TAYANGAN BOM JW MARRIOT DAN SIKAP MASYARAKAT
(Studi Korelasional Hubungan Tayangan Bom Bunuh Diri JW
Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat)
Diajukan oleh :
Hotmaria Natalina Pakpahan
070922072
ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM EKSTENSI ILMU KOMUNIKASI
DEPARTEMEN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT
(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98. Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan signifikan.
Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala anugerah, kekuatan yang dilimpahkan-Nya, serta penyertaan-Nya
sepanjang pengerjaan skripsi ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
Terimakasih yang tiada terhingga juga penulis persembahkan kepada
keluarga tercinta, buat motivasi dan perhatian yang diberikan sepanjang
perkuliahan penulis. Terimakasih atas suka duka yang telah dijalani bersama, atas
kerja keras dan pengorbanan baik moril maupun materiil orang tua penulis yang
telah membawa penulis sampai akhir masa perkuliahan.
Menulis skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terutama Jurusan Ilmu
Komunikasi. Adapun judul skripsi ini adalah Tayangan Bom Bunuh Diri JW
Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat, lokasi yang dipilih penulis sebagai
lokasi penelitian adalah Kelurahan Hamdan Medan. Dalam pelaksanaan penelitian
dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat serta
motivasi dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Bapak Drs. Humaizi, MA, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, selaku dosen wali.
3. Bapak Drs. Iskandar Zulkarnaen, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi ini.
4. Semua dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu
5. Teristimewa kepada kedua orang tua ku tercinta, Alm. E. Pakpahan dan
Ibunda M. Sirait yang telah banyak memberikan dukungan moril dan
maeriil serta doa hingga terselesainya skripsi ini.
6. Seluruh keluargaku, abang maupun adik-adikku semua atas dukungan dan
doanya.
7. Seluruh responden yang telah membantu pengisian kuesioner, yakni
masyarakat kelurahan Hamdan Medan.
8. Seluruh pegawai Fisip USU, khususnya pegawai Departemen Ilmu
Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Buat sahabat-sahabatku Ekstension ’07, khususnya Elisa Bangun, Poltak,
Merry, Nanang, Julia dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan/ informasi mengenai berita-berit yang beredar
ditengah masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembacanya.
Penulis
Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan
Abstraksi ……….. i
Kata Pengantar .……….. ii
Daftar Isi ……….. iv
Daftar Tabel ..……….. vii
Daftar Lampiran ..………. viii
Bab I: PENDAHULUAN ……….. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ….……….. 1
1.2. Perumusan Masalah ….………... 2
1.3. Pembatasan Masalah ….……….... 2
1.4. Tujuan Penelitian ……..……….... 2
1.5. Manfaat Penelitian ……..……….. 3
1.6. Kerangka Teori …….…..……….. 3
1.6.1 S – O – R (Stimulus-Organism-Response) ………… …… 4
1.7. Kerangka Konsep… .…..……….. 6
1.8. Model Teoritis …… .…..……….. 7
1.9. Model Operational . .…..……….. 8
1.10. Defenisi Operational . ..……….. 9
1.11. Hipotesa………. ..……….. 10
1.12. Sistematika Penulisan ..……….. 11
Bab II: URAIAN TEORITIS ……….………. 14
2.1 Pengertian Komunikasi ……… 14
2.3 Teori S – O – R ………...… 31
2.4 Motif Menggunakan Media ……… … 33
2.5 Sikap Manusia ………. 34
2.6 Pengertian Televisi ……….. 36
2.7 Berita Televisi ………. 39
Bab III: METODE PENELITIAN ……….... 46
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….... 46
3.2 Sekilas TV One da Program Acaranya ………..…. 51
3.3 Metodologi Penelitian ………...…. 52
3.4 Lokasi Penelitian ……… 53
3.5 Populasi dan Sampel ………... 53
3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 55
Bab IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 57
4.1 Teknik Pengolahan Data ……….... 58
4.2 Analisa Tabel Tunggal ……….. 59
4.3 Analisa Tabel Silang ……….… 64
4.4 Uji Hipotesa ……….……. 68
4.5 Pembahasan ………..………. 71
Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN ……… 73
5.1 Kesimpulan ……….….. 73
5.2 Saran ……… 73
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel ………. 10
Tabel 2 Usia Penduduk ……...……… 50
Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk ...……….. 51
Tabel 4 Pendidikan Penduduk ………...………. 52
Tabel 5 Agama ………...………... 52
Tabel 6 Etnis Penduduk ...………...……… 53
Tabel 7 Fasilitas dan Sarana ...………...……….… 53
Tabel 8 Populasi dan Sampel ..………...……….… 57
Tabel 9 Jenis Kelamin Responden ..…...……….… 62
Tabel 10 Usia Responden …………...…...………...… 62
Tabel 11 Pendidikan Responden …...…...………..…... 63
Tabel 12 Frekuensi Menonton terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64
Tabel 13 Pendapat Responden tentang Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 64
Tabel 14 Pendapat Responden tentang Kualitas Pemberitaan TV One tentang Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot .……... 65
Tabel 15 Perhatian Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One ……… 66
Tabel 17 Sikap Masyarakat terhadap Tayangan Berita Bom
Bunuh Diri JW Marriot di TV One ..………...… 67
Tabel 18 Hubungan Topik Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot
di TV One dengan Perhatian Masyarakat ..………. 68
Tabel 19 Hubungan Kualitas Pemberitaan dengan Tingkat
Pengetahuan Masyarakat ………...……….. … 69
Tabel 20 Hubungan Frekuensi Menonton Tayangan Berita Bom
DAFTAR LAMPIRAN
1. Biodata
2. Kuesioner
3. FC (Foltron Cobol) Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV
One dan Sikap Masyarakat.
