturalisme atau menekankan panggilan alam atau peristiwa manusia itu sendiri atau sifatnya.8

Secara etimologis, kata "akhlak" berasal dari Bahasa Arab, jamak dari khuluq )قلُخ( yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, karakter atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan kata khalg )قلَخ yang berarti kejadian, erat kaitannya dengan kata khaliq )قلاخ( yang berarti pencipta; dan juga erat kaitannya dengan kata makhlūq) قوُل ْخَم ( yang berarti diciptakan )9

Adapun secara epistemologis Ibn Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu). Imam Abū Hamid al-Ghazali mendefinisikan akhlaqa sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).10 Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan.

Kedua, perbuatan-perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan

8 Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, (Jakarta:Gema Insani Press, 1996)

9 Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:Pustaka Setia, 1997)

10 Zulkifli Dan Jamaludin, Akhlak Tasawuf Jalan Lurus Mensucikan Diri (Sleman:

Kalimedia, 2018)

(9)

karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan dan rayuan.11

Prinsip akhlak dalam Islam terletak pada moral force. Moral force Akhlak Islam terletak pada keimanan sebagai kekuatan internal yang dimiliki setiap mukmin, yang berfungsi sebagai penggerak dan penggerak yang membentuk kemauan berpikir dalam suatu sistem preferensi, prakarsa, dan kerja tertentu.

Dalam hal ini, Rosulullah SAW bersabda:

اًقُلُخ ْمِهِئاَسِنِل ْمُكُراَيِخ ْمُكُراَيِخ َو اًقُلُخ ْمُهُنَس ْحَأ اًناَميِإ َنيِنِم ْؤُمْلا ُلَمْكَأ

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.

(HR. Tirmidzi; 1082)

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam.

Al-Qur’an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah.12 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pengertian moral adalah perbuatan atau perilaku baik buruknya manusia yang diterima secara umum di masyarakat. Sedangkan pengertian akhlak perbuatan yang bersumber dari dorongan jiwanya yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa berfikir serta ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian. Atau istilah agama yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia apakah itu baik atau buruk. Jadi pendidikan karakter adalah sebuah proses atau usaha untuk membentuk prilaku peserta didik yang tercermin dalam kata, sikap, perbuatan berdasarkan nilai, norma, dan moral luhur melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan.

B. Konsep Pendidikan Moral dan Pendidikan Akhlak dalam Islam

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang

11 Asifuddin, Ahmad Janan,Mengikuti Pilar-Pilar Pendidikan Islam,(Yogyakarta:

SUKA-Press, 2010)

12 Ahmad sahnan, konsep akhlak dalam Islam dan kontribusinya terhadap konseptualisasi pendidikan dasar islam, AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar vol. 2, no. 2, 2018 hal 105-106

(10)

menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No.20 tahun 2003).13 Sedangkan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”14

Setelah dicermati paparan tersebut di atas, isi dokumen DIKTI (1996) dapat disimpulkan beberapa hal tentang pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung tujuan ke depan, yaitu membentuk kemampuan individu dalam mengembangkan diri sehingga bermanfaat untuk kepentingan kehidupanya.

Kedua, pendidikan adalah hak semua warga negara dan diberikan atas dasar potensi dan kekuatan yang dimilikinya dengan memperhatikan asas pemerataaan dan keadilan sosial, ekonomi, dan letak geografi. Ketiga, pendidikan berlangsung sepanjang hayat dalam setiap lini kehidupan dan diberikan dalam berbagai jalur, jenis, jenjang, dan satuan pendidikan. Keempat, pendidikan dikembangkan dalam suasana pedagogis- akademik oleh lembaga yang sehat, otonom dan akuntabel, dengan memanfaatkan evaluasi diri sebagai alat manejemen mutu nasional dan internasional sebagai acuan penjaminan mutu internal dan eksternal.15

Salah satu kebijakan pendidikan strategis nasional berfokus pada pendidikan karakter. Moral dan akhlak sama-sama mengacu pada nilai-nilai, aturan, sikap dan tingkah laku. Maka ketika berbicara tentang pendidikan moral harus pula mengintegrasikannya dengan pendidikan akhlak. Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak

13 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013),hal 4.

