• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH POTENSI TUMBUHAN OBAT DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Anto Tarigan

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH POTENSI TUMBUHAN OBAT DI SUMATERA UTARA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

POTENSI TUMBUHAN OBAT DI SUMATERA UTARA Tugas Mata Kuliah Hasil Hutan Non Kayu Lanjutan Dosen Pengampu: Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si

Disusun Oleh:

JOEL ELPINTA PRANATA TARIGAN 237055005

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang "Potensi Tumbuhan Obat di Sumatera Utara" ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hasil Hutan Non Kayu Lanjutan, Bapak Dr.

Rudi Hartono, S.Hut., M.Si dan semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini dan menjadi pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah lain kedepannya.

Penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga inspirasi bagi penulis dan juga para pembaca.

Medan, September 2023

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

BAB III PENUTUP ... 6

Kesimpulan ... 6

Saran ... 6

DAFTAR PUSTAKA... 7

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses penyembuhan penyakit dengan menggunakan herbal atau tumbuhan obat di Indonesia sudah dilakukan sejak jaman dahulu. Praktek pengobatan dengan tumbuhan obat di Indonesia sangat didukung oleh kondisi geografis dan iklim tropis. Hal ini menjadikan kawasan Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan dan banyak jenis tumbuhan itu memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Seperti halnya di negara lain yang melakukan praktek pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan obat atau herbal ini adalah sebuah pengetahuan yang sudah diwariskan secara turun temurun.

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi keragaman hayati yang tinggi. Tersimpan pula potensi tumbuhan berkhasiat obat yang belum digali dengan maksimal. Di samping potensi tumbuhan tersebut, Indonesia juga kaya dengan keragaman suku dan budaya. Setiap suku terdapat beragam kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional (Utina, 2012).

Sebuah tren berkembang di kalangan masyarakat Indonesia, dimana terjadi peralihan dari pengobatan kimia ke pengobatan herbal. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mendukung hal ini dengan melakukan penelitian terhadap tumbuhan obat dan jamu (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu, RISTOJA). Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang tumbuhan obat dan pemanfaatannya di berbagai daerah di Indonesia. Hasil dari proyek penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi pengembangan database obat-obatan di Indonesia dan dapat dimanfaatkan untuk generasi penerus agar dapat membangun Kesehatan Masyarakat berbasis sumber daya alam (Junda dkk, 2012).

Eksplorasi dan inventarisasi tumbuhan obat beserta pemanfaatannya perlu dilakukan. Riset untuk mendapatkan data-data fitogeografi, agroklimat, pemanfaatan berbasis kearifan lokal, fitokimia dan sosial ekonomi dari tumbuhan obat akan sangat penting dalam membangun sebuah database yang dapat digunakan

(5)

2

sebagai informasi penting dalam proses domestikasi tumbuhan obat untuk peningkatan produktivitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta rintisan untuk kemandirian obat berbasis tumbuhan (Utina, 2012).

Sumatera Utara adalah salah satu daerah di Indonesia dimana masyarakatnya banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk melakukan pengobatan terhadap berbagai macam penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat di Sumatera Utara sudah dipraktekkan oleh masyarakat secara turun temurun. Hal ini sejalan dengan Silalahi dkk, 2018, etnis pribumi yang mendiami wilayah Sumatera Utara yakni Karo, Phakpak, Simalungun, Toba dan Angkola-Mandailing memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat-obatan untuk menunjang dan meningkatkan kesehatannya.

Dengan adanya praktek pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat secara turun temurun tentunya potensi tumbuhan obat juga sudah pasti ada di Sumatera Utara. Sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan di salah tempat di Sumatera Utara yakni Cagar Alam Martelu Purba di Kabupaten Simalungun terdapat 44 jenis tumbuhan obat. Terdiri atas 20 jenis pohon, 13 jenis spesies herba, 5 spesies palm, 4 spesies Semak dan 2 jenis epifit. Berdasarkan pemanfaatannya oleh masyarakat umumnya digunakan untuk mengobati demam, batuk, diare, diabetes, luka, asma dan malaria (Rambey dkk, 2022).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimanakan potensi tumbuhan obat di Sumatera Utara dan metode yang digunakan adalah dengan menggunakan studi literatur.