4. Tabel Data Mentah Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One
5. Skor Ranking Tayangan Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan
Sikap Masyarakat
6. Surat Penelitian dari Fakultas
7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Kelurahan
ABSTRAKSI
TAYANGAN BERITA BOM BUNUH DIRI JW MARRIOT DI TV ONE dan SIKAP MASYARAKAT
(Study Korelasional Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One Terhadap Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan. Adapun kerangka teori yang digunakan adalah menggunakan teori Stimulus – Organism – Response (S-O-R). Teori ini menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima mungkin juga ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Hamdan Medan, yang terdiri dari berbagai macam suku, usia, pekerjaan, aliran kepercayaan. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, purposive sampling dan accidental sampling.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara. Setiap kuesioner berisi 30 pertanyaan tertutup. Dalam menganalisa data penelitian digunakan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Sedangkan untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman’s rho dan tes signifkan dengan menggunakan rumus t test.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa rs = 0.93. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford, berada pada skala > 0.91. dengan demikian, terdapat hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One dan Sikap Masyarakat. Untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan menghitung t hitung. Untuk thitung diperoleh hasil 24.14 dan untuk memperoleh hasil t tabel perlu dilakuka perhitungan terlebih dahulu karena nilai t tabel untuk jumlah 99 tidak tercantum dalam tabel harga-harga kritis t. Dari perhitungan diperoleh hasil t tabel = 1.98. Karena nilai t hitung > t tabel, maka hipotesa diterima yang berarti hubungan signifikan.
Hasil Uji hipotesis yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh sangat
besar bagi kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian
dari kehidupan kita dan televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi
dan informasi sehari-hari. Bagi Gebner dibanding media massa yang lain, televisi
telah mendapat tempat yang demikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mendominasi “lingkungan simbiolik” kita, dengan cara menggantikan
pesannya tentang relitas pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya
(McQuail, 1996:254).
Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam
menyampaikan pesan dibanding dengan media massa lainnya, karena pesan-pesan
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (singkron) dan hidup.
Sangat cepat (aktual) dan dapat menjangkau ruang yang luas. Bagi negara
Indonesia sebagai bangsa yang berkembang dimana setiap individu yang ingin
mengetahui informasi-informasi terbaru akan lebih mudah mendapatkannya
dari media Televisi.
Salah satu tayangan yang sangat banyak menyedot perhatian publik
belakangan ini adalah pemberitaan bom bunuh diri di Hotel JW Marriot. Berita
yang menggemparkan bangsa Indonesia mengingat ini adalah kejadian kedua
setelah bom bunuh diri di Hotel ini pada bulan Agustus tahun 2008 silam. Pelaku
bom bunuh diri di kawasan Mega Kuningan ini adalah seorang pemuda bernama
Abdi Negara di Jakarta. Adanya indikasi keterlibatan jaringan teroris Noordin
M. Top masih merupakan misteri. Informasi yang diperoleh dari kamera
cctv hotel, peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 pagi hari tepat pada saat
tamu-tamu hotel sedang sarapan. Pelaku adalah seorang pria dengan postur tubuh
tinggi kurang lebih 170 cm, berkulit putih mengenakan jaket, topi yang berjalan
sambil memeluk tas ransel. Pelaku melakukannya dengan membawa tas ransel
yang berisi bom rakitan. Dan pelaku dapat melewati pos penjagaan dengan
memberikan alasan bahwa tas yang di bawa berisi laptop dan merupakan titipan
untuk salah seorang tamu yang menginap di hotel tersebut. Sebagai catatan bahwa
pada hari tersebut sedang berlangsung rapat yang dihadiri oleh para pimpinan
perusahaan migas milik asing. Kemudian pelaku berjalan melalui lobby menuju
sebuah restoran, tidak lama berselang bom meledak pada pukul 7.45 wib.
Berita tentang kasus ini disiarkan hampir pada semua televisi swasta
di Indonesia, salah satunya adalah TV One dalam program berita hardnews Kabar
Terkini yang berdurasi 3 menit setiap satu jam. TV One juga menghadirkan
nara sumber seorang yang merupakan sahabat dan rekan kerja Boim (Ibrahim)
yang membantu pelaku bom dalam menjalankan aksinya. Ibrahim atau Boim
bekerja sebagai supplier tanaman hias ke hotel JW Marriot sehingga memudahkan
akses masuk bagi pelaku bom tersebut. Dari rekaman kamera cctv juga diperoleh
informasi bahwa Ibrahim atau Boim sebagai guide pelaku dalam melakukan
survey lokasi. Informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian, bom bunuh diri ini
menelan korban jiwa 9 orang dan korban luka-luka 50 orang dengan jumlah
JW Marriot di non aktifkan juga harus “merumahkan” dan atau memberhentikan
sejumlah karyawan sampai proses renovasi selesai dan suasana kembali kondusif.
Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, tujuan peledakan bom ini
adalah bentuk dari ketidak sukaan terhadap investor-investor dari Amerika dilihat
dari banyaknya korban adalah warga asing yang sedang mengadakan pertemuan/
rapat di hotel tersebut. Disamping itu jaringan JW Marriot berasal dari Amerika.
Beberapa tokoh masyarakat juga mengemukakan bahwa adanya keterlibatan
jaringan teroris Noordn M Top pada kasus ini, dikaitkan dengan pengeboman
yang terjadi dalam satu dekade. Sebagai bagian dari jaringan hotel JW Marriot
yang berpusat di suburban Maryland Amerika Serikat, hotel ini memberikan
standar pelayanan internasional yang dirikan pada pada tahun 2001 di bawah
pimpinan Jhon Northen. Beranjak dari Keputusan Presiden yang memberikan
kebebasan untuk melakukan investasi di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa
hotel yang berlokasi di Jl. Lingkar Mega Kuningan Jakarta ini berpengaruh dalam
meminimalisasi tingkat pengangguran yang dapat dilihat dari jumlah karyawan
kurang lebih 1200 orang dengan lokasi di kawasan Mega Kuningan Jakarta
Selatan tepat bersebelahan dengan Hotel Ritz-Carlton yang juga mengalami
hal yang sama dengan rentang waktu peledakan 15 menit setelah bom di hotel
JW Marriot meledak.
