• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah PIK Kelompok.1

N/A
N/A
Rosita Hamzah

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah PIK Kelompok.1"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA ORGANIK: SEKAM PADI MENJADI BRIKET

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Hj. A. Artiningsih., S.T., M.Si., M.T., IPM Mata Kuliah : Proses Industri Kimia

Disusun Oleh:

Kelompok I

Rosita : 09220220052

Mutiara Dwi Puspitasari : 09220220058

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2024

(2)

2 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah “Proses Industri Kimia Organik: Sekam Padi Menjadi Briket” tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Hj. A. Artiningsih., S.T., M.Si., M.T., IPM sebagai dosen pengampu mata kuliah Proses Industri Kimia yang telah membantu kami memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, 05 November 2024

Penulis

(3)

3 DAFTAR ISI

SAMPUL ... 1

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Tujuan... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Briket ... 6

2.2 Bahan Pembuat Briket... 7

2.3 Karakteristik Sekam Padi dan Potensi Kalorinya ... 11

2.4 Kelebihan Penggunaan Briket ... 14

2.5 Manfaat dan Keuntungan Briket Sekam Padi ... 15

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN ... 18

3.1 Alat ... 18

3.2 Bahan... 18

3.3 Tahapan Pembuatan Briket ... 18

BAB IV KESIMPULAN ... 19

4.1 Kesimpulan ... 19

4.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA... 20

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya utama di indonesia yang menghasilkan beras untuk bahan pangan pokok mayoritas masyarakat indonesia, dengan nilai konsumsi peringkat pertama terbanyak dari bahan makanan pokok lainnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) indonesia, data produksi padi meningkat tiap tahunnya dan pada tahun 2015 indonesia memproduksi padi sebanyak 75.397.841 ton. Padi yang dihasilkan pasca panen tersebut akan melalui beberapa tahap lagi untuk menghasilkan beras yang siap untuk dijual. Salah satu proses yang mengalami banyak kehilangan yaitu proses penggilingan padi untuk menjadi beras. Menurut kementerian pertanian direktorat jendral tanaman pangan jumlah padi yang diproses menjadi beras mengalami penyusutan sebanyak 62,74% atau sekitar 47.304.605 ton dan sisanya yaitu sekitar 28.093.236 ton adalah produk sampingan yang sering disebut dengan limbah.

Pada proses penggilingan padi, menurut badan penelitian dan pengembangan pertanian, kadar sekam yang didapat 20-30% sekam padi, 8-12% dedak dan 50-63,5% beras giling. Selain dengan jumlah beras sebagai produk yang diinginkan tersebut, jumlah limbah yang dihasilkan mayoritas didominasi oleh sekam padi (Suudi dkk., 2019).

Limbah sekam padi masih kebanyakan dibuang atau dibakar oleh bebarapa masyarakat. Kesadaran yang masih minim, pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran lingkungan karena sekam padi tidak dapat terelakkan. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah pertanian yaitu sekam padi sangatlah penting bahkan pemanfaatan limbah pertanian ini berdampak dari segi energi, finansial dan ekologi (Azis dkk., 2023).

(5)

5 1.2 Tujuan

A. Untuk mengetahui pengertian dari sekam padi.

B. Untuk mengetahui proses pengolahan sekam padi menjadi briket.

C. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pembuatan briket.

1.3 Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud sekam padi?

B. Bagaimana proses pengolahan sekam padi menjadi briket?

C. Apa faktor yang mempengaruhi pembuatan briket?

(6)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Briket

Briket adalah salah satu bahan bakar alternatif yang berupa arang yang biasanya dibuat dari batok kelapa yang telah diproses menjadi arang dan kemudian dipres atau dicetak menggunakan mesin. Briket merupakan salah satu bentuk inovasi untuk memperoleh sumber energi yang dapat diperbaharui (Pratama, 2021).

