HUKUM ISTISYHAD DAN BOM BUNUH DIRI
Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer
Dosen Pengampu: H, Syahruddin SRG, M. Ag Disusun Oleh:
Kelompok 5 Putry Desy Rochani Vito Muhammad Putra Irawan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AZHAR
PEKANBARU
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...ii
KATA PENGANTAR...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...2
C. Tujuan Penulisan...2
BAB I PENDAHULUAN...3
A. Pengertian Istisyhad...3
B. Pengertian Bom Bunuh Diri...4
C. Perbedaan Ulama mengenai Hukum Bom Bunuh Diri...5
D. Hukum Bom Bunuh Diri...10
BAB III PENUTUP...15
A. Kesimpulan...15
B. Saran...15
C. Daftar Pustaka...16
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan Rahmat-nya yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-nya serta segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Hukum Istisyhad dan Bom Bunuh Diri” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yang semakin tgeruji kebenarannya yakni baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat serta para pengikutnya. Dan semoga syafa’atnya diberikan diakhirat kelak dan selalu menyertai kehidupan ini. Makalah ini berisi tentang Hukum Istisyhad dan Bom Bunuh Diri.
Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H, Syahruddin SRG, M. Ag selaku Dosen mata kuliah Fiqih Kontemporer yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini
2. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukunga yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan penyusunan ini.
Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, 25 Maret 2023
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ajaran agama Islam yang langsung ditunjukkan Allah melalui al-Qur’an adalah ajaran tentang jihad. Tema jihad di dalam Islam termasuk salah satu tema besar yang sangat penting dan memiliki pengaruh besar. Sebab, dengan terpatrinya jihad maka akan terbentuk risalah Islam, identitas kebangsaan, kenegaraan, kedaulatan, kemerdekaan, kemuliaan, terjaganya harga diri, kehormatan, adat istiadat, budaya, norma dan moral.
Salah satu metode atau cara yang ditempuh untuk berjihad akhir-akhir ini yang sedang menjadi topik hangat yaitu dengan melakukan aksi bom bunuh diri, sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan. Seperti perlawanan rakyat Palestina terhadap agresi militer Israel dengan meledakkan diri di tengah-tengah tentara Israel. Selain itu pula aksi serupa juga terjadi di Iran, Irak, Chechnya, Afganistan dan Pakistan.
Akan tetapi, fenomena yang terjadi saat ini istilah bom bunuh diri sebagai sarana jihad banyak disalahpahami yang mengakibatkan Islam di pandang sebagai agama peperangan, bukan agama perdamaian. Bahkan tidak hanya disalahpami melainkan juga disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk memperburuk citra Islam.
Bermula dari hancurnya sebuah pusat perbelanjaan yang terdapat di Amerika berjuluk World Trade Center (WTC), sebuah tragedi dahsyat yang mengantarkan tudingan miring terhadap eksistensi agama dan umat Islam di seluruh dunia. Sejak saat itu di dunia Islam stigmasi baru muncul, konsep jihad yang ada di dalam ajaran Islam diidentikkan dengan kekerasan, radikalisme dan terorisme
Sudut pandang di atas dapat menggambarkan pemahaman bahwa bom bunuh diri bisa dikategorikan sebagai sarana jihad, dan dapat dikategorikan sebagai perbuatan teror atas nama agama.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan tersebut, penulis berupaya untuk mengungkap hukum bom bunuh diri dalam perspektif hukum Islam dengan mengkategorisasikannya menjadi dua, yaitu bom bunuh diri sebagai sarana jihad dan bom bunuh diri sebagai teror.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Istisyhad?
2. Apa pengertian Bom Bunuh Diri?
3. Bagaimana perbedaan Ulama mengenai Hukum Bom Bunuh Diri?
4. Bagaimana Hukum Bom Bunuh Diri?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Istisyhad
2. Untuk mengetahui pengertian Bom Bunuh Diri
3. Untuk mengetahui perbedaan Ulama mengenai Hukum Bom Bunuh Diri 4. Untuk mengetahui Hukum Bom Bunuh Diri
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Istisyhad
Secara bahasa, kata syahid (دِها َش) bermakna “orang yang telah mati syahid”, atau “mayat yang telah syahid”. Sementara kata istisyhad (ِداَه َشِتْسإ) berarti berharap agar mati syahid. Kalau di depan kata itu ditambahkan kata amaliyah (aksi/operasi) sehingga menjadi amaliyah istisyhadiyah (ٌةّيِلَمَع ةّيِداَه َشِتْسإ), maknanya menjadi sebuah perbuatan atau aksi yang berharap mendapatkan mati syahid.