Fenomena bom bunuh diri JW Marriot yang ditayangkan di TV One
membuat banyak orang terpengarah, dengan system standar Internasional masih
dapat di bobol oleh teroris. Tayangan berita tersebut juga membawa pengaruh
terhadap sikap masyarakat yang menyaksikan. Sikap adalah “ suatu pola prilaku
situasi social atau secara sederhana, sikap adalah response terhadap stimuli
social yang telah terkondisikan “ (Allen, Guy dan Edgle,1980) dalam
(Azwar 2005). Sikap juga suatu bentuk evaluasi dan reaksi perasaan
sikap seseorang terhadap suatu objek permasalahan, dapat juga menentukan sikap
yang nantinya muncul. Tak lepas dari masalah penelitian ini, peneliti mau melihat
bagaimana sikap masyarakat tentang Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW
Marriot di TV One tersebut. Apakah masyarakat peduli terhadap tayangan
tersebut, apakah masyarakat mendukung atau tidak mendukung terhadap tayangan
tersebut, kemudian setelah melihat tayangan tersebut bagaimana sikap konatif
(tindakan masyarakat) masyarakat terhadap tayangan bom bunuh diri tersebut.
Tayangan berita bom bunuh diri di hotel JW Marriot menyedot perhatian
masyarakat. Sejak peristiwa ini terjadi, TV One mengalokasikan hampir seluruh
waktu tayang untuk kasus pengeboman ini. Dalam 1-2 hari pertama sampai
dengan pencarian pelaku bom, TV One mengalokasikan lebih dari 50% jam
tayang terhadap kasus bom bunuh diri ini. Program berita hardnews TV One
dikemas dengan judul : Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang,
Kabar Petang dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan
oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara
langsung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Biro Daerah
(Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang
antar semua biro.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik
Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One terhadap Sikap
masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam hal ini
adalah “ Sejauhmana Hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot
di TV One dan sikap Masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan “.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membuat batasan-batasan masalah
secara spesifik. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang berusia 17 – 55 tahun.
2. Masyarakat Kelurahan Hamdan Medan yang dimaksud adalah
yang menonton Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot
di TV One.
3. Penelitian hanya terbatas pada Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel
JW Marriot di TV One.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 4.1 Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan Tayangan Berita Bom Bunuh Diri
2. Untuk mengetahui bentuk opini masyarakat di Kelurahan Hamdan Medan
terhadap program berita di TV One.
4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini bagi penulis adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian komunikasi FISIP USU.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi praktisi dunia media massa, dalam memilih tema dan
kriteria tayangan yang cocok bagi konsumsi masyarakat.
3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
penulis mengenai peranan media massa dalam masyarakat.
1.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berfikir
untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis.
Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi,
konsep, konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan
antara konsep (Singarimbun, 1995:37).
Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, peneliti mengemukakan
beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori
tersebut yang dianggap relevan dengan masalah peneliti ini adalah
1.5.1 Teori S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus – Organism – Response.
Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner
dan Hull, dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat
bahwa belajar itu merupakan tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan
yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap Hewan (Anjing)
dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah
sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberikan
hukuman (pukulan) untuk tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut
diulang-ulang sampai mendapatkan tanggapan yang sama dan benar
terus-menerus. Akhirnya akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku
yang kemudian dari sinilah tingkah laku tersebut dipelajari.
Teori tersebut S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi
yang kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya
sama dengan ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen sikap, opini, prilaku, kognisi, afraksi dan konasi.
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam hal ini adalah :
1. Pesan (Stimulus)
2. Komunikasi (Organism)
3. Efek (Response)
Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah
aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate. Dalam hal
how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika
stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at dalam
bukunya “sikap manusia”, perubahan serta pengukuran, mengutip
pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah
sikap yang baru ada 3 variabel penting, yaitu :
1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan
Gambar 1
Model Teoritis S-O-R
(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)
Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung
pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan
kepada komunikan memungkinkan diterima atau ditolak. Komunikasi akan
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
STIMULUS
Organism :
- Perhatian
- Pengertian
- Penerima
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan
untuk mengubah sikap.
1.6 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat krisis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Dengan adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun
dan merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1993:40).
Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (X) atau independent variabel adalah sejumlah gejala
atau faktor yang ada, yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Berita Bom Bunuh Diri
Hotel JW Marriot di TV One.
2. Variabel terikat (Y) atau dependent variabel adalah sejumlah
atau faktor yang ada atau muncul yang dipengaruhi atau ditentukan
oleh adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah sikap masyarakat.
3. Variabel antara (Z), variabel ini berada di antara variabel bebas dan
variabel terikat tergantung dalam suatu hubungan sebab-akibat, yaitu
karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan).
1.7 Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat digambarkan model
Gambar 2 Model Teoritis
1.8 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun, maka dapat dibuat
operasional variabel-variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep
dalam operasionalnya. Operasional variabel disusun dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operational
Variabel bebas (X)
Tayangan Berita Bom Bunuh Diri
Hotel JW Marriot di TV One
- Frekuensi menonton
- Durasi menonton
- Frekuensi penayangan berita
- Nara Sumber berita
- Jenis berita
Variabel terikat (Y) - Komponen Sikap Variabel X
Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One
Variabel Y
Sikap Masyarakat
Variabel Z
- Komponen Kognitif
- Perhatian
- Peduli
- Pengetahuan
- Keyakinan
- Komponen Afektif
- Sikap suka atau tidak suka
- Sikap mendukung atau tidak
mendukung
Variabel Z
Karakteristik Responden
- Jenis Kelamin
- Usia
- Pendidikan
1.9 Defenisi Operasional
1. Variabel bebas (Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot
di TV One)
a. Frekuensi menonton adalah intensitas atau sering tidaknya responden
menonton program berita TV One.
b. Durasi menonton yaitu lamanya waktu yang dihabiskan responden
menonton tayangan berita televisi
c. Frekuensi penayangan yaitu program berita ini tayang berapa kali
dalam sehari, yakni pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari
sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan penayangan dalam
d. Narasumber berita yaitu program berita yang menghadirkan narasumber,
atau sumber yang dipercaya yang bisa diminta keterangan tentang
suatu topik permasalahan.
e. Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel JW Marriot di TV One yaitu
tayangan berita bom bunuh diri yang terjadi di Hotel JW Marriot.
Tayangan berita ini menyita perhatian masyarakat karena sering diputar
secara berulang-ulang di TV One.
