• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Bom JW Marriot Dan Sikap Masyarakat (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Bom JW Marriot Dan Sikap Masyarakat (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TAYANGAN BOM JW MARRIOT DAN SIKAP MASYARAKAT

(Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW

Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)

Diajukan oleh :

Hotmaria Natalina Pakpahan

070922072

ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM EKSTENSI ILMU KOMUNIKASI

DEPARTEMEN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT

(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98. Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan signifikan.

Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala anugerah, kekuatan yang dilimpahkan-Nya, serta penyertaan-Nya

sepanjang pengerjaan skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini.

Terimakasih yang tiada terhingga juga penulis persembahkan kepada

keluarga tercinta, buat motivasi dan perhatian yang diberikan sepanjang

perkuliahan penulis. Terimakasih atas suka duka yang telah dijalani bersama, atas

kerja keras dan pengorbanan baik moril maupun materiil orang tua penulis yang

telah membawa penulis sampai akhir masa perkuliahan.

Menulis skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terutama Jurusan Ilmu

Komunikasi. Adapun judul skripsi ini adalah Tayangan Bom Bunuh Diri JW

Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat, lokasi yang dipilih penulis sebagai

lokasi penelitian adalah Kelurahan Hamdan Medan. Dalam pelaksanaan penelitian

dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat serta

motivasi dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada.

1. Bapak Drs. Humaizi, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, selaku dosen wali.

3. Bapak Drs. Iskandar Zulkarnaen, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini.

4. Semua dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu

(4)

5. Teristimewa kepada kedua orang tua ku tercinta, Alm. E. Pakpahan dan

Ibunda M. Sirait yang telah banyak memberikan dukungan moril dan

maeriil serta doa hingga terselesainya skripsi ini.

6. Seluruh keluargaku, abang maupun adik-adikku semua atas dukungan dan

doanya.

7. Seluruh responden yang telah membantu pengisian kuesioner, yakni

masyarakat kelurahan Hamdan Medan.

8. Seluruh pegawai Fisip USU, khususnya pegawai Departemen Ilmu

Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Buat sahabat-sahabatku Ekstension ’07, khususnya Elisa Bangun, Poltak,

Merry, Nanang, Julia dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk

menambah pengetahuan/ informasi mengenai berita-berit yang beredar

ditengah masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan

pemikiran kepada pembacanya.

Penulis

(5)

Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan

Abstraksi ……….. i

Kata Pengantar .……….. ii

Daftar Isi ……….. iv

Daftar Tabel ..……….. vii

Daftar Lampiran ..………. viii

Bab I: PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ….……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ….………... 2

1.3. Pembatasan Masalah ….……….... 2

1.4. Tujuan Penelitian ……..……….... 2

1.5. Manfaat Penelitian ……..……….. 3

1.6. Kerangka Teori …….…..……….. 3

1.6.1 S – O – R (Stimulus-Organism-Response) ………… …… 4

1.7. Kerangka Konsep… .…..……….. 6

1.8. Model Teoritis …… .…..……….. 7

1.9. Model Operational . .…..……….. 8

1.10. Defenisi Operational . ..……….. 9

1.11. Hipotesa………. ..……….. 10

1.12. Sistematika Penulisan ..……….. 11

Bab II: URAIAN TEORITIS ……….………. 14

2.1 Pengertian Komunikasi ……… 14

(6)

2.3 Teori S – O – R ………...… 31

2.4 Motif Menggunakan Media ……… … 33

2.5 Sikap Manusia ………. 34

2.6 Pengertian Televisi ……….. 36

2.7 Berita Televisi ………. 39

Bab III: METODE PENELITIAN ……….... 46

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….... 46

3.2 Sekilas TV One da Program Acaranya ………..…. 51

3.3 Metodologi Penelitian ………...…. 52

3.4 Lokasi Penelitian ……… 53

3.5 Populasi dan Sampel ………... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 55

Bab IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57

4.1 Teknik Pengolahan Data ……….... 58

4.2 Analisa Tabel Tunggal ……….. 59

4.3 Analisa Tabel Silang ……….… 64

4.4 Uji Hipotesa ……….……. 68

4.5 Pembahasan ………..………. 71

Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN ……… 73

5.1 Kesimpulan ……….….. 73

5.2 Saran ……… 73

Daftar Pustaka

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ………. 10

Tabel 2 Usia Penduduk ……...……… 50

Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk ...……….. 51

Tabel 4 Pendidikan Penduduk ………...………. 52

Tabel 5 Agama ………...………... 52

Tabel 6 Etnis Penduduk ...………...……… 53

Tabel 7 Fasilitas dan Sarana ...………...……….… 53

Tabel 8 Populasi dan Sampel ..………...……….… 57

Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ..…...……….… 62

Tabel 10 Usia Responden …………...…...………...… 62

Tabel 11 Pendidikan Responden …...…...………..…... 63

Tabel 12 Frekuensi Menonton terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64

Tabel 13 Pendapat Responden tentang Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64

Tabel 14 Pendapat Responden tentang Kualitas Pemberitaan TV One tentang Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot .……... 65

Tabel 15 Perhatian Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 66

(8)

Tabel 17 Sikap Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom

Bunuh Diri JW Marriot di TV One ..………...… 67

Tabel 18 Hubungan Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot

di TV One dengan Perhatian Masyarakat ..………. 68

Tabel 19 Hubungan Kualitas Pemberitaan dengan Tingkat

Pengetahuan Masyarakat ………...……….. … 69

Tabel 20 Hubungan Frekuensi Menonton Tayangan Berita Bom

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata

2. Kuesioner

3. FC (Foltron Cobol) Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV

One dan Sikap Masyarakat.

