1
MAKALAH PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK PENGEMBANGAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI
Dosen Pengampu : Vera Sholeha, M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Nur Widiya Dwi Astutik (K8119051) 2. Rida Fauziah (K8119060)
3. Valenia Tabhita Putri (K8119076) 4. Zulma Raisa Sosiawi (K8119080)
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Pengembangan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini (AUD) ini dengan lancar tanpa kendala suatu apapun. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Vera Sholeha, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kecerdasan Majemuk AUD yang telah memberikan tugas ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kecerdasan Majemuk AUD sebagai bahan presentasi. Penulis berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami nantikan guna sebagai bahan koreksi sehingga kedepannya dalam penyusunan makalah ini dapat lebih baik lagi. Terima kasih, akhir kata,
Wassamu’alaikum wr.wb
Surakarta, 20 September 2021
Penulis
3 Daftar Isi
Kata Pengantar ... 2
Daftar Isi ...3
BAB I ...4
PENDAHULUAN ...4
A Latar Belakang...4
B Rumusan Masalah ...5
C Tujuan ...6
BAB II ... 7
PEMBAHASAN ... 7
A Kecerdasan Kinestetik ...7
B Faktor Anak Dapat Memiliki Kecerdasan Kinestetik ...8
C Indikator Kecerdasan Kinestetik ...10
D Strategi Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik ...10
E Kegiatan Yang Membantu Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik ...11
BAB III ...13
PENUTUP ...13
A Kesimpulan ...13
B Saran ...14
DAFTAR PUSTAKA ...15
4 BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG
Pada fase pertumbuhan dan perkembangan anak, memiliki masa atau lazimnya dinamakan golden age atau masa usia emas. Usia tersebut berkisar pada usia 0-6 tahun dan juga disebut anakk usiaa dinii. Masa keemasan ini ditandai oleh berkembangnya jumlah dan fungsi sel-sel saraf otak anak. ((Pendidikan & Kebudayaan, 2015). Fungsi dari sel-sel saraf tersebut akan berjalan dengan optimal apabila adanya upaya yang sinergis. Pada masa keemasan (Golden Age), terjadi transformasi yang luar biasa pada otak dan fisiknya, tetapi sekaligus masa rapuh. Oleh karena itu masa keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial anak di masa datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak. (Jamal Ma’mur. 2009: 39).
Keunikan ini merupakan sebuah kemampuan dalam diri anak dalam menerima dan mengolah suatu informasi hingga mampu mengembalikannya dengan bentuk serupa atau lebih. Kemampuan datang dari kecerdasan yang dimiliki anak, dan kecerdasan yang paling menonjol di antara kecerdasan yang lain akan dapat melahirkan produk terbaik dari kemampuan anak. Pada tahun 1983 Howard Gardner mengemukakan penemuannya bahwa semua manusia memiliki kecerdasan majemuk dalam jumlah yang bervariasi. Setiap orang memiliki perbedaan profil intelektual. Kecerdasan ini terletak di bagian yang berbeda dari otak dan dapat bekerja secara mandiri atau bersama-sama. Kecerdasan ini juga dapat dipelahara dan diperkuat, atau bahkan diabaikan dan melemah. (Utami, 2019)
Dikutip dari buku ‘Multiple Intelligences in the Elementary Classroom A Teachers Toolkit’.
“...In marked contrast to the traditional view that individuals possess one general intelligence, it was a provocative new concept claiming the existence of at least seven (now eight) distinct intelligences: linguistic, logical–mathematical, musical, spatial, bodily–kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, and naturalist.”
Pada pengenalannya yang mengejutkan dunia pendidikan Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan yaitu: Linguistik, Logikamatematika, Spasial, Kinesthetik-jasmani, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal dan Naturalis. Dan semua kecerdasan itu dimiliki oleh anak-
5
anak, meskipun pada setiap anak akan menonjolkan sebagian kecerdasan saja dan berbeda- beda porsinya.