2. Variabel Terikat (Sikap Masyarakat)
a. Sikap kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan
atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.
Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tentang
objek sikap tertentu.
b. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan rasa senang
atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung. Jadi sifatnya
evaluatif.
c. Komponen konatif yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku
yang berhubungan dengan objek sikapnya, dalam hal ini sikap tersebut
berupa tindakan.
3. Karakteristik Responden
a. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan
b. Usia yaitu usia responden saat mengisi kuisioner
1.10 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel (Suwardi, 1998:13). Hipotesis merupakan
suatu pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya secara empirik.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
(Ha) : Terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel
JW Marriot di TV One (X) dengan Sikap Masyarakat (Y).
(Ho) : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Berita Bom Bunuh Diri Hotel
1.11. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
1.2Perumusan Masalah
1.3Pembatasan Masalah
1.4Tujuan Penelitian
1.5Manfaat Penelitian
1.6Kerangka Teori
1.7Kerangka Konsep
1.8Model Teoritis
1.9Operasional Variabel
1.10 Defenisi Operasional
1.11 Hipotesa
1.12 Sistematika Penulisan
BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi
2.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa
2.2.1 Efek Komunikasi Massa
2.2.2.1 Efek Umum
2.2.2.2.Efek Khusus
2.2.2 Televisi sebagai media Komunikasi Massa
2.3 Teori S – O – R
2.4 Motif menggunakan media
2.5.1. Komponen Sikap
2.5.2. Fungsi Sikap
2.6 Pengertian Televisi
2.6.1 Sejarah Televisi
2.6.2 Sejarah Televisi Indonesia
2.6.3 Daya Tarik Televisi
2.7 Berita Televisi
2.7.1 Unsur-unsur Berita
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Deskripsi Lokasi Penelitian
Batas-batas kelurahan
Keadaan Penduduk
Karakteristik Penduduk
Fasilitas dan Sarana
Struktur Organisasi
Sekilas TV One dan Program Acaranya
Metodologi Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisa Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Teknik Pengolahan data
4.2 Analisis Tabel Tunggal
4.2.2 Tayangan Berita Bom Bunuh Diri JW Marriot di TV One
4.2.3 Sikap Masyarakat
4.3 Analisis Tabel Silang
4.4 Uji Hipotesa
4.5 Pembahasan
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa latin, Communicare, yang berarti
“memberitahukan” atau “berpartisipasi”. Selain itu dalam bahasa Inggris
kita mengenal istilah communication yang secara denotatif berarti “hubungan,
kabar atau pemberitahuan yang mengarah pada terwujudnya persamaan makna
terhadap apa yang diberitahukan. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai
proses interaksi antara komunikan dan komunikator, dimana komunikator akan
memberikan pesan kepada komunikan dalam batas waktu dan ruang tertentu
dengan menggunakan media dan metode tertentu pula.
Mempelajari komunikasi berarti mempelajari segala sesuatu tentang
alat untuk membujuk. Jadi segala sesuatu yang bersifat membujuk termasuk
dalam ruang lingkup komunikasi. Prinsip ini berlangsung sampai dengan
abad ke-18. Kemudian setelah itu, ruang lingkup komunikasi berkembang
menjadi :
1. Informative yaitu memberikan informasi ( knowledge )
2. Persuasive yaitu membujuk yang erat kaitannya dengan emosi
3. Entertainment yaitu sekadar pertunjukan atau hiburan
Carl hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana
seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya berupa lambang-lambang)
untuk mengubah tingkah laku insan-insan lain (komunikan). Sementara
komunikasi itu adalah merupakan suatu proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan
efek (akibat) tertentu.
Komunikasi merupakan mekanik ataupun alat dalam pengoperan
rangsangan (yang mempunyai arti) dalam masyarakat. Kehidupan sosial
atau proses sosial didasarkan pada komunikasi. Dalam proses komunikasi
manusia saling mempengaruhi, sehingga dengan demikian terbentuklah
pengalaman yang sama, pengetahuan tentang pengalaman masing-masing.
Dengan mekanisme tersebut manusia memberitahukan dan menyebarkan apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkannya.
Melalui bukunya : Komunikasi dalam Teori dan Praktek (1997),
Phil. Astrid S. Susanto berpendapat bahwa :
“ didalam komunikasi maka terjadilah proses penyesuaian diri manusia
dengan situasinya, sebagaimana juga usaha-usaha menguasai keadaan,
karena itulah manusia berkomunikasi “.
Unsur-unsur kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk mengenali
apa yang sesuai dan yang tidak sesuai dalam hubungan saling memberi
dan menerima.
Umpan balik adalah pertukaran data tentang bagaimana satu bagian sistem
bekerja dengan pengertian bahwa satu bagian mempengaruhi semua bagian lain
dalam sistem tersebut, sehingga setiap bagian yang melenceng dari jalur
dapat diperbaiki. Dan bila dua orang/ kelompok saling melakukan interaksi,
arah perpindahan suasana hati adalah berasal dari orang/kelompok
yang lebih pasif. Dan salah satu kunci kecakapan sosial adalah seberapa baik
atau buruknya seseorang disaat ia mengungkapkan perasaan, pesan,
simbolnya sendiri.
II.1.1 Ide dan Fakta dalam Proses Komunikasi
Pada umumnya yang dimaksud dengan ide adalah keinginan, maksud,
pola tujuan, kesan, konsep, kepercayaan, pendapat, doktrin, perasaan dan
lain-lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengetahuan (knowledge) hanya
merupakan reduplikasi dari ide (Phil. Astrid S. Susanto, 1997:83) mengatakan
bahwa, “suatu pernyataan (ide) bukanlah sesuatu yang hanya merupakan kata-kata
tetapi harus dibuktikan dan ditampilkan”.
Sering kali pengumpulan fakta dianggap sepele/mudah, akan tetapi
sebenarnya pemilihan fakta pun telah memerlukan pemikiran matang terlebih
dahulu, sehingga dapat dikatakan bahwa fakta adalah hasil
dari induksi (penyaringan) dahulu. Jhon Dewey mengatakan bahwa
“data mengalami proses abstraksi dari fakta, sedangkan fakta adalah kejadian atau
unsur yang menentukan“.