14 Basuki, dkk, Mengenal Profil Sekolah/Madrasah Berdasarkan PP.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2010), hal 5

15 Mulyana, Pendidikan Pencak Silat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 28-29.

(11)

(tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh seseorang sejak masa kecil hingga dewasa. 16

Pendidikan moral adalah pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan manusia bermoral atau manusiawi. Artinya pendidikan moral adalah pendidikan yang tidak mengajarkan tentang akademik melainkan tentang non- akademik, terutama tentang sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan moral adalah pendidikan yang bertujuan untuk melatih anak bermoral dan manusiawi.17

Gerakan keempat dalam pendidikan nilai adalah Pendidikan Moral, di dalamnya tercakup pendekatan dan metode yang mengajarkan peserta didik berbagai pengetahuan, sikap, keyakinan, kecakapan dan perilaku agar menjadi orang yang baik, adil, ramah dalam satu kata yaitu moral. Beberapa pendekatan dalam gerakan ini dapat disebut sebagai pengajaran ”moral literacy” (melek moral). Tujuan pendidikan moral adalah untuk menghasilkan individu yang otonom, yaitu mengetahui nilai-nilai moral dan berkomitmen untuk bertindak secara konsisten berdasarkan nilai-nilai moral tersebut. 18

Pendidikan akhlak merupakan istilah yang sering muncul dalam wacana pendidikan Islam. Seperti yang dikutip oleh Ibnu Miskawaih Muhidin , pendidikan akhlak adalah upaya mewujudkan sikap batin yang mampu mendukung lahirnya secara spontan perbuatan-perbuatan bernilai baik pada diri seorang anak. Dalam pendidikan akhlak ini muncul kriteria baik dan buruk dalam menilai perbuatan mengacu pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Namun dalam proses pelaksanaannya, pendidikan moral tersebut di atas masih cenderung mengajarkan moralitas dan juga pendidikan moral.19

Akhlak menempati tempat yang sangat penting, salah satu tujuan terpentingnya adalah pengembangan etika secara menyeluruh, termasuk

16 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),hal 193

17 Hamid Darmadi, Apa Mengapa Bagaimana: Pembelajaran Pendidikan Moral Dan Pancasila Dan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, hal 71

18 Rubini,Pendidikan Moral Dalam Persfektif Islam, Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, hal 237

19 Rubini,Pendidikan Moral Dalam Persfektif Islam, Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam,Hal 240

(12)

hubungan seseorang dengan Allah Ta’ala maupun dengan diri sendiri dan orang lain, baik secara individu maupun kolektif, serta dengan lingkungannya.

Tujuan pertama mempelajari akhlak adalah karena akhlaklah Rosulullah Muhammad Sholallahu'alaihiwasallam diutus, sesuai dengan sabda beliau:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".

(HR. Abu Hurairah).

Kecenderungan masyarakat untuk menerapkan akhlak yang baik atau buruk adalah suatu proses, dari baik ke jahat dan kembali ke baik, atau tetap berada dalam kejahatan dan dari baik untuk mempertahankan kebaikan. Proses ini sebenarnya berperan penting dalam membentuk titik akhir kecenderungan manusia. Proses inilah yang kemudian dimanfaatkan para ahli pendidikan untuk mengkonseptualisasikan manusia agar selalu hidup dalam kebaikan, khususnya melalui pendidikan. Inilah urgensinya pendidikan akhlak khususnya pada anak untuk mewujudkan generasi yang berakhlak mulia.20

Menurut Ahmad amin, ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya, yaitu:

1. Meluaskan lingkungan pikiran, karena pikiran yang sempit merupakan sumber beberapa keburukan dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi.

2. Berkawan dengan orang yang terpilih, hal ini dikarenakan manusia itu suka mencontoh.

3. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berpikiran luar biasa.

4. Yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah upaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbuatan baik bagi umum (lebih mengutamakan kepentingan umum)

5. Berusaha melakukan kebiasaan dengan perbuatan yang baik.21

Pendidikan akhlak menurut al-Ghazali adalah proses pembentukan akhlak manusia yang ideal dan pembinaan yang sungguh-sungguh sehingga terwujud suatu keseimbangan dan iffah. Akan tetapi tidak ada manusia yang dapat

20 Suhartono Dan Roidah Lina, Pendidikan Akhlak Dalam Islam (Semarang:Cv. Pilar Nusantara, 2019) Hal 3

21 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta:Bulan Bintang, 1975) Hal 63-66

(13)

mencapai keseimbangan yang sempurna dalam keempat unsur akhlak tersebut (tetap harus berupaya kearah itu) kecuali Rasululah Saw, karena beliau sendiri ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia dan oleh karenanya beliau harus sempurna terlebih dahulu.22

Pendidikan moral dan akhlak merupakan salah satu upaya pengembangan yang bisa dimulai dari anak usia dini yang bisa dilaksanakan pada pendidikan formal, infomal, dan non formal. Hal ini dikarenakan pendidikan dimulai dari anak usia dini merupakan upaya pemberian stimulasi, bimbingan, pengasuhan, pemberian kegiatan pembelajaran, serta seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orangtua dalam proses pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan lingkungan di mana anak bisa mengeksplorasi dan memperoleh pengalaman yang memberi kesempatan bagi anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen.23

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya yang dimaksud dengan konsepsi pendidikan moral dalam Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan manusia memiliki moral atau manusiawi dan dijadikan kebiasaan oleh seseorang sejak masa kecil hingga dewasa.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berusaha untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, dan menuntun serta mengajarkan pembiasaan yang baik. Sistem moral adalah suatu tatanan utuh yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling mempengaruhi atau beroperasi dalam kesatuan atau integrasi yang utuh, berorientasi pada nilai-nilai dan etika Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam mempunyai tujuan utama untuk memajukan moralitas yang tinggi, sehingga bahwa sistem moral Islam yang dikembangkan dalam proses pendidikan mencakup standar yang berorientasi pada nilai-nilai Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk mengamalkan sistem kehidupan yang berlandaskan standar kebaikan dan menghindari keburukan. Beliau memerintahkan amal shaleh dan menjauhi kejahatan, bahkan orang diminta menegakkan keadilan dan

22 Yoke Suryadarma Dan Ahmad Hifzil.H, Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al- Ghazali, 362 Jurnal At-Ta’dibVol. 10. No. 2, Desember 2015, Hal 373

23 Fadlillah Dan Khorida, Pendidikan Karater Aud, 24

(14)

memberantas kejahatan dalam segala bentuknya.Oleh karena itu, sistem moral Islam menitikberatkan pada sikap mencari keridhaan Allah, mengendalikan nafsu negatif, berbuat baik, dan menjauhi perbuatan buruk.

C. Karakteristik akhlak dalam Islam

Pada hakikatnya konsep akhlak dalam Islam – yang mengacu pada etika santri, kiai (guru) dan wali santri – mempunyai cakupan yang sangat luas, karena etika mengacu pada agama itu sendiri. Di antara ciri atau ciri khas etika Islam yang membedakannya dengan akhlak dan etika adalah sebagai berikut:

1. Berasal dari wahyu Al-Qur'an dan Sunnah.

Akhlak Islam bermula dari wahyu Al-Qur'an dan Sunnah yang kebenarannya mutlak dan dapat diterapkan sepanjang masa, di mana saja, dan kapan saja.

Hal ini berbeda dengan moralitas dan etika yang berasal dari adat istiadat suatu masyarakat yang bersifat relatif dan mungkin terdapat perbedaan standar antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

2. Berhubungan erat dengan aspek Aqidah dan Syari'ah.

Akhlak dalam Islam tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan dikaitkan dengan aspek aqidah (iman) dan syariah (hukum Islam yang sebenarnya, baik dalam bidang ibadah, mu'amalah, kriminalitas dan lain-lain).

