• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TALAK KELOMPOK 5

N/A
N/A
Yusuf ZA

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH TALAK KELOMPOK 5 "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik- baiknya dan alhamdulilah tepat pada waktunya dengan judul “Talak ”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Fiqih 3 dan pembelajarannya yang meliputi tugas kelompok.

Tiada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bogor, 03 Juni 2022 Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 1

1.3. Tujuan dan Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penegertian Talak 4

2.2 Dasar Hukum Talak 4

2.3 Hukum Talak 6

2.4 Rukun dan syarat Talak 7

2.5 Macam – macam Talak 9

2.6 Hikmah Talak 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 17

3.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 19

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan rujuk.

Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam Al-Qur’anul karim maupun dalam Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang sering kita jumpai dalam hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang melakukan perkawinan.

Perkawinaan adalah akad yang menghalalkan hubungan laki-laki dengan perempuan dalam ikatan suami istri. Dalam perkawinan setiap orang ingin membentuk keluarga bahagia dan utuh sampai akhir hayat tetapi, kadang ada suatu permasalahan yang membuat pertengkaran bahkan sampai mengambil jalan perceraian.

Perceraian (Talak) adalah melepaskan ikatan nikah dari pihak suami ke pihak istri dengan mengucapkan lafazh tertentu. Ucapan untuk mentalak istri ada dua macam yaitu ucapan yang sharih, dalam kata lain adalah ucapan yang tegas (jelas) dan ucapan yang kinayah yaitu ucapan yang kurang begitu jelas.

Berbicara masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan isterinya ke KUA lantaran hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata talak.

Padahal dalam al-Qur’an sudah jelas bahwa perbuatan yang paling di benci Allah adalah talaq. dari sini jika kita menengok kejadian-kejadian yang menimpa suami isteri yang bercerai maka patut kita bertanya ada apa di balik semua itu.

Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari kata talak itu sendiri akan berakibat perceraian. Dan hal itu akan menambah penderitaan bagi suami-istri jika

(5)

2

melakukan sebuah perceraian. Pada dasarnya talak hukumnya boleh, tetapi sangat dibenci menurut pandangan syara’. Tetapi hukum Islam disamping menentukan hukum juga memberikan alternatif jalan keluar yang bisa di tempuh oleh pasangan suami Isteri jika ingin mempertahankan hubungan pernikahan mereka. Hal itu bisa di tempuh dengan melakukan rujuk dan menyesali perbuatan yang telah di lakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakng diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan talak?

2. Apa hukum talak?

3. Berapa macamkah talak?

4. Apa saja rukun syarat talak?

5. adakah talak yang tidak sah?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata Mata Kuliah Fiqh 2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan talak?

3. Untuk mengetahui Apa hukum talak?

4. Untuk mengetahui Berapa macamkah talak?

5. Untuk mengetahui Apa saja rukun dan syarat talak?

6. Untuk mengetahui adakah talak yang tidak sah?

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak

Dalam literatur Fiqih Munakahat, selain dikenal istilah aqdun-nikah yang berarti pengikatan suatu perkawinan, lawannya dikenal pula sebutan inhilal az- zawaj yang berarti pelepasan (pengakhiran) suatu pernikahan. Inhilal az-zawaj adakalanya terjadi atas pilihan suami melalui ikrar talak yang “dimilikinya”, akan tetapi bisa juga terjadi berdasarkan keputusan hakim pengadilan melalui talak ataupun perceraian di pengadilan.

Inhilal az-zawaj, lazim dijuluki dengan al-furqah, artinya perpisahan. Dalam konteks para fuqaha, al-furqah diinformasikan dengan “lepasnya pertalian (ikatan) perkawinan dan putusnya hubungan antara suami istri berdasarkan salah satu sebab dari sekian banyak sebab. Perceraian dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi bahasa (etimologi) dan dari segi istilah syara, serta perceraian sama artinya dengan talak.

Talak berasal dari bahasa arab yaitu “قلاطلا” artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan. Menurut istilah syara‟

talak adalah: “melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri 1.

Al-jaziry mendefinisikan: “talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu”.