II.1.2 Bidang Komunikasi
Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut :
1. Komunikasi Sosial ( Social Communication )
2. Komunikasi Organisasi/ Manajemen ( Organization/ Management
Communication )
3. Komunikasi Bisnis ( Business Comunication )
4. Komunikasi Politik ( Political Communication )
6. Komunikasi Antar Budaya ( Intercultural Communication )
7. Komunikasi Pembangunan ( Development Communication )
8. Komunikasi Tradisional ( Traditional Communication )
II.1.3 Sifat Komunikasi
Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komunikasi Verbal (verbal communication)
1. Komunikasi lisan (oral communication)
2. Komunikasi tulisan (written communication)
2. Komunikasi Non Verbal (nonverbal communication)
1. Komunikasi kial (gesture/ body communication)
2. Komunikasi gambar (pictorial communication)
3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)
4. Komunikasi bermedia (mediated communication)
II.1.4 Tatanan Komunikasi
Yang dimaksud dengan tatanan komunikasi adalah proses komunikasi
ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau
sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi
komunikan seperti itu, maka diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komunikasi pribadi (personal communication)
1) Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)
2) Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
2. Komunikasi kelompok (group communication)
1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
b. Forum
c. Simposium
d. Diskusi panel
e. Seminar
f. Curah saran (brainstorming)
2) Komunikasi kelompok besar
(large group communication/ public speaking)
3. Komunikasi massa (mass communication)
1) Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media
communication)
a. Surat kabar (daily)
b. Majalah (magazine)
4. Komunikasi massa media elektronik (electronic mass media
communication)
a. Radio
b. Televisi
c. Film
d. Lain-lain
II.1.5 Tujuan Komunikasi
1. Mengubah sikap (to change attitude)
2. Mengubah opini/ pendapat (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
II.1.6 Fungsi Komunikasi
1. Menginformasikan (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertaint)
4. Mempengaruhi (to influence)
II.1.7 Teknik Komunikasi
Berdasarkan keteranpilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator,
teknik komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komunikasi informal (informative communication)
2. Komunikasi persuasive (persuasive communication)
3. Komunikasi pervasive (pervasive communication)
4. Komunikasi koersif (coersive communication)
5. Komunikasi instruktif (instructive communication)
6. Hubungan manusiawi (human relations)
II.1.8 Metode Komunikasi
Istilah metode yang berasal dari bahasa Yunani “methods”
yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara
yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan dan logis.
Maka berdasarkan pengertian tersebut metode komunikasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Jurnalisme/ Jurnalistik (journalism)
1) Jurnaslisme cetak (printed journalism)
2) Jurnalisme elektronik (electronic journalism)
b. Jurnalisme televisi (television journalism)
2. Hubungan masyarakat (Public relation)
3. Periklanan (Advertising)
4. Propaganda
5. Perang urat syaraf (psychological warfare)
6. Perpustakaan
II.2 Pengertian Komunikasi Massa dan Efek Komunikasi Massa II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Banyak defenisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan
para ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah
kesamaan defenisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).
Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi yang berasal dari pengembangan
kata media of mass communication (media komunikasi massa).
Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wraight
(Dalam Ardianto dan Komala, 2004:3), merupakan bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator
dengan komunikan secara misal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh
(terpencar, sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu).
Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh para
ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967 dalam
Ardianto dan Komala 2004:4) “ massa communication is the technologically
continuos flow of messages in Industrial societies “. (komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari
arus pesan kontinyunya paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).
Bagi Nabell Jurdi dalam bukunya Reading in Mass Communication
(1983 dalam Nurudin, 2003:9) disebutkan “ in mass communication there is
no face-to-face contac” (dalam komunikasi massa tidak ada tatap muka antar
penerima pesan).
Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988 dalam Nurudin,
2003:11) disebutkan “mass communication is a process where by mass produced
messages are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses
of receivers”. (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan
yang diproduksi secara mass tidak sedikit itu disebarluaskan kepada massa
penerima pesan yang luas, anonym dan heterogen).
Dalam Effendy (1993:79) yang dimaksud dengan komunikasi massa
(mass communication) ialah komunikasi melalui media massa modern,
yang meliputi surat kabar, yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio
dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan
kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.
Untuk lebih memhami pengertian komunikasi massa, maka ada
ciri-ciri yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi yang lainnya.
Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut, (Nurudin, 2003:16-30).
(1) Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
(2) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
(4) Komunikasinya berlangsung satu arah
(5) Komunikasi menimbulkan keserempakan
(6) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknik
(7) Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper
Sedangkan menurut Effendy (1993:81-83), karakteristik dari komunikasi massa
yaitu :
a. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa
adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen
Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam
komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh
pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubunganya dengan sifat
heterogen komunikan.
c. Media massa menimbulkan keserempakan.
Keserempakan yang dimaksud adalah kontak dengan sejumlah besar
penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk
tersebut sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi.
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator
dan komunikan bersifat non pribadi, karena yang anonim dicapai
oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang
dengan menggunakan komunikasi massa berlaku dalam satu arah
(one way communication), dan ratio output – input sangat besar.
II.2.2 Efek Komunikasi Massa
Schramm dalam bukunya How Communication Works, sebagaimana
dikutip Jean M. Civikly (1974 dalam Wiryanto, 2004) menggolongkan
efek komunikasi massa ke dalam efek yang bersifat umum dan efek
yang bersifat khusus.
II.2.2.1 Efek Umum
Efek umum menyangkut efek ‘dasar’ yang diramalkan dapat terjadi akibat
pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Schramm mengemukakan
bahwa komunikasi massa telah mengambil alih fungsi komunikasi sosial.
Secara umum atau luas, komunikasi melalui media massa telah menciptakan
suatu jaringan, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat modern.
Komunikasi massa mempunyai pengaruh yang besar terhadap modernisasi,
sebagaimana dikatakan Rostow dalam bukunya Stage of Economic Growth.
Ia mengatakan : “ a movement from traditional society through a point of
“ take off “ in to a situation of self sustaining growth “.