Briket adalah perubahan bentuk material yang pada awalnya berupa serbuk atau bubuk seukuran pasir menjadi material yang lebih besar dan mudah dalam penanganan atau penggunaannya. Perubahan ukuran material tersebut dilakukan melalui proses penggumpalan dengan penekanan dan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengikat.

Pembriketan pada tekanan rendah membutuhkan bahan pengikat untuk membantu pem-bentukan ikatan di antara partikel biomassa.

Penambahan pengikat dapat meningkatkan kekuatan briket. Ada berbagai macam bahan perekat yang dipakai dalam pembuatan briket selama ini adalah clay, molase, starch, resin, tetes tebu, coal tar, bitumen, tanah liat dan semen yang sebagian besar perekat yang dipakai berbahan dasar air sebagai pelarut, sehingga pada proses pembuatan briket dibutuhkan proses pengeringan agar perekat mampu mengikat partikel bahan baku dengan kuat dan menghilangkan kandungan air yang terdapat pada briket (Satmoko dkk., 2013).

Briket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini diantaranya adalah mudah menyala, waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai

(7)

7 kalor yang cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan nyala api konstan akan semakin baik (Jamilatun, 2008).

Gambar 2.1 Briket Sekam Padi 2.2 Bahan pembuat briket

Briket dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang dapat dijadikan bahan bakar, tetapi tidak semua bahan penyusun briket adalah bahan bakar. Bahan utama pembuat briket yang dapat digunakan adalah bahan yang dapat dijadikan bahan bakar dan mempunyai keunggulan karakterisitik nilai dalam pembakaran. Selain bahan utama digunakan juga bahan perekat yang berfungsi sebagai perekat briket tersebut.

Bahan perekat biasanya dicampur dengan air agar dapat merekatkan dengan sempurna. Ketiga bahan tersebut harus diatur komposisinya agar mendapatkan hasil briket yang maksimal dalam pembakarannya.

A. Sekam Padi

Sekam padi merupakan salah satu limbah dari hasil proses penggilingan padi. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota. Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butiran beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan, sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Sekam padi memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yaitu briket.

(8)

8 Dilihat dari sudut pandang lain, sekam padi memiliki lebih banyak potensi baik daripada hanya sebagai limbah produk sampingan dari beras. Dari segi potensi energi, sekam padi dapat digolongkan sebagai energi alternatif dan dapat didaur ulang karena proses produksi padi akan dilakukan dengan siklus secara berulang dan terus menerus sehingga sumber daya alam sekam akan terus didapat. Menurut Houston (1972), sekam memiliki kerapatan jenis (bulk density) sebesar 0,1 g/ml atau 125 kg/m3 dan nilai kalori sebesar 3300-3600 kkal/kg dengan konduktifitas panas sebesar 0,271 BTU. Dengan jumlah energi potensial tersebut, jika dimanfaatkan dengan metode yang tepat maka sekam padi layak menjadi pilihan energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (Suudi dkk., 2019).

Sekam padi (Rice husk/rice hull) atau kulit gabah adalah bagian terluar dari butir padi dan memiliki kandungan organik terbanyak dibandingkan dengan hasil samping pengolahan padi lainnya.Hasil samping dari pengolahan padi antara lain jerami (4,0–7,0)%, bekatul (0,6–1,1)%, dedak(0,2–0,3)% dan sekam (18,0– 22,3)%.

Secara umum penggunaan sekam di Indonesia masih terbatas yaitu sebagai media tanaman hias, pembakaran bata merah, alas ternak untuk alternatif, kuda, sapi, kambing dan kerbau. Di Indonesia dan Filipina, sekam padi juga dipakai dalam penetesan telur itik. Sebagai pupuk, sekam padi mempunyai nilai rendah karena kadar NPK-nya yang rendah. Tetapi penambahan abu sekam atau sekam kedalam lahan memberikan pengaruh positif, terutama dalam penyerapan silika (Pratama, 2021).