3. Universal.

Akhlak dalam Islam yang murni dan bebas dari bias rasial. Apa yang berlaku bagi umat Islam juga berlaku bagi non-Muslim. Pencurian itu haram, baik harta benda muslim maupun non muslim. Perzinahan adalah haram bagi umat Islam dan non-Muslim.

Baik Muslim maupun non-Muslim mempunyai hak atas keadilan di pengadilan.

4. Mempunyai sifat komprehensif (mendalam).

Akhlak dalam Islam meliputi akhlak terhadap diri sendiri; hubungan dengan Allah SWT; dengan orang lain dan lingkungan alam. Berbeda dengan moralitas dan etika yang hanya menekankan hubungan baik dengan manusia dan lingkungannya.

5. Tawazun (keseimbangan).

(15)

Islam menghendaki umatnya tidak melampaui batas dalam segala hal.

Keseimbangan merupakan ciri mendasar ajaran Islam, baik fisik maupun mental; keseimbangan antara hubungan dengan Allah (hablun min Allah) dan hubungan dengan orang lain (hablun min al-nas); serta keseimbangan antara urusan duniawi dan dunia lain. Keseimbangan itu terdiri dari hak dan kewajiban, tidak boleh memberikan kepada individu hak-hak yang berlebih- lebihan yang berujung pada kebebasan yang tidak terbatas, dan juga kewajiban-kewajiban berlebihan yang sangat memberatkan. Keseimbangan dan keselarasan adalah ciri etika mendasar dalam Islam.

6. Cocok untuk Fitrah.

Islam datang dengan ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia, karena Islam berasal dari Allah, sedangkan manusia dengan segala fitrahnya juga diciptakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sama sekali tidak mungkin ajaran Islam bertentangan dengan fitrah manusia. Islam mengakui keberadaan manusia sebagaimana adanya, dengan segala dorongan spiritual dan kecenderungan alamiahnya; Islam memurnikan alam dan menjaga kemuliaan manusia dengan hukum dan peraturannya. Jika manusia melampaui hukum dan peraturan Allah SWT, maka niscaya mereka akan terjerumus ke dalam lembah yang rendah.

7. Bersikap positif dan optimis.

Islam mengajarkan bahwa hidup adalah anugerah dari Allah dan hendaknya diisi dengan amal shaleh. Oleh karena itu, hendaknya manusia mengaktualisasikan dan memanfaatkan seluruh potensi yang diberikan Allah SWT untuk beramal shaleh yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat luas dengan penuh keimanan dan optimisme, melawan rasa pesimis (putus asa), rasa malas dan segala bentuk penyebab kemalasan.

Rasulullah SAW berpesan agar umatnya bekerja keras demi kehidupan sejahtera hingga akhir dunia.24

D. Pembagian akhlak dalam Islam

Akhak dapat digolongkan menjadi etika mahmudah dan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan perilaku yang

24 Muh. Faiz Fawwaz Asir1; Aden Herawati, Konsep Akhlak Dalam Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Hal 3-5

(16)

baik (terpuji). Sedangkan mazmumah akhlak adalah segala macam sikap dan perilaku buruk. Berikut penjelasannya:

1. Akhlak Mahmudah

Akhlak Mahmudah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji, contoh:

malu berbuat jahat adalah salah satu dari akhlak yang baik. Imam al-Ghazali menjelaskan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu:

a. Mencari hikmah (hikmah adalah keutamaan yang lebih baik) b. Bersikap berani

c. Bersuci diri d. Berlaku adil

Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga dalam bukunya yang berjudul Pengantar Studi Akhlak menjelaskan bahwa akhlak terpuji atau akhlak mahmudah dibagi menjadi dua bagian yaitu: Taat Lahir, dan Taat Bathin. Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Allah, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan dan dikerjakan oleh anggota lahir, meliputi:

a. Taubat

b. 'Amar ma'ruh dan nahi munkar c. Syukur

d. Ikhtiar e. Ta'awwun

Sedangkan Taat bathin adalah segala sifat baik/yang terpuji yang dilahirkan oleh anggota bathin (hati) yang meliputi perbuatan:

a. Tawakkal b. Sabar c. Qana'ah d. Husnudzan e. Ridha

2. Akhlak Mazmumah

Akhlak tercela atau Akhlak Mazmumah adalah segala tingkah laku manusia yang dapat membawa kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang

(17)

bertentangan dengan fitrahnya yang menuju kebaikan. Hal yang membuat manusia untuk berbuat tercela (maksiat) adalah

dunia dan isinya, manusia, setan (iblis) dan nafsu. Dalam buku yang sama Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga juga membagi Akhlak Mazmumah menjadi dua bagian yaitu:

a. Maksiat lahir,

• Maksiat lisan, seperti berkata kotor, mencaci, dsb.

• Maksiat telinga

• Maksiat mata

• Maksiat tangan b. Maksiat bathin

• Marah (ghadab)

•Dongkol

• Dengki (hasad)

• Sombong (takabbur)25

E. Pendidikan moral dan Pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan Hadits dalam menangani permasalahan akhlak manusia pada saat ini

Pendidikan moral dan akhlak seharusnya penempati posisi tertinggi dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari anak usia dini, karena moral dan akhlak erat kaitannya dengan agama bahkan iman seseorang. Kesempurnaan iman diukur dari akhlaknya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yaitu:

اًقُلُخ ْمُهُنَس ْحَأ اًناَمْيإإ َنْيإنإم ْؤُمْلا ُلَمْكَأ “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya/ akhlaknya” (HR.Ahmad).

Lebih lanjut Rosulullah Shallahu ‘alaihi Wasallam bersabda yang artinya:

“Sesunnguhnya seorang mukmin dengan akhlak yang baik benar-benar bisa mendapatkan

tingkatan ahli puasa lagi ahli sholat malam” (HR. Abu Daud).

Selain itu, beliau bersabda:

25 M. Asrorudin Al-Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak:Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islmaiyah (Yogyakarta:CV.Budi Utama, 2019) Hal 37-39

(18)

إقُلُخْلا إن ْسُح ْنإم إنا َزيإمْلا يإف ُلاَقْثَأ ٌء ْيَش َسْيَل

Tidak ada suatu yang lebih berat dari pada akhlaq yang mulia dalam timbangan pada hari kiamat.”

Dengan demikian jelaslah bahwa akhlak merupakan elemen utama dan paling penting dalam tatanan kehidupan terlebih lagi bagi anak usia dini sebagai bekal hidup di masa-masa selanjutnya. Mereka perlu suatu landasan kokoh dalam pembentukan karakternya yaitu dengan adanya pendidikan moral dan akhlak sejak usia dini.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-baqoroh:83 yang berbunyi:

ًن ْسُح إساّنلإل اوُلوُق َو إنيإكاَسَمْلا َو ٰىَماَتَيْلا َو ٰىَب ْرُقْلا يإذ َو اًناَس ْحإإ إنْيَدإلا َوْلاإب َو َهـّللا ّلإإ َنوُدُبْعَت َل

“dan janganlah kamu menyembah kepada selain Allah,dan berbuat baiklak kepada orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia”

Islam adalah agama rahmatan lil alamin yakni menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta titik tidak bandang bangsa, suku, ras, keturunan, bahkan agama. Menjadi rahmat berarti bahwa islam itu sifatnya tidak semata-mata doktrin teks, tapi juga terapan Islam bukan hanya mengurusi soal ibadah ritual, tetapi juga ibadah sosial. Bahkan, jika ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang ibadah ritual dan sosial diperbandingkan kuantitasnya, ayat-ayat sosial jauh lebih banyak. Artinya Islam sesungguhnya ajaran moral bagaimana mengarahkan dan mengkonstruksi moralitas suatu masyarakat menjadi baik.