Efek seperti ini merupakan dasar yang terjadi dari hari ke hari secara
terus menerus. Ia tidak dapat dilihat, didengar atau diraba, tetapi ia benar-benar
terjadi.
Proses terjadinya efek tersebut bagai berbentuk stalagmite – tetes demi tetes
dalam jangka waktu yang cukup panjang. Karena itu, dapat disimpulkan
bahwa terpaan media massa pada waktunya akan menimbulkan
II.2.2.2 Efek Khusus
Efek khusus terutama menyangkut ramalan tentang efek yang diperkirakan
akan timbul pada individu-individu dalam suatu mass audience pada
prilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa. Schramm menyatakan
“ …..kita tidak dapat meramalkan efek pada massa audience. Kita hanya
dapat meramalkan efek pada perorangan”. Lembaga komunikasi memang
mengembangkan encoding secara kelompok, tetapi setelah dikomunikasikan,
yang terjadi adalah decoding secara perorangan. Pengetahuan tentang
efek komunikasi massa menurut Schramm berkisar pada interaksi antara
pesan, situasi, kepribadian dan kelompok.
Satu hal yang dapat dikatakan, bahwa karena adanya kombinasi
yang berbeda-beda antara situasi, kepribadian dan kelompok di antara anggota
suatu mass audience dalam penerimaan pesan, maka jenis efek yang
mungkin timbul (the possible effect) akan berbeda-beda pula. Hal ini
yang menarik tentang prilaku penerimaan pesan-pesan komunikasi massa
adalah menyangkut intensitas perhatian individu-individu terhadap pesan-pesan
media yang diperkirakan akan mempengaruhi efek.
Menurut Keith R Stamm dan Jone E Bowes (1990 dalam Nurudin, 2003)
membagi efek komunikasi massa dalam dua bagian yaitu : pertama, efek primer
dan kedua efek sekunder. Efek primer meliputi terpaan, perhatian dan penerimaan.
Efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan
Sedangkan menurut Effendy 1993, efek komunikasi massa
dapat diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif
atau disebut juga efek behavioral.
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran,
sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti,
yang tadinya bingung jadi merasa jelas.
Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif
antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan,
dan sebagainya.
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar
atau majalah, atau mendengar radio, menonton acara televisi atau film bioskop,
timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat dari terpaan media massa
itu bisa bermacam-macam, senang hingga tertawa terbahak-bahak, sedih
sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan perasaan
yang bergejolak dalam hati misalnya : Perasaan marah, benci, kesal, kecewa
dan sebagainya.
Efek konatif atau efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan. Dapat dikatakan efek ini
berbentuk prilaku. Efek konatif atau efek behavioral ini langsung timbul
akibat terpaan media massa, tetapi didahului oleh efek kognitif dan efek afektif.
II.2.3 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi adalah merupakan kebutuhan bagi manusia
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Walaupun dalam mendefinisikan
Diantaranya menurut Harold Laswell yang dituliskan pada artikelnya pada
tahun 1948 yang berjudul The Structure and Function of Communication
in Society, menyajikan suatu model komunikasi berbentuk sederhana,
yang didefinisikan sebagai : Siapa (who), Bicara apa (say what), pada saluran apa
(in which channel), kepada siapa (to whom), dan dengan pengaruh apa
(with what effect).
Salah satu manfaat berkomunikasi adalah kita mendapatkan
banyak informasi tentang sekeliling kita. Ini biasa dikatakan sebagai
komunikasi massa. Karena massa merupakan sarana untuk mengaplikasikan
komunikasi massa tersebut merupakan sumbangan pemikiran Lasswell
dalam kajian teori komunikasi massa adalh identifikasi yang dilakukannya
terhadap tiga fungsi dari komunikasi massa. Pertama adalah kemampuan
media massa memberikan informasi yang berkaitan dengan informasi di sekeliling
kita yang dinamakannya sebagai surveillance. Kedua, kemampuan media massa
memberikan berbagai pilihan dan alternatif dalam penyelesaian masalah
yang dihadapi masyarakat yang dinamakan sebagai fungsi correlation.
Ketiga, adalah fungsi media massa dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu
kepada masyarakat, yang dalam terminology Lasswell dinamakan
sebagai transmission (Shoemaker dan Resse, 1991:28). Dalam perkembangannya,
Charles Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment,
dimana komunikasi massa dipercaya dapat memberi pemenuhan hiburan bagi
para konsumen yang dikontrol oleh para produsen (Shomaeker dan Resse,
1991:28). Sedangkan media massa sendiri dipahami lebih sekedar
informasi, karena media massa merupakan suatu organisasi yang terdiri dari,
media massa berupa media cetak, media elektronik dan lain sebagainya
dari suatu susunan yang sangat komplek dan lembaga sosial yang penting
dari masyarakat.
Televisi merupakan media elektronik yang memiliki pengaruh
sangat besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini. Televisi merupakan bagian
yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dan televisi telah
menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari
(kebanyakan dari bentuk hiburan) dari populasi yang lainnya. Bagi Gebner,
dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan yang demikian
signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi lingkungan
simbolik kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas
bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya
(McQuail, 1996:254).
Televisi bertambah marak lagi setelah dikembangknnya Direct Broad
Satelit (DBS). Perkembangan televisi yang sangat cepat dari waktu ke waktu ini
memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat. Penonton televisi kini
lebih selektif dalam memilih salurang yang mereka anggap dapat memuaskan
kebutuhan mereka. Jam tayang televisi kini juga makin bertambah.
Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi.
Komunikasi massa media televisi dalam beberapa bagian yaitu
siaran informasi dan pemberitaan, news buletin (berita harian), news magazine
Wahyudi (1991) dalam Kuswandi (1996). Pengirim isi pesan melalui
komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik
dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium
yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan efisien dan efektif,
sehingga kemungkinan pesan itu sampai akan semakin besar.
Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki
sifat-sifat yaitu pulisitas, periodesitas, niversalitas, aktualitas dan kontinuitas
(Kuswandi, 1996:18).
Sifat komunikasi media massa televisi yang transitory maka :
(a) isi pesan yang akan disampaikan harus singkat dan jelas
(b) cara penyampaian kata perkata, harus benar
(c) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik
Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif,
agar pemirsa dapat mengerti arti secara tepat tanpa ada penyimpangan
dari pemberitaan yang sebenarnya.