Ditinjau dari komposisi kimianya, sekam padi mengandung beberapa unsur penting seperti kadar air (32,40–41,35)%, Serat (31,37–49,92)%, Abu (13,16– 29,04)%, Pentosa (16,94–21,95)%, Selulosa (34,34–43,80)% dan Liguin (21,40– 46,97)%. [2,5].

(9)

9 Sedangkan kandungan kimia dari abu hasil pembakaran sekam padi yang tertinggi adalah Silikat (SiO2) yakni 86,90-97,30%, yang lain seperti Kalium, Natrium, Calsium, Magnesium, besi dan lain-lain terdapat dalam jumlah yang lebih kecil (Ola, 2014).

Sekam padi memiliki masa jenis yang rendah yaitu 70–110 Kg/m³ dalam bentuk briket atau pellet. Dengan demikian untuk penyimpanan dan transportasi, sekam padi membutuhkan volume besar yang membuat transportasi jarak jauh menjadi tidak ekonomis. Ketika sekam padi dibakar, kadar abu yang diperoleh adalah 17–26%, jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar lainnya (kayu 0,2–2%, batu bara 12,2%). Sekam padi memiliki nilai kalori rata-rata dari 3410 kkal/kg dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi terbarukan (Ola, 2014).

Gambar 2.2 Sekam Padi B. Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah granula pati dari umbi ketela pohon yang kaya akan karbohidrat. Tepung tapioka mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi sehingga mempunyai sifat tidak mudah menggumpal, mempunyai daya lekat yang tinggi, tidak mudah pecah atau rusak dan suhu gelatinisasinya relatif rendah antara suhu 52-64℃.

Kandungan gizi pada tepung tapioka per 100 g sampel adalah 362 kal, protein 0.59%, lemak 3.39%, air 12.9% dan karbohidrat 6.99% (Sediaoetomo, 2004). Penggunaan tepung tapioka sebagai bahan pengikat bertujuan untuk membantu suatu proses gelatinisasi,

(10)

10 sehingga dapat menghasilkan suatu produk dengan nilai sensori yang baik. Selain itu, penambahan tepung tapioka dalam bahan makanan juga dapat mempengaruhi komposisi gizi dari produk akhir yang dihasilkan, tergantung pada jumlah yang digunakan serta kombinasi bahan lainnya (Lekahena, 2016).

Penggunaan tepung tapioka sebagai bahan perekat pada briket sekam padi harus diatur komposisinya agar mendapatkan briket sekam padi yang maksimal dan tepat guna. Hal ini karena tepung tapioka itu sendiri bukanlah bahan bakar tetapi hanya sebagai bahan perekat pada briket.

Menurut Faujiah (2016), Pengaruh variasi komposisi perekat (tepung tapioka) terhadap uji kualitas briket yaitu semakin meningkatnya kadar perekat cenderung meningkatkan kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kerapatan dan kuat tekan tetapi menurunkan nilai kalor pada briket (Pratama, 2021).

C. Air

Air dibutuhkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan briket sekam padi. Peran air adalah sebagai bahan pembantu bahan perekatan pada briket sekam padi. Penggunaan tepung tapioka sebagai bahan perekat akan mengharuskan air sebagai bahan campuran perekat tersebut.

Air yang digunakan untuk membantu perekatan harus ditentukan kadarnya karena jika terlalu banyak air yang digunakan dapat menyebabkan menurunnya kualitas briket sekam padi yang dibuat. Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tergantung pada sifat bahan pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang tidak mudah dilakukan karena terdapat bahan yang mudah menguap pada beberapa jenis bahan pangan, dan adanya air yang terurai pada bahan pangan, serta oksidasi lemak pada bahan pangan tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi penentuan kadar

(11)

11 air yang tepat yaitu air yang ada dalam bahan pangan dapat terikat secara fisik dan organik, atau secara kimiawi pada komponen tertentu dalam bahan tersebut (Pratama, 2021).