Menurut Abu Zakaria Al-Anshari, talak ialah: melepaskan tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya

Menurut Amir Syarifuddin dalam bukunya Hukum Perkawinan Islam di Indonesia putusnya perkawinan (talak) adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU Perkawinan untuk menjelaskan “perceraian” atau berakhirnya

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), 191.

(7)

4

hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri.

Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri dengan menggunakan kata-kata atau lafadz talak, cerai atau kata-kata yang sama maksudnya dengan lafaz itu.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) talak diartikan sebagai ikrar suami didepan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.

Pada perinsipnya tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.

1 Tahun 1974 yaitu membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, Pasal 1 menegaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang peria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketentuan tuhan yang maha Esa.

B. Dasar

Setiap produk hukum pastilah selalu didasarkan dengan hukum yang mempertimbangkan akan kedudukan produk hukum tersebut, tidak terkecuali dengan adanya talak. Berikut yang menjadi landasan hukum terhadap eksistensi talak dalam rumah tangga adalah :

1. Al- qur’an

a. Surah Al-Baqarah : 229

ٍنا َس ْحِاِب ٌۢ حْيِر ْسَت ْوَا ٍفْوُرْعَمِب ٌۢ كا َسْمِاَف ۖ ِنٰتَّرَم ُق َلََّطلَا

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik”. (QS.

al-Baqarah, 2: 229). 2 b. Surah At-thalaq : 1

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 55.

(8)

5

او ُقَّتا َو ۖ َة َّدِع ْلا اوُصْحَأَو َّنِهِتَّدِعِل َّنُهوُقِ لَطَف َءا َسِ نلا ُمُتْقَّلَط اَذِإ ُّيِبَّنلا اَهُّيَأ اَي

ۖ ْم ُكَّبَر َ َّاللَّ

ٍة َش ِحا َفِب َنيِتْأَي ْنَأ َّلَِإ َنْجُرْخَي َلََو َّنِهِتوُيُب ْنِم َّنُهوُجِرْخُت َلَ

يِر ْد َت َلَ ۚ ُه َسْفَن َمَلَظ ْدَقَف ِ َّاللَّ َدوُدُح َّدَعَتَي ْنَمَو ۚ ِ َّاللَّ ُدوُدُح َكْلِتَو ۚ ٍةَنِ يَبُم اًر ْم َ

أ َكِل َٰ

ذ َدْعَب ُث ِد ْحُي َ َّاللَّ َّلَع ل َ

Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru..”

2. Al-Hadits

َا نا : لاق ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر َّنا رمع نبا نع ىٰل ِا ِل َلََح ْلا ُضَغْب

ُقَلَطلا ِالله

3

Artinya: Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah Azza wa Jalla adalah talak.

3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Talak (perceraian) disebutkan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada pasal 38 yang berbunyi: Perkawinan dapat Putus karena: a. Kematian, b. Perceraian, dan c. Keputusan Pengadilan.‛Dalam pasal 39 yang berbunyi:

‚(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di Depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha Dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. (2) Untuk melakukan Perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan Dapat hidup rukun sebagai suami

3 Abi Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, Beirut : Dar al-Kutub al Ilmiyah, 1996, 34

(9)

6

isteri. (3) Tata cara perceraian di depan Sidang Pengadilan diatur dalam Peraturan Perundangan tersendiri.”

4. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Tidak hanya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pun menjelaskan perceraian. Di Antaranya pada pasal 113 yang menyebutkan: “Perkawinan dapat putus Karena: (a) kematian, (b) perceraian, dan (c) atas putusan Pengadilan.‛ Dan Pasal 114 menyebutkan: ‚Putusnya perkawinan yang disebabkan karena Perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.”

C. Hukum Talak

Mengenai hukum talak, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ahli fiqh. Dari kalangan Ulama’ Hanafiyah berpendapat bahwa talak itu terlarang kecuali bila diperlukan.