4. Tabel Data Mentah Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One

5. Skor Ranking Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan

Sikap Masyarakat

6. Surat Penelitian dari Fakultas

7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Kelurahan

(10)

ABSTRAKSI

TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT

(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98. Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan signifikan.

Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh sangat

besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian

dari kehidupan kita dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi

dan informasi sehari-hari. Bagi Gebner dibanding media massa yang lain, televisi

telah mendapat tempat yang demikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga mendominasi “lingkungan simbiolik” kita, dengan cara menggantikan

pesannya tentang relitas pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya

(McQuail, 1996:254).

Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam

menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, karena pesan-pesan

disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (singkron) dan hidup.

Sangat cepat (aktual) dan dapat menjangkau ruang yang luas. Bagi negara

Indonesia sebagai bangsa yang berkembang dimana setiap individu yang ingin

mengetahui informasi-informasi terbaru akan lebih mudah mendapatkannya

dari media Televisi.

Salah satu tayangan yang sangat banyak menyedot perhatian publik

belakangan ini adalah pemberitaan bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Berita

yang menggemparkan bangsa Indonesia mengingat ini adalah kejadian kedua

setelah bom bunuh diri di Hotel ini pada bulan Agustus tahun 2008 silam. Pelaku

bom bunuh diri di kawasan Mega Kuningan ini adalah seorang pemuda bernama

(12)

Abdi Negara di Jakarta. Adanya indikasi keterlibatan jaringan teroris Noordin

M. Top masih merupakan misteri. Informasi yang diperoleh dari kamera

cctv hotel, peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 pagi hari tepat pada saat

tamu-tamu hotel sedang sarapan. Pelaku adalah seorang pria dengan postur tubuh

tinggi kurang lebih 170 cm, berkulit putih mengenakan jaket, topi yang berjalan

sambil memeluk tas ransel. Pelaku melakukannya dengan membawa tas ransel

yang berisi bom rakitan. Dan pelaku dapat melewati pos penjagaan dengan

memberikan alasan bahwa tas yang di bawa berisi laptop dan merupakan titipan

untuk salah seorang tamu yang menginap di hotel tersebut. Sebagai catatan bahwa

pada hari tersebut sedang berlangsung rapat yang dihadiri oleh para pimpinan

perusahaan migas milik asing. Kemudian pelaku berjalan melalui lobby menuju

sebuah restoran, tidak lama berselang bom meledak pada pukul 7.45 wib.

Berita tentang kasus ini disiarkan hampir pada semua televisi swasta

di Indonesia, salah satunya adalah TV One dalam program berita hardnews Kabar

Terkini yang berdurasi 3 menit setiap satu jam. TV One juga menghadirkan

nara sumber seorang yang merupakan sahabat dan rekan kerja Boim (Ibrahim)

yang membantu pelaku bom dalam menjalankan aksinya. Ibrahim atau Boim

bekerja sebagai supplier tanaman hias ke hotel JW Marriot sehingga memudahkan

akses masuk bagi pelaku bom tersebut. Dari rekaman kamera cctv juga diperoleh

informasi bahwa Ibrahim atau Boim sebagai guide pelaku dalam melakukan

survey lokasi. Informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian, bom bunuh diri ini

menelan korban jiwa 9 orang dan korban luka-luka 50 orang dengan jumlah

(13)

JW Marriot di non aktifkan juga harus “merumahkan” dan atau memberhentikan

sejumlah karyawan sampai proses renovasi selesai dan suasana kembali kondusif.

Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, tujuan peledakan bom ini

adalah bentuk dari ketidak sukaan terhadap investor-investor dari Amerika dilihat

dari banyaknya korban adalah warga asing yang sedang mengadakan pertemuan/

rapat di hotel tersebut. Disamping itu jaringan JW Marriot berasal dari Amerika.

Beberapa tokoh masyarakat juga mengemukakan bahwa adanya keterlibatan

jaringan teroris Noordn M Top pada kasus ini, dikaitkan dengan pengeboman

yang terjadi dalam satu dekade. Sebagai bagian dari jaringan hotel JW Marriot

yang berpusat di suburban Maryland Amerika Serikat, hotel ini memberikan

standar pelayanan internasional yang dirikan pada pada tahun 2001 di bawah

pimpinan Jhon Northen. Beranjak dari Keputusan Presiden yang memberikan

kebebasan untuk melakukan investasi di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa

hotel yang berlokasi di Jl. Lingkar Mega Kuningan Jakarta ini berpengaruh dalam

meminimalisasi tingkat pengangguran yang dapat dilihat dari jumlah karyawan

kurang lebih 1200 orang dengan lokasi di kawasan Mega Kuningan Jakarta

Selatan tepat bersebelahan dengan Hotel Ritz-Carlton yang juga mengalami

hal yang sama dengan rentang waktu peledakan 15 menit setelah bom di hotel

JW Marriot meledak.

Fenomena bom bunuh diri JW Marriot yang ditayangkan di TV One

membuat banyak orang terpengarah, dengan system standar Internasional masih

dapat di bobol oleh teroris. Tayangan berita tersebut juga membawa pengaruh

terhadap sikap masyarakat yang menyaksikan. Sikap adalah “ suatu pola prilaku

(14)

situasi social atau secara sederhana, sikap adalah response terhadap stimuli

social yang telah terkondisikan “ (Allen, Guy dan Edgle,1980) dalam

(Azwar 2005). Sikap juga suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan

sikap seseorang terhadap suatu objek permasalahan, dapat juga menentukan sikap

yang nantinya muncul. Tak lepas dari masalah penelitian ini, peneliti mau melihat

bagaimana sikap masyarakat tentang Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW

Marriot di TV One tersebut. Apakah masyarakat peduli terhadap tayangan

tersebut, apakah masyarakat mendukung atau tidak mendukung terhadap tayangan

tersebut, kemudian setelah melihat tayangan tersebut bagaimana sikap konatif

(tindakan masyarakat) masyarakat terhadap tayangan bom bunuh diri tersebut.