Di dalam bahasa Arab, kata bunuh diri sendiri disebut intihar (راَحِتْنإ), yang dalam bahasa Inggris disebut suicide, pelakunya disebut martyr dan perbuatannya disebut martyrdom. Para penentang ISIS dan kelompok afiliasinya umumnya menyebut aksi teror yang mengorbankan pelakunya sebagai aksi bunuh diri, yang dalam Bahasa Arab modern disebut sebagai amaliyah intihariyah (ٌةّيِراَحِتْنإ ٌةّيِلَمَع).
Namun oleh kelompok radikal, aktivis dan pendukung ISIS atau kelompok afiliasinya menyebut aksi yang menewaskan pelakunya adalah amaliyah istisyhadiyah (ةّيِداَه َشِتْسإ ٌةّيِلَمَع), atau kadang disingkat menjadi istisyhad (داَه َشِتْسإ) saja, yakni sebuah aksi yang diharapkan pelakunya meraih mati syahid. Sebab pelaku bom istisyhad meyakini bahwa aksinya adalah bagian dari jihad tempur.
Secara gramatikal, istisyhad adalah wazan (pola timbangan kata) istif’al, yang mengandung makna berharap atau memohon. Mirip dengan kata ga-fa-ra (
َرَََفَغ) yang berarti ampunan/mengampuni lalu diubah menjadi istigfar ( راَفْغِتْسإ) yang berarti memohon ampunan. Begitu pula, kata syahid diubah
menjadi istisyhad sehingga maknanya menjadi “memohon kesyahidan” atau
“berharap mati syahid”.
Secara proses dan prakteknya, sebenarnya tidak ada ada perbedaan antara dua istilah tersebut: intihar ataupun istisyhad. Perbedaannya lebih pada soal penamaan terhadap proses dan aksinya.
Inti perdebatannya kira-kira begini: para penentang doktrin ISIS akan mengatakan, “yang kalian sebut istisyhad sesungguhnya adalah bunuh diri”. Tapi kemudian dijawab oleh aktivis dan simpatisan ISIS: “yang kalian anggap intihar (bunuh diri), justru kami meyakininya sebagai istisyhad (aksi yang berharap meraih kesyahidan).
B. Pengertian Bom Bunuh Diri
Nawaf Hail al-Tikrary, dalam bukunya al-'Amaliyat al-Istisyhadiyah fi Mizani al-Fiqhy mendefinisikan bom bunuh diri sebagai berikut:
“Bom tas atau bom mobil dan sejenisnya yang diledakkan oleh seorang mujahid dengan cara menerobos barisan musuh atau tempat yang didiami oleh musuh atau di kendaraan seperti pesawat dan sejenisnya dengan tujuan membunuh atau melukai musuh tersebut atau menghancurkan musuh, sementara sang pelaku sudah pasrah dan siap mati demi tujuan ini.”
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa bom bunuh diri masuk ke dalam kategori jihad. Dalam kumpulan risalah pembahasan tentang fenomena
kontemporer bom bunuh diri didefinisikan sebagai seseorang yang menerobos ke tengah-tengah kerumunan musuh dengan membawa bahan peledak (bom), biasanya bom mobil dengan tujuan melukai dan membunuh musuh, sementara pelakunya turut mati.
Serangan bunuh diri adalah sejenis taktik, yang direncanakan dan diorganisir oleh kelompok militer atau para militer yang berkomitmen tinggi.
Menurut Robert Pape, direktur Proyek Chicago tentang terorisme bunuh diri dan pakar tentang bom bunuh diri, 95 % dari serangan-serangan itu di waktu-waktu belakangan ini mempunyai tujuan strategis spesifik yang sama yaitu memaksa negara yang menduduki untuk menarik pasukan-pasukannya dari sebuah wilayah yang diperebutkan. Pape mencatat bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir serangan-serangan bunuh diri sebagai taktik politik digunakan untuk melawan negara-negara demokratis di mana opini publik memainkan peranan dalam menentukan kebijakan.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, penulis menarik sebuah kesimpulan definisi bahwa yang dimaksud dengan bom bunuh diri adalah serangan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara membawa bom, baik itu bom tas maupun bom mobil, yang diledakkan di tempat yang didiami musuh, baik di tempat umum maupun di dalam kendaraan dengan tujuan membunuh atau melukai musuh tersebut, sementara sang pelaku sudah pasrah dan siap mati untuk menggapai tujuannya tersebut.