Perkembangan yang pesat dari berbagai isi pesan media televisi kepada
khalayak sasaran, melahirkan jurnalistik televisi. Sumber berita, baik peristiwa
maupun wawancara pendapat, diliput dengan camera elektronik yang dilengkapi
oleh mikrofon, sehingga menghasilkan audiovisual (suara dan gambar).
Dalam proses editing, antara visual peritiwa serta visual pendapat,
dikombinasikan secara dinamis dan variatif sesuai topik beritanya,
kemudian dirangkai dengan naskah yang dibuat reporter sesuai dengan
topik liputan. Televisi disamping sebagai media yang menghibur, juga menjadi
yang diperkenalkan pada tahun 1977 di kota Columbus – Ohio, seseorang
bisa mengadakan kontak langsung (secara live) dengan stasiun televisi.
Menjawab “quiz show”, menayangkan berbagai macam persoalan, menjawab
“polling” yang diadakan televisi, bahkan propagandakan pemirsa dalam memilih
anggota parlemen (Kuswandi, 1996:20).
Individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa akan memberikan
reaksi terhadap pesan-pesan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Robert
K. Avery (Wahyudi,1986:45), sebagai berikut :
a. Selective Attention, masing-masing individu hanya akan memilih
program atau berita yang menarik minatnya.
b. Selective Perception, individu yang akan menafsirkan sendiri
pesan-pesan yang diterimanya melalui media massa.
c. Selective Retention, individu hanya akan mengingat hal-hal
yang ingin ia ingat.
Dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan melalui media massa,
akan diterima oleh individu berdasarkan kepentingan individu itu sendiri
kemudian ditafsirkan dan di ingat sesuai dengan kepentingan makna pesan itu
bagi individu. Tingginya pengaruh yang dimiliki televisi bagi pemirsa sesuai
dengan pendapat dikemukakan oleh Prof. Dr. Mar’at dari Unpad
(dalam Effendy, 1993:192) bahwa acara televisi mempengaruhi sikap, pandangan,
persepsi, perasaan menonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika hal-hal
yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah itu bukanlah suatu
ialah seakan-akan menghipnotis penonton. Sehingga penonton tersebut
dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi.
Menurut Effendy, televisi sebagai produk revolusi elektronik abad ke-20
pada pokoknya mempunyai 3 (tiga) fungsi :
1. Fungsi penerapan (the information function)
Televisi mendapat perhatian yang besar dikalangan masyarakat karena
dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat
memuaskan. Hal ini didukung oleh dua faktor, yaitu :
a. Immediacy (kesegaran)
Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan
oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat
peristiwa berlangsung.
b. Realisme (kenyataan)
Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya apa adanya
atau sesuai dengan kenyataan secara audio dan visual dengan perantara mikrofon
dan kamera. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan,
stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk dan pandangan mata
atau berita yang dibacakan penyiar dilengkapi gambar-gambar yang
tentunya factual.
2. Fungsi Pendidikan (the educate function)
Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan
acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan
sesuai dengan makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran
misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik dan sebagainya.
Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan seperti di atas,
stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implisif mengandung
pendidikan. Antara lain acara-acara tersebut adalah acara kuis keluarga, drama,
cerdas cermat, dan lain sebagainya.
3. Fungsi Hiburan (the entertainment function)
Sebagai media melayani masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat
pada televisi tampaknya lebih dominan dari fungsi lainnya. Sebagian besar
dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara-acara hiburan seperti
lagu-lagu, film cerita, olahraga, dan sebagainya.
Dari fungsi yang kesemuanya di atas, fungsi menghibur lebih dominan
pada televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah
untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
II. 3 Teori S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus Organism Response. Teori ini
mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parlov, Shiner dan Hull,
dengan mengadakan percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa belajar
itu merupakan suatu tanggapan dari seseorang terhadap suatu rangsangan
yang dihadapinya. Mereka melakukan percobaan terhadap hewan (anjing)
dengan memberikan suatu rangsangan, kemudian memberikan hadiah
sebagai pemuas kebutuhan untuk tanggapan yang benar dan memberi hukuman
mendapatkan tanggapan yang sama dan benar terus menerus. Akhirnya
akan muncul suatu kebiasaan dan tingkah laku yang kemudian dari sinilah
tingkah laku tersebut dipelajari.
Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian
menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek materialnya sama dengan
ilmu komunikasi, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen
sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek
yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Mar’at (Effendy, 1993:253) dalam bukunya “Sikap manusia, perubahan,
serta pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Gambar 3
Model Teori S-O-R
(Sumber Effendy, 1993 : 254-225)
STIMULUS
Organism :
- Perhatian
- Pengertian
- Penerima
II.4 Motif Menggunakan Media
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak,
alasan-alasan, atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia beruat sesuatu. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media
menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu
dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi
semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik
oleh komunikan.
Ada beberapa motif individu dalam menggunakan media (Ardianto, 2004)
yaitu :
1. Kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha
untuk memperkuat informasi, pengetahuan serta pengertian tentang
lingkungan kita. Kebutuhan ini timbul karena ada dorongan-dorongan
seperti rasa ingin tahu dan penjelasan pada diri sendiri.
2. Kebutuhan afektif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha
memperkuat pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan
dan emosional.
3. Kebutuhan integrasi sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia.
4. Kebutuhan pribadi secara integrative, yaitu berkaitan
dengan peneguhan kredibilitas, keercayaan stabilitas dan
Kelima motif tersebut yang menjadikan khalyak aktif dalam memilih
atau menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Perbedaan motif
akan mempengaruhi perbedaan pola khalayak dalam menggunakan media.