Tayangan berita bom bunuh diri di hotel JW Marriot menyedot perhatian

masyarakat. Sejak peristiwa ini terjadi, TV One mengalokasikan hampir seluruh

waktu tayang untuk kasus pengeboman ini. Dalam 1-2 hari pertama sampai

dengan pencarian pelaku bom, TV One mengalokasikan lebih dari 50% jam

tayang terhadap kasus bom bunuh diri ini. Program berita hardnews TV One

dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang,

Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan

oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara

langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah

(Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang

antar semua biro.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik

(15)

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One terhadap Sikap

masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam hal ini

adalah “ Sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot

di TV One dan sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan “.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga

dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membuat batasan-batasan masalah

secara spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 17 – 55 tahun.

2. Masyarakat Kelurahan Hamdan Medan yang dimaksud adalah

yang menonton Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot

di TV One.

3. Penelitian hanya terbatas pada Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel

JW Marriot di TV One.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri

(16)

2. Untuk mengetahui bentuk opini masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan

terhadap program berita di TV One.

4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi penulis adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah penelitian komunikasi FISIP USU.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi praktisi dunia media massa, dalam memilih tema dan

kriteria tayangan yang cocok bagi konsumsi masyarakat.

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis mengenai peranan media massa dalam masyarakat.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berfikir

untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis.

Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi,

konsep, konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan

antara konsep (Singarimbun, 1995:37).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, peneliti mengemukakan

beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori

tersebut yang dianggap relevan dengan masalah peneliti ini adalah

(17)

1.5.1 Teori S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus – Organism – Response.

Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner

dan Hull, dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat

bahwa belajar itu merupakan tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan

yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap Hewan (Anjing)

dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah

sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberikan

hukuman (pukulan) untuk tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut

diulang-ulang sampai mendapatkan tanggapan yang sama dan benar

terus-menerus. Akhirnya akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku

yang kemudian dari sinilah tingkah laku tersebut dipelajari.

Teori tersebut S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi

yang kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya

sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afraksi dan konasi.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seorang

dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan

reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam hal ini adalah :

1. Pesan (Stimulus)

2. Komunikasi (Organism)

3. Efek (Response)

(18)

Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah

aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate. Dalam hal

how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika

stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam

bukunya “sikap manusia”, perubahan serta pengukuran, mengutip

pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah

sikap yang baru ada 3 variabel penting, yaitu :

1. Perhatian

2. Pengertian

3. Penerimaan

Gambar 1

Model Teoritis S-O-R

(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)

Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung

pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan

kepada komunikan memungkinkan diterima atau ditolak. Komunikasi akan

berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan

mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

STIMULUS

Organism :

- Perhatian

- Pengertian

- Penerima

(19)

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan

untuk mengubah sikap.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat krisis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun

dan merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1993:40).

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) atau independent variabel adalah sejumlah gejala

atau faktor yang ada, yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Berita Bom Bunuh Diri

Hotel JW Marriot di TV One.

2. Variabel terikat (Y) atau dependent variabel adalah sejumlah

atau faktor yang ada atau muncul yang dipengaruhi atau ditentukan

oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah sikap masyarakat.

3. Variabel antara (Z), variabel ini berada di antara variabel bebas dan

variabel terikat tergantung dalam suatu hubungan sebab-akibat, yaitu

karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan).

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat digambarkan model

(20)

Gambar 2 Model Teoritis

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun, maka dapat dibuat

operasional variabel-variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep

dalam operasionalnya. Operasional variabel disusun dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operational

Variabel bebas (X)

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri

Hotel JW Marriot di TV One

- Frekuensi menonton

- Durasi menonton

- Frekuensi penayangan berita

- Nara Sumber berita

- Jenis berita

Variabel terikat (Y) - Komponen Sikap Variabel X

Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One

Variabel Y

Sikap Masyarakat

Variabel Z

(21)

- Komponen Kognitif

- Perhatian

- Peduli

- Pengetahuan

- Keyakinan

- Komponen Afektif

- Sikap suka atau tidak suka

- Sikap mendukung atau tidak

mendukung

Variabel Z

Karakteristik Responden

- Jenis Kelamin

- Usia

- Pendidikan

1.9 Defenisi Operasional

1. Variabel bebas (Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot

di TV One)

a. Frekuensi menonton adalah intensitas atau sering tidaknya responden

menonton program berita TV One.

b. Durasi menonton yaitu lamanya waktu yang dihabiskan responden

menonton tayangan berita televisi

c. Frekuensi penayangan yaitu program berita ini tayang berapa kali

dalam sehari, yakni pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari

sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan penayangan dalam

(22)

d. Narasumber berita yaitu program berita yang menghadirkan narasumber,

atau sumber yang dipercaya yang bisa diminta keterangan tentang

suatu topik permasalahan.

e. Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One yaitu

tayangan berita bom bunuh diri yang terjadi di Hotel JW Marriot.

Tayangan berita ini menyita perhatian masyarakat karena sering diputar

secara berulang-ulang di TV One.

2. Variabel Terikat (Sikap Masyarakat)

a. Sikap kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan

atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.

Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang

objek sikap tertentu.

b. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung. Jadi sifatnya

evaluatif.

c. Komponen konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku

yang berhubungan dengan objek sikapnya, dalam hal ini sikap tersebut

berupa tindakan.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan

b. Usia yaitu usia responden saat mengisi kuisioner

(23)

1.10 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan

antara dua atau lebih variabel (Suwardi, 1998:13). Hipotesis merupakan

suatu pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya secara empirik.