Sedang menurut madzhab Syafi’i membedakan hukum talak menjadi empat yaitu:

a. Wajib yaitu seperti talaknya orang yang tidak bisa bersetubuh.

b. Haram yaitu menjatuhkan talak sewaktu isteri dalam keadaan haid.

c. Sunnah yaitu seperti talaknya orang yang tidak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai suami karena tidak ada keinginan sama sekali kepada isterinya.

d. Makruh seperti terpeliharannya semua peristiwa tersebut di atas.4 Ulama Hanabilah memperinci hukum talak sebagai berikut:

a. Haram yaitu talak yang tidak diperlukan atau talak tanpa alasan. Karena merugikan bagi suami-isteri dan tidak ada kemaslahatan yang mau dicapai dengan perbuatan talaknya itu.5

b. Wajib yaitu talak yang dijatuhkan oleh pihak hakam dalam perkara syiqoq yakni perselisihan isteri yang tidak dapat didamaikan lagi, dan kedua belah

4 Syamsuddin, Moh. Ibnu Abi Abbas Ahmad bin Hamzah Ibnu Sihabuddin, al-Ramli, juz VII

5 Sayyid Sabiq, (Terjemah Mohammad Talib), Fiqih Sunnah 8, 10

(10)

7

pihak memandang bahwa perceraian adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan persengketaan mereka.

c. Sunnah yaitu talak yang dijatuhkan kepada isteri yang sudah keterlaluan dalam melanggar perintah Allah.

d. Mubah yaitu talak yang terjadi hanya apabila diperlukan, missal karena kelakuan isteri jelek.

D. Rukun dan Syarat Talak

Rukun talak ialah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya talak tergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Rukun talak ada empat, sebagai berikut 6 :

1. Suami.

Suami adalah yang memiliki hak talak dan yang berhak menjatuhkannya, selain suami tidak berhak menjatuhkannya. Oleh karena talak itu bersifat menghilangkan ikatan perkawinan maka talak tidak mungkin terwujud kecuali setelah nyata adanya akad perkawinan yang sah. Oleh karena itu untuk sahnya talak suami yang menjatuhkan talak disyaratkan:

1) Berakal,

Suami yang gila tidak sah menjatuhkan talak, yang dimaksud dengan gila dalam hal ini ialah hilang akal atau rusak akal karena sakit, termasuk kedalamnya (sakit pitam), hilang akal karena sakit panas atau sakit ingatan karena rusak syaraf otaknya.

2) Baligh,

Tidak dipandang jatuh talak yang dinyatakan oleh yang belum dewasa.

3) Atas kemauan sendiri,

6 ABD. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat. (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2003), 201-205

(11)

8

Yang dimaksud atas kemauan sendiri disini ialah adanya kehendak pada diri suami untuk menjatuhkan talak itu dan dijatuhkan atas pilihan sendiri bukan dipaksa orang lain

2. Istri.

Masing-masing suami hanya berhak menjatuhkan talak terhadap istri sendiri. tidak dipandang jatuh talak yang dijatuhkan terhadap istri orang lain. Untuk sahnya talak, bagi istri yang ditalak disyaratkan sebagai berikut:

a. Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Istri yang menjalani masa iddah talak raj’i dari suaminya oleh hukum Islam dipandang masih berada dalam perlindungan kekuasaan suami.

Karenanya bila masa ‘iddah itu suami menjatuhkan talak lagi dipandang jatuh talaknya sehingga menambah jumlah talak yang dijatuhkan dan mengurangi hak talak yang dimiliki suami.

b. Kedudukan istri yang ditalak itu harus berdasarkan atas akad perkawinan yang sah.

3. Sighat Talak.

Sighat talak ialah kata-kata yang di ucapkan oleh suami terhadap istrinya yang menunjukkan talak, baik itu ṣarih (jelas) maupun kinayah (sindiran), baik berupa ucapan/lisan, tulisan, isyarat bagi suami tuna wicara ataupun dengan suruhan orang lain. Syarat-syarat sighat talak yaitu :

a. Lafadz itu menunjukkan talak, baik sharih maupun kinayah, oleh karena itu tidak sah talak dengan perbuatan, misalnya seorang sedang marah maka dia kembalikan maharnya, atau dia kembalikan harta bendanya tanpa menyebut lafadz talak. Oleh karenanya hal tersebut tidak dinamakan talak.

b. Lafadz tersebut dimaksudkan sebagai ucapan talak bukan karena keliru.

