MAKALAH POLA TANAM
POLA TANAM UNTUK OPTIMALISASASI PENGGUNAAN LAHAN
Imam Hanafi 205040307111008
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
i
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
II HASIL DAN PEMBAHASAN 2
2.1 Sistem Pertanian di Indonesia 2
2.2 Definisi dan Manfaat Pola Tanam 3
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tanam 4
2.4 Macam Pola Tanam 5
2.5 Optimalisasi penggunaan lahan 6
III PENUTUP 7
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
Daftar Pustaka 8
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian mempunyai Peranan penting dalam penyediaan pangan, Pakan ternak dan bioenergi. Disamping itu peran pertanian memiliki posisi strategis dalam mendukung perekonomian nasional Terutama mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan daya saing, penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan. Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang sebagaian besar penduduknya mencari nafkah melalui pertanian. Petani di Indonesia Sebagian besar (42,17% dari petani Indonesia) merupakan petani kecil dengan lahan garapan seluas 0,1 – 0,5 ha (Fadholi, 2003). Sehingga petani yang memiliki lahan garapan yang minim harus memilih dengan tepat komoditas tanaman yang diusahakan melalui optimalisasi penggunaan lahan untuk meningkatkan pendapatan petani.
. Dalam perkembangan terakhir pemerintah Indonesia mencanangkan program Food Estate Sebagai antisipasi atas krisis pangan dalam program strategis nasional (PSN) untuk meningkatkan produksi pangan nasional (Gayati, 2020). Peningkatan produksi pangan pada lahan budidaya pertanian diperlukan optimalisasi penggunaan lahan dengan tujuan menekan resiko gagal panen dan meningkatkan produktivitas lahan. Pola tanam menjadi salah satu landasan diversifikasi tanaman dan untuk peningkatan produktivitas lahan dan tanaman.
Maanfaat lainnya dari penerapan pola tanam adalah efisiensi tenaga kerja, diversivikasi komoditas tanaman, pemanfaatan sumberdaya air dan energi, dan dapat mengkodisikan stabilitas tanaman terhadap serangan organisme penggangu tanaman (Khairullah dan Fahmi, 2018). Oleh karena itu pengaruh penerapan pola tanam berkolerasi dengan hasil tanaman budidaya pada suatu lahan garapan.
1.2 Rumusan Masalah
Penerapan pola tanam pada sebidang lahan ditujukan untuk optimalisasi penggunaan suatu lahan serta memitigasi resiko kegagalan dalam usaha budidaya pertanian. Di Indonesia sendiri rata rata petani memiliki lahan Garapan yang minim yakni seluas 0,1 – 0,5 ha. Berdasarkan hal tersebut perlu penerapan optimalisasi penggunaan lahan melalui praktik pola tanam. Berangkat dari permasalahan tersebut dibuat pertanyaan pada penulisan ini yaitu, Apa saja komponen komponen dalam ilmu dan teknologi pola tanam baik secara teoritis dan praktis ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai pada penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi dan menguraikan konsep pola tanam sebagai bahan pertimbangan optimalisasi penggunaan lahan.
Sasaran Penulisan ini adalah :
1. Mengidentifikasi sistem pertanian di indonesia 2. Mendefinisikan konsep pola tanam
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tanam 4. Menguraikan macam pola tanam
2
II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pertanian di Indonesia
Sistem pertanian tropis seperti di Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem pertanian di daerah subtropis dan daerah lainnya hal tersebut dipengaruhi kondisi iklim, komoditas pertanian dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda di Indonesia (Hariyadi dkk., 2022). Sistem pertanian di Indonesia perkembang dan dipengaruhi erat dengan sistem pertanian padi yang turun menurun oleh petani Jawa sebelum era kolonialisme datang ke Indonesia. Saat ini mucul sistem pertanian yang berbeda di Indonesia yakni sistem sawah, sistem ladang, sistem tegal pekarangan, dan sistem perkebunan.