C. Perbedaan Ulama mengenai Hukum Bom Bunuh Diri
Para ulama menggunakan Al Qur’an, hadits serta kaidah-kaidah fiqih sebagai dasar sumber hukum untuk mengkaji mengenai hukum bom bunuh diri.
Para ulama ada yang memperbolehkan dan ada pula yang melarangnya. Sebagian berpendapat, tindakan bunuh diri selagi ada kesengajaan membunuh dirinya sendiri sekalipun juga mengakibatkan orang kafir musuh ikut terbunuh, tidaklah berbeda dengan bunuh diri biasa yang hukumnya haram. Sehingga tidak dapat dikategorikan mati syahid. Pendapat yang membolehkan, karena tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka jihad untuk membela agama atau tindakan dalam mempertahankan kehormatan bangsa dan Negara.
Sehingga secara garis besar hukum bom bunuh diri memiliki dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sebagian ulama berpendapat bahwasanya hukum
bom bunuh diri termasuk ke dalam kategori jihad, dan sebagian ulama lain berpendapat bahwa hukum bom bunuh diri masuk dalam kategori teror.
Pertama, pendapat mayoritas ulama kontemporer yang membolehkan aksi bom bunuh diri dan mengkategorikan aksi ini sebagai jihad yang pelakunya dikategorikan mati syahid yang akan mendapat pahala di sisi Allah SWT. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Yûsuf al-Qardawi, Wahbah al- Zuhaily, Muh}ammad al-Zuhaily, Muhammad Sa’îd Ramadan al-Bûtî, dan Syaikh Ibrâhîm al-Shayl.
Para ulama yang memperbolehkan bom bunuh diri dan mengkategorikannya sebagai jihad menggunakan dasar hukum dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bom bunuh diri merupakan aksi untuk "menjual diri" kepada Allah SWT.
berdasarkan firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 111:
َةّنَجْل ُمُهَل ّن َأِب مُهَلَٰوْمَأَو ْمُهَسُفنَأ َنيِنِمْؤُمْل َنِم ٰىَرَتْش َهّلل ّنِإ
ۚ ٱ ٱ ٱ ٱ
ىِف اّقَح ِهْْْيَلَع اًدْْْعَو َنوُْْلَتْقُيَو َنوُلُتْقَيَف ِهّلل ِليِبَس ىِف َنوُلِتَٰقُي ۖ ٱ
ِهّلل َنِم ِهِدْْْْهَعِب ٰىَفْو َأ ْنَمَو ِناَءْرُْْْقْل َو ِلْْْيِجنِْل َو ِةْْْٰىَرْوّتل
ۚ ٱ ۦ ۚ ٱ ٱ ٱ
ُميِظَعْل ُزْوَفْل َوُه َكِلَٰذَو ِهِب مُتْعَياَب ىِذّل ُمُكِعْيَبِب وُرِشْبَتْس َف ٱ ٱ ۚ ۦ ٱ ۟ا ٱ
Artinya : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. (Q.S. At-Taubah ayat 111).
Mengenai penafsiran ayat di atas, menurut al-Qurtubî Allah swt akan menggantikan pengorbanan yang dilakukan oleh hamba-Nya, baik pengorbanan harta benda maupun pengorbanan nyawa dengan balasan surga.
Hanya saja pengorbanan itu harus berdasarkan niat untuk menggapai ridha Allah swt.
Menurut Nawaf Hayl, ayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa untuk menebus surga adalah dengan menyerahkan nyawa, dan ini dapat dilakukan dengan aksi bom bunuh diri. Karena bagi seorang Mujahid hanya ada dua kemungkinan, pulang dengan selamat atau dia mati di medan perang, dan bagi pelaku bom bunuh diri adalah dia akan mati.