2.3 Karakteristik Sekam Padi dan Potensi Kalorinya

Sekam padi adalah limbah organik yang berasal dari proses penggilingan padi dan umumnya terdiri dari kulit luar gabah. Limbah ini banyak ditemukan di daerah pertanian, terutama di negara-negara penghasil padi, termasuk Indonesia. Meskipun sering dianggap sebagai limbah pertanian, sekam padi memiliki potensi besar sebagai sumber energi terbarukan karena nilai kalorinya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

A. Karakteristik Sekam Padi

Sekam padi memiliki karakteristik yang memengaruhi potensinya sebagai bahan bakar alternatif. Berikut beberapa sifat utama sekam padi.

1. Komposisi Kimia

Sekam padi umumnya terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

a. Selulosa (32–47%), merupakan senyawa organik yang mudah terbakar dan menjadi sumber utama energi saat sekam padi digunakan sebagai bahan bakar.

b. Hemi-selulosa (19–27%), Komponen lain yang mudah terbakar dan meningkatkan potensi panas sekam padi.

c. Lignin (5–27%), Bersifat sebagai bahan pengikat alami yang meningkatkan kepadatan dan daya bakar sekam.

d. Silika (15–20%), Sekam padi mengandung silika yang cukup tinggi, yang menyebabkan residu abu dalam pembakaran. Kandungan silika ini juga memberi sekam padi sifat tahan panas.

(12)

12 2. Tekstur dan Kepadatan

Sekam padi memiliki tekstur yang kasar dan ringan, sehingga kepadatannya rendah (sekitar 96–160 kg/m³). Tekstur ini menyebabkan sekam padi membutuhkan volume besar untuk menghasilkan energi yang signifikan, yang dapat menjadi kendala dalam penggunaannya sebagai bahan bakar. Namun, kepadatan ini bisa ditingkatkan melalui berbagai proses pengolahan, seperti pengepresan atau pembentukan menjadi briket. Dengan demikian, sekam padi dapat diubah menjadi bentuk yang lebih padat dan kompak, sehingga meningkatkan nilai kalor per satuan volumenya serta mempermudah proses penyimpanan dan transportasi.

3. Kadar Air

Sekam padi biasanya memiliki kadar air yang bervariasi, tergantung pada kondisi penyimpanan dan lingkungan sekitar.

Kadar air yang tinggi dapat mengurangi nilai kalor sekam padi, sehingga proses pengeringan sangat penting sebelum sekam diolah menjadi bahan bakar.

Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung didalam briket sekam padi. Kadar air dapat mempengaruhi karakterisitik briket sekam padi tersebut. Kadar air briket berpengaruh terhadap nilai kalor. Semakin sedikit air dalam briket, maka semakin tinggi nilai kalornya. Dan sebaliknya semakin tinggi kadar airnya, akan menyebabkan penurunan terhadap nilai kalornya (Umrisu dkk., 2018).

4. Kadar Abu

Karena kandungan silika yang tinggi, pembakaran sekam padi menghasilkan residu abu yang relatif tinggi (sekitar 15–

20%). Kadar abu yang tinggi ini perlu dipertimbangkan dalam pemanfaatan sebagai bahan bakar, karena membutuhkan

(13)

13 penanganan tambahan, seperti sistem pembuangan abu yang memadai agar tidak mengganggu proses pembakaran. Selain itu, sisa abu yang dihasilkan harus dikelola dengan baik untuk mencegah penumpukan atau pencemaran lingkungan.

Abu dalam hal ini merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran briket, yang tidak terbakar dan tertinggal sebagai residu. Salah satu komponen utama penyusun abu adalah silika, yang memiliki pengaruh kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Kandungan silika yang tinggi dalam abu dapat menurunkan efisiensi pembakaran, karena silika tidak berkontribusi pada nilai energi bahan bakar. Selain itu, keberadaan silika dalam abu dapat mempercepat penumpukan residu pada tungku atau alat pembakar, yang memerlukan pembersihan rutin untuk menjaga performa pembakaran yang optimal (Umrisu dkk., 2018).

