PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK
Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :
Siti Indatul Laili S.Kep.,Ns.,M.Kes Disusun oleh kelompok 1 , Kelas 3A:
1. Eli Amelia Rahmawati (202001024) 2. Elsa Putri Widiyatma (202001025) 3. Rista Dwi wahyuditiya (202001026) 4. Stevanny aprilita (202001027) 5. Anis Sayyidatul Imamah (202001028)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI KAB.MOJOKERTO TA 2022/2023
Keperawatan Anak 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Proposal Terapi Bermain Pada Anak” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2 dengan baik, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kami selaku mahasiswa mengharapkan saran dan kritik dari pembaca terutama kepada Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak 2. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
Mojokerto, 29 November 2022
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………. 2 Daftar Isi ……….. 3 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………... 4 1.2 Tujuan Penulisan .……….. 5 1.3 Manfaat Penulisan ……….……… 5 BAB II KONSEP TEORI
2.1 Hospitalisasi ……….. 6 2.2 Kecemasan ...……….. 7 2.3 Terapi Bermain Mewarnai ………...….. 9 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………
3.2 Saran ………..
DAFTAR PUSTAKA ……….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia dini disebut sebagai usia perkembangan, artinya perkembangan anak pada usia dini akan berpengaruh besar pada mutu kehidupan anak di masa depan. Usia dini merupakan momen yang penting bagi tumbuh kembang anak yang sering di sebut sebagai golden age atau usia keemasan, yaitu masa di mana semua stimulus segenap aspek perkembangan mangambil peran penting bagi pertumbuhan anak selajutnya. Anak seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat sakit dengan resiko yang lebih besar serta membutuhkan hospitalisasi untuk mendiagnosa dan mengobati penyakitnya (Ardiana, 2011).
Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang direncanakan atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani proses terapi dan perawatan sampai anak dapat dipulangkan kembali kerumah.
Selama proses tersebut, anak mampu mengalami berbagai kejadian seperti pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres (Nurmayunita, 2019). Anak juga akan mengalami berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan selama rawat inap seperti marah, takut, sedih, nyeri dan cemas (Lukitasari, 2019).
Berdasarkan survei World Health Organiation (WHO) pada tahun 2015, hampir 87% anak mengalami perawatan di rumah sakit. The National Centre for Health Statistic memperkirakan 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun sedang menjalani hospitalisasi setiap tahun. Angka kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu 15,26% yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan perawatan anak baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta (Permatasari, 2018).
Angka kesakitan anak di Indonesia mencapai lebih dari 45% dari jumlah keseluruhan populasi anak di Indonesia (Kemenkes RI, 2018). Sehingga didapat peningkatan hospitalisasi pada anak menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 angka rawat inap atau hospitalisasi 2 anak di Indonesia naik sebesar 13%
dibandingkan tahun 2017 (Badan Statistik Pusat, 2018).
Terapi bermain terhadap anak yang mengalami hospitalisasi mendapatkan hasil bahwa terapi bermain di rumah sakit tidak hanya akan memberian rasa senang pada anak tetapi juga akan membantu anak-anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, nyeri dan anak akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga di harapkan dapat mempercepat proses penyembuhan ( Hale,M.A,Tjahjono,2014).
Untuk mengurangi dampak akibat hospitalisasi yang dialami anak selama menjalani perawatan, diperlukan suatu media yang dapat mengungkapkan rasa cemasnya, salah satunya adalah terapi bermain (Dayani, 2015). Terapi bermain adalah suatu kegiatan bermain yang dilakukan untuk membantu dalam proses penyembuhan anak secara optimal (Alini, 2017).
1.2 Tujuan Penulisan
Dari uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari hospitalisasi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor dari hospitalisasi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari kecemasan.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tingkat kecemasan.
5. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari terapi bermain.
6. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat terapi bermain mewarnai.
1.3 Manfaat Penulisan
Dari uraian tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan dari makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari hospitalisasi.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor dari hospitalisasi.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari kecemasan.
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui tingkat kecemasan.
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari terapi bermain.
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui manfaat terapi bermain mewarnai.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk berada untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orangtua dan keluarga (Wong,2009).
Faktor yang mempengaruhi stres hospitalisasi, yaitu : a. Perpisahan
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Protes (Phase of Protest )
Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orang tuanya tetap tinggal, dan menolak perhatian orang lain.
2. Tahap Putus Asa (Phase of Despair)
Tahap ini anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (mengompol atau menghisap jari)
3. Tahap Keintiman Kembali ( Phase of Detachment )
Tahap ini secara samar – samar anak menerima perpisahan, mulai tertarik dengan apa yang ada disekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira.Fase ini terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orang tua.
(Wong, 2002).
b. Kehilangan Kendali
Anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas sehari – hari (Activity of Daily Living – ADL ), dan komunikasi. ( Nursalam, 2005).
c. Luka pada Tubuh dan Rasa Sakit
Reaksi anak terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi, namun jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih kompleks dan bermacam - macam. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan yang agresif seperti menggigit, menendeng, memukul, atau berlari keluar. (Nursalam, 2005).
Reaksi anak usia prasekolah yang mengalami stres akibat hospitalisasi disebabkan karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit, masih merasa asing sehingga anak
tidak dapat mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya berupa menolak makan, sering bertanya, menangis dan tidak kooperatif dengan petugas kesehatan.
Hospitalisasi juga dapat menimbulkan reaksi pada anak yang berdampak pada perawatan anak di rumah sakit, yaitu reaksi dalam bentuk kecemasan ringan sampai dengan berat yang akan mempengaruhi proses penyembuhan anak selama perawatan di rumah sakit.
2.2 Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stressor yang dialami anakketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat menjadi penyebab stress dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).
Kecemasan anak saat hospitalisasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perpisahan, hilang kendali, cedera tubuh, dan nyeri (Nelson, 2003; Basford & Linn, 2006). Anak mengalami perpisahan dengan lingkungan tempat tinggal dan teman bermain. Anak juga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di rumah sakit dan berbagai tindakan perawatan di rumah sakit.
Prevalensi kecemasan anak saat hospitalisasi mencapai 75% (Alpers, 2006). Kecemasan merupakan kejadian yang mudah terjadi atau menyebar namun tidak mudah diatasi karena faktor penyebabnya yang tidak spesifik (Wong, 2003; Stuart, 2006; Saddock, 2007; Tomb, 2003;
Herdman, 2010). Anak yang cemas akan mengalami kelelahan karena menangis terus, tidak mau berinteraksi dengan perawat, rewel, merengek minta pulang terus, menolak makan sehingga memperlambat proses penyembuhan, menurunnya semangat untuk sembuh, dan tidak kooperatif terhadap perawatan (Suliswati, 2005; Nelson, 2003; Wong, 2008). Anak usia pra sekolah mengalami kecemasan tertinggi saat anak akan masuk sekolah dan kondisi sakit (Nelson, 2003).
Anak usia pra sekolah secara fisiologis lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa dan memiliki pengalaman terbatas, yang mempengaruhi pemahaman dan persepsi mereka sehingga lebih rentan mengalami kecemasan.
Cemas adalah suatu keadaan patologik yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif. Dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon terhadap suatu penyebab yang jelas (Kaplan, Saddock, &Grabb, 2010).
Menurut Stuard & Sundeen (2006) faktor predisposisi kecemasan timbul karena adanya perasaan sakit dan tidak adanya penerimaan terhadap kondisi yang ada, kecemasantimbul karena ketidakmampuan dari seseorang mencapai keinginan. Tingkat kecemasan ada empat yaitu:
ringan, sedang, berat, dan panik (Kaplan, Saddock, & Grabb, 2010)
1. Kecemasan Ringan
Cemas yang normal yang menjadi bagian dari kehidupan sehari–hari dan menyebabkan seseorang waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan kreativitas anak. Gejalanya ringan seperti gemetar, tegang, dan gelisah, takut.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memiliki gejala fisiologis seperti persepsi panjang menyempit, respon muncul secara langsung (dapat merespon terhadap perintah), masih dapat memecahkan masalah secara efektif dan merespon langsung serta perlu dukungan dan perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan.Kecemasan sedang secara emosional menimbulkan tingkah laku tidak sadar, mudah tersinggung, mudah lupa, banyak pertimbangan, menangis dan marah, menggunakan berbagai macam mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi, seseorang individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.Tanda–tanda kecemasan berat berupa perasaan terancam, ketegangan otot berlebihan, perubahan pernafasan, perubahan gastrointestinal (mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati, sendawa, anoreksia dan diare).
4. Kecemasan Panik
Tingkat panik dari suatu cemas berhubungan dengan ketakutan, dan teror. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, karena kehilangan kendali. Ketika panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tidak dapat belajar memecah masalah, membuat keputusan dan membuat tujuan yang realistis, juga tidak dapat berespon terhadap perintah.
Banyak metode menurunkan stres akibat hospitalisasi pada anak. Perawat harus peka terhadap kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang tepat dalam melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan (Kozier, 2010).
2.3 Terapi Bermain Mewarnai
Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah adalah dengan terapi bermain. Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini (Tekin and Sezer, 2010). Salah satu fungsi bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak akan
terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya.Melalui kegiatan bermain,anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan tersebut.
Terapi bermain dapat membuat anak-anak melepaskan perasaan marah, sedih, atau rasa cemas yang sebelumnya terasa sulit bagi anak untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Anak kemungkinan mengalami kesulitan mengekspresikan perasaan karena intensitas trauma yang dialami, atau karena kurangnya sistem pendukung yang akan memungkinkan anak untuk mengekspresikan perasaannya. Hasil akhir dari kegiatan terapi bermain memberikan perasaan lega bagi anak (Kaduson, and Schaefer, 2006).
Mewarnai buku gambar yang merupakan salah satu terapi permainan kreatif untuk mengurangi stres akibat hospitalisasi serta meningkatkan komunikasi pada anak. Mewarnai buku gambar sebagai permainan yang kreatif merupakan metode untuk merubah perilaku anak selama di rawat di rumah sakit. Melalui mewarnai tersebut anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat mengembangkan kreativitasnya. Dengan bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya (Supartini, 2004).
Mewarnai buku gambar adalah terapi permainan melalui buku gambar untuk mengembangkan kreativitas pada anak untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak (Supartini, 2004). Manfaat mewarnai gambar sebagai berikut :
1. Mewarnai gambar merupakan media berekspresi, 2. Membantu mengenal perbedaan warna,
3. Mewarnai merupakan media terapi,
4. Mewarnai melatih kemampuan koordinasi, 5. Dapat membantu menggenggam pensil, 6. Mewarnai membantu kemampuan motoric, 7. Mewarnai meningkatkan konsentrasi,
8. Mewarnai dapat melatih anak mengenal garis bidang, 9. Mewarnai melatih anak membuat target,
10. Warna sebagai media komunikasi.
Melalui mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan – perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar. Melalui mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran – gambaran yang membuat kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa – masa indah yang pernah kita alami
bersama orang – orang yang kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi stress yang dialami anak. (Hidayah, 2011).
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak,karena bagi anak bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu sensorik, motorik, intelektual,
sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit. Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan
masalah dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah sakit
3.2 Saran
1.Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, D., & Zaly, N. W. (2021). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Kecemasan Hospitaslisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 10(1), 101. https://doi.org/10.36565/jab.v10i1.289
Keperawatan, an S. S. S. M. G. S., Keperawatan, D. S. S. S. S. M. G. S., & Ach, S. J. (2015). T s u .
Marni, M., & Ambarwati, R. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal KEPERAWATAN GSH, 7(1), 24–29.
http://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/view/65
Sa’diah, R. H., Hardiani, R. S., & Rondhianto. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr . Soebandi Jember (The Effect of Origami Play Therapy toward Anxiety Level on Preschool Age Children Hospitalization in Aster’s Room. Pustaka Kesehatan, 2(3), 530–
536. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2381/1951
Sari, F. S., & Batubara, I. M. (2017). Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 2008, 144–149. https://doi.org/10.34035/jk.v8i2.233
SKENARIO KASUS TERAPI BERMAIN MEWARNAI ANAK
Leader : Eli Amelliya Rahmawati Co Leader : Stevany Aprilita Anak 1 : Rista Dwi
Anak 2 : Anisa Sayidatul
Ibu 1 : Elsa Putri Ibuk 2 :
Disebuah RS UBS terdapat 2 anak pra sekolah yang sedang menjalani masa pemulihan. Keadaan anak tanpa infus, sebelum anak dinyatakan pulang, perawat RS UBS memberikan terapi bermain kepada anak-anak agar menghindari rasa kecemasan dan takut pada anak.
A. Perkenalan
Leader : Assalamualaikum wr.wb Anak² : walaikumsalam wr.wb
Leader : Wahhh kok yg semangat anaknya aja sih, ayo ibu-ibu bapak-bapak semangat juga dong jawabnya, sekali lagi yaa. Assalamualaikum wr.wb
Anak² dan keluarga : walaikumsalam wr wb
Leader : nahhh gitu dong semangat, selamat pagi adek adek semuaaa Anak² : pagi susterr
Leader : bagaimana kabarnya hari ini ? Anak-anak : baikkkk
Leader : Alhamdulillah, kalo ibu-ibu bapak-bapak gimana kabarnya?
Keluarga : Alhamdulillah baik
Leader : Alhamdulillah baik semua yaaa, seneng banget rasanya kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat. Jadi pertemuan Kita hari ini akan melakukan terapi bermain mewarnai, untuk waktu nya sekitar 1 jam dan untuk tempat nya disini saja yaa,, gimana apakah anak-anak mauu mewarnai??
Anak-anak : mauuu
Leader : Hayooo disini siapa yang suka mewarnai..
Anak-anak: sayaaaa
Leader : wahhhh, semua suka mewarnai yaaa,, kerenn bangetttt. Sebelumnya perkenalkan nama kakak kak amel sebagai leader yang akan memimpin jalannya permainan ini, dan disebelah Kaka
ada kak Stevani sebagai co leader. Nanti waktu adek adek kesulitan mewarnai adek adek bisa minta tolong sama kak amel dan kak stevany yaa.
Penjelasan
Leader: untuk cara dan penjelasannya akan di sampaikan oleh kak Stevany
Leader : Adek-adek nanti mewarnai nya yang bagus yaa... Adek adek terserah mau adek pilih gambar mana yang mau diwarnai, oke ?
Anak-anak : okeee...
Co Leader : Ibu ibu tolong adeknya tetap didampingi ya.. nanti kami mohon juga dibantu dalam membimbing anak anak ya.Ibu
Ibu : iya
Leader: udah faham semuaa yaa, tapii sebelum kita mulai kita bernyanyi dulu yaa, biar makin semangat. Kita akan menyanyi lagu kalau kau suka hati tepuk tangan prok prok prok. Hafal semua yaa lagunya.. oke kita mulai bernyanyi ya,, 123
(Bernyanyi)
Leader: okee tepuk tangan dulu dong..
B. Pelaksanaan
Leader : Ayo adik adik silahkan dipilih gambar kesukaan adik adik ya, Anak : (memilih warna)
Leader : Semua sudah membawa buku gambar sendiri-sendiri ? Nah sekarang kita mulai mewarnai ya, Kaka akan memberikan contoh gambar yg sudah Kaka warnai
(Menunjukkan hasil mewarnai) Leader: bisa semua yaa
Anak-anak : iya....
Leader : Nahh tadi sudah diberi contoh cara mewarnai, sekarang yuk kita sama sama bikin adek adek.. kita mulai ya ... 1 2 3 mulai
(anak-anak dan fasilitator mulai mewarnai bersama sama)(Berikan kepada anak kesempatan untuk berkreatifitas sendiri)
Leader: Siapa yang sudah selesai ? Anak 1 : saya sudah
Anak 2 : saya juga sudah (diikuti anak anak yang lainnya)
Leader : Wah bagus sekali. Semua sudah selesai ya. Coba kaka lihat hasilnya ..Wah ini
gambarnya bagus sekali (melihat dan memuji setiap hasil kreatifitas yang anak anak buat) Beri tepuk tangan untuk kita semua.Anak
–
anak : Yeay ... hore... (senang)
Leader : Saekarang hasil mewarnai nya bisa disimpan terus nanti dibawa pulang ditempel
dikamar masing masing ya... Ibuk ibuk nanti kalau adeknya ingin belajar mewarnai lagi dirumah didampingiya...
Ibuk ibuk : Iya
Leader: gimana adik-adik, senang ga mewarnai nyaa Anak-anak: senangg
Leader : Adi adik keren semua hebattttt Kaka kasih jempol dua deh
Leader: baiklah sekarang kita berada diujung acara, kita sudahi ya pertemuan hari ini, terimakasih atas waktunya. Kurang lebih nya kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi
C. Evaluasi
Co leader mengobserver mengevaluasi jalannya terapi bermain.. (ledaernya bagaimana ? Anak anak bagaimana ? Ibu pendamping bagaimana ? )
Leader : Alhamdulilah acara Terapi Bermain mewarnai sudah selesai. Kakak dan teman-teman undur diri ya... kakak mohon maaf apabila selama mendampingi adek adek ada kesalahan.
Wassalamu'alaikum wr.wb