2. Ulama memperbolehkan bom bunuh diri sesuai dengan surat At-Taubah ayat 5, Allah SWT berfirman :
ْمُهْوُمّتْدَجَو ُثْيَح َنْيِكِر ْشُمْلا اوُلُتْقاَف ُمُرُحْلا ُرُه ْشَ ْلا َخَلَسْنا اَذِاَف اوُماَقَاَو اْوُباَت ْنِاَف َصْرَم ّلُك ْمُهَل اْوُدُعْقاَو ْمُهْوُرُصْحاَو ْمُهْوُذُخَو ٍۚد
ٌمْيِحّر ٌرْوُفَغ َهّٰللا ّنِا ُهَلْيِبَس اْوّلَخَف َةوٰكّزلا اُوَتٰاَو َةوٰلّصلا ْۗم
Artinya : Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu. Maka bunuhlah orang- orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . (Q.S. At-Taubah ayat 5).
3. Dasar hukum lain yang digunakan para ulama untuk mengkategorikan bom bunuh diri sebagai jihad adalah dari hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya : Haddab bin Khalid al-Azdiy menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Aliy bin Zaid dan Tsabit al-Bunaniy dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW pernah pada Perang Uhud hanya bersama tujuh orang Anshor dan dua orang dari kaum Quraisy. Ketika musuh mendekati Nabi SAW, beliau bersabda,
“Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga, atau ia bersamaku di surga.” Kemudian satu orang dari Anshar maju dan bertempur sampai gugur. Dan hal ini terus berlangsung sampai ketujuh orang Anshar tersebut terbunuh.” Hadist ini dari segi sanad dapat dikatakan shahih
karena diriwayatkan oleh Muslim. Dalam hadist ini secara jelas disebutkan tawaran Rasulullah SAW kepada para sahabatnya dari kaum Anshar yang berjumlah hanya 7 orang untuk menghadapi musuh yang jumlahnya banyak, satu persatu mereka maju menyerang musuh, padahal sebelum melakukan penyerangan itu sudah diyakini pasti akan mati namun setelah laki-laki pertama syahid Rasulullah SAW tetap menawarkan kepada sahabat lainnya untuk tetap maju melakukan penyerangan sehingga ketujuh sahabat Anshar itu syahid. Ini menunjukkan bahwa melakukan penyerangan terhadap musuh seorang diri yang diyakini akan membawa kepada kematiannya tidaklah termasuk mati yang sia-sia tetapi merupakan kematian yang berhak mendapat balasan surga dari Allah SWT.
4. Bom bunuh diri merupakan upaya untuk menyerang musuh yang tidak ada harapan selamat bagi pelakunya dengan tujuan mengalahkan dan meneror musuh. Dengan demikian, pada dasarnya bom bunuh diri sebenarnya tujuan utamanya adalah membunuh musuh dan mengalahkannya serta memotivasi kaum muslimin untuk lebih berani. Melihat manfaat yang lebih besar dari efek bom bunuh diri maka hal ini dibolehkan dalam syarak. Berbeda dengan bunuh diri yang tujuan utamanya adalah membunuh diri sendiri hal ini jelas haram.
Kedua, pendapat sebagian ulama fikih kontemporer yang menyatakan bahwa aksi bom bunuh diri, sama saja dengan membinasakan diri dengan mendekati hal yang berbahaya. Apabila hal ini dilakukan maka hukumnya haram, karena sama saja telah menjatuhkan diri kedalam kerusakan yang akan berakibat fatal. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani, Syaikh Salih bin Fauzan al-Fauzan, al-Syaikh Ubaid Bin Abdullah al-Jabiri, Muhammad bin Salih Al-Us|aymin dan Ulama Saudi Arabia atau Majelis Ulama Senior (Hai’ah Kibar al-‘Ulama`). Kelompok kedua ini menggunakan dasar pemikiran dengan argumen sebagai berikut:
1. Bom bunuh diri secara otomatis dan pasti akan mengakibatkan kematian bagi pelakunya, dan hal ini dilarang Allah dengan firmannya dalam surat Al- Baqarah ayat 195:
اْوُنِسْحَاَو ِةَكُلْهّتلا ىَلِا ْمُكْيِدْيَاِب اْوُقْلُت َلَو ِهّٰللا ِلْيِبَس ْيِف اْوُقِفْنَاَو ۛ
َنْيِنِسْحُمْلا ّبِحُي َهّٰللا ّنِا ۛ
Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al Baqarah 195).