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian

yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(Ha) : Terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel

JW Marriot di TV One (X) dengan Sikap Masyarakat (Y).

(Ho) : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel

(24)

1.11. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

1.2Perumusan Masalah

1.3Pembatasan Masalah

1.4Tujuan Penelitian

1.5Manfaat Penelitian

1.6Kerangka Teori

1.7Kerangka Konsep

1.8Model Teoritis

1.9Operasional Variabel

1.10 Defenisi Operasional

1.11 Hipotesa

1.12 Sistematika Penulisan

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi

2.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa

2.2.1 Efek Komunikasi Massa

2.2.2.1 Efek Umum

2.2.2.2.Efek Khusus

2.2.2 Televisi sebagai media Komunikasi Massa

2.3 Teori S – O – R

2.4 Motif menggunakan media

(25)

2.5.1. Komponen Sikap

2.5.2. Fungsi Sikap

2.6 Pengertian Televisi

2.6.1 Sejarah Televisi

2.6.2 Sejarah Televisi Indonesia

2.6.3 Daya Tarik Televisi

2.7 Berita Televisi

2.7.1 Unsur-unsur Berita

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Deskripsi Lokasi Penelitian

Batas-batas kelurahan

Keadaan Penduduk

Karakteristik Penduduk

Fasilitas dan Sarana

Struktur Organisasi

Sekilas TV One dan Program Acaranya

Metodologi Penelitian

Populasi dan Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisa Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Teknik Pengolahan data

4.2 Analisis Tabel Tunggal

(26)

4.2.2 Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One

4.2.3 Sikap Masyarakat

4.3 Analisis Tabel Silang

4.4 Uji Hipotesa

4.5 Pembahasan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Daftar Pustaka

(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa latin, Communicare, yang berarti

“memberitahukan” atau “berpartisipasi”. Selain itu dalam bahasa Inggris

kita mengenal istilah communication yang secara denotatif berarti “hubungan,

kabar atau pemberitahuan yang mengarah pada terwujudnya persamaan makna

terhadap apa yang diberitahukan. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai

proses interaksi antara komunikan dan komunikator, dimana komunikator akan

memberikan pesan kepada komunikan dalam batas waktu dan ruang tertentu

dengan menggunakan media dan metode tertentu pula.

Mempelajari komunikasi berarti mempelajari segala sesuatu tentang

alat untuk membujuk. Jadi segala sesuatu yang bersifat membujuk termasuk

dalam ruang lingkup komunikasi. Prinsip ini berlangsung sampai dengan

abad ke-18. Kemudian setelah itu, ruang lingkup komunikasi berkembang

menjadi :

1. Informative yaitu memberikan informasi ( knowledge )

2. Persuasive yaitu membujuk yang erat kaitannya dengan emosi

3. Entertainment yaitu sekadar pertunjukan atau hiburan

Carl hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana

seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya berupa lambang-lambang)

untuk mengubah tingkah laku insan-insan lain (komunikan). Sementara

(28)

komunikasi itu adalah merupakan suatu proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan

efek (akibat) tertentu.

Komunikasi merupakan mekanik ataupun alat dalam pengoperan

rangsangan (yang mempunyai arti) dalam masyarakat. Kehidupan sosial

atau proses sosial didasarkan pada komunikasi. Dalam proses komunikasi

manusia saling mempengaruhi, sehingga dengan demikian terbentuklah

pengalaman yang sama, pengetahuan tentang pengalaman masing-masing.

Dengan mekanisme tersebut manusia memberitahukan dan menyebarkan apa yang

dirasakan dan apa yang diinginkannya.

Melalui bukunya : Komunikasi dalam Teori dan Praktek (1997),

Phil. Astrid S. Susanto berpendapat bahwa :

“ didalam komunikasi maka terjadilah proses penyesuaian diri manusia

dengan situasinya, sebagaimana juga usaha-usaha menguasai keadaan,

karena itulah manusia berkomunikasi “.

Unsur-unsur kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk mengenali

apa yang sesuai dan yang tidak sesuai dalam hubungan saling memberi

dan menerima.

Umpan balik adalah pertukaran data tentang bagaimana satu bagian sistem

bekerja dengan pengertian bahwa satu bagian mempengaruhi semua bagian lain

dalam sistem tersebut, sehingga setiap bagian yang melenceng dari jalur

dapat diperbaiki. Dan bila dua orang/ kelompok saling melakukan interaksi,

arah perpindahan suasana hati adalah berasal dari orang/kelompok

(29)

yang lebih pasif. Dan salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik

atau buruknya seseorang disaat ia mengungkapkan perasaan, pesan,

simbolnya sendiri.

II.1.1 Ide dan Fakta dalam Proses Komunikasi

Pada umumnya yang dimaksud dengan ide adalah keinginan, maksud,

pola tujuan, kesan, konsep, kepercayaan, pendapat, doktrin, perasaan dan

lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengetahuan (knowledge) hanya

merupakan reduplikasi dari ide (Phil. Astrid S. Susanto, 1997:83) mengatakan

bahwa, “suatu pernyataan (ide) bukanlah sesuatu yang hanya merupakan kata-kata

tetapi harus dibuktikan dan ditampilkan”.

Sering kali pengumpulan fakta dianggap sepele/mudah, akan tetapi

sebenarnya pemilihan fakta pun telah memerlukan pemikiran matang terlebih

dahulu, sehingga dapat dikatakan bahwa fakta adalah hasil

dari induksi (penyaringan) dahulu. Jhon Dewey mengatakan bahwa

“data mengalami proses abstraksi dari fakta, sedangkan fakta adalah kejadian atau

unsur yang menentukan“.