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi dari tumbuhan obat yang ada di Sumatera Utara.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

Provinsi Sumatera Utara terletak di 1° - 4°LU dan 98° - 100°BT, dengan total luas wilayah 7.981,23 km². Batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah Provinsi Aceh (Utara), Selat Malaka (Timur), Provinsi Riau dan Sumatera Barat (Selatan) serta Provinsi Aceh dan Samudra Indonesia (Barat). Sumatera Utara mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 800 - 4.000 mm per tahun. Rata-rata intensitas penyinaran sinar matahari adalah 43%, sementara kelembaban udara bervariasi antara 78% - 91% (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2023).

Dengan kondisi geografis dan iklim tropis basah menjadikan Sumatera Utara menjadi habitat dari beraneka ragam jenis tumbuhan. Dari beraneka ragam jenis tumbuhan yang ada di Sumatera Utara banyak juga yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber obat-obatan untuk mengobati berbagai macam penyakit hingga saat ini. Identifikasi dan penelitian tumbuhan obat di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara masih sangat jarang dilakukan sehingga untuk mengetahui potensi tumbuhan obat di Sumatera Utara sulit dilakukan. Beberapa pihak akademisi dan peneliti dari berbagai kampus sudah melakukan beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan juga sudah dipublikasikan dalam bentuk buku dan jurnal. Namun penelitian itu menurut penulis sendiri belum cukup untuk menentukan bagaimana potensi tumbuhan obat yang ada di Sumatera Utara karena penelitian yang dilakukan hanya di beberapa lokasi.

Masyarakat di Desa Batu Katak, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat yang hampir seluruh wilayah pemukimannya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser memanfaatkan tumbuhan obat sejak lama. Masyarakat suku Karo sangat bergantung pada obat-obatan yang berasal dari tumbuhan sekitar hutan. Produk-produk seperti minyak karo, param dan lain-lain merupakan kebutuhan bagi kesehatan terutama untuk wanita, bayi dan anak-anak. Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun temurun belum dinventarisasi dengan baik sehingga untuk nama ilmiahnya juga belum diketahui.

Di Desa Batu Katak ini terdapat beberapa jenis tumbuhan obat dan beberapa

(7)

4

jenisnya sudah dibudidayakan oleh penduduk setempat. Hasil wawancara dengan beberapa informan di desa ini terdapat 33 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan tradisional. Masyarakat Desa Batu Katak memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan sebagai bahan obat. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 75% dan sebanyak 25 % bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah bagian tumbuhan lain berupa akar, rimpang, batang dan kulit kayu (Rambey dkk, 2020).

Cagar Alam Martelu Purba di Kabupaten Simalungun juga memiliki tumbuhan obat yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai bahan pengobatan tradional. Di Cagar Alam Martelu Purba terdapat 44 jenis tumbuhan obat, terdiri atas 20 jenis pohon, 13 jenis spesies herba, 5 spesies palm, 4 spesies Semak dan 2 jenis epifit. Berdasarkan pemanfaatannya oleh masyarakat umumnya digunakan untuk mengobati demam, batuk, diare, diabetes, luka, asma dan malaria.

Masyarakat di sekitar Cagar Alam Martelu Purba memanfaatkan bagian dari tumbuhan obat ini adalah daun sebanyak 19 jenis tumbuhan, buah atau biji sebanyak 7 jenis tumbuhan, seluruh bagian tumbuhan sebanyak 6 jenis tumbuhan, kulit kayu sebanyak 5 jenis tumbuhan, akar kayu sebanyak 2 jenis tumbuhan dan sisanya bagian tumbuhan yang dimanfaatkan berupa damar dan bunga (Rambey dkk, 2022).