2. Dasar hukum lain yang mengharamkan aksi bom bunuh diri yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya : Abu al-Zinad meriwayatkan dari al-A’raj dari Abu Hurairah dari Nabi SAW., dan juga dari Abi Qilabah dari Tsabit bin al-Dhahhak ra. Berkata, Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang membunuh dirinya dengan cara apapun maka ia akan disiksa dengan cara yang sama ketika ia membunuh dirinya pada Hari Kiamat.” (HR.
Muslim)
Syaikh Utsmain menjelaskan makna hadist di atas dalam kitabnya Syarah Riyadh al-Sholihin, bahwa siapa yang membunuh dirinya dengan cara apapun maka ia akan disiksa di neraka Jahannam dengan cara itu, seorang laki-laki yang memakan racun sehingga ia mati maka ia akan memakan racun itu di neraka Jahannam kekal di dalamnya, semoga Allah melindungi kita, siapa yang naik ke atas loteng untuk menjatuhkan dirinya sehingga ia tewas maka ia akan disiksa dengan cara seperti itu di neraka Jahannam, siapa yang yang membunuh dirinya dengan sebuah pisau maka ia akan disiksa dengan cara seperti itu di dalam neraka Jahannam, siapa yang membunuh dirinya dengan sebatang tongkat maka ia akan disiksa dengannya di neraka Jahannam.
Sebagian manusia membunuh dirinya dengan memasang bom di perutnya kemudian ia pergi kepada sekelompok musuh dan meledakkan dirinya, dan
ia adalah orang yang pertama kali mati, maka yang seperti ini juga membunuh diri sehingga ia juga akan disiksa di neraka Jahannam dengan cara seperti ini. Mereka bukanlah syuhada karena melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah. Yang dinamakan syahid adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan cara-cara yang diperintahkan-Nya.
Allah berfirman :
ْنَا ّلِا ِلِْْطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْْْمَا آْوُلُك ْأَْْت َل اْوُْْنَمٰا َنْيِذّلا اَْْهّيَآٰي
َهّْْٰللا ّنِا ْمُك َْْسُفْنَا آْوُلُتْقَت َلَو ْمُكْنّم ٍضاَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنْوُكَت ۗ ۗ اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa’ ayat 29).
D. Hukum Bom Bunuh Diri
Berdasarkan perbedaan pendapat para ulama mengenai status hukum bom bunuh diri, maka hukum bom bunuh diri dapat dipandang melalui dua perspektif, yang pertama bom bunuh diri sebagai jihad dan bom bunuh diri sebagai teror.
1. Bom Bunuh Diri Sebagai Jihad
Jihad dalam tata bahasa (Arab) berasal daripada tiga huruf yaitu : al- jim, al-haa, ad-daal. Adapun huruf alif pada kalimat jaa hada itu adalah tambahan. Menurut etimologi Bahasa Arab “jihad” itu adalah “isim mash dar kedua” yang bersal dari jaahada, yujaahidu, mujaahadatan dan jihaadan.
Jadi, jihad itu berarti bekerja sepenuh hati.
Secara terminologis, jihad antara lain diartikan sebagai pengarahan seluruh potensi dalam menangkis serangan musuh. Dalam hukum Islam, jihad mempunyai makna yang sangat luas, yaitu segala bentuk usaha
maksimal untuk penerapan ajaran Islam dan pemberantasan kejahatan serta kezaliman, baik terhadap diri pribadi maupun terhadap masyarakat.
Demikian jihad dalam pengertian umum. Adapun pengertian khusus, menurut Imam Syafi'i, yaitu memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam. Jadi dapat dipahami bahwa makna jihad adalah peperangan terhadap kafir yang dipandang musuh, karena membela agama Allah (li I’laai kalimatillah), menolak kezaliman, menghormati tempat-tempat ibadah, untuk menjamin kemerdekaan bertanah air, menghilangkan fitnah serta menjamin kebebasan setiap orang memeluk dan menjalankan agama.
Islam sama sekali tidak bermaksud mengobarkan perang. Islam adalah agama perdamaian yang menyerukan perdamaian dan kedamaian hidup di muka bumi ini. Namun demikian, ketika terjadi serangan terhadap umat Islam, maka mereka berkewajiban mempertahankan diri dengan seluruh daya dan upaya yang memungkinkan. Oleh karena itu maka disyariatkan jihad dalam rangka untuk mempertahankan dan membela diri dan agama Islam.