B. Potensi Kalori Sekam Padi

Nilai kalor adalah jumlah energi yang dihasilkan oleh bahan saat dibakar. Potensi kalor sekam padi berkisar antara 3000–3500 kcal/kg (kilo kalori per kilogram) jika kondisinya kering. Meski lebih rendah dibandingkan batu bara (sekitar 5000 kcal/kg), nilai kalor sekam padi cukup untuk menghasilkan energi dalam beberapa keperluan, terutama dalam bentuk briket atau arang.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kalori yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Kadar Air

Semakin rendah kadar air sekam, semakin tinggi nilai kalor yang bisa dihasilkan. Proses pengeringan atau pengarangan dapat meningkatkan potensi kalor, karena mengurangi kadar air yang menghambat pembakaran, sehingga meningkatkan efisiensi energi yang dihasilkan.

(14)

14 2. Bentuk Pengolahan

Sekam padi yang diolah menjadi briket atau arang memiliki nilai kalor lebih tinggi daripada sekam mentah. Briket atau arang mengurangi kadar air dan mengompres sekam sehingga meningkatkan densitas energi.

3. Penambahan Perekat

Penambahan bahan perekat seperti tepung tapioka dalam briket sekam padi juga membantu meningkatkan kepadatan energi, sehingga nilai kalor briket lebih stabil dan efisien saat dibakar.

2.4 Kelebihan Penggunaan Briket A. Ramah Lingkungan

Briket umumnya terbuat dari bahan organik atau limbah biomassa yang dapat diperbarui, seperti serbuk gergaji, sekam padi, atau ampas tebu, sehingga membantu mengurangi limbah dan emisi karbon.

B. Biaya Rendah

Produksi briket lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil seperti batu bara atau gas, terutama jika menggunakan bahan baku lokal yang melimpah.

C. Efisiensi Energi

Briket memiliki nilai kalori yang cukup tinggi, sehingga dapat menghasilkan panas dalam waktu yang lama dan stabil, menjadikannya sumber energi yang efisien.

D. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Briket adalah sumber energi alternatif yang mengurangi kebutuhan akan bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara, yang cadangannya semakin menipis serta berkontribusi pada pencemaran lingkungan.

(15)

15 2.5 Manfaat dan Keuntungan Briket Sekam Padi

Briket sekam padi adalah salah satu inovasi energi terbarukan yang memanfaatkan limbah pertanian, yaitu sekam padi, sebagai sumber bahan bakar. Pemanfaatan ini menawarkan berbagai manfaat dan keuntungan baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.

Berikut ini adalah beberapa manfaat dan keuntungan utama dari briket sekam padi:

A. Manfaat Lingkungan

1. Mengurangi Limbah Pertanian

Sekam padi merupakan limbah yang melimpah di daerah pertanian. Dengan memanfaatkannya sebagai bahan bakar, limbah ini tidak terbuang begitu saja, melainkan dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai.

2. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Briket sekam padi memiliki kadar karbon yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil. Penggunaan briket ini bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga mendukung upaya pengendalian perubahan iklim.

3. Menghindari Pembakaran Terbuka

Banyak petani sering kali membakar sekam padi secara terbuka, yang dapat mencemari udara. Briket sekam padi adalah solusi untuk mencegah pembakaran terbuka yang mencemari udara dan mengganggu kesehatan masyarakat.

B. Keuntungan Ekonomi 1. Biaya Produksi Rendah

Sekam padi adalah bahan yang mudah didapat dan murah karena merupakan limbah dari proses penggilingan padi. Biaya produksinya relatif rendah dibandingkan bahan bakar lain, sehingga briket ini menjadi alternatif hemat biaya yang efisien dan ramah lingkungan.

