MAKALAH RESESI EKONOMI
Disusun Oleh :
Moh Fahril B40122019 Andi Ritenri Paerani B40122022 Khoirinisak Kusuma Arum B40122023
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...2
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar belakang...1
1.2. Rumusan Masalah...2
1.3. Tujuan...2
BAB II PEMBAHASAN...3
2.1. Resesi Ekonomi...3
2.1.1. Kesiapan Indonesia menghadapi resesi...6
2.1.2. Faktor Pemicu Terjadinya Resesi...8
2.1.3. Dampak Resesi...10
BAB III PENUTUP...11
3.1. Kesimpulan...11
DAFTAR PUSTAKA...12
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam berjalannya system ekonomi suatu negara, resesi ekonomi merupakan suatu permasalahan yang sangat vital. Dampak yang diakibatkan dari terjadinya resesi ekonomi berimbas ke seluruh sektor penting. Lemahnya ekonomi global menjadi salah satu tanda terjadinya resesi ekonomi. Semakin banyak denomena besar mengenai resesi ekonomi, maka semakin besar potensinya dalam menganggu proses pemulihan ekonomi dalam lingkup global.
Salah satu fenomena pertama yakni naiknya suku bunga di Amerika Serikat.
Kenaikan suku bunga ini tentunya menghambat peredaran uang, sehingga peredaran uang menjadi lebih sulit. Tentunya hal ini meningkatkan biaya kredit, sektor manufaktur meleamh dan tertuju pada pemulihan ekonomi secara perlahan. Adapun fenomena kedua yakni permasalahan mengenai adanya ketegangan dari geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Adanya invansi yang digerakkan oleh militer Rusia mengakibatkan ketegangan secara global meningkat signifikan. Hal mini dikarenakan terdapat dua kubu, yakni pihak yang setuju dan pihak yang tidak setuju dari berbagai negara belahan dunia. Perselisihan ekonomi di seluruh dunia juga dapat dipicu oleh meningkatnya biaya energi, misalnya biaya bahan bakar minyak dan biaya pangan secara universal. Keunikan ketiga adalah ledakan pandemi virus covid-19 yang berdampak buruk secara signifikan terhadap perekonomian dunia.
Meningkatnya resesi global secara signifikan tentunya menganggu kegiatan dalam ekspor yang akhirnya berdampak pada melemahnya pendapatan negara Kementerian Keuangan bertanggung jawab atas pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Tanda tanda yang dapat dilihat terganggunya kegiatan ekspor contohnya adalah neraca perdagangan yang bergerak menuju deficit
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana usaha negara dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi?
1.3. Tujuan
1.3.1. Dapat mengetahui faktor apa saja penyebab dan dampak yang di timbulkan akibat terjadinya resesi ekonomi
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Resesi Ekonomi
Resesi mata uang global merupakan ancaman yang disebabkan oleh melemahnya perekonomian akibat penurunan aktivitas sektor industri dan bisnis modern secara signifikan pada suatu triwulan tertentu. Jika kemerosotan ekonomi ini terus terjadi di suatu negara apabila dalam kurun waktu yang lama, akan dapat memicu dapat tingkat pertumbuhan yang tinggi dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Dampak mengabaikan kemerosotan ekonomi ini dalam jangka waktu yang lama akan mendorong negara tersebut pada inflasi yang tinggi dan kebangkrutan.
Banyak negara di era sekarang ini yang sedang berupaya meminimalisir risiko dari perekonomian agar tidak terjerumus ke dalam resesi, salah satunya yakni negara Indonesia. Untuk menghindari hal tersebut, Indonesia telah menerapkan kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi ketidakstabilan di sektor keuangan.
Penyebab terjadinya resesi ekonomi global pada tahun 2023 yang pertama dan utama adalah pandemi Covid 19.
Walau pandemi telah mulai melandai, aktivitas fisik pergerakan keuangan global menurun secara dramatis. Negara-negara berfokus pada penanggulangan pandemi Covid 19 dan pelaksanaan pembatasan finansial.
Selain itu, pertumbuhan mata uang dunia ikut serta mengalami tekanan.
Dalam rentang waktu yang sama, karena epidemi Covid 19 banyak negara yang melindungi pasokan pangan mereka. Hal ini menyebabkan harga pangan meningkat karena kekurangan pasokan. Di penghujung tahun 2020, Indonesia ikut serta mengalami masa sulit dampak dari adanya pandemi Covid 19.
3
Kebijakan perekonomian tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 1 Th. 2020 mengenai suatu kebijakan pada bidang keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan dalam rangka menangani Pandemi Covid 19 serta ancaman terhadap ekonomi nasional dan /atau sistem keuangan serta stabilitas. Menurut Dentons dalam Darmastuti dkk.