Rasulullah menjadi representasi moral yang paling jelas, karena fungsi ganda beliau yaitu menjadi penyampai sekaligus penerjemah Alquran. Beliau menerjemahkan Alquran baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dan sikap. Inilah yang dikatakan oleh Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah akhlak Rasulullah itu seperti Alquran hadis riwayat Bukhari dalam Alquran surat al-ahzab ayat 21. Menjadi rahmat bagi alam semesta berarti mendorong kemajuan umat manusia, dalam berbagai hal yang positif. Itulah kenapa ayat pertama yang turun di dalam Al iqra yang artinya bacalah yakni perintah untuk membaca titik membaca yang tidak semata-mata membaca ayat-ayat Alquran, tetapi juga ayat-ayat kauniyah atau alam semesta apabila

(19)

apa yang ada di dalam dan di luar diri manusia. Dorongan membaca menjadi bukti nyata bagaimana perhatian Islam terhadap masalah pendidikan.

Tujuan pendidikan akhlak isilah tujuan atau sasaran atau maksud di dalam bahasa Arab dinyatakan dengan upaya atau ahzab sedangkan dalam secara istilah pengertiannya yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas. Tujuan pendidikan akhlak tidak bisa dipisahkan dari tujuan pendidikan dalam Islam karena pendidikan akhlak menjadi tujuan yang sangat penting dalam pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam atau akhlak adalah agar seluruh peserta didik dalam menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dengan penuh cinta harapan dan takut serta penuh ikhlas dan juga mempraktekkan perilaku yang baik kepada sesama makhluk Allah baik kepada manusia hewan dan orang lainnya agar dapat menggapai kebahagiaan dunia maupun akhirat. 26

Pendidikan moral dan akhlak bukan hanya cukup diberikan dalam bentuk pengertian atau konsep pengetahuan, akan tetapi perlu adanya contoh keteladanan dari beberapa figur yang bukan hanya dekatdan dikenal oleh anak, tetapi figur-figur tersebut harus betul- betul bisa menjadi panutan yang baik, karena konsep pendidikan yang akan diterima oleh anak usia dini akan membentuk sebuah karakter dan kepribadian anak tersebut di masa depan kelak. Oleh karena itu dalam tulisan ini figur-figur yang dianggap pantas dan layak dalam memberikan contoh keteladanan dalam bidang pendidikan moral dan akhlak bagi anak usia dini adalah figur keteladanan dari seluruh panutan umat manusia yaitu baginda Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri teladan terbaik dan tiada tandingannya. Kesempurnaan akhlak beliau dari sikap dan perilaku beliau yang santun, tutur kata yang lembut, jujur dan terpercaya, tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:

ۗاًرْيِثَك َ ااا َرَكَذ َو َرِخا ْلا َم ْوَيْلا َو َ ااا اوُجْرَي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُا ِ ااا ِل ْوُسَر ْيِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21). Melalui beberapa kisah atau cerita yang dapat diberikan dalam lingkungan keluarga

26 Rahmaliyus, pendidikan Islam Jakarta kalah mulia cetakan ketujuh tahun 2008 halaman 113

(20)

sebagai cerita pengantar tidur atau hanya sekedar mengisi waktu kebersamaan antara orangtua dengan anak. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanya yang menyahudikannya atau menasranikannya atau yang memajusikannya”. (HR.