II.1.2 Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut :

1. Komunikasi Sosial ( Social Communication )

2. Komunikasi Organisasi/ Manajemen ( Organization/ Management

Communication )

3. Komunikasi Bisnis ( Business Comunication )

4. Komunikasi Politik ( Political Communication )

(30)

6. Komunikasi Antar Budaya ( Intercultural Communication )

7. Komunikasi Pembangunan ( Development Communication )

8. Komunikasi Tradisional ( Traditional Communication )

II.1.3 Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi Verbal (verbal communication)

1. Komunikasi lisan (oral communication)

2. Komunikasi tulisan (written communication)

2. Komunikasi Non Verbal (nonverbal communication)

1. Komunikasi kial (gesture/ body communication)

2. Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)

4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

II.1.4 Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi

ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau

sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi

komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

1) Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

2) Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

(31)

b. Forum

c. Simposium

d. Diskusi panel

e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming)

2) Komunikasi kelompok besar

(large group communication/ public speaking)

3. Komunikasi massa (mass communication)

1) Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media

communication)

a. Surat kabar (daily)

b. Majalah (magazine)

4. Komunikasi massa media elektronik (electronic mass media

communication)

a. Radio

b. Televisi

c. Film

d. Lain-lain

II.1.5 Tujuan Komunikasi

1. Mengubah sikap (to change attitude)

2. Mengubah opini/ pendapat (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

(32)

II.1.6 Fungsi Komunikasi

1. Menginformasikan (to inform)

2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertaint)

4. Mempengaruhi (to influence)

II.1.7 Teknik Komunikasi

Berdasarkan keteranpilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator,

teknik komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi informal (informative communication)

2. Komunikasi persuasive (persuasive communication)

3. Komunikasi pervasive (pervasive communication)

4. Komunikasi koersif (coersive communication)

5. Komunikasi instruktif (instructive communication)

6. Hubungan manusiawi (human relations)

II.1.8 Metode Komunikasi

Istilah metode yang berasal dari bahasa Yunani “methods”

yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara

yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan logis.

Maka berdasarkan pengertian tersebut metode komunikasi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Jurnalisme/ Jurnalistik (journalism)

1) Jurnaslisme cetak (printed journalism)

2) Jurnalisme elektronik (electronic journalism)

(33)

b. Jurnalisme televisi (television journalism)

2. Hubungan masyarakat (Public relation)

3. Periklanan (Advertising)

4. Propaganda

5. Perang urat syaraf (psychological warfare)

6. Perpustakaan

II.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan

para ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah

kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa

adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).

Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi yang berasal dari pengembangan

kata media of mass communication (media komunikasi massa).

Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wraight

(Dalam Ardianto dan Komala, 2004:3), merupakan bentuk komunikasi

yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator

dengan komunikan secara misal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh

(terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu).

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh para

ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967 dalam

Ardianto dan Komala 2004:4) “ massa communication is the technologically

(34)

continuos flow of messages in Industrial societies “. (komunikasi massa

adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari

arus pesan kontinyunya paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).

Bagi Nabell Jurdi dalam bukunya Reading in Mass Communication

(1983 dalam Nurudin, 2003:9) disebutkan “ in mass communication there is

no face-to-face contac” (dalam komunikasi massa tidak ada tatap muka antar

penerima pesan).

Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988 dalam Nurudin,

2003:11) disebutkan “mass communication is a process where by mass produced

messages are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses

of receivers”. (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan

yang diproduksi secara mass tidak sedikit itu disebarluaskan kepada massa

penerima pesan yang luas, anonym dan heterogen).

Dalam Effendy (1993:79) yang dimaksud dengan komunikasi massa

(mass communication) ialah komunikasi melalui media massa modern,

yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio

dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan

kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.

Untuk lebih memhami pengertian komunikasi massa, maka ada

ciri-ciri yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi yang lainnya.

Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut, (Nurudin, 2003:16-30).

(1) Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

(2) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen

(35)

(4) Komunikasinya berlangsung satu arah

(5) Komunikasi menimbulkan keserempakan

(6) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknik

(7) Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Sedangkan menurut Effendy (1993:81-83), karakteristik dari komunikasi massa

yaitu :

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa

adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen

Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam

komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh

pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubunganya dengan sifat

heterogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserempakan.

Keserempakan yang dimaksud adalah kontak dengan sejumlah besar

penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk

tersebut sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi.

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator

dan komunikan bersifat non pribadi, karena yang anonim dicapai

oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang

(36)

dengan menggunakan komunikasi massa berlaku dalam satu arah

(one way communication), dan ratio output – input sangat besar.

II.2.2 Efek Komunikasi Massa

Schramm dalam bukunya How Communication Works, sebagaimana

dikutip Jean M. Civikly (1974 dalam Wiryanto, 2004) menggolongkan

efek komunikasi massa ke dalam efek yang bersifat umum dan efek

yang bersifat khusus.

II.2.2.1 Efek Umum

Efek umum menyangkut efek ‘dasar’ yang diramalkan dapat terjadi akibat

pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Schramm mengemukakan

bahwa komunikasi massa telah mengambil alih fungsi komunikasi sosial.

Secara umum atau luas, komunikasi melalui media massa telah menciptakan

suatu jaringan, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat modern.

Komunikasi massa mempunyai pengaruh yang besar terhadap modernisasi,

sebagaimana dikatakan Rostow dalam bukunya Stage of Economic Growth.

Ia mengatakan : “ a movement from traditional society through a point of

“ take off “ in to a situation of self sustaining growth “.

Efek seperti ini merupakan dasar yang terjadi dari hari ke hari secara

terus menerus. Ia tidak dapat dilihat, didengar atau diraba, tetapi ia benar-benar

terjadi.