Jihad dalam rangka mempertahankan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan bom bunuh diri. Namun demikian, bom bunuh diri yang dapat dikategorikan sebagai jihad harus memenuhi berbagai syarat. Ulama memberikan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Bom bunuh yang bertujuan jihad ditujukan kepada musuh Islam atau orang kafir yang mendeklarasikan perang terhadap kaum muslimin.
Namun demikian tidak semua orang kafir dapat diperangi, karena orang kafir bermacam-macam, ada kafir al-muhaaribuun, al-musta'minuun, ziimmiy, kafir al-mu’aahiduun. Orang kafir yang boleh dibunuh hanyalah al-muhaaribuun yang mendeklarasikan perang terhadap Islam atau kaum muslimin, namun dengan tetap menjaga prinsip-prinsip hubungan dengan kafir muharib di antaranya :
1) Dilarang mendahului memerangi mereka sebelum disampaikannya dakwah. Dilarang menipu dan menyiksa dalam peperangan.
2) Dilarang membunuh orang yang semestinya dibiarkan, yaitu orang- orang yang tidak ikut berperang, seperti: anak-anak, wanita, pendeta, dan para ahli ibadah yang berada di biara mereka juga orang tua yang tak mampu lagi berperang.
3) Dilarang merusak tanaman, membinasakan buah-buahan, membakar rumah tanpa diperlukan, meracuni air dan sejenisnya.
b. Bom bunuh diri dilakukan di wilayah kaum muslimin yang telah direbut dan dikuasai musuh. Bom bunuh diri dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perlawanan dan merebut wilayah tersebut.
c. Bom bunuh diri harus dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Hal ini dilakukan agar bom bunuh diri benar-benar efektif dan mencapai sasaran membunuh musuh yang sedang menyerang dan tidak salah sasaran memakan korban rakyat sipil yang tidak terlibat perang.
d. Seorang yang hendak melakukan bom bunuh diri harus meminta arahan komando dari panglima perang. Bom bunuh diri tidak boleh dilakukan atas inisiatif sendiri dan harus dengan pertimbangan yang benar-benar matang. Karena tanpa adanya komando dan perintah hanya akan menimbulkan efek destruktif. Seorang mujahid harus benar-benar mengetahui strategi perang. Dalam hal ini Rasyid Ridaa dalam tafsir al- Manar mengatakan: Dalam hal jihad, di antara yang dilarang adalah memasuki medan perang tanpa mengetahui ilmu dan metode berjihad secara mendalam, ini sama saja masuk medan yang membahayakan karena hanya mengikuti hawa nafsu dan bukan untuk menegakkan kebenaran.
e. Pelaku bom bunuh diri harus mendapatkan izin dari kedua orangtuanya.
Izin dari kedua orangtua merupakan syarat umum dalam jihad.
f. Dengan ikhlas dan hanya bertujuan menggapai rida Allah dan menegakkan kalimat dan syariat-Nya dengan niat jihad. Ikhlas merupakan syarat pokok sahnya sebuah amal, temasuk jihad.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aksi bom bunuh diri dapat disebut dengan aksi jihad apabila memenuhi syarat- syarat yang disebutkan di atas.
2. Bom Bunuh Diri Sebagai Teror
Teror berasal dari bahasa Latin Terrere, artinya “menimbulkan rasa gemetar dan cemas.” Terorisme berarti menaakut-nakuti (to terrify). Kata ini secara umum digunakan dalam pengertian politik, sebagai suatu serangan terhadap tatanan sipil.
Hukum bom bunuh diri dikategorikan sebagai teror apabila bom bunuh diri dilakukan di daerah yang sedang tidak dijajah oleh musuh, hal ini secara hukum Islam tidak bisa dikategorikan sebagai jihad. Meskipun yang menjadi sasaran aksi tersebut adalah warga negara yang sedang menjajah negara Islam atau berpenduduk muslim. Karena Islam melindungi hidup dan kehidupan manusia secara mutlak. Tujuan utama syariat Islam adalah untuk menegakkan maslahat atau kemaslahatan dan meninggalkan kemadhataran atau hal-hal yang membahayakan. Al-Syatiibi dalam karya monumentalnya al-Muwaafaqat membagi maslsahat ini secara garis besar menjadi tiga tingkatan, daaruriyah (primer), haajiyah (skunder) dan tahssiniyah (tersier).
Maslahat menurut al-Syaiibi tidak jauh berbeda dengan apa yang dirumuskan oleh Al-Ghazali, yaitu memelihara lima hal pokok, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Berangkat dari konsep maslahat di atas, dengan kewajiban menjaga
dapat dibenarkan, karena bertentangan dengan konsep mashlahat yang menjadi tujuan agama atau syariat Islam. Larangan membunuh sudah sangat jelas diterangkan oleh Allah swt dalam surat al-Maidah ayat 32:
ِرْْْيَغِب ًسْفَن َلَتَق ْنَم هّنَا َلْيِء َرْسِا ْٓيِنَب ىٰلَع اَنْبَتَك َكِلٰذ ِلْجَا ْنِم ۢا ۤا ۛ
ْنَمَو ًعْيِمَج َساّنلا َلَْْْتَق اَْْْمّنَاَكَف ِضْرَ ْلا ىِف ٍدا َ ۗا ْْْسَف ْوَا ٍسْفَن
ِتٰنّيَبْلاِْْب اَنُل ُْْسُر ْمُهْتَء َج ْدَْْقَلَو اًعْيِمَج َساّنلا اَيْحَا اَمّنَاَكَف اَهاَيْحَا ۤا ۗ
َنْوُفِرْسُمَل ِضْرَ ْلا ىِف َكِلٰذ َدْعَب ْمُهْنّم اًرْيِثَك ّنِا ّمُث
Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah- olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Q.S. Al Maidah ayat 32).
Allah melarang membunuh manusia dengan menggunakan kata alnas (manusia) yang berarti umum, tanpa melihat agama, ras suku dan identitas sosial lainnya. Ini menunjukkan betapa agama Islam melindungi nyawa manusia seseorang secara mutlak. Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
Selain itu juga, berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 03 Tahun 2004 Tentang Terorisme menyebutkan bahwa hukum bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah satu bentuk tindakan keputusasaan (al ya’su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs), baik
dilakukan di daerah damai (dar al-shulh/daral-salam/ dar al-da’wah) maupun di daerah perang (dar al-harb).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perlu pemahaman dan pertimbangan yang serius dalam menentukan hukum bom bunuh diri. Bom bunuh diri dapat dikategorikan sebagi jihad yang dianjurkan agama, dan bisa dikategorikan sebagai teror yang diharamkan.
Dikategorikan sebagai jihad apabila dilakukan sebagai aksi perlawanan terhadap penjajahan dan dilakukan di daerah yang sedang dijajah.
Aksi bom bunuh diri tersebut membawa maslahat atau kebaikan, yaitu untuk mempertahankan harta, keturunan, agama identitas kebangsaan, kenegaraan, kedaulatan, kemerdekaan, kemuliaan, terjaganya harga diri, kehormatan, adat istiadat, budaya, norma dan moral. Bom bunuh diri dikatakan sebagai teror dan dihukumi haram apabila bom bunuh diri dilakukan di daerah atau negara damai (green zone) yang tidak mengalami penjajahan oleh musuh, serta tidak memenuhi syarat, dihukumi haram karena aksi ini akan menimbulkan korban jiwa yang seharusnya dilindungi serta akan membuat kerusakan. Hal ini bertentangan dengan maslahat atau tujuan hukum Islam.
B. Saran
Demikian bahasan kami tentang pengertian, pendapat ulama, dalil dan dampal dari rokok, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. kami banyak berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya pada penulis.
C. Daftar Pustaka
Imam Mustofa “Bom Bunuh diri : Antara Jihad Dan Teror(meluruskan Pemahaman Hukum Bom Bunuh diri”, dalam jurnal al-Manahij Vol V,No. 1, Januari 2011 (109-124).
Imam mustofa dalam Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
M. Saleh Mathar, “Jihad Dan Terorisme Kajian Fikih Kontemporer”, Dalam Jurnal Hunafa, Vol. 6, No.1, April 2009, (117-128).
Ma’mun Effendi Nur, “Hukum Jihad dan Terorisme: Dalam Perspektif Al Qur’an”, dalam Jurnal Maslahah, Vol.1 No. 1 Juli 2010 (21-39).
Ma’ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejal 1975, Jakarta: Erlangga, 2011.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Jakarta : Attahiriyah, 1976.
.