(16)

16 2. Potensi Sumber Pendapatan Tambahan

Petani dan penggilingan padi dapat menjual briket sekam sebagai produk tambahan. Ini bisa menambah sumber pendapatan, khususnya di daerah pedesaan.

3. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Dengan menggunakan briket sekam, masyarakat tidak perlu bergantung pada bahan bakar fosil seperti gas atau minyak, yang harganya fluktuatif dan cenderung meningkat.

C. Manfaat Sosial

1. Mendukung Pemberdayaan Masyarakat

Produksi briket sekam padi dapat melibatkan masyarakat lokal, baik dalam pengumpulan sekam, produksi briket, maupun distribusi. Hal ini bisa membuka lapangan pekerjaan baru, terutama di daerah pedesaan.

2. Meningkatkan Kesadaran Akan Energi Terbarukan

Penggunaan briket sekam padi dapat memperkenalkan masyarakat pada sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan, yang bermanfaat dalam jangka panjang bagi keberlanjutan lingkungan.

D. Keuntungan Teknis

1. Efisiensi Pembakaran yang Baik

Briket sekam padi memiliki nilai kalor yang cukup tinggi jika diproses dengan benar, sehingga dapat menghasilkan panas yang cukup stabil. Hal ini membuat briket sekam padi cocok untuk berbagai kebutuhan pembakaran seperti memasak atau mengeringkan.

2. Dapat Disimpan dengan Mudah

Briket sekam padi yang sudah dikeringkan memiliki daya tahan simpan yang cukup lama dan tidak mudah rusak, sehingga bisa disimpan untuk jangka waktu panjang.

(17)

17 E. Kesehatan dan Keamanan

1. Menghasilkan Asap yang Lebih Sedikit

Dibandingkan dengan kayu bakar atau bahan bakar tradisional lainnya, briket sekam padi menghasilkan lebih sedikit asap, sehingga lebih aman untuk kesehatan, terutama untuk pemakaian di dalam ruangan.

2. Rendah Kandungan Sulfur

Kandungan sulfur dalam briket sekam padi relatif rendah, sehingga pembakarannya tidak akan menghasilkan zat berbahaya yang bisa merusak kesehatan dan lingkungan.

(18)

18 BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat

A. Alat pembakar untuk pengarangan sekam B. Alat penggiling

C. Pencetak briket D. Alat pengering 3.2 Bahan

Sekam padi, air dan perekat (tepung tapioka).

3.3 Tahapan Pembuatan Briket

Tahap pertama yaitu pengarangan dan penumbukan, pengarangan dilakukan dengan cara meyiapkan tempat untuk pembuatan arang sekam kemudian membuat bara api, setelah itu bara api di tutup dengan cerobong. Selanjutnya tutupi cerobong dengan sekam kering. Bila sekam sudah berwarna hitam angin-anginkan dan lakukan penumbukan untuk membuat tekstur sekam padi lebih halus dan mudah untuk dibentuk. Tahap kedua yaitu pencampuran arang dengan perekat, serbuk arang hasil tumbukan dibuat adonan dengan perekat tapioka yang telah disiapkan dengan kadar perekat sebesar 5% dari berat serbuk arang. Tahap ketiga yaitu pencetakan, adonan yang telah dibuat selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan briket (contohnya paralon) lalu padatkan. Tahap keempat yaitu pengeringan, briket yang telah dibuat dalam cetakan kemudian dikeluarkan secara perlahan. Setelah itu briket hasil cetakan diletakkan secara teratur di atas permukaan kayu penjemuran. Penjemuran tersebut berguna untuk mengurangi kandungan air yang terdapat dalam briket dengan bantuan sinar matahari. Tahap kelima yaitu pengujian dan terakhir pengemasan.

(19)

19 BAB IV

KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Briket sekam padi merupakan salah satu solusi inovatif untuk mengatasi masalah limbah pertanian dan kebutuhan akan sumber energi terbarukan. Dengan mengolah sekam padi menjadi briket, kita dapat memanfaatkan limbah yang sebelumnya tidak terpakai menjadi bahan bakar alternatif yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan ekonomis.

Potensi kalor briket sekam padi yang cukup tinggi, serta biaya produksi yang rendah, menjadikannya sebagai sumber energi yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara.

4.2 Saran

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan briket sekam padi, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan yang lebih efisien, seperti penelitian metode pengolahan yang optimal dan pemilihan bahan perekat yang tepat.

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Azis, H. A., Maryana, D., Arman, M., Abdullah, N., Mustam, M., Ramdani, N., Lintin, E. T., dan Utami, T. D. (2023). PKM Kelompok Tani dalam Pengolahan Sekam Padi Melalui Teknologi Biochar di Kelurahan Mattompodalle Kabupaten Takalar. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(4), 2740–2750.

Jamilatun, S. (2008). Sifat-Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa Briket Batubara dan Arang Kayu. Jurnal Rekayasa Proses, 2(2), 37–40.

Lekahena, V. N. J. (2016). Pengaruh penambahan konsentrasi tepung tapioka terhadap komposisi gizi dan evaluasi sensori nugget daging merah ikan Madidihang. Jurnal Ilmiah Agribisnis Dan Perikanan, 9(1), 1–8.

Ola, A. L. (2014). Pengaruh Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Pengisi untuk Pembuatan Tungku Rumah Tangga. Jurnal Penelitian Teknologi Industri, 6(1), 19–30.

Pratama, M. (2021). Analisis Karakteristik Briket Sekam Padi dengan Perekat Tepung Tapioka Akibat Variasi Komposisi. In Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Satmoko, M. E. among, Saputro, D. D., dan Budiyono, A. (2013).

Karakterisasi Briket Dari Limbah Pengolahan Kayu Sengon Dengan Metode Cetak Panas. Journal of Mechanical Engineering Learning, 2(1), 1–8.

Suudi, A., Tanti, N., Akmal, J., Hasymi, Z., dan Budiyanto, P. (2019).

Perancangan mesin penghancur sekam padi dengan poros penggerak horisontal. Jurnal Teknik Mesin Indonesia, 14(2), 37–41.

Umrisu, M. L., Pingak, R. K., & Johannes, A. Z. (2018). Pengaruh Komposisi Sekam Padi Terhadap Parameter Fisis Briket Tempurung Kelapa.

Jurnal Fisika : Fisika Sains dan Aplikasinya, 3(1), 37–42.

Referensi

Dokumen terkait

Biosorben sekam padi dapat digunakan pada pengolahan lingkungan atau sumber air yang tercemar limbah logam berat.. Sekam padi merupakan biomassa yang sangat

Bahan baku yang digunakan dalam proses penggilingan padi menjadi beras adalah padi (gabah kering giling). Padi merupakan bahan baku

Dalam Destilasi ini senyawa yang ingin dipisahkan adalah Aseton Murni sebagai produk atas (Overhead Product) dengan sisa- sisa zat yang tidak bereaksi dari

Sedangkan Briket Biomassa berdasarkan bahan bakunya terdiri dari beberapa jenis, diantaranya briket tempurung kelapa, briket ampas tebu, briket sekam padi, briket kulit

Kulit padi ( sekam ) dari penggilingan padi dapat digunakan sebagi bahan bakar dalam proses produksi. Sekam terdiri dari 75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan

1) Pembuatan papan partikel ini menggunakan sekam padi sebagi bahan baku utama dalam penelitian ini. 2) Pengambilan bahan baku sekam padi dilakukan di pabrik penggilingan

Bahan yang dipergunakan pembuatan biochar adalah sekam padi, jerami, tongkol jagung, tempurung kelapa, limbah biji sawit ataupun limbah kayu dan limbah lainnya dari sisa hasil

Conveyor merupakan salah satu bagian dari combine harvester yang berfungsi untuk membawa butiran padi dari mesin pegering menuju ke lubang penggilingan padi menjadi beras.. Untuk