(2021), peraturan pemerintah tersebut juga mengatur sejumlah kebijakan dan kewenangan pemerintah, antara lain mengubah batas defisit anggaran menjadi 3 persen PDB hingga tahun anggaran 2022, mengalokasikan dana dari surplus anggaran, seperti pendanaan negara untuk pendidikan, khususnya pendanaan negara.Badan Layanan Umum atau sumber permodalan untuk divestasi badan usaha milik negara.
Total APBN tahun 2020 sejumlah Rp405,1 triliun yang juga dialokasikan untuk beberapa sektor antara lain pada sektor kesehatan dialokasikan sejumlah Rp75 triliun, pada sektor perlindungan sosial dialokasikan sejumlah Rp110 triliun, serta insentif perpajakan dan stimulus kredit kerakyatan lainnya.kepada dunia usaha atau Usaha Kecil dan Menengah mencapai Rp 70,1 triliun.Indonesia juga telah menerapkan kebijakan fiskal dan moneter seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.
Masalah ketiga adalah tingginya tingkat inflasi. Menurut pembaruan Outlook Ekonomi Dunia pada bulan Juli 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan inflasi global dipicu oleh harga pangan dan energi serta adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Menurut data mengenai inflasi tahun ini, diperkirakan mencapai 6,6 persen di negara maju dan 9,5 persen di negara berkembang. Perkiraan inflasi terbaru masing-masing naik 0,9 dan 0,8 poin persentase, dari perkiraan sebelumnya pada bulan April 2022. Tingginya harga beberapa produk pangan dan energi, seperti minyak mentah, dan gas alam disebabkan oleh gangguan rantai pasokan yang menyebabkan Perang antara Rusia dan Ukraina juga berkontribusi terhadap tekanan inflasi global. Sebagai tanggapannya,
4
negara-negara di seluruh dunia telah menarik langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter untuk mengurangi dampak inflasi.
Masalah kelima adalah kenaikan suku bunga. Pada tahun 2022, Bank of England akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 200 basis poin.
Pada saat yang sama, Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar 300 basis poin. Menyikapi peristiwa tersebut, Bank Indonesia pun menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen Kompas, 28 September 2022. Naiknya suku bunga yang merupakan hal biasa bagi bank sentral pada seluruh dunia, akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan berisiko mengakibatkan resesi global. Oleh karena itu, ancaman potensi resesi pada tahun 2023 harus disikapi dengan hati-hati. Langkah antisipatif diperlukan untuk menjaga kinerja perekonomian. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia positif, resesi ekonomi masih berpotensi menjadi ancaman. Jika terjadi resesi ekonomi global, perekonomian Indonesia bisa terjerumus ke dalam krisis yang mendalam.
Selain itu, Kementerian Keuangan telah menawarkan insentif perpajakan bagi pekerja dan industri yang menjadi tanggung jawab Pemerintah seperti pajak penghasilan, pengurangan angsuran, dan pembebasan pajak penghasilan impor.
Kebijakan moneter yang dilaksanakan Kementerian Keuangan bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, mencegah inflasi dan menstimulasi dunia usaha, khususnya usaha kecil dan menengah.
Kebijakan moneter tentunya harus konsisten dengan kebijakan fiskal Kemenkeu (Kementerian Keuangan) guna menggapai tujuan tersebut dan menjaga stabilitas perekonomian nasional (Departemen Umum Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, 2020).
Pemerintah Indonesia tentu telah mencoba berbagai langkah kebijakan guna mengatasi tantangan ekonomi dan sosial. Kebijakan
5
stimulus dilakukan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian. Kebijakan moneter dan fiskal diterapkan untuk menghindari masalah ekonomi yang lebih serius. Harmonisasi kebijakan fiskal dan moneter penting untuk meminimalkan risiko resesi ekonomi. Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh resesi yang akan datang, masyarakat harus cerdas secara finansial dan meminimalkan pengeluaran yang tidak perlu dengan hanya membeli apa yang mereka butuhkan. Di tengah ketidakpastian ekonomi, penting untuk tetap tenang dan tidak panik.
Pada masa sekarang, stabilitas ekonomi Indonesia terpengaruh oleh situasi ekonomi global. Ketergantungan pada impor energi dan pangan telah menambah beban anggaran nasional dan menurunkan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga energi dan pangan yang signifikan. Untuk beradaptasi dengan situasi ini, negara-negara maju telah meningkatkan biaya pembiayaan atau suku bunga acuan. Peralihan aliran modal dari negara berkembang ke negara maju yang lebih stabil akan menghambat perbaikan perekonomian Indonesia. Maka, dikarenakan hal tersebut bank sentral juga menaikkan suku bunga pinjaman acuan guna menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, sekaligus memastikan pihak asing akan menginvestasikan kembali sumber dayanya di Indonesia.