Proses terjadinya efek tersebut bagai berbentuk stalagmite – tetes demi tetes

dalam jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu, dapat disimpulkan

bahwa terpaan media massa pada waktunya akan menimbulkan

(37)

II.2.2.2 Efek Khusus

Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan

akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada

prilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Schramm menyatakan

“ …..kita tidak dapat meramalkan efek pada massa audience. Kita hanya

dapat meramalkan efek pada perorangan”. Lembaga komunikasi memang

mengembangkan encoding secara kelompok, tetapi setelah dikomunikasikan,

yang terjadi adalah decoding secara perorangan. Pengetahuan tentang

efek komunikasi massa menurut Schramm berkisar pada interaksi antara

pesan, situasi, kepribadian dan kelompok.

Satu hal yang dapat dikatakan, bahwa karena adanya kombinasi

yang berbeda-beda antara situasi, kepribadian dan kelompok di antara anggota

suatu mass audience dalam penerimaan pesan, maka jenis efek yang

mungkin timbul (the possible effect) akan berbeda-beda pula. Hal ini

yang menarik tentang prilaku penerimaan pesan-pesan komunikasi massa

adalah menyangkut intensitas perhatian individu-individu terhadap pesan-pesan

media yang diperkirakan akan mempengaruhi efek.

Menurut Keith R Stamm dan Jone E Bowes (1990 dalam Nurudin, 2003)

membagi efek komunikasi massa dalam dua bagian yaitu : pertama, efek primer

dan kedua efek sekunder. Efek primer meliputi terpaan, perhatian dan penerimaan.

Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan

(38)

Sedangkan menurut Effendy 1993, efek komunikasi massa

dapat diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif

atau disebut juga efek behavioral.

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran,

sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti,

yang tadinya bingung jadi merasa jelas.

Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif

antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan,

dan sebagainya.

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar

atau majalah, atau mendengar radio, menonton acara televisi atau film bioskop,

timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat dari terpaan media massa

itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih

sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan perasaan

yang bergejolak dalam hati misalnya : Perasaan marah, benci, kesal, kecewa

dan sebagainya.

Efek konatif atau efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,

usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan. Dapat dikatakan efek ini

berbentuk prilaku. Efek konatif atau efek behavioral ini langsung timbul

akibat terpaan media massa, tetapi didahului oleh efek kognitif dan efek afektif.

II.2.3 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi adalah merupakan kebutuhan bagi manusia

yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Walaupun dalam mendefinisikan

(39)

Diantaranya menurut Harold Laswell yang dituliskan pada artikelnya pada

tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication

in Society, menyajikan suatu model komunikasi berbentuk sederhana,

yang didefinisikan sebagai : Siapa (who), Bicara apa (say what), pada saluran apa

(in which channel), kepada siapa (to whom), dan dengan pengaruh apa

(with what effect).

Salah satu manfaat berkomunikasi adalah kita mendapatkan

banyak informasi tentang sekeliling kita. Ini biasa dikatakan sebagai

komunikasi massa. Karena massa merupakan sarana untuk mengaplikasikan

komunikasi massa tersebut merupakan sumbangan pemikiran Lasswell

dalam kajian teori komunikasi massa adalh identifikasi yang dilakukannya

terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan

media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan informasi di sekeliling

kita yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, kemampuan media massa

memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah

yang dihadapi masyarakat yang dinamakan sebagai fungsi correlation.

Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu

kepada masyarakat, yang dalam terminology Lasswell dinamakan

sebagai transmission (Shoemaker dan Resse, 1991:28). Dalam perkembangannya,

Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment,

dimana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi

para konsumen yang dikontrol oleh para produsen (Shomaeker dan Resse,

1991:28). Sedangkan media massa sendiri dipahami lebih sekedar

(40)

informasi, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari,

media massa berupa media cetak, media elektronik dan lain sebagainya

dari suatu susunan yang sangat komplek dan lembaga sosial yang penting

dari masyarakat.

Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh

sangat besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian

yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan televisi telah

menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari

(kebanyakan dari bentuk hiburan) dari populasi yang lainnya. Bagi Gebner,

dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan yang demikian

signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan

simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas

bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya

(McQuail, 1996:254).

Televisi bertambah marak lagi setelah dikembangknnya Direct Broad

Satelit (DBS). Perkembangan televisi yang sangat cepat dari waktu ke waktu ini

memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat. Penonton televisi kini

lebih selektif dalam memilih salurang yang mereka anggap dapat memuaskan

kebutuhan mereka. Jam tayang televisi kini juga makin bertambah.

Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi.

Komunikasi massa media televisi dalam beberapa bagian yaitu

siaran informasi dan pemberitaan, news buletin (berita harian), news magazine

(41)

Wahyudi (1991) dalam Kuswandi (1996). Pengirim isi pesan melalui

komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik

dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium

yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan efisien dan efektif,

sehingga kemungkinan pesan itu sampai akan semakin besar.

Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki

sifat-sifat yaitu pulisitas, periodesitas, niversalitas, aktualitas dan kontinuitas

(Kuswandi, 1996:18).

Sifat komunikasi media massa televisi yang transitory maka :

(a) isi pesan yang akan disampaikan harus singkat dan jelas

(b) cara penyampaian kata perkata, harus benar

(c) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik

Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif,

agar pemirsa dapat mengerti arti secara tepat tanpa ada penyimpangan

dari pemberitaan yang sebenarnya.

Perkembangan yang pesat dari berbagai isi pesan media televisi kepada

khalayak sasaran, melahirkan jurnalistik televisi. Sumber berita, baik peristiwa

maupun wawancara pendapat, diliput dengan camera elektronik yang dilengkapi

oleh mikrofon, sehingga menghasilkan audiovisual (suara dan gambar).