Bukhari). Figur yang ketiga adalah keteladanan dari seorang guru, karena guru merupakan orangtua kedua bagi anak setelah memasuki jenjang pendidikan formal maupun non formal. Dalam figur keteladanan ini terdapat dua hal penting yang bisa menjadi suatu pelajaran. Pertama, dalam rangka memberikan contoh nyata bagi anak sehingga anak akan mudah menerima dan memahami apa yang ingin disampaikan dan dituju dalam proses pengajaran dan pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah. Kedua, sebagai pelajaran bagi orangtua maupun guru bahwa sebagai figur yang akan diteladani anak harusmempunyai sikap konsisten terhadap apa yang disampaikan kepada anak didik, sehingga bisa mengalirkan contoh positif bagi anak didiknya.27

Pada paparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya, pendidikan moral dan pendidikan akhlak dalam menangani permasalahan akhlak manusia pada saat ini dapat dilakukan mulai dari anak usia dini. Bukan hanya cukup diberikan dalam bentuk pengertian atau konsep pengetahuan, akan tetapi perlu adanya contoh keteladanan dari beberapa figur yang bukan hanya dekat dan dikenal oleh anak, tetapi figur-figur tersebut harus betul- betul bisa menjadi panutan yang baik, karena konsep pendidikan yang akan diterima oleh anak usia dini akan membentuk sebuah karakter dan kepribadian anak tersebut di masa depan kelak. Figur pertama yakni, Rosulullah SAW sebagai suri teladan terbaik dan tiada tandingannya. Kesempurnaan akhlak beliau dari sikap dan perilaku beliau yang santun, tutur kata yang lembut, jujur dan terpercaya. Figur kedua yakni orang tua karena orang tua adalah figur yang paling dekat dan yang pertama dikenal oleh anak, dan figur ketiga yakni guru sebagai pengajar dan merupakan orangtua kedua bagi anak setelah memasuki jenjang pendidikan formal maupun non formal.

27 Ainul Hasanah, Urgensi Pendidikan Moral Dan Akhlak Pada Anak Usia Din, Anil Islam Vol. 8. Nomor 1, Juni 2015 Hal 44-46

(21)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Konsep moral dalam Islam adalah perbuatan atau perilaku baik buruknya manusia yang diterima secara umum di masyarakat. Sedangkan konsep akhlak dalam Islam yakni perbuatan yang bersumber dari dorongan

(22)

jiwanya yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa berfikir serta ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin mendapat pujian. Atau istilah agama yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia apakah itu baik atau buruk. Jadi pendidikan karakter adalah sebuah proses atau usaha untuk membentuk prilaku peserta didik yang tercermin dalam kata, sikap, perbuatan berdasarkan nilai, norma, dan moral luhur melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan.

Konsepsi pendidikan moral dalam Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan manusia memiliki moral atau manusiawi dan dijadikan kebiasaan oleh seseorang sejak masa kecil hingga dewasa.

Sedangkan yang dimaksud dengan konsepsi pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang berusaha untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk, dan menuntun serta mengajarkan pembiasaan yang baik. Sistem moral adalah suatu tatanan utuh yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling mempengaruhi atau beroperasi dalam kesatuan atau integrasi yang utuh, berorientasi pada nilai-nilai dan etika Islam.

Karakteristik akhlak dalam Islam yakni:

1. Berasal dari wahyu Al-Qur'an dan Sunnah.

2. Berhubungan erat dengan aspek Aqidah dan Syari'ah.

3. Universal.

4. Mempunyai sifat komprehensif (mendalam).

5. Tawazun (keseimbangan).

6. Cocok untuk Fitrah.

7. Bersikap positif dan optimis.

Pembagian akhlak dalam islam yakni:

1. Akhlak Mahmudah

Akhlak Mahmudah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji, contoh:

malu berbuat jahat adalah salah satu dari akhlak yang baik.

2. Akhlak Mazmumah

Akhlak tercela atau Akhlak Mazmumah adalah segala tingkah laku manusia yang dapat membawa kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang bertentangan dengan fitrahnya yang menuju kebaikan.