2.1.1 Sistem Ladang Berpindah
Sistem pertanian ladang berpindah komoditas yang di ushakan biasanya padi, jagung dan umbi-umbian. Pada sistem ini pengolahan tanah yang diterapkan minimum, dimana Ketika kesuburan tanah sudah menurun maka usaha pertanian akan berpindah ke lokasi baru yang lahannya masih subur atau ke lahan yang lama sudah tidak produktif (Sagala dkk., 2021).
2.1.2 Sistem Tegal
Sistem tegal biasanya diterapkan pada lahan dengan karakteristik lahan kering yang jauh dari sumber air sehingga sistem ini bergantung pada musim hujan sebagai sumber air utamanya (Harjadi, 2019). Komoditas tanaman yang biasanya ditanam pada sistem ini biasanya tanaman musiman atau tahunan atau tanaman dengan pemeliharaan tidak terlalu intensif dan tahan terhadap kekeringan
2.1.3 Sistem Sawah
Sistem sawah berpotensi dilakukan pengolahan tanah dan drainase yang baik sehingga menciptakan stabilitas biologi yang tinggi untuk kesuburan tanah.
stabilitas tersbut membantu dalam mendukung ketahan pangan. Biasanya tanaman yang diusahakan adalah tanaman padi dan palawija sehingga membantu dan berperan besar untuk memproduksi pangan, meskipun di beberapa daerah diusahakan untuk tanaman tebu, tembakau dan tanaman hias (Sagala dkk., 2021).
2.1.4 Sistem Perkebunan
Sistem perkebunan tercipta karena orientasi untuk memenuhi kebutuhan tanaman ekspor Baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar seperti swasta atau negara (Harjadi, 2019). Sehingga perkebunan ini menekanan pada setiap kegiatan budidanya baik di SDM, SDA, sarana produksi, panen, dan pengolahannya. Tanamanya dapat berupa tanaman semusim ataupun tanaman
3 tahunan yang ditujukan dan ditetapkan sebagai tanaman perkebunan contohnya kopi, kapas, karet, wait, tebu, kakao, dan teh.
2.2 Definisi dan Manfaat Pola Tanam
Untuk menyamakan persepsi dan definisi pola tanam, alangkah lebih baiknya terlebih dahulu diketahui definisi pola tanam dan manfaatnya.
2.2.1 Definisi pola tanam
Definisi pola tanam dapat didefinisikan dengan beberapa definisi sebagai berikut : (1) pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan untuk tanaman dalam periode waktu tertentu (Pradana, 2017); (2) pola tanam adalah rancangan antas gambaran rencana tanam dari berbagai komoditas tanaman yang akan di budidayaakan dalam suatu lahan dalam satu tahun (Mustaqiman, 2010); (3) pola tanam adalah penataan atau penyusunan tata letak tanaman yang akan ditanaman selama periode waktu tertentu termasuk kegiatan pengolahan tanah dan masa bera (Yonida, 2018). Berdasarkan pengertian di atas terdapat 3 kunci keberhasilan penerapan pola tanam yang perlu diperhatikan, yaitu : jenis tanaman, kurun waktu tertentu dan lahan
Mengatur pola tanam dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani dengan optimalisasi penggunaan lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen pengingkatan efesiensi teknis berkorelasi dengan meningkatnya hasil dan pendapatan bagi petani. Upaya efesiensi teknis dalam penggunaan sumberdaya alam yang tersedia diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan membantu menekan biaya usaha tani (produksi) sekecil mungkin. Dengan demikian petani akan mendapatkan keuntungan lebih besar hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan pola tanam (Manihuruk, et al., 2018).
Dengan meningkatkan optimalisasi penggunaan lahan dan menekan resiko gagal panen diperlukan kesesuaian penggunaan lahan, pola curah hujan dan ketersediaan air pada wilayah tertentu dalam kurun waktu setahun.
Sehingga faktor faktor alam dapat mempengaruhi penentuan pola tanam yang tepat sebagai landasan pengambilan keputusan. Disamping itu pengaruh lainnya seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik juga mempengaruhi sistem pertanian yang berlangsung.
1.2.2 Manfaat Pola Tanam
Pola tanamn sebagai landasan diversivikasi tanaman dan peningkatan produktivitas lahan memiliki manfaat lain yakni efisiensi tenaga kerja, diversivikasi komoditas tanaman, pemanfaatan sumberdaya air dan energi, dan dapat mengkodisikan stabilitas tanaman terhadap serangan organisme penggangu tanaman. Menurut (Agoestina, 2020) penerapan pola tanam tumpang sari memiliki ketuntungan sebagai berikut :
1. Efisiensi penggunaan lahan dan waktu : Penanaman menggunakan sistem tumpang sari merupakan penanaman lebih dari satu jenis komoditas pada satu bidang lahan, sehingga akan mendapatkan lebih dari satu jenis tanaman (panen) dalam waktu yang hamper bersamaan.
Dan juga tidak ada ruang atau lahan yang kosong karena semua lahan
4 dimanfaatkan secara optimal untuk pertanaman. Sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien
2. Mencegah dan mengurangi pengganguran musiman : melalui diversivikasi tanaman maka dibutuhkan tenaga kerja, sepanjang musim dalam satu tahun petani tetap memiliki pekerjaan. sehingga pola tanam menciptakan lapangan pekerjaan
3. Pengolahan tanaman menjadi minimal : adanya pertanaman sepanjang tahun membantu menekan biaya penyiapan lahan. Hal tersebut dikarenakan petani mengurangi kegiatan pengolahan lahan dan usaha tani lebih efieien
4. Meragamkan sumber protein : melalui diversivikasi tanaman membantu diversifikasi pangan (gizi) melalui beragamnya komoditas pangan yang dihasilkan melalui pola tanam tumpang sari
5. Terjaminnya pendapatan bagi petani : dengan ragamnya komoditas tanaman pada satu lahan petani terhindar dari risiko kegagalan dalam sistem usaha tani.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tanam
Setiap teknologi dalam usaha pertanian tidak dapat berdisi secara independen melainkan membutuhkan/ketergantungan dengan komponen lain.
teknologi pola tanam agar dapat diterapkan secara tepat dan baik serta memberikan hasil yang maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor (Mustaqiman, 2010), antara lain:
1. Iklim
Iklim sangan berperan besar dalam sistem pertanian. Hal ini berkatian dengan komponen komponen iklim, diantaranya : suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dan kelembapap. Pola iklim terkadang memiliki pola yang sangat nyata yang dapat mempengaruhi sistem pertanian dan pola tanam yang dikembangakan 2. Topografi
Pada dasarnya topografi merupakan perbedaan tinggi rendahnya daerah dipermukaan bumi. Perbedaan topografi mempengaruhi suhu dan kelembapan udara dimana keduanya mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman yang dapat di tanam.
3. Debit air
Debit air pada musim hujan jauh lebih tinggi daripada debit air pada musim kemarau. Hal tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan jenis tanaman yang akan ditanam.
4. Jenis tanah
Karakteristik sifat kimia, biologi dan fisik tanah berpengeruh nyata terhadap kesuburan tanah, hal ini juga berkorelasi dengan kesesuaian jenis varietas dan jenis tanaman yang akan di budidayakan pada sistem pertanian.
5. Sosial & Ekonomi
Dalam usaha pertanian sosial dan ekonomi petani merupakan hal yang erat dengan petani karena hal ini berhubungan dengan kebiasaan petani (budaya) dalam menanam suatu jenis tanaman
5 2.4 Macam Pola Tanam
Sistem pertanian yang dikembangan didasarkan pada dua macam, yakni (1) monokultur, yaitu sistem pertanian atau sistem pola tanam yang mengusahakan satu jenis tanaman pada satu bidang lahan dalam satu periode tertentu; dan (2) sistem polikultur yaitu sistem pertanian atau sistem pola tanam yang mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman pada sata bidang lahan dalam satu periode tertentu dan tersusun secara terencana dengan dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup yang lebih baik (Agoestina, 2020).
Macam pola tanam yang berkembang sangat tergantung oleh faktor faktor yang mempengaruhi pola tanam yang sudah di bahas pada sub-bab sebelumnya.
Iklim dan curah hujan menjadi faktor yang cukup berpengaruh terhadap ketersediaan air pada suatu wilayah. Oleh karena itu iklim dan curah huja memiliki peranan penting dalam penyusunan rencana pola tanam pada suatu wilayah sehingga diperlukan klasifikasi iklim sebagai acuan penyusunan pola tanam (Dewi, 2005).
2.4.1 Sistem Pertanian Monokultur
Penerapan sistem pertanian monokultur terbukti meningkatkan produksi, sehingga keuntungan yang didapat bertambah. Hal tersebut dikarenakan tidak terjadi persaingan dengan komoditas tanaman lain. Meskipun begitu sistem pertanian monokultur memiliki dampak resiko gagal panen yang lebih tinggi dibandingkan sistem pertanian polikultur, yang berdampak pada usaha petani dimana petani tidak mendapatkan hasil untuk pendapatannya. Pertanian monokultur juga mengakibatkan terbentuknya sistem pertanian yang tidak mantap (Agoestina, 2020).
Kelebihan sistem pertanian monokultur adalah teknis budidaya pertanian yang mudah dan simple dikarenakan hanya terdapat satu komoditas tanam yang ditanam dan dipelihara pada satu bidang lahan. Namun rentan terhadap serangan hama dan penyakit akibat dari tidak adanya musuh alami dari sistem pertanian keseragaman tanaman secara terus menerus sepanjang tahun.
Keseragaman tersebut mempercepat berkembangnya organisme pengganggu tanaman (Pradana, 2017; Agoestina, 2020).
2.4.2 Sistem pertanian Polikultur
Sistem pertanian polikultur yakni sistem mengusahakan satu jenis tanaman pada satu bidang lahan dalam satu periode tertentu. Sistem pertanian ini mengusahakan/menirukan keragaman ekosistem atau vegetasi secara alami, yakni berbagai jenis tumbuhan tumbuh pada satu ruang dan waktu secara bersamaan. Sesuai dengan pemahaman tersebut sistem pertanian polikultur dibagi lagi menjadi beberapa macam/sistem (Pradana 2017; Agoestina, 2020), diantaranya :
1. Tumpang sari (intercropping) : adalah usaha sistem tanaman dimana dua atau lebih jenis tanaman ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselang seling dan jarak tanam teratur pada satu bidang lahan yang sama
6 2. Tumpang ganda (multiple cropping) : Adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu bidang lahan pada waktu bersamaan atau digilir secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor untuk mendapatkan keuntungan maksimal yang diarahkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dengan tetap memperhatikan kelestariannya
3. Tanaman campuran (mixed cropping) : merupakan sistem tanaman yang terdiri dari beberapa jenis tanaman yang baik jarak tanamnya maupun lariknya tidak beraturan.
4. Tanaman bersisipan (relay cropping) : pola tanam yang dilaksanakan dengan bentuk sisipan yakni menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman diantara tanaman pokok pada waktu yang bersaamaan atau berbeda
5. Tanaman bergilir (sequential planting) : merupakan pola pertanaman dari dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam secara bergiliran 2.5 Optimalisasi penggunaan lahan
Berangkat dari permasalahan Penggunaan lahan pertanian dapat membantu meningkatkan produksi pangan dan ketahanan pangan yang berkorelasi dengan program pemerintah terkait Food Estate Sebagai antisipasi atas krisis pangan dalam program strategis nasional (PSN) untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Diketahui belakangan akibat konversi lahan pertanian mengakibatkan berkuranganya produksi pangan (Hidayat et al. 2018). Sehingga ditengah terbatasnya lahan garapan pertanian pasca konversi lahan berkorelasi dengan penurunan jumlah produksi pangan dan ketersediaan air irigasi.
Berdasarkan permasalahan diatas perlu di kembangkan suatu sistem pertanian dengan model pengaturan dan perencanaan pola tanam untuk menigkatkan produktivitas lahan. Dalam menentukan model optimal dalam sistem pertanian perlu mempertimbangkan faktror faktor sifat dan karakteristik kesesuaian lahan seperti kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, drainase tanah dan vegetasi (FAO,1976). Berbagai macam pola tanam dalam mengoptimalkan penggunaan lahan telah banyak dikembangkan untuk pemanfaatan sumberdaya yang ada secara efisien sepeti pada penelitian (Osama, Elkholy, & Kansoh, 2017) dengan mengoptimalkan penggunaan lahan ditengah terbatasnya sumberdaya lahan dan air.
Berdasarkan hal di atas penentuan model pola tanam perlu memperhatikan faktor fisik lingkungan yakni faktor yang dapat di ukur seperti iklim, topografi, debit air, jenis tanah yang telah di bahas pada sub bab sebelumnya. Disamping itu faktor seperti yakni sosial, ekonomi dan dan politik juga mempengaruhi model pola tanam yang diterapkan. Sehingga dalam pemodelan sistem pertanian perlu adanya perhitungan atas sumberdaya lahan, policy, cultural, dosial dan ekonomi untuk mengetahui optimasi model yang paling menguntungkan bagi petani dan lingkungan sekitarnya.
7
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagaian besar penduduknya mencari nafkah melalui pertanian. Dalam perkembanganya pemerintah Indonesia mencanangkan program Food Estate Sebagai antisipasi atas krisis pangan dalam program strategis nasional (PSN) untuk meningkatkan produksi pangan nasional.
Sehingga pemilihan sistem pertanian yang tepat menjadi penting dalam menentukan prduktivitas lahan. Pola tanam menjadi salah satu landasan diversifikasi tanaman dan untuk peningkatan produktivitas lahan dan tanaman.
Macam pola tanam yang berkembang sangat tergantung oleh faktor faktor yang mempengaruhi pola tanam seperti iklim, topografi, debit air, jenis tanah, sosial dan ekonomi, policy.
3.2 Saran
Sistem penanaman yang tepat merupakan hasil kumulatif dari keputusan yang didasarkan pada Tindakan di masa lalu baik berupa eksperimen, tradisi, sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Sehingga penentuan pola tanam yang tepat diperlukan dengan menimbang faktor faktor yang mempengaruhi penentuan pola tanam itu sendiri. Disamping itu sistem pertanian tidak boleh hanya mengorientasikan pada aspek ekonomi saja. Diperlukan sistem pertanian berkelanjutan berwawasan lingkungan sebagai bagian kepentingan pertanian, sekaligus menjaga dan melestarikan lingkungan dalam konservasi sumberdaya alam.
8
Daftar Pustaka
Danner Sagala, dkk. 2021. Dasar-Dasar Agronomi. Surabaya: Yayasan Kita Menulis
Fahmi, Arifin, and Izhar Khairullah. Ameliorasi Tanah Sulfat Masam untuk Budidaya Padi. Banjarbaru: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (2018).
Hariyadi, Bambang Wicaksono, dkk. 2022. Dasar-dasar Agronomi. Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia
Harjadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia
Hidayat Y, Ismail A, Ekayani M. 2018. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Petani Padi (Studi Kasus Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka Jawa Barat). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 20(2):171.
Manihuruk E, Harianto, Kusnadi N. (2018). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Petani Memilih Pola Tanam Ubi Kayu serta Efisiensi Teknis di Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Agrisep, 17: 139-150.
Osama, Sara. Elkholy, Mohamed. Kansoh, Rawya M. 2017. Optimization of The Cropping Pattern in Egypt. Alexandria Engginering Journal (2017) 56, 555- 566.
Suryanto, A. (2019). Pola Tanam. Universitas Brawijaya Press.
Yonida, A.D. 2018. Jenis-Jenis Tanaman Pangan. Retrieved juli 8, 2023, from, https://farming.id/jenis-jenis-tanamanpangan/.