Di Sumatera Utara terdapat beberapa etnis yang sudah memanfaatkan tumbuhan obat sebagai untuk menunjang dan meningkatkan kesehatannya secara turun temurun. Hal ini dikarekan terdapat banyak sekali tumbuhan obat yang ada di wilayah pemukiman. Cara pemanfaatan dari setiap etnis berbeda-beda tergantung dari kondisi sosial budaya masing-masing etnis. Dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan tumbuhan obat di Sumatera Utara, etnis Karo dan Simalungun lebih berkembang dalam pemanfaatan dan sebagian masih terjaga. Untuk memudahkan akses dan suplai tumbuhan obat maupun ramuan obat tradisional di Sumatera Utara telah lama terjadi transaksi jual beli di beberapa pasar seperti: Pasar Kabanjahe, Pasar Berastagi, Pasar Pancurbatu, Pasar Raya, dan Pasar Horas. Pedagang tumbuhan obat di pasar-pasar tersebut menjual berbagai jenis ramuan maupun simplisia atau tumbuhan segar. Sebagian besar pedagang berasal dari etnis Karo.

Beberapa ramuan etnis Karo disebut dengan nama tawar, parem dan minyak alun.

(8)

5

Tawar merupakan ramuan berbentuk serbuk halus kering yang terbuat dari berbagai jenis tumbuhan. Parem merupakan ramuan berbentuk padat yang dibuat dari berbagai jenis tumbuhan dan ditambahan dengan tepung beras sebagai pemadat.

Minyak alun merupakan ramuan berbentuk cair yang dibuat dari berbagai ekstrak tumbuhan dan ditambah dengan minyak kelapa sebagai penambah volume (Silalahi dkk, 2018).

Walaupun telah ada transaksi jual beli tumbuhan obat di Sumatera Utara dengan berbagai macam bentuk dan produk, namun tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi dan akulturasi berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap degradasi pengetahuan lokal serta pelestarian atau ketersediaan tumbuhan obat di alam sekitar. Untuk itu sangat perlu dilakukan pendokumentasian secara tertulis tentang informasi tumbuhan obat. Pendokumentasian tumbuhan obat ini dapat berupa nama jenis yakni nama ilmiah, nama dagang dan juga nama lokalnya.

Pendokumentasian tumbuhan obat ini juga dapat berupa bagian tumbuhan yang digunakan, cara mengolah dan cara pengaplikasiannya agar maksimal dalam proses penyembuhan penyakit (Silalahi dkk, 2018).

(9)

6 BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan mengenai Potensi Tumbuhan Obat di Sumatera Utara adalah Sumatera Utara memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang melimpah. Hal ini ditandai dengan adanya transaksi jual beli tumbuhan obat di beberapa pasar yang ada di Sumatera Utara.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi tumbuhan obat yang sebenarnya di Sumatera Utara agar dapat dilakukan inventarisasi tumbuhan obat dan pendokumentasian tumbuhan obat yang lebih lengkap dan dapat digunakan oleh semua kalangan.

(10)

7

DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2023. Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2023.

BPS Provinsi Sumatera Utara. Medan.

M. Junda., A. Ali., I. Irwansyah dan Hasbah. 2012. Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat Etnis Kalumpang II Sulawesi Barat. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar.

Makassar.

Rambey, R. Ras S., Ardi R., Siddik R dan Sentosa E. 2020. Diversity Of Medicinal Plants In Batu Katak Village, Gunung Leuser National Park, Indonesia.

IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Vol. 454.

Rambey, R., J. P. Purba., A. B. Rangkuti., A. Susilowati dan Onrizal. 2022. The Diversity Species Of Medicinal Plants In The Martelu Purba Nature Reserve. Journal of Sylva Indonesiana, Vol. 5. No. 2.

Silalahi. Marina., Endang C. Purba dan Wendy A. Mustaqim. 2018. Tumbuhan Obat Sumatera Utara, Jilid I : Monokotiledon. UKI Press. Jakarta.