Salah satu yang dapat distimulasi dengan sangat baik oleh orang dewasa di sekitar anak adalah kecerdasan kinestetik. Di dalam konsultasinya dengan Howard Gartner, Susan Baum dkk. . (Baum et al., 2007) Kecerdasan kinestetik jasmani merupakan kemampuan untuk menggunakan sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan suatu masalah, membuat sesuatu, atau melakukan suatu kegiatan (produksi). Contoh yang paling jelas adalah orang-orang dalam atletik atau seni pertunjukan, khususnya menari atau akting.
(Gardner & Checkley, 1997)
Gardner menyatakan bahwa kinestetik merupakan suatu kemampuan yang melibatkan perasaan berupa pemberian kesadaran atas posisi gerak dengan pengontrolan yang dilakukan oleh otak (Bornstein & Gardner, 1986). Kecerdasan kinestetik berhubungan dengan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otak berupa pengetahuan tentang pengaturan gerak tubuh (YETTI & JUNIASIH, 2016).
Kecerdasan kinestetik akan membuat anak mampu melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan fisik seperti bergerak, berlari, dan berkomunikasi menggunakan tubuhnya. Hal-hal tersebut sangat berguna bagi kehidupannya supaya anak dapat menjadi pribadi yang baik. (Respati et al., 2018)
B RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan kinestetik?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan anak dapat memiliki kecerdasan kinestetik?
3. Indikator apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui kecerdasan kinestetik anak?
4. Bagaimana strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak?
5. Kegiatan apa saja yang dapat membantu mengasah dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak?
C TUJUAN MASALAH
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kecerdasan kinestetik
6
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan anak dapat memiliki kecerdasan kinestetik
3. Untuk mengetahui Indikator apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui kecerdasan kinestetik anakaa21`
4. Untuk mengetahui strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak
5. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dapat membantu mengasah dan mengembangkan kcerdasan kinestetik anak
7 BAB II PEMBAHASAN A. KECERDASAN KINESTETIK
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya untuk dapat melakukan pembinaan kepada anak sejak lahir hingga usia 8 tahun agar pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohaninya maksimal. Selain anak akan tumbuh dan berkembang, masing-masing anak memiliki beberapa kecerdasan yang akan berpengaruh dalam minat dan bakat setiap anak. Ada 7 kategori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, yaitu (1) kecerdasan linguistik; (2) kecerdasan logis matematik; (3) kecerdasan spasial-visual; (4) kecerdasan musikal; (5) kecerdasan kinestetik; (6) kecerdasan interpersonal; dan (7) kecerdasan intrapersonal. Setiap kategori kecerdasan tersebut dimiliki anak sejak lahir namun ada beberapa kategori kecerdasan yang akan sangat menonjol pada anak dan kecerdasan yang menonjol inilah yang akan menjadi jati diri seorang anak. Meskipun begitu, setiap kategori kecerdasan tersebut tetap sangatlah penting untuk bisa ditingkatkan dan menjadi sebuah perhatian karena semua kecerdasan itu akan berguna dan dapat mempengaruhi anak dalam menjalani kehidupan sehari-harinya dan kehidupan di masa depan anak.
Menurut teori Gardner kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang melibatkan fisik/tubuh anak, baik motorik halus maupun motorik kasar (Barelli et al., 2018). Dari pendapat Gardner, anak-anak yang menyukai kegiatan yang bergerak seperti melompat, berlari, menari lalu menyukai olahraga, terampil dalam bermain puzzle atau permainan bongkar pasang, merangkak dan lain-lain inilah yang menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan kinestetik.
Amstrong (2002:3) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik atau kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya (Anggraini, 2014). Jika dilihat dari pendapat Amstrong, kecerdasan kinestetik adalah kemampuan yang terlihat saat seseorang terampil dalam menggunakan anggota tubuhnya untuk bergerak atau melakukan gerakan berlari, melompat, menari, meloncat, melakukan kegiatan seni, membuat karya dan lain sebagainya yang berhubungan dengan ketangkasan, kelincahan, kelentikan, ketrampilan, kecepatan dan fleksibilitas yang dilakukan anak.
Suyadi mengatakan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang
8
sempurna (Barelli et al., 2018). Penggabungan antara fisik dan pikiran untuk menghasilkan gerakan yang sempurna ini membutuhkan sebuah koordinasi yang baik antara urat syaraf atau otak dengan anggota tubuh lainnya.
Menurut Richey (dalam Yaumi dan Nurdin, 2013:16-17) menjelaskan bahwa komponen inti dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima atau merangsang dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (Anggraini, 2014).
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa Kecerdasan Kinestetik adalah sebuah kecerdasan/kemampuan dalam menggunakan seluruh anggota tubuh baik motorik halus ataupun motorik kasar anak untuk dapat menciptakan gerakan yang mencakup kelenturan, kelentikan, keseimbangan, kekuatan, ketangkasan, fleksibilitas dan kecepatan.
B. FAKTOR ANAK DAPAT MEMILIKI KECERDASAN KINESTETIK
Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor genetik atau keturunan, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi, gaya belajar, dan nutrisi. Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
1. Faktor Genetik
Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Sama seperti sifat manusia lainnya, kecerdasan setiap anak berbeda-beda. Banyak yang menganggap bahwa kecerdasan anak diwariskan dari orang tua yang cerdas. Istilahnya, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tapi, benarkah faktor gen atau keturunan menentukan kecerdasan anak?
Sebagian besar penelitian memperkirakan bahwa faktor genetik berperan sekitar 30 sampai 75 persen dalam menentukan kecerdasan anak. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan berperan sama pentingnya dalam hal kecerdasan anak. Disebutkan, anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang tidak mendukung perkembangan kecerdasannya (tidak diberi ASI, malnutrisi, serta terpapar polusi), tidak akan berkembang maksimal meski ia memiliki faktor genetik yang baik.
2. Faktor Lingkungan
Seperti tempat tinggal, juga berdampak pada kecerdasan anak. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa anak yang tinggal di area yang memiliki fasilitas baik,
9
melakukan aktivitas fisik lebih dari 5 jam per minggu. Mereka yang mempunyai orang tua berpendidikan tinggi, juga akan cenderung memiliki IQ yang tinggi.
Disebutkan peneliti, jika anak tinggal di kota dengan fasilitas pendidikan yang terbatas mungkin membuat potensi kecerdasan anak tidak berkembang semaksimal anak-anak yang tinggal di kota besar.
3. Stimulasi
Interaksi Ibu dengan si kecil di tahun-tahun pertama kehidupannya akan sangat menentukan perkembangan kognitif anak. Jadi, sering-seringlah mengajak si kecil bermain, mengobrol, membaca buku, menonton tayangan edukatif, serta berbagai aktivitas lain yang merangsang imajinasi dan rasa ingin tahunya. Stimulasi seperti ini dapat meningkatkan kecerdasan anak.
4. Kesesuaian Gaya Belajar
Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang gaya belajarnya visual atau lewat gambar, ada yang gaya belajarnya auditori atau mengandalkan pendengaran untuk menerima informasi, dan ada juga anak yang gaya belajarnya kinestetik atau belajar melalui gerakan tubuh.
Gaya belajar yang sesuai akan membuat si Kecil lebih mudah menyerap informasi baru dibandingkan jika ia belajar menggunakan metode lain.
5. Nutrisi
Tak bisa dipungkiri, nutrisi berperan penting dalam perkembangan otak si Kecil. Itu sebabnya, penting untuk memberi si Kecil beragam jenis makanan dengan gizi seimbang sejak ia pertama kali mendapatkan MPASI atau makanan pendamping ASI. Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, si Kecil juga membutuhkan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta zat gizi mikro yang terdiri dari berbagai vitamin dan mineral.
Salah satu nutrisi yang penting untuk meningkatkan kecerdasan adalah omega 3. Nutrisi ini berperan dalam proses kerja otak sehingga dapat mempengaruhi fungsi kognitif, membantu si Kecil untuk fokus, mudah memahami pelajaran, dan memiliki kemampuan komunikasi dan sosial yang baik. Ada banyak sumber omega 3 yang berasal dari makanan dan bisa Ibu berikan pada si Kecil sejak ia mulai mendapatkan
10
MPASI pertamanya. Misalnya berbagai jenis ikan berlemak seperti ikan salmon, ikan makarel, ikan sarden, ikan tuna; beberapa jenis sayuran seperti bayam, brokoli, dan kembang kol; serta susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan omega 3.
C. INDIKATOR KECERDASAN KINESTETIK
Pada anak usia dini (sampai usia 6 tahun) kecerdasan kinestetik menurut Musfiroh terdeteksi melalui indikator berikut:
1) Anak terlihat aktif, terus bergerak, jarang tampak diam sekalipun tidak enak badan, berjalan jalan di kelas pada saat mengerjakan tugas di meja, sebentar-bentar keluar lalu masuk ke kelas lagi, sebentar berdiri, berjalan lalu duduk lagi.
2) Anak memiliki kekuatan otot yang tampak menonjol dari anak sebayanya, berani berayun, memanjat bola dunia, papan panjatan, melompat dengan kuat dan mendarat dengan tepat.
3) Anak suka menyentuh benda yang dilihatnya, memegang krayon yang baru dibelikan, menyentuh tombol televisi, bermain dengan tuts pianika, memegang cat basah, sangat peka terhadap tekstur.
4) Anak terlibat dalam kegiatan fisik sepak bola, berenang dan bersepeda.
5) Anak tunggal dalam kompetisi aktivitas fisik atau olahraga di lingkungannya lembaga PAUD.
6) Anak pandai menirukan gerakan-gerakan orang lain, membungkuk seperti orang tua.
7) Anak menikmati kegiatan bermain tanah atau pasir, melukis dengan jari, kegiatan menanam, mengecat.
8) Anak relatif luwes saat berbicara karena menggunakan gerakan tubuh sebagai pendukung, menggerakkan tangan saat berbicara serta terlihat sangat luwes saat menari.
9) Anak memiliki keseimbangan yang bagus dari teman sebayanya.
10) Anak memiliki ketahanan fisik yang baik, kuat berdiri satu kaki lebih lama dibandingkan teman sebayanya
D STRATEGI MENGEMBANGKAN KECERDASAN KINESTETIK
Strategi merupakan kegiatan yang harus disiapkan oleh guru sebelum memulai proses pembelajaran, sebab keadaan kelas itu, tidak selamanya berada dalam keadaan yang tenang, pasti seiring berjalannya waktu, keadaan kelaspun menjadi ribut, nah disini guru
11
harus memiliki strategi agar suasana kelas tetap tenang dan peserta didik tetap akan fokus memperhatikan guru yang sedang menjelaskan didepan kelas.
Dari pengertian strategi belajar mengajar dapat disimpulkan bahwa strategi belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak adalah dengan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences (kecerdasan ganda) adalah pemandu atau acuan bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efesien. Maksudnya adalah strategi ini akan membantu guru, agar bisa membuat anak didiknya akan mudah memahami materi yang dijelaskan dan membuat jalannya proses pembelajaran menjadi efektif. Sebab strategi belajar-mengajar dan multiple intelligences ini menggunakan startegi yang sesuai dengan gaya belajar dan kecerdasan siswanya.
Kita ketahui bahwa, setiap individu, pasti memiliki karakteristik yang berbeda- beda, Oleh karena itu, kelak kita akan menjadi guru, kita harus memiliki data tentang gaya belajar siswanya masing-masing. Sehingga bisa menyesuaikan strategi dan gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa serta sesuai dengan macam/jenis kecerdasan siswanya.
E KEGIATAN YANG MEMBANTU MENINGKATKAN KECERDASAN
KINESTETIK
➢ Usia 12-18 bulan
• Latih kemampuan berjalan Si Kecil dengan memberikannya mainan yang bisa ia dorong-dorong
• Membuat terowongan dari kardus bekas agar Si Kecil dapat merangkak keluar masuk.
• Latih Si Kecil melakukan gerakan jongkok/berdiri, dengan menaruh mainan di lantai. Gerakan ini akan melatih keseimbangannya.
➢ Usia 18-24 bulan
• Ajak Si Kecil bermain lempar-tangkap dan tendang bola
• Biarkan Si Kecil membantu Bunda melakukan beberapa pekerjaan rumah sederhana seperti memasukkan pakaian kotor ke keranjang pakaian dan membereskan mainan setelah selesai dipakai.
• Ajarkan Si Kecil cara naik dan turun tangga yang benar. Pegang salah satu tangannya atau minta ia berpegangan pada pegangan tangga.
➢ Usia 2-3 Tahun
• Bermain perosotan, ayunan dan permainan lain di taman.
• Bermain lompat katak.
12
• Bermain sepeda roda tiga.
• Melatih Si Kecil memanjat di arena bermain yang menggunakan tiang-tiang atau gelang panjatan.
➢ Usia 3-4 Tahun
• Taruh beberapa benda di lantai, beri jarak antara satu dengan lainnya, dan minta Si Kecil untuk berlari di antara rintangan tersebut.
• Berenang
• Ajarkan Si Kecil melempar bola ringan ke atas.
• Bermain hula hoop.
• Usia 4-5 tahun
• Ajarkan Si Kecil melompat dengan satu kaki, ajak ia bermain engklek
• Bermain lompat tali.
• Berjalan di papan keseimbangan.
➢ Usia 5-6 Tahun
• Ajarkan Si Kecil menggunakan sepeda roda dua dan sepatu.
• Bermain sepak bola.
• Melakukan aktivitas olahraga atau aktivitas fisik lainnya di luar rumah.
13 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Kecerdasan Kinestetik adalah sebuah kecerdasan/kemampuan dalam menggunakan seluruh anggota tubuh baik motorik halus ataupun motorik kasar anak untuk dapat menciptakan gerakan yang mencakup kelenturan, kelentikan, keseimbangan, kekuatan, ketangkasan, fleksibilitas dan kecepatan.
2) Faktor yang mempengaruhi kecerdasan kinestetik anak terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor genetik atau keturunan; sedangkan Faktor eksternal meliputi lingkungan, stimulasi, gaya belajar, dan nutrisi.
3) Menurut Musfiro, indicator anak mempunyai kecerdasan kinestetik : Anak terlihat aktif; memiliki kekuatan otot yang tampak menonjol dari teman sebayanya; suka menyentuh benda yang dilihatnya atau menarik untuknya;
ikut terlibat dalam kegiatan fisik; anak tunggal dalam kompetisi aktivitas fisik atau olahraga di lingkungannya lembaga PAUD; anak pandai menirukan gerakan-gerakan orang lain; anak menikmati kegiatan bermain yang ada dalam pembelajaran; Anak relatif luwes saat berbicara karena menggunakan gerakan tubuh sebagai pendukung; memiliki keseimbangan yang bagus; dan memiliki ketahanan fisik yang baik.
4) Strategi belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak adalah dengan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences (kecerdasan ganda).
5) Kegiatan yang membantu anak dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik adalah kegiatan yang dapat melatih motorik kasar dan motorik halus. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan setiap tahapannya dan juga disesuaikan dengan usia anak.
B. SARAN
Untuk meningkatkan kecerdasan majemuk, khususnya kecerdasan kinestetik maka disarankan pada guru untuk lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang bisa menstimulasi kecerdasan kinestetik. Anak dan guru lebih
14
kreatif dalam mengkombinasikan berbagai kegiatan yang ada di lingkungan sekitar, baik dengan media permainan baru ataupun media permainan yang ada. Sekolah dapat
memberikan fasilitas, media dan dukungan demi terlaksananya pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan minat belajar anak. Sehingga dapat memunculkan kreativitas, imajinasi dengan memanfaatkan media yang mendukung perkembangan anak tersebut khususnya pada kecerdasan kinestetik anak.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
• Nadia Noviani, NIM K8119049
Kan ada beberapa anak yang mengalami kelainan kongenital (seperti kelainan kaki dan tangan) maupun down syndrom, nah kira² apakah anak tersebut dapat dilatih kinestetiknya atau tidak? Kemudian stimulasi yg tepat seperti apa?
Jadi, kecerdasan kinestetik anak itu tetap bisa dilatih meskipun anak mengalami kelainan kongenital maupun down syndrome. Tapi disini guru harus memahami betul sejauh apa kemampuan anak untuk dapat melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan kecerdasan kinestetiknya. Stimulasi yang dapat guru lakukan untuk melatih kecerdasan kinestetik anak yaitu salah satunya bisa dengan kegiatan gerak dan lagu.
Disini kinestetik anak dapat terlatih dengan gerakan-gerakan sederhana seperti : Untuk anak yang mengalami kelainan kaki ia bisa bertepuk tangan, menoleh dan menggelengkan kepalanya kekanan atau kekiri, menggerakkan pinggulnya kekanan atau kekiri meskipun anak melakukannya dengan harus tetap duduk diatas kursi roda.
Sedangakan untuk anak yang mengalami kelainan tangan , mereka bisa melakukan gerakan seperti melompat, meloncat, memutar putar badan atau yang lainnya. Begitu juga untuk anak yang mengalami down syndrome, guru tetap bisa melatih kecerdasan kinestetiknya dengan gerakan-gerakan yang saya sebutkan tadi. Namun balik lagi dalam melakukan setiap stimulasi, guru harus benar-benar mengetahui sejauh apa kemampuan anak untuk dapat melakukan kegiatan kinestetiknya supaya stimulasi yang dilakukan guru itu tidak terkesan terlalu memaksakan si anak. (Valenia Tabhita Putri_K8119076)
• Safira Diani (K8119068) izin bertanya,
15
Apakah anak hiperaktif yang banyak bergerak bisa dikatakan bahwa ia memiliki kecerdasan kinestetik? Lalu bagaimana cara kalian mendidik dan memaksimalkan proses belajar pada anak yg hiperaktif? Terimakasih
Anak usia dini cenderung memilih kegiatan yang dirasanya menyenangkan dan membuatnya nyaman. misalnya ada anak yang lebih suka diam di kelas bersama pensil warna warni dan buku gambar dibanding bermain APE outdoor bisa jadi anak tersebut lebih menonjol pada kecerdasan visual spasialnya, atau anak yang lebih suka bernyanyi dan menari mengikuti irama dibanding menyusun puzzle bisa jadi anak tersebut lebih menonjol pada kercerdasan musikalnya. begitupun anak dengan
keaktifan yang lebih daripada anak lain bisa jadi anak tersebut memang lebih nyaman ketika beraktivitas dengan fisik yang terus bergerak sehingga bisa jadi kecerdasan yang lebih menonjol adalah kinestetik. cara memaksimalkan pemebelajarannya adalah dengan membuat model pembelajaran yang lebih interaktif, variatif, dan aktif.
kegiatan pembelajaran sangat direkomendasikan menggunakan aktivitas fisik campuran gerakan lokomotor dan non-lokomotor misalnya seperti melompati garis- garis seperti engklek kemudian tiap berhenti pada garis harus mengambil dan menghitung jumlah gambar yang ada di sebelahnya dan semacamnya intinya yang membutuhkan aktivitas fisik. (Zulma Raisa Sosiawi_K8119080)
• Saya Risma Khoirun Nisak, NIM (K8119066)
Gaya belajar Kinestetik merupakan gaya belajar yang melibatkan gerakan (praktek).
Bagaimana cara menghadapi anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik, jika anak cenderung agak malas dalam menerima pelajaran? Terimakasih
Cara menghadapi anak yang memiliki gaya belajar kinestetik, yang cenderung malas dalam menerima pembelajaran. Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa anak yang memiliki gaya belajar kinestetik itu biasanya cenderung sukar untuk diam dan fokus pada suatu pembelajaran yang monoton, karena biasanya mereka lebih senang terhadap pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik atau gerak. Nahh ketika anak memiliki gaya belajar kinestetik maka sebagai seorang guru atau orangtua kita perlu mendesain pembelajaran yang semenarik mungkin sehingga tidak monoton bagi anak dengan gaya belajar kinestetik ini. Dan biasanya apabila anak dengan gaya belajar kinestetik ini sudah menemukan sesuatu yang mampu membuat nya asyik biasanya dia akan fokus terhadap pembelajaran dengan sendirinya. Atau kita dapat
memasukkan unsur gerak di dalam pembelajaran seperti bernyanyi, bertepuk tangan,
16
melangkah, dll. Misalnya dengan belajar mengeja menggunakan lagu, berhitung dengan melangkah dll. (Rida Fauziah_K8119060)
• Sonia Alfi Fauziani (K8119071)
Bagaimana dampaknya jika anak mempunyai orang tua yang keras kepala dan mereka mengalami pemaksaan dalam gaya belajar yang tidak disukai anak. Solusinya
bagaimana ?
Dampak jangka panjang yang dapat terjadi apabila anak di didik dengan cara kasar : Anak akan menjadi penakut. Biasanya ketika yang dilihat setiap hari adalah bentakan, pukulan dan yang semacamnya, tidak jarang anak tersebut akan minder ketika
berkumpul dengan orang, menjadi anak yang individualis, yang tidak peduli terhadap sekitarnya, pendiam dan merasa kesepian. Anak akan menjadi jauh dari orang tua, Orang tua yang sejatinya adalah teman bagi anak, tempatnya meminta perlindungan, mencarikan solusi dalam setiap masalah, maka ketika anak tersebut mempunyai masalah dia akan lari kepada orang lain, karena takut ketika dia cerita kepada orang tuanya malah akan disalahkan dan dimarahi. (Nur Widiya Dwi Astutik_K8119051)
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D. D. (2014). Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Melalui Kegiatan Bermain Sirkuit Dengan Bola (Penelitian Tindakan di Kelompok A TK Al Muhajirin Malang Jawa Timur, Tahun 2015). Jurnal Pendidikan Usia Dini, 2(2), 65–75.
Barelli, L., Bidini, G., Cinti, G., Zhang, H. H., Wang, L., Van, J., Mar, F., Desideri, U., Khalil, A., Tauler, C. M., Pantou, S., Nr, S., Ouyang, L., Ma, M., Huang, M. S., Duan, R., Wang, H., Sun, L., Zhu, M., … Intl, S. (2018). MENGEMBANGKAN
KECERDASAN KINESTETIK ANAK MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL DI TK PGRI SUKARAME. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.101 6/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.
elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9 AF11A333E295FCD8
Baum, S., Viens, J., & Slatin, B. (2007). MULTIPLE INTELLIGENCES IN THE
ELEMENTARY CLASSROOM: A Teacher’s Toolkit. In Childhood Education (Vol.
83, Issue 5).
Bornstein, M. H., & Gardner, H. (1986). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. In Journal of Aesthetic Education (Vol. 20, Issue 2, p. 120).
https://doi.org/10.2307/3332707
18
Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. A. N. (2015). Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 Tentang. Gitin, L. (n.d.). The Pupil Personnel Administrato.
Respati, R., Nur, L., & Rahman, T. (2018). Gerak Dan Lagu Sebagai Model Stimulasi
Pengembangan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini. JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(2), 321–330. https://doi.org/10.21009/jpud.122.13
Utami, S. . (2019). Multiple Intelligences: Platform Global Paling Efektif untuk Pendidikan Abad ke-21 dalam Pendidikan dan Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Pendidikan 2019, April, 251–257.
YETTI, E., & JUNIASIH, I. (2016). IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TARI PENDIDIKAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI MELALUI METODE PEMBELAJARAN AKTIF ( Pengembangan Model di Taman Kanak-Kanak Labschool Jakarta pada Kelompok B). JPUD - Jurnal
Pendidikan Usia Dini, 10(2), 385–400. https://doi.org/10.21009/jpud.102.11