Dalam proses editing, antara visual peritiwa serta visual pendapat,

dikombinasikan secara dinamis dan variatif sesuai topik beritanya,

kemudian dirangkai dengan naskah yang dibuat reporter sesuai dengan

topik liputan. Televisi disamping sebagai media yang menghibur, juga menjadi

(42)

yang diperkenalkan pada tahun 1977 di kota Columbus – Ohio, seseorang

bisa mengadakan kontak langsung (secara live) dengan stasiun televisi.

Menjawab “quiz show”, menayangkan berbagai macam persoalan, menjawab

“polling” yang diadakan televisi, bahkan propagandakan pemirsa dalam memilih

anggota parlemen (Kuswandi, 1996:20).

Individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan

reaksi terhadap pesan-pesan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Robert

K. Avery (Wahyudi,1986:45), sebagai berikut :

a. Selective Attention, masing-masing individu hanya akan memilih

program atau berita yang menarik minatnya.

b. Selective Perception, individu yang akan menafsirkan sendiri

pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.

c. Selective Retention, individu hanya akan mengingat hal-hal

yang ingin ia ingat.

Dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa,

akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan individu itu sendiri

kemudian ditafsirkan dan di ingat sesuai dengan kepentingan makna pesan itu

bagi individu. Tingginya pengaruh yang dimiliki televisi bagi pemirsa sesuai

dengan pendapat dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad

(dalam Effendy, 1993:192) bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan,

persepsi, perasaan menonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika hal-hal

yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah itu bukanlah suatu

(43)

ialah seakan-akan menghipnotis penonton. Sehingga penonton tersebut

dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi.

Menurut Effendy, televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20

pada pokoknya mempunyai 3 (tiga) fungsi :

1. Fungsi penerapan (the information function)

Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena

dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat

memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :

a. Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan

oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat

peristiwa berlangsung.

b. Realisme (kenyataan)

Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya apa adanya

atau sesuai dengan kenyataan secara audio dan visual dengan perantara mikrofon

dan kamera. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan,

stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk dan pandangan mata

atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang

tentunya factual.

2. Fungsi Pendidikan (the educate function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan

acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan

sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran

(44)

misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya.

Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan seperti di atas,

stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisif mengandung

pendidikan. Antara lain acara-acara tersebut adalah acara kuis keluarga, drama,

cerdas cermat, dan lain sebagainya.

3. Fungsi Hiburan (the entertainment function)

Sebagai media melayani masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat

pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagian besar

dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti

lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya.

Dari fungsi yang kesemuanya di atas, fungsi menghibur lebih dominan

pada televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan

oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan

bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah

untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

II. 3 Teori S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori ini

mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner dan Hull,

dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa belajar

itu merupakan suatu tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan

yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap hewan (anjing)

dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah

sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberi hukuman

(45)

mendapatkan tanggapan yang sama dan benar terus menerus. Akhirnya

akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku yang kemudian dari sinilah

tingkah laku tersebut dipelajari.

Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian

menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya sama dengan

ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen

sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek

yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan

dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Mar’at (Effendy, 1993:253) dalam bukunya “Sikap manusia, perubahan,

serta pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland yang menyatakan bahwa

dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

Gambar 3

Model Teori S-O-R

(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)

STIMULUS

Organism :

- Perhatian

- Pengertian

- Penerima

(46)

II.4 Motif Menggunakan Media

Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak,

alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

manusia beruat sesuatu. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media

menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu

dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi

semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik

oleh komunikan.

Ada beberapa motif individu dalam menggunakan media (Ardianto, 2004)

yaitu :

1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha

untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang

lingkungan kita. Kebutuhan ini timbul karena ada dorongan-dorongan

seperti rasa ingin tahu dan penjelasan pada diri sendiri.

2. Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha

memperkuat pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan

dan emosional.

3. Kebutuhan integrasi sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.

4. Kebutuhan pribadi secara integrative, yaitu berkaitan

dengan peneguhan kredibilitas, keercayaan stabilitas dan

(47)

Kelima motif tersebut yang menjadikan khalyak aktif dalam memilih

atau menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan motif

akan mempengaruhi perbedaan pola khalayak dalam menggunakan media.

II.5 Sikap Manusia

Pengertian Sikap

Sikap manusia, atau singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam

berbagai versi oleh para ahli. Dalam azwar (1988) yang dikutip oleh Diyakini, Tri

dan Hudani (2003:95) definisi-definisi sikap adalah sebagai berikut :

a. Thurstone

Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu efek, baik itu bersifat

positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek

psikologis.

b. Kimball Young (1945)

Menyatakan sikap merupakan suatu presdiposisi mental untuk

melakukan suatu tindakan.

c. Fishbern dan Ajzen (1975)

Menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu preposisi mental untuk

melakukan suatu tindakan.

d. Sherif dan Sherif (1956)

Sikap menentukan keajegan dan kekhasan prilaku seseorang dalam

hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian.

Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu

(48)

II.5.1 Komponen Sikap

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari

berbagai komponen, menurut Allport (dalam Mar’at 198) yang dikutip oleh

Diyakini, Tri dan Hudani (2003), ada tiga komponen sikap :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi

yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini

kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek

sikap tertentu.

2. Komponen Afektif

Yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya

evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem

nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang

berhubungan dengan objek sikapnya.

II.5.2 Fungsi Sikap

Menurut Kalz (1960) dalam (Diyakini, Tri dan Hudani, 2003) ada empat

fungsi sikap yaitu :

(1) Utilitarian function : sikap memungkinkan seseorang

untuk memperoleh atau memaksimalkan ganjaran (reward) dan

persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain,

(49)

dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu

objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan.