2.1.1. Kesiapsiagaan Indonesia dalam Menghadapi Resesi
Situasi dari perekonomian Indonesia masih dianggap kuat dalam melawan resesi akibat krisis ekonomi global.
Kemungkinan bertahan dari risiko resesi ekonomi masih cukup tinggi, didukung oleh PDB yang masih positif dan menurut data tingkat inflasi masih tergolong lebih rendah apabika dijajarkan banyak negara lain.
Tanda-tanda ancaman resesi global terhadap Indonesia mencakup:
6
1. Terjadi penurunan signifikan dalam permintaan atas produk ekspor Indonesia, seperti pada sektor tekstil dan kerajinan, terutama dari negara- negara seperti Eropa,Tiongkok, dan Amerika Serikat.
2. Terjadi penurunan harga beberapa komoditas seperti minyak mentah, minyak kelapa sawit (CPO), dan logam dasar.
3. Peningkatan suku bunga di negara-negara maju telah mendorong keluarnya aliran modal dari Indonesia.
4. Kecepatan pertumbuhan ekonomi melambat.
5. Kenaikan pembiayaan operasional karena depresiasi nilai tukar rupiah.
Meski kinerja perekonomian negara saat ini cukup positif, akan tetapi jika terjadi resesi ekonomi global, diperkirakan Indonesia bakal terkena dampaknya dan dapat menyeret negara ini terjerumus ke dalam lubang resesi ekonomi.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan pendanaan infrastruktur juga disebutkan dalam agenda utama G20 tentang investasi infrastruktur berkelanjutan.
Program ini selaras dengan prioritas Indonesia pada g20 pada tahun 2022 untuk pemulihan yang berkelanjutan, inklusif, dan berketahanan untuk mencapai Pemulihan Bersama, Pemulihan Lebih Kuat.
Berinvestasi pada infrastruktur berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai keberlanjutan dan pertumbuhan setelah pandemi covid 19.
Terbatasnya kapasitas keuangan, terutama di negara-negara kelompok berkembang, merupakan salah satu tantangan primer dalam menutup kesenjangan infrastruktur yang berkelanjutan.
Investasi dalam pembangunan yang berkelanjutan tentunya dapat menghadapi permasalahan kekurangan finansial secara serius.
Maka dari itu, diperlukan kerja sama yang erat antara swasta, pemerintah, serta bank pembangunan nasional dan internasional.
7
Menkeu menyoroti sejumlah kontribusi sentral dalam percakapan tersebut, antara lain penguatan kapasitas persiapan proyek, perlunya memastikan kualitas infrastruktur sesuai dengan prinsip tata kelola lingkungan dan (ESG) beserta relevansinya penguatan pengelolaan proyek pembangunan infrastruktur.
Keseriusan g20 di bawah kepemimpinan Indonesia pada tahun 2022 dalam investasi infrastruktur berkelanjutan merupakan upaya 20 untuk tetap berpegang pada Roadmap Keuangan Berkelanjutan 2021 dan memperluas jaringan infrastruktur yang merupakan kelompok aset yang ditandai dengan peluang investasi yang menarik bagi investor.
Hasil pertukaran pendapat secara berbicara ini di harapkan dapat membantu meningkatkan hasil program investasi infrastruktur secara berkelanjutan dan memberikan pesam positif kepada para investor, untuk membangun keseriusan serta memobilisasi investasi pada sektor swasta di bidang infrastruktur ramah lingkungan.
2.1.2. Faktor Pemicu Terjadinya Resesi
1. Meski pandemi Covid 19 sudah mulai mereda dan sebagian besar negara sudah mengizinkan warganya beraktivitas normal, namun dampaknya terhadap perekonomian global masih terasa. Ketika penyakit menular yang merajalela Covid 19 merebak pada awal tahun 2020 hingga awal tahun ini, aktivitas perekonomian di seluruh dunia mengalami penurunan yang signifikan. Negara- negara lebih fokus pada penanganan pandemi dan penerapan pembatasan aktivitas, termasuk di sektor ekonomi. Hal ini menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, banyak negara juga melindungi pasokan pangan mereka untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari pandemi ini, yang dapat meningkatkan harga pangan karena kekurangan pasokan. Indonesia sendiri juga merasakan adanya resesi ekonomi di penghujung tahun 2020 dikarenakan dampak dari pandemi Covid 19.
8
2. Munculnya peperangan antara Rusia dan Ukraina yang dimulai pada Februari lalu menyebabkan PDB global turun sebesar $2,8 triliun. Konflik ini mengganggu aliran pasokan global, terutama pada sektor pangan dan sektor energi, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap percepatan inflasi. Perang merupakan salah satu faktor risiko utama dari adanya perkiraan resesi global di tahun 2023.
3. Kenaikan tingkat harga barang dan jasa yang tinggi telah menjadi kekhawatiran. IMF dalam laporan World Economic Outlook bulan Oktober 2022 memperkirakan tingkat inflasi global akan mencapai 8,8 persen pada tahun 2022 dan diperkirakan akan turun menjadi 6,5 persen pada tahun 2023. Perbankan Perbankan di Indonesia juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan menurun sesuai target. sebesar 3,0 1,persen pada tahun 2023 dan 2,5 1,persen pada tahun 2024. Menghadapi situasi ini, beberapa negara sudah mulai menarik insentif fiskal dan moneter untuk mengurangi risiko terus meningkatnya inflasi.
4. Terbitnya kenaikan suku bunga acuan secara tajam pada oaruh kedua di tahun ini pada bank-bank sentral yang ada di seluruh dunia, seperti terjadi pada Bank of England, Federal Reserve FED serta kelompok negara yang merupakan anggota g20 seperti Brazil dan India. dan Indonesia menghadapi adanya tekanan inflasi di negara-negara barat dan Amerika. Beberapa bank sentral, termasuk Bank of England yang menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin dan The Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 300 basis poin pada tahun 2022, meresponsnya dengan menaikkan suku bunga acuan. Langkah tersebut juga diambil oleh Bank Indonesia juga meningkatkan suku bunga acuan sejumlah 50 landasan poin menjadi 5,25 persen pada bulan November di tahun 2022 merespons situasi tersebut. Kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan secara bersamaan oleh para bank sentral di belahan dunia dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan berpotensi memicu resesi global.
2.1.3. Dampak Resesi
9
Dari berbagai faktor penyebab yang telah disebutkan, resesi ekonomi berpotensi menimbulkan penurunan serentak dalam semua sektor ekonomi, termasuk lapangan kerja penanaman modal untuk pertubuhan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Selain akibat kenaikan harga yang tajam yang dapat menyebabkan stagnasi ekonomi atau stagflasi, resesi juga bisa disebabkan oleh penurunan harga atau deflasi. Situasi semacam ini dikenal dapat mengaburkan prospek ekonomi di tahun mendatang.
1. Perlambatan ekonomi dapat mengakibatkan sektor manufaktur harus mengurangi tingkat produksinya, mengakibatkan peningkatan risiko PHK yang signifikan, dan ada kemungkinan beberapa perusahaan akan menghentikan operasinya sama sekali.
2. Kinerja instrumen investasi akan merosot, mendorong investor untuk beralih ke investasi yang lebih stabil dan aman.
3. Kondisi ekonomi yang semakin sulit akan mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat, membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengelola pengeluaran dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia merupakan negara aktif yang berupaya meminimalkan risiko perekonomian terjerumus ke dalam resesi.
Kebijakan moneter yang dilaksanakan Kemenkeu bertujuan untuk melindungi stabilitas nilai tukar rupiah, mencegah inflasi dan mendukung dunia usaha, termasuk usaha kecil dan menengah. Kebijakan moneter tersebut harus konsisten dengan kebijakan fiskal yang dilaksanakan Kementerian Keuangan untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut dan menjaga stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah Indonesia telah menerapkan sejumlah langkah kebijakan untuk mengatasi tantangan ekonomi dan sosial.
Mengenai hal tersebut berbagai upaya yang dapat dilaksanakan guna mengatasi permasalahan yang mungkin dapat timbul akibat ancaman resesi ekonomi pada tahun depan, penting agar masyarakat mampu mengelola keuangannya secara efektif, terutama dalam menyikapi kenaikan harga-harga yang terkait dengan
kenaikan harga ancaman ini dari resesi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agus Rodani. 2022. Kiat Mengatasi Laju Inflasi dan Ancaman Resesi Tahun 2023.
Darmastuti, S., Juned, M., Susanto, F. A., & Al-Husin, R. N. 2021. COVID-19 dan Kebijakan dalam Menyikapi Resesi Ekonomi.
Tri Ayu Widyastuti, Mansur Chadi Mursid, & Muhammad Sultan Mubarok. 2023.
Strategi Negara Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Resesi Global.
12