(23)

Pendidikan moral dan pendidikan akhlak dalam menangani permasalahan akhlak manusia pada saat ini dapat dilakukan mulai dari anak usia dini. Bukan hanya cukup diberikan dalam bentuk pengertian atau konsep pengetahuan, akan tetapi perlu adanya contoh keteladanan dari beberapa figur yang bukan hanya dekat dan dikenal oleh anak, tetapi figur-figur tersebut harus betul- betul bisa menjadi panutan yang baik, karena konsep pendidikan yang akan diterima oleh anak usia dini akan membentuk sebuah karakter dan kepribadian anak tersebut di masa depan kelak. Figur pertama yakni, Rosulullah SAW sebagai suri teladan terbaik dan tiada tandingannya. Kesempurnaan akhlak beliau dari sikap dan perilaku beliau yang santun, tutur kata yang lembut, jujur dan terpercaya. Figur kedua yakni orang tua karena orang tua adalah figur yang paling dekat dan yang pertama dikenal oleh anak, dan figur ketiga yakni guru sebagai pengajar dan merupakan orangtua kedua bagi anak setelah memasuki jenjang pendidikan formal maupun non formal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),hal 193

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta:Bulan Bintang, 1975)

(24)

Ahmad sahnan, konsep akhlak dalam Islam dan kontribusinya terhadap konseptualisasi pendidikan dasar islam, AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar vol. 2, no. 2, 2018

Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, (Jakarta:Gema Insani Press, 1996)

Ainul Hasanah, Urgensi Pendidikan Moral Dan Akhlak Pada Anak Usia Din, Anil Islam Vol. 8. Nomor 1, Juni 2015

Asifuddin, Ahmad Janan, Mengikuti Pilar-Pilar Pendidikan Islam, (Yogyakarta:

SUKA Press, 2010)

Basuki, dkk, Mengenal Profil Sekolah/Madrasah Berdasarkan PP.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2010)

Dwi Runjani Juwita, PENDIDIKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI ERA MILLENNIAL, At-Tajdid : Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol. 7 No. 2, Juli 2018 hal 282

Fadlillah dan Khorida, Pendidikan Karater AUD, 24

Hamid Darmadi, Apa Mengapa Bagaimana: Pembelajaran Pendidikan Moral Dan Pancasila Dan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn ( Jakarta:An1mage, 2020)

Https://regional.kompas.com/read/2023/10/09/060000778/guru-di-sumbawa- dilaporkan-ke-polisi-oleh-wali-murid-usai-tegur-dan-beri?

Imam Sukardi.,Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern ( Solo:Tiga Serangkai, 2023 ) M. Asrorudin Al-Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak:Sebuah Ulasan Ringkas

Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islmaiyah (Yogyakarta:CV.Budi Utama, 2019)

Muh. Faiz Fawwaz Asir1; Aden Herawati, Konsep Akhlak Dalam Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Mulyana, Pendidikan Pencak Silat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:Pustaka Setia, 1997)

Rahmaliyus, pendidikan Islam Jakarta kalah mulia cetakan ketujuh tahun 2008 halaman 113

Rubini,Pendidikan Moral Dalam Persfektif Islam, Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1, 2019

(25)

Suhartono Dan Roidah Lina, Pendidikan Akhlak Dalam Islam (Semarang:Cv.

Pilar Nusantara, 2019)

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013)

Syamsu Yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001)

Yoke Suryadarma Dan Ahmad Hifzil.H, Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al- Ghazali, 362 Jurnal At-Ta’dibVol. 10. No. 2, Desember 2015

Zulkifli Dan Jamaludin, Akhlak Tasawuf Jalan Lurus Mensucikan Diri (Sleman:

Kalimedia, 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan akhlak mulia melalui pembiasaan membaca Al-Qur’an dan shalat tahajud di Panti Asuhan “An-Nadhief” Senon, menurut peneliti sudah baik, karena kegiatan tersebut

Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, jiwa yang

Menurut Al-Attas (Naquib, : 65), secara semantik istilah tarbiyyah tidak tepat dan tidak memadai untuk membawakan konsep pendidikan dalam pengertian Islam, sebagaimana

Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat „Abasa ayat 1-10, antara lain: memberikan penghargaan yang sama, tidak berfikir negatif terhadap orang lain

Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak, lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan al-Qur'an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah melakukan