(2) Knowledge function : sikap membantu dalam memahami lingkungan

(sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang

objek dan kelompok objek atau yang dijumpai di dunia ini.

(3) Value Expressive function : sikap kadang-kadang

mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang

terhadap objek lain.

(4) Ego defenisi function : sika menutup diri, menutupi kesalahan, agresi

dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.

II.6 Pengertian Televisi II.6.1 Sejarah Televisi

Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia

dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena lahir sesudah radio.

Istilah televisi terdiri dari 2 kata yakni “tele” dan “visi”, tele berarti jauh dan visi

berarti pengelihatan.

Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio,

sedangkan pengelihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar,

baik dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still pictures).

Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu

memuaskan bagi manusia seperti sekarang, adalah berkat ditemukannya alat

yang disebut iconoscope (“icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat)

oleh Vladimir K. Zwaeklyin dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan

(50)

gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun

cepat sehingga bagi orang yang melihatnya bagai gambar yang

berkesinambungan.

Iconoscope yang berupa lampu terdapat didalam kamera elektronika

yang fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian

ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat

penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan

yang diambil kamera dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat

tersebut maka muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera.

II.6.2 Sejarah Televisi

Media televisi Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah,

seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi

salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara

untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan

bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama

di Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya

yang sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan

negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia,

Jepang dan Negara-negara lain Eropa, Indonesia termasuk negara yang relatif baru

dalam bidang televisi. Tetapi bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia,

seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah terlebih dahulu.

Sampai dengan tahun 1965, TVRI memiliki dua stasiun penyiaran

(51)

sampai dengan tahun 1987, TVRI mengembangkan diri dengan mendapatkan

tambahan lima buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dan 11 stasiun

penghubung. Di penghujung tahun 1980 tercatat 9 stasiun penyiaran yang dimiliki

TVRI dengan dilengkapi 124 stasiun pemancar dan stasiun penghubung.

Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dunia pertelevisian di Indonesia

sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh pihak swasta yaitu Rajawali Citra

Televisi Indonesia (RCTI). Kemudian kehadiran RCTI disusul dengan lahirnya

Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990.

Siaran yang dikelola dan dipancarkan oleh kedua stasiun televisi swasta ini pada

waktu ini belum dapat diterima oleh smua lapisan masyarakat dan hanya

ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya.

Pada awal tahun 1991 hadir pula stasiun televisi swasta lain

dengan mengambil tema pendidikan yaitu, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

Pada awal berdirinya stasiun televisi ini mengudara secara nasional ini

hanya berlangsung pada pagi hingga siang hari.

Dengan hadirnya TVRI, RCTI, SCTV, dan TPI, televisi mengalami

banyak perbaikan dan kemajuan, baik dalam mutu siaran maupun

waktu penayangan. Kemudian untuk lebih meningkatkan mutu siarannya

maka pertengahan tahun 1993 RCTI mengudara secara nasional dan membangun

stasiun transmisi di beberapa kota besar di Indoonesia seperti Jakarta, Bandung,

Medan, Batam dan lain-lain. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi

dengan kehadiran ANTV, Indosiar Visual Mandiri, Trans TV, Lativi, Global TV,

Metro TV dan diikuti dengan TV One dan DAI TV. Sehingga sampai dengan

(52)

II.6.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan media massa

lainnya. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata,

musik, dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki

unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan

gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton.

Daya tarik ini selain melebihi rasio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya

dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, pesawat televisi juga dapat

menghidangkan selain film juga program menarik lainnya.

II.7 Berita Televisi

Berita ialah informasi yag baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect)

orang lain dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera

yang mengikutinya (Robert Tyell). Ada beberapa ungkapan yang sering

digunakan untuk merumuskan apa yang disebut sebagai sebuah berita. Salah satu

yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon B. Bogart, Kepala desk

Kota Koran News York Sun. Hampur seabad yang lalu Bogart menemukan

kata-kata yang sering dikutip diberbagai kesempatan pembahasan mengenai

berita, yaitu :”when a dog bites aman. But when man bites a dog that is news”

(“jika ada anjing yang menggigit orang itu biasa. Namun kalau ada orang

yang menggigit anjing, itu baru berita”).

Dalam bahasa Inggris berita disebut News, yang dapat diartikan sebagai

cerita tentang peristiwa yang dapat dari empat penjuru mata angin yaitu : North

Gambar

Gambar 1 Model Teoritis S-O-R
Tabel 1 : Operasional Variabel
Gambar 3 Model Teori S-O-R
Tabel 2. Usia Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Etika normatif juga dapat dibedakan dari segi benar dan tidaknya suatu tindakan dan baik-buruknya akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut, yakni: 1) Etika Deontologis,

Untuk analisis regresi (Sudjana, 2003, p6) akan dibedakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas atau variabel prediktor dan variabel tak bebas atau variabel respon.

Sistem dropship yang pelakunya sering disebut dropshipper adalah salah satu sistem jual beli online yang mana untuk menjalankan bisnis online dengan sistem ini tidak

[r]

Kedua cara kerja, dimana tukang canang ditunjuk oleh kepala desa 1 orang, kepala desa atau pemerintah, ninik/mamak akan mendatangi rumah tukang canang untuk

Menyimpulkan bahwa konsep Good Corporate Governance antara bank konvensional dengan bank syariah pada dasarnya adalah sama, namun yang menjadi pembeda diantara

menyimpulkan bahwa remaja adalah individu yang menjadi lebih dewasa. dengan perubahan fisik, sosial, psikologis

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda