RANCANGAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB)
“Colour You”
“Penerapan Terapi Bermain Belajar Mengekspresikan Perasaan Sambil Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah”
(Tugas ini ditujukkan untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak 1)
Disusun Oleh:
Rahma Yusrina 202407019
Beatrix Aestika R. 202407020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MITRA KELUARGA BEKASI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul,
“RANCANGAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN (TAB)” dengan nama permainan “COLOUR YOU” yang berfungsi sebagai “Penerapan Terapi Bermain Mengekspresikan Perasaan Sambil Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak oleh Ns. Yeni Iswari, S.Kep. M.Kep.
Sp.Kep. An.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
Akhir kata, semoga segala yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Bekasi, Oktober 2024
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan trauma atau kecemasan yang efeknya dapat mengganggu tugas perkembangan anak. Meskipun anak berada di rumah sakit masih tetap diperlukan stimulasi tumbuh kembang untuk membantu anak tetap mampu menyelesaiakan tugas perkembangannya sehingga tidak mengganggu proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Selama menjalani masa perawatan di rumah sakit, seorang anak mempunyai tugas perkembangan yang harus dia selesaikan sesuai dengan usia perkembangannya. Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
(Wong, 2004)
Pada anak perasaan sering muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Bermain anak dapat mengekspresikan perasaannya dan menyelesaikan masalahnya sehingga dapat memperkecil trauma karena hospiotalisasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat dapat menjadi suatu pengalaman yang dapat menimbulkan trauma, baik pada anak maupun orang tua (Supartini, 2004).
Coloring and Drawing Body Parts yaitu suatu bentuk terapi bermain dimana anak diberi pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh, selanjutnya
anak diberikan kesempatan untuk memilih bagian tubuh mana yang akan di gambar dan diwarnai, kemudian anak diminta untuk mewarnai gambar tersebut. Setelah itu menanyakan kepada anak untuk menyebutkan bagian tubuh yang diwarnai dan fungsinya. Selanjutnya anak dapat menggambarkan bagian tubuh yang dimilikinya.
Penggunaan gambar, warna, alat peraga memudahkan anak memahami berbagai emosi. Teknik ini digunakan untuk anak yang sulit mengungkapkan perasaan secara verbal, bisa dilakukan personal atau kelompok (Thanasiu 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi daerah atau bagian tubuh yang sakit atau nyeri 2. Tujuan Khusus
a. Menyalurkan energi anak.
b. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus (koordinasi mata dengan tangan).
c. Mengekspresikan perasaan anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Anggraini, 2004).
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak akan belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang lain. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minat dan cara menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain merupakan unsur yang penting bagi anak untuk perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional.
B. Karateristik Anak Usia Pra Sekolah 3-6 tahun 1. Definisi usia prasekolah
Anak prasekolah merupakan anak yang berusia antara 3 hingga 6 tahun.
Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan fisik yang melambat, namun anak mengalami peningkatan pada perkembangan psikososial dan kognitif. Anak mulai mengembangkan rasa ingin tahunya dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik (Mansur, 2019).
Anak usia pra sekolah melukiskan dunia secara simbolis dengan kata atau pun gambar dan belum mampu melaksanakan dengan tindakan fisik (Ismail, 2019).
Masa anak usia dini sering dikatakan dengan golden age atau masa keemasan. Pada masa ini anak mengalami proses tumbuh kembang yang
sangat cepat. Tumbuh kembang yang dialami setiap individu tidak sama.
Gizi yang seimbang serta stimulasi sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak agar sesuai dengan tahap usianya.
2. Karakteristik Anak Prasekolah
Menurut Mansur (2019) karakteristik anak usia prasekolah adalah : a. Bersifat egosentris
Egosentris yaitu sifat yang terpusat pada dirinya sendiri dan keinginannya harus segera di turuti. Seorang anak memahami sesuatu dilihat dari sudut pandangnya sendiri.
b. Bersifat unik
Secara umum sifat anak-anak terlihat sama, namun sebenarnya setiap anak memiliki sikap unik yang harus diperhatikan. Seperti gaya belajar, memahami dan menyelesaikan masalah pada setiap anak berbeda. Hal ini harus diperhatikan dan melakukan pendekatan pada anak untuk mengasah kemampuannya.
c. Mengekspresikan perilaku secara spontan
Anak akan mengungkapkan perasaanya secara terus terang kepada orang lain tanpa memperdulikan tempat dan dengan siapa ia berbicara.
d. Bersifat aktif dan energik
Anak senang melakukan bermacam aktivitas. Bagi anak-anak beraktivitas merupakan sesuatu yang menyenangkan, apalagi dengan hal baru. Mereka akan sangat menyukai aktivitas baru dan akan dilakukan hingga anak merasa bosan. Berbagai aktivitas mampu mengoptimalisasi tumbuh kembang pada anak.
e. Memiliki rasa ingin tahu
Anak-anak akan memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap lingkungannya. Anak biasanya akan terus bertanya dan terus memperhatikan suatu hal hingga anak mendapatkan jawabannya.
f. Berjiwa petualang atau eksplorasi
Dengan bekal rasa ingin tahu yang kuat anak suka menjelajahi, mencoba dan bereksplorasi pada hal baru.
g. Bersifat imajinatif
Anak usia prasekolah memiliki kemampuan berimajinasi yang hebat.
Mereka mampu menciptakan permainan yang unik dan mampu bercerita lebih dari pengalaman aktual.
h. Kurang konsentrasi
Anak biasanya memiliki konsentrasi yang pendek. Perhatian anak sering teralihkan dengan membayangkan hal-hal lain. Anak juga susah untuk duduk rapih dan memperhatikan sesuatu dalam jangka wkatu yang lama.
Biasanya anak mampu berkonsentrasi terhadap sesuatu dalam waktu 10 menit.
i. Anak suka meniru
Anak seringkali meniru apa yang telah dilakukan orang disekitarnya, tampilan dari televisi dan berbagai media visual lainnya. Anak perlu diberikan teladan dan tontonan yang baik agar sikap peniruan anak tidak menyimpang.
j. Suka bermain
Pada usia dini anak cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain.
Bermain merupakan proses belajar untuk anak, melalui berbagai permainan dapat menstimulasi perkembangan anak.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak :
1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi. Walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.
Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit.
3. Jenis kelamin anak
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya piker, imajinatif, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki.
4. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Label yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak.
Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali disekitar kehidupan anak , akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interkasi sosial dengan orang lain.
D. Terapi Bermain Pada anak di Rumah Sakit
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan dan media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
BAB III
GAMBARAN AKTIFITAS PERMAINAN A. Gambaran Permainan
1. Nama permainan: Colour You
2. Kegunaan permainan: Melatih kemampuan anak mengekspresikan perasaannya, mengenal warna, dan mengenal anggota tubuh.
3. Jenis permainan: Games
4. Alat yang digunakan: Kertas bergambar tubuh manusia, crayon atau pensil warna
5. Mekanisme permainan
a. Berikan kertas begambar tubuh manusia kepada Pasien.
b. Memberikan aturan, cara permainan, pilihan warna sesuai perasaan.
c. Meminta anak untuk melihat dan mencermati gambar.
d. Meminta anak untuk menunjuk anggota tubuh dari gambar yang sakit sesuai dengan yang anak rasakan.
e. Meminta anak memilih warna sesuai dengan perasaan yang dia rasakan.
f. Memberi kesempatan pada anak untuk bertanya ke keluarga jika tidak berhasil menentukan anggota tubuh yang sakit dari gambar tersebut.
g. Lakukan berulang maksimal 5x.
h. Mengevaluasi perasaan anak/peserta terapi.
B. Pelaksanaan & Pengorganisasian 1. Sasaran
a. Inisial anak: An.M b. Usia: 4 tahun
c. Kriteria Pemilihan Anak:
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut
1) Kriteria inklusi
a) Anak usia 3-6 th
b) Suhu tubuh 36 ºC – 37 ºC
c) Tidak terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter dll
d) Tidak bedres
e) Pasien tidak dalam masa inkubasi 2) Kriteria eksklusi
a) Suhu tubuh 38 ºC
b) Terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter dll c) Bedrest total
d) Pasien infeksi
e) Pasien dalam masa inkubasi 2. Diagnosa Keperawatan : GEA
3. Waktu Pelaksanaan
a) Hari/Tanggal : Selasa / 5 Oktober 2024
b) Waktu : jam 13:00
4. Tempat & Setting
a) Tempat : RS MKJAS
b) Setting Tempat : Ruang Camelia
c) d) e)
f) Keterangan
Keterangan : : Leader : Peserta MEJA
: Observer
5. Kegiatan Bermain
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 Menit Memberikan salam
Menjelaskan proses bermain
2. Pelaksanaan 30 Menit Menanyakan anak apakah pernah bermain sebelum nya
Menjelaskan aturan bermain.
Menyiapkan media
Anak diminta
menunjukkan area pada anggota tubuh yang sakit
Kemudian anak diminta memilih warna sesuai dengan skala atau jenis rasa sakitnya
Lalu anak mewarnai lokasi tubuh yang sakit dan mewarnainya sesuai dengan skala atau jenis rasa sakitnya.
Kertas bergambar tubuh manusia tanpa warna, crayon atau pensil warna
Merah marah, kuning senang, hijau cemburu, biru sedih, hitam takut, jingga gembira, abu-abu kesepian, ungu ngamuk
3. Penutup 5 Menit Evaluasi
Memberi
reinforcement positif
Memberi salam
penutup
C. Evaluasi
1. Persiapan
a. Pembuatan Proposal TAB b. Konsul dengan pembimbing
c. Persiapan Pasien dan keluarga (pemilihan kriteria anak yang akan mengikuti bermain)
d. Persiapan alat : Kertas bergambar tubuh manusia dan crayon atau pensil warna.
e. Pengaturan tempat 2. Proses
a. Anak dapat mengikuti proses bermaian sampai selesai b. Tidak ada peserta yang drop out selama bermain c. Peserta dapat berperan aktif selama kegiatan
d. Orang tua dapat memberikan motivasi selama kegiatan 3. Hasil:
a. Anak bersedia mengikuti terapi bermain b. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai
c. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader.
d. Kebutuhan bermain anak terpenuhi e. Anak bersosialisasi dengan temannya f. Anak mengikuti instruksi yang diberikan g. Anak berperan aktif dalam permainan
h. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri i. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
j. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
D. Gambar Permain
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika di rawat di rumah sakit, karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa cemas dan takut yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak dapat melihat pengaruh terapi bermain mengekspresikan perasaan dan mewarnai gambar terhadap semua perkembangan seperti perkembangan motorik, sensorik, psikologis, dan lain-lainnya.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam penyediaan berbagai jenis permainan dan ruangan khusus untuk dilakukan permainan, selain itu juga penting untuk dilakukan terapi bermain secara berkelompok.
3. Bagi Orang Tua Responden
Diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para orang tua anak untuk memberikan stimulasi yang baik bagi perkembangan sosial anak yaitu dengan memberikan permainan yang cocok untuk anak sesuai usianya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini, Grafindo, Jakarta, 2004.
2. Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta, 2004.
3. Fadlillah, M. 2017. Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Jakarta : Prenadamedia Group.
4. Sari, R, Y. 2014. Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Simbol Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Bowling Huruf Di Kelompok A PAUD Bhayangkari 26 Kota Bengkulu. Skripsi. Bengkulu: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.
5. Saputro, Heri dan Intn Fazrin. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit:
Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan Pelaksanaannya.
Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
6. Trisnawati. 2014. Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalu Metode Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1 Tk Aba Ketanggungan Wirobrajan Yogyakarta.