Utina, Ramli. 2012. Riset Khusus Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin Dan Tumbuhan Obat Di Indonesia Berbasis Komunitas. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

(11)

POTENSI TUMBUHAN OBAT DI SUMATERA UTARA

Mata Kuliah

Hasil Hutan Non-Kayu Lanjutan

Joel E P Tarigan

Teknologi Hasil Hutan

237055005

(12)

PENDAHULUAN

Proses penyembuhan penyakit dengan

menggunakan herbal atau tumbuhan obat di Indonesia sudah dilakukan sejak jaman

dahulu. Praktek pengobatan dengan tumbuhan obat di Indonesia sangat

didukung oleh kondisi geografis dan iklim tropis.

Hal ini menjadikan kawasan Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan dan banyak jenis tumbuhan itu memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Sumatera Utara adalah salah satu daerah di Indonesia dimana masyarakatnya banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk melakukan pengobatan terhadap berbagai macam penyakit.

Pemanfaatan tumbuhan obat di Sumatera Utara sudah dipraktekkan oleh masyarakat secara turun temurun. Etnis pribumi yang mendiami wilayah Sumatera Utara yakni Karo,

Phakpak, Simalungun, Toba dan Angkola-Mandailing memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat-obatan untuk menunjang dan meningkatkan kesehatannya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah

untuk mengetahui potensi dari tumbuhan

obat yang ada di

Sumatera Utara.

(13)

PEMBAHASAN

Provinsi Sumatera Utara terletak di 1° - 4°LU dan 98° - 100°BT, dengan total luas wilayah 7.981,23 km², beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 800 - 4.000 mm per tahun. Rata-rata intensitas penyinaran sinar matahari adalah 43%, sementara kelembaban udara bervariasi antara 78% - 91%. Dengan kondisi ini menjadikan Sumatera Utara menjadi habitat dari beraneka ragam jenis tumbuhan, beberapa diantaranya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber obat-obatan untuk mengobati berbagai macam penyakit hingga saat ini.

Identifikasi dan penelitian tumbuhan obat di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara masih sangat jarang dilakukan sehingga untuk mengetahui potensi tumbuhan obat di Sumatera Utara sulit dilakukan. Beberapa pihak akademisi dan peneliti dari berbagai kampus sudah melakukan beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan juga sudah dipublikasikan dalam bentuk buku dan jurnal. Namun penelitian ini belum cukup untuk menentukan bagaimana potensi tumbuhan obat yang ada di Sumatera Utara karena penelitian yang dilakukan hanya di beberapa lokasi.

Masyarakat di Desa Batu Katak,

Kabupaten Langkat memanfaatkan tumbuhan obat sejak lama. Masyarakat suku Karo sangat

bergantung pada obat-obatan yang berasal dari tumbuhan sekitar hutan. Produk-produk seperti minyak karo, param dan lain-lain merupakan kebutuhan bagi kesehatan terutama untuk wanita, bayi dan anak-anak. Jenis

tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun temurun belum dinventarisasi dengan baik sehingga untuk nama ilmiahnya juga belum diketahui. Di Desa Batu Katak ini terdapat beberapa jenis tumbuhan obat dan beberapa jenisnya sudah dibudidayakan oleh penduduk setempat. Hasil wawancara dengan beberapa informan di desa ini terdapat 33 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan tradisional.

Masyarakat Desa Batu Katak memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan sebagai bahan obat. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 75% dan sebanyak 25 % bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah bagian

tumbuhan lain berupa akar, rimpang, batang dan kulit kayu.

Kawasan Cagar Alam Martelu Purba di Kabupaten Simalungun juga memiliki tumbuhan obat yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai bahan pengobatan tradional. Di Cagar Alam Martelu Purba terdapat 44 jenis tumbuhan obat, terdiri atas 20 jenis pohon, 13 jenis spesies herba, 5 spesies palm, 4 spesies Semak dan 2 jenis epifit. Berdasarkan pemanfaatannya oleh masyarakat umumnya digunakan untuk mengobati demam, batuk, diare, diabetes, luka, asma dan malaria.