Umpamanya seorang mengatakan: Anti thaahirun, engkau suci, keseleo lidahnya mengatakan anti thaaliqun, engkau tertalak. Dalam keadaan seperti ini talaknya tidak jatuh

(12)

9 4. Sengaja (Al-qosdu)

Artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang dimaksudkan oleh yang mengucapkannya untuk talak, bukan untuk maksud lain. Agar menjadi sah, talak harus memenuhi syarat-syarat tertentu, baik yang berhubungan dengan muṭalliq, suami yang mentalak, muṭallaqah istri yang ditalak yang diucapkan.

E. Macam-Macam Talak

Adapun talak ditinjau dari segi boleh tidaknya suami rujuk kembali dibagi menjadi dua macam yaitu:

a. Talak Raj’i

Talak Raj’i yaitu talak dimana suami mempunyai hak merujuk kembali isterinya setelah talak itu dijatuhkan dengan lafaz-lafaz tertentu dan isteri benar-benar sedah digauli.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 118 yang dimaksud dengan talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama isteri dalam masa iddah. 7

Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 229:

ٍنا َس ْحِاِب ٌۢ حْيِر ْسَت ْوَا ٍفْوُرْعَمِب ٌۢ كا َسْمِاَف ۖ ِنٰتَّرَم ُق َلََّطلَا

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik”. (QS.

al-Baqarah, 2: 229). 8

Maksud ayat tersebut bahwa seorang suami berhak merujuk isterinya baik setelah talak yang pertama, begitu pula ia masih berhak merujuki isterinya setelah talak yang kedua. Setelah itu suami boleh memilih apakah

7 Arkola, Kompilasi Hukum Islam, 217

8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 55.

(13)

10

meneruskan pernikahannya atau bercerai, tetapi jika memilih bercerai maka ia menjatuhkan talak ketiga dan tidak berhak merujuki isterinya kembali.

Dalam talak raj’i seorang suami memiliki hak untuk kembali kepada isterinya (rujuk) sepanjang isterinya masih dalam masa iddah, baik isteri tersebut bersedia dirujuk maupun tidak.

Adapun yang termasuk dalam kategori talak raj’i adalah sebagai berikut:

1) Talak satu atau talak dua tanpa ‘iwadh dan telah kumpul.

2) Talak karena ila’ yang dilakukan Hakim.

3) Talak Hakamain artinya talak yang diputuskan oleh juru damai (hakam) dari pihak suami maupun dari pihak isteri.

b. Talak Ba’in

Talak ba’in yaitu talak yang ketiga kalinya, dan talak yang jatuh sebelum suami isteri berhubungan serta talak yang dijatuhkan isteri kepada suaminya.9

Talak ba’in dibagi menjadi dua yaitu:

1) Talak ba’in sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tetapi boleh akad nikah baru denga bekas isterinya meskipun dengan masa iddah. 39 Kompilasi Hukum Islam pasal 119 menyatakan bahwa:

Ayat 1 : Talak ba’in sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.

Ayat 2 : Talak ba’in sughra sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah:

a) Talak yang terjadi qobla al-dukhul b) Talak dengan tebusan atau khuluk

c) Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.10

9 Sa’id, Kompilasi Hukum Islam, 218

10 Arkola, Kompilasi Hukum Islam, 218

(14)

11

Dengan demikian, pada talak ba’in sughra suami tidak berhak lagi merujuki isterinya, akan tetapi suami masih berhak untuk berkumpul kembali dengan isterinya dengan akad nikah yang baru dan dengan maskawin yang baru pula.

Adapun yang termasuk dalam kategori talak ba’in sugra ini adalah:

a) Talak karena fasakh yang dijatuhkan oleh hakim di Pengadilan Agama b) Talak pakai iwadh (ganti-rugi), talak tebus berupa khulu’

c) Talak karena belum dikumpuli.

Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 49:

َّن ُهو ُّس َمَت ْن َ

أ ِلْب َق ْنِم َّنُهوُمُتْقَّلَط َّمُث ِتاَنِمْؤُْلْا ُمُتْحَكَن اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ٍة َّدِع ْنِم َّن ِهْي َلَع ْمُكَل اَمَف ًلَي ِم َج ا ًحاَر َس َّن ُهو ُحِ ر َسَو َّن ُهوُعِ تَمَف ۖ اَهَنو ُّدَتْعَت

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya, Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya”. (QS.

al-Ahzab, 33: 49)11

Maksudnya isteri yang ditalak dan belum digauli, maka baginya tidak ada iddah. Sehingga jika ingin kembali maka harus dengan akad yang baru.

2) Talak ba’in kubra

Talak ba’in kubra ialah talak yang ketiga dari talak-talak yang dijatuhkan oleh suami.44 Dalam talak ba’in kubra ini mengakibatkan si suami tidak boleh merujuk atau mengawini kembali isterinya baik dalam masa iddah maupun sesudah masa iddah habis.

11 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 675.

(15)

12

Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 230:

ُهَرْي َغ ا ًجْوَز َح ِكْنَت ٰىَّت َح ُدْعَب ْنِم ُه َ

ل ُّل ِحَت َ لََف ا َه َقَّل َ

ط ْن ِإ َف

Artinya: “Kemudian jika si suami menlalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain”. (QS. Al-Baqarah, 2:230) 12

Seorang suami yang mentalak ba’in kubra isterinya boleh mengawini isterinya kembali apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Isteri telah kawin dengan laki-laki lain

b) Isteri telah dicampuri oleh suaminya yang baru c) Isteri telah dicerai oleh suami yang baru d) Telah habis masa iddahnya.

Sedang talak ditinjau dari segi waktu menjatuhkan dibagi menjadi dua macam yaitu:

a) Talak Bid’i

Talak Bid’i yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai dengan ketentuan agama yang termasuk kategori talak bid’i yaitu:

1) Talak yang dijatuhkan pada isteri disaat dalam keadaan suci dan telah dicampuri, sedang masalah hamil atau tidaknya belum diketahui.

2) Talak yang dijatuhkan kepada isteri disaat haid atau nifas 3) Menjatuhkan talak ketiga kali secara berpisah-pisah dalam satu

majelis

b) Talak sunni yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami isteri dengan ketentuan agama. Yang termasuk talak sunni adalah:

1) Talak yang dijatuhkan oleh suami kepada isteri dimana isteri dalam keadaan suci dan belum dicampuri.

12 Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 65.

(16)

13

2) Talak yang dijatuhkan oleh suami pada saat isteri sedang hamil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa talak merupakan suatu sebab terjadi rujuk suami kepada isterinya yang disebabkan karena adanya niat baik dan tulus dari suami untuk kembali kepada isterinya. Dan isterinya dapat menerima dengan penuh kesadaran untuk bersatu kembali. Maka dengan adanya rujuk tersebut mengakibatkan syahnya hubungan sebagai suami isteri, karena rujuk mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan akad nikah yang baru.

Berikut keterangan para ulama madzhab Syafi’i mengenai hukum talak tiga sekaligus, antara lain:

a. Imam Syafi’i, dalam Kitab al-Um mengatakan: “Apabila berkata seorang laki-laki kepada isterinya yang belum digaulinya: “Engkau tertalak tiga”, maka haramlah perempuan itu baginya sehingga ia kawin dengan suami yang lain.”13

Hukum haram perempuan kembali dengan suami yang menceraikanya kecuali perempuan tersebut terlebih dahulu kawin dengan laki-laki lain, hanya terjadi pada kasus jatuh talak tiga.

Dengan demikian, pada pernyataan Imam Syafi’i di atas, seolah- olah beliau mengatakan: “Apabila seorang laki-laki mengatakan :

“Engkau tertalak tiga, maka jatuh talak tiga.”

b. Imam an-Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan: “Terjadi perbedaan ulama tentang hal seorang laki-laki berkata pada isterinya: “Engkau tertalak tiga”. Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, Ahmad dan jumhur ulama shalaf dan khalaf berpendapat jatuh tiga, Sementara Thaus dan sebagian ahli dzhahir berpendapat tidak jatuh kecuali satu. Pendapat ini juga pendapat al-Hujjaj bin Arthah dan

13 Syafi’i, al-Um, Darul Wifa’, Juz. VI, 467

(17)

14

Muhammad bin Ishaq menurut satu riwayat. Pendapat yang masyhur dari al-Hujjaj bin Arthah tidak jatuh talak sama sekali. Ini juga pendapat Ibnu Muqatil dan Muhammad bin Ishaq pada riwayat lain.”14

c. Imam an-Nawawi dalam Raudhah al-Thalibin: “Apabila seorang suami berkata : “Engkau tertalak tiga, maka yang shahih jatuh talak tiga pada saat selesai mengucapkan perkataan tiga “15

d. Berkata al-Mawardi : “Apabila seorang suami mentalak isterinya dengan tiga dalam satu waktu, maka jatuh tiga.”16

Dalil-dalil pendapat talak tiga sekaligus tetap jatuh tiga, antara lain:

1) Firman Allah :

َّن ُه َ

ل او ُضِر ْفَت ْوَأ َّنُهو ُّسَمَت ْمَل اَم َءا َسِ نلا ُمُتْقَّلَط ْنِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلَ

ًة َضيِر َف ۚۚ

Artinya : “Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu melakukan talak terhadap isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya”. (Q.S. al-Baqarah : 236)

Melakukan talak pada ayat ini berlaku mutlaq, tidak mesti harus dilakukannya dengan satu persatu. Dengan demikian, ayat ini menjadi dalil bahwa talak tiga sekaligus jatuh tiga. Al-Mawardi telah menempatkan ayat ini sebagai dalil talak tiga sekaligus jatuh tiga.

2) Al-Hadits dari Mahmud bin Labid, beliau berkata :

الله لوسر رِبخ ُ

أ :لاق ،ديبل نب دومحم نع -

ملسو هيلع الله ىلص -

مث ناَب ْض َغ ماقف ،اًعيمج تا َقي ِل ْطَت َثلَث هتأرما قَّلَط لجر نع

14 Imam an-Nawawi, Syarah Muslim, Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi, Beirut, Juz. X, Hal. 70

15 An-Nawawi, Raudhah al-Thalibin, Dar Alim al-Kutub, Arab Saudi, Juz. VI, 76.

16 Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Juz. X, Hal. 118

(18)

15

:لاق

؟م ُكِرُه ْظَأ نيب انأو الله باتكب ُبَعْلُيَأ « :لاقو لجر ماق ىتح »

؟هلتقأ لَأ ،الله لوسر اي

Artinya :“Saat Rasulullah Saw. diberitahu mengenai seorang laki- laki yang mentalak isterinya dengan talak tiga sekaligus, maka berdirilah ia dalam kondisi marah, kemudian berkata, “Apakah ia ingin bermain-main dengan Kitabullah padahal aku masih ada di tengah kalian.?” Ketika itu ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku membunuhnya.?”

(H.R. an-Nisa-i Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan : perawinya terpercaya)17

Rasulullah Saw. marah mendengar laki-laki tersebut mentalak tiga sekaligus isterinya. Marah Rasulullah Saw. terhadap laki-laki tersebut sebagai bukti bahwa talak tersebut jatuh tiga, karena kalau tidak jatuh tiga dan hanya jatuh satu, tentu tidak ada gunanya kemarahan Rasulullah itu. Ini sama halnya dengan al- Hadits Nabi Saw. “Perbuatan yang mubah yang dimarahi Tuhan adalah talak”.54 Tetapi talak tetap sah dan berlaku. Oleh karena itu, kemarahan Rasulullah Saw. tersebut hanya menjelaskan kepada kita bahwa talak tiga sekaligus tersebut adalah tindakan tidak baik.

F. Hikmah Talak

Pada prinsipnya, kehidupan rumah tangga harus didasari oleh mawaddah, rahmah dan cinta kasih. Yaitu bahwa suami istri harus memerankan peran masing-masing, yang satu dan yang lainnya saling melengkapi. Jika mata air cinta dan kasih sayang sudah kering dan tidak lagi memancarkan airnya, sehingga hati salah satu pihak atau keduanya (suami istri) sudah tidak lagi merasakan cinta kasih, lalu keduanya sudah tidak saling memperdulikan satu dengan lainnya serta sudah tidak menjalankan tugas dan kewajibannya masing- masing, sehingga yang tinggal hanyalah pertengkaran. Kemudian keduanya berusaha memperbaiki, namun tidak berhasil, begitu juga keluarganya telah

17 Ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, 212.

(19)

16

berusaha melakukan perbaikan, namun tidak juga berhasil, maka pada saat itu, talak adalah kata yang paling tepat seakan-akan merupakan obat penyembuh.

Walaupun talak itu dibenci dalam terjadinya suatu rumah tangga, namun sebagai jalan terakhir bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentu boleh dilakukan. Hikmah diperbolehkannya talak disini adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga yang kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga. Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan juga, rumah tangga akan menimbulkan madharat kepada kedua belah pihak dan orang disekitarnya. Dalam rangka menolak madharat yang lebih jauh, lebih baik ditempuh perceraian dalam bentuk talak tersebut.

Dengan demikian dalam Islam talak hanyalah untuk suatu tujuan maslahat.

(20)

17 BAB III PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini

Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan talaq(perceraian), ada beberapa keterangan baik ayat Al Quran dan Hadits nabiMuhammad SAW, sudah membuka tabir pikiran dan wawasan yang selama inimasih ada hijab yang menutupinya karena kurang meresapi dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa keterangan singkat tersebut diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.

2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan hukumnyamakruh atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah, wajib dan haram tergantung kondisi dan penyebabnya.

B. Saran

1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya mempelajari tentang permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini, sebab barangkali disuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.

(21)

18

2. Menyarankan agar saling membina dan membimbing antar keluarga agar terjalin hubungan yang harmonis untuk menghindari diri dan keluarga dari perceraian.

(22)

19

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, Abu, (2001) Al-Umm, ttp: Dar al-Wafa.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram. Surabaya: Al-Hidayah, t.tp.

Al-Ramli, Syamsuddin Muhammad bin Abi Al-Abbas Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin Al-Manufi, Nihayah Al-Muhtaj ila Syarh Al-Minhaj, Mesir:

Mushthafa Al-Bab Al-Halabi wa Auladuh, 1938, jilid VII

Al-Mawardi. al-Hawi al-Kabir. Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

an-Nawawi. Imam. Syarah Muslim, Beirut : Dar Ihya al-Turatsi al-Arabi.

An-Nawawi. Raudhah al-Thalibin, Arab Saudi : Dar Alim al-Kutub

Departemen Agama RI. (2005). Alqur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Alqur’an.

Ghazaly, Abd. Rahman. (2003). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Ghazaly, Abd. Rahman. (2010). Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Sabiq, Sayyid, (1990).Fikih Sunah . Terjemahan Muhammad Thalib. Bandung: Al Ma’arif.

Sulaiman, Abi Daud. (1996). Sunan Abi Daud, Beirut : Dar al-Kutub al Ilmiyah.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu alasan yang sangat penting sehingga perlu diadakannya Perjanjian Pra Nikah bagi para pihak yang akan menikah, ialah jika salah satu pihak (suami/ istri)

Jika istri atau pihak termohon tidak hadir dan telah di panggil secara patut dan resmi dalam sidang ikrar talak karena putusan verstek, maka majelis hakim akan tetap

bisa diterima jika dibanding dengan pengajuan berkas berkaitan masalah hak-hak paska perceraian dalam sejumlah kasus Talak Cerai, karena dalam kasus Gugat Cerai pihak

Dari pengertian diatas, dapatlah di pahami bahwa talak mempunyai arti, putusnya ikatan perkawinan atau dengan kata lain perceraian antara suami isteri baik itu timbulnya dari pihak

Alasannya, adalah ijab kabul harus dilakukan dengan lafaz yang sharih, yakni diucapkan secara langsung dan jelas oleh para pihak yang berakad, sedangkan ucapan yang ada dalam redaksi