II.5 Sikap Manusia
Pengertian Sikap
Sikap manusia, atau singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan dalam
berbagai versi oleh para ahli. Dalam azwar (1988) yang dikutip oleh Diyakini, Tri
dan Hudani (2003:95) definisi-definisi sikap adalah sebagai berikut :
a. Thurstone
Berpandangan bahwa sikap merupakan suatu efek, baik itu bersifat
positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek
psikologis.
b. Kimball Young (1945)
Menyatakan sikap merupakan suatu presdiposisi mental untuk
melakukan suatu tindakan.
c. Fishbern dan Ajzen (1975)
Menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu preposisi mental untuk
melakukan suatu tindakan.
d. Sherif dan Sherif (1956)
Sikap menentukan keajegan dan kekhasan prilaku seseorang dalam
hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian.
Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu
II.5.1 Komponen Sikap
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari
berbagai komponen, menurut Allport (dalam Mar’at 198) yang dikutip oleh
Diyakini, Tri dan Hudani (2003), ada tiga komponen sikap :
1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini
kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek
sikap tertentu.
2. Komponen Afektif
Yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem
nilai yang dimiliki.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya.
II.5.2 Fungsi Sikap
Menurut Kalz (1960) dalam (Diyakini, Tri dan Hudani, 2003) ada empat
fungsi sikap yaitu :
(1) Utilitarian function : sikap memungkinkan seseorang
untuk memperoleh atau memaksimalkan ganjaran (reward) dan
persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan kata lain,
dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu
objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan.
(2) Knowledge function : sikap membantu dalam memahami lingkungan
(sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang
objek dan kelompok objek atau yang dijumpai di dunia ini.
(3) Value – Expressive function : sikap kadang-kadang
mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang
terhadap objek lain.
(4) Ego defenisi function : sika menutup diri, menutupi kesalahan, agresi
dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri.
II.6 Pengertian Televisi II.6.1 Sejarah Televisi
Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia
dengan menggunakan prinsip-prinsip radio karena lahir sesudah radio.
Istilah televisi terdiri dari 2 kata yakni “tele” dan “visi”, tele berarti jauh dan visi
berarti pengelihatan.
Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio,
sedangkan pengelihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar,
baik dalam bentuk gambar hidup, bergerak maupun diam (still pictures).
Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian telah mencapai taraf yang begitu
memuaskan bagi manusia seperti sekarang, adalah berkat ditemukannya alat
yang disebut iconoscope (“icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat)
oleh Vladimir K. Zwaeklyin dari Rusia pada tahun 1920. Iconoscope merupakan
gambar dari suatu objek yang diambil lensa kamera. Segaris demi segaris namun
cepat sehingga bagi orang yang melihatnya bagai gambar yang
berkesinambungan.
Iconoscope yang berupa lampu terdapat didalam kamera elektronika
yang fungsinya mengubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian
ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat
penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan
yang diambil kamera dengan alat yang dinamakan kenescipe. Dengan bantuan alat
tersebut maka muncullah gambar-gambar dari objek yang diambil kamera.
II.6.2 Sejarah Televisi
Media televisi Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah,
seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi
salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara
untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan
bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan televisi pertama
di Indonesia yang mengudara pada tanggal 19 Agustus 1962 dengan studionya
yang sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan dengan
negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia,
Jepang dan Negara-negara lain Eropa, Indonesia termasuk negara yang relatif baru
dalam bidang televisi. Tetapi bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia,
seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah terlebih dahulu.
Sampai dengan tahun 1965, TVRI memiliki dua stasiun penyiaran
sampai dengan tahun 1987, TVRI mengembangkan diri dengan mendapatkan
tambahan lima buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dan 11 stasiun
penghubung. Di penghujung tahun 1980 tercatat 9 stasiun penyiaran yang dimiliki
TVRI dengan dilengkapi 124 stasiun pemancar dan stasiun penghubung.
Pada tanggal 18 Agustus 1988 hadir dunia pertelevisian di Indonesia
sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh pihak swasta yaitu Rajawali Citra
Televisi Indonesia (RCTI). Kemudian kehadiran RCTI disusul dengan lahirnya
Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV) pada tanggal 18 Agustus 1990.
Siaran yang dikelola dan dipancarkan oleh kedua stasiun televisi swasta ini pada
waktu ini belum dapat diterima oleh smua lapisan masyarakat dan hanya
ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya.
Pada awal tahun 1991 hadir pula stasiun televisi swasta lain
dengan mengambil tema pendidikan yaitu, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).
Pada awal berdirinya stasiun televisi ini mengudara secara nasional ini
hanya berlangsung pada pagi hingga siang hari.
Dengan hadirnya TVRI, RCTI, SCTV, dan TPI, televisi mengalami
banyak perbaikan dan kemajuan, baik dalam mutu siaran maupun
waktu penayangan. Kemudian untuk lebih meningkatkan mutu siarannya
maka pertengahan tahun 1993 RCTI mengudara secara nasional dan membangun
stasiun transmisi di beberapa kota besar di Indoonesia seperti Jakarta, Bandung,
Medan, Batam dan lain-lain. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi
dengan kehadiran ANTV, Indosiar Visual Mandiri, Trans TV, Lativi, Global TV,
Metro TV dan diikuti dengan TV One dan DAI TV. Sehingga sampai dengan
II.6.3 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan media massa
lainnya. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata,
musik, dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki
unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan
gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton.
Daya tarik ini selain melebihi rasio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya
dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, pesawat televisi juga dapat
menghidangkan selain film juga program menarik lainnya.
II.7 Berita Televisi
Berita ialah informasi yag baru, menarik perhatian, mempengaruhi (effect)
orang lain dan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan selera
yang mengikutinya (Robert Tyell). Ada beberapa ungkapan yang sering
digunakan untuk merumuskan apa yang disebut sebagai sebuah berita. Salah satu
yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon B. Bogart, Kepala desk
Kota Koran News York Sun. Hampur seabad yang lalu Bogart menemukan
kata-kata yang sering dikutip diberbagai kesempatan pembahasan mengenai
berita, yaitu :”when a dog bites aman. But when man bites a dog that is news”
(“jika ada anjing yang menggigit orang itu biasa. Namun kalau ada orang
yang menggigit anjing, itu baru berita”).
Dalam bahasa Inggris berita disebut News, yang dapat diartikan sebagai
cerita tentang peristiwa yang dapat dari empat penjuru mata angin yaitu : North