Masyarakat di sekitar Cagar Alam Martelu Purba memanfaatkan bagian dari tumbuhan obat ini adalah daun sebanyak 19 jenis tumbuhan, buah atau biji sebanyak 7 jenis tumbuhan, seluruh bagian tumbuhan sebanyak 6 jenis tumbuhan, kulit kayu sebanyak 5 jenis tumbuhan, akar kayu sebanyak 2 jenis tumbuhan dan sisanya bagian tumbuhan yang dimanfaatkan berupa damar dan bunga.

(14)

Di Sumatera Utara terdapat beberapa etnis yang memanfaatkan tumbuhan obat sebagai untuk menunjang dan meningkatkan kesehatannya secara turun temurun. Hal ini dikarekan terdapat banyak sekali tumbuhan obat yang ada di wilayah pemukiman. Cara

pemanfaatan dari setiap etnis berbeda-beda tergantung dari kondisi sosial budaya masing-masing etnis.

Contoh beberapa ramuan etnis Karo disebut dengan nama tawar, parem dan minyak alun.

Tawar merupakan ramuan berbentuk serbuk halus kering yang terbuat dari berbagai jenis

tumbuhan.

Parem merupakan ramuan berbentuk padat yang dibuat dari berbagai jenis tumbuhan dan ditambahan dengan tepung beras sebagai

pemadat.

Minyak alun merupakan ramuan berbentuk cair yang dibuat dari berbagai ekstrak tumbuhan dan

ditambah dengan minyak kelapa sebagai penambah volume.

Dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan tumbuhan obat di Sumatera Utara, etnis Karo dan Simalungun lebih berkembang dalam pemanfaatan dan sebagian masih terjaga. Untuk memudahkan akses dan suplai tumbuhan obat maupun ramuan obat tradisional di Sumatera Utara telah lama terjadi transaksi jual beli di beberapa pasar seperti:

Pasar Kabanjahe, Pasar Berastagi, Pasar Pancurbatu, Pasar Raya, dan Pasar Horas di Siantar. Pedagang tumbuhan obat di pasar-pasar tersebut menjual berbagai jenis ramuan maupun simplisia atau tumbuhan segar.

Walaupun telah ada transaksi jual beli tumbuhan obat di Sumatera Utara dalam berbagai macam bentuk dan produk, namun tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi dan akulturasi berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap degradasi pengetahuan lokal serta pelestarian atau ketersediaan tumbuhan obat di alam. Untuk itu sangat perlu dilakukan pendokumentasian tumbuhan obat ini, berupa nama jenis yakni nama ilmiah, nama dagang dan juga nama lokalnya. Pendokumentasian tumbuhan obat ini juga dapat berupa bagian tumbuhan yang digunakan, cara mengolah dan cara pengaplikasiannya agar maksimal dalam proses penyembuhan penyakit.

(15)

PENUTUP

Kesimpulan

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi tumbuhan obat yang sebenarnya di Sumatera Utara agar dapat dilakukan inventarisasi tumbuhan obat

dan pendokumentasian tumbuhan obat yang lebih lengkap dan dapat digunakan oleh semua kalangan.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Sumatera Utara memiliki potensi tumbuhan obat yang

melimpah. Hal ini ditandai dengan adanya transaksi jual beli tumbuhan obat di beberapa pasar yang ada di Sumatera Utara.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

' IELOK TJAKEP ER Itoelah oetama di ichtiarken orang jang tertib, telaten, radjin menjimpen badan, giat piara rnmboet sarnetjie-uetjisnjn, bocat Jang mana paling dipoed]ik€n pake ·

Study Material for SSC CGL Tier-1 Examination English Study Kit for SSC CGL Tier-2 Exam English Study Kit for SSC CHSL 10+2 Examination English Study Kit for SSC Stenographers