MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERMAINAN TRADISIONAL SERTA
RELEVANSINYA DENGAN KURIKULUM 2013 BAHASA INDONESIA TINGKAT
SEKOLAH DASAR
Skripsi
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Ria Eka Putri 1411010035
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2019
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK... ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR LAMPIRAN... ... vi
DAFTAR TABEL... ... vii
DAFTAR GAMBAR... ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1LatarBelakang ... 1
1.2Fokus Penelitian.. ... 4
1.3RumusanMasalah ... 5
1.4Tujuan Penelitian ... 6
1.5Manfaat Penelitian... ... 7
1.6Defenisi Istilah... ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1Landasan Teori ... 10
2.1.1 Permainan Tradisional... ... 10
2.1.2 Makna Simbolik... 15
2.1.3 Nilai Pendidikan Karakter... ... 22
2.1.4 Konsep Kurikulum 2013... ... 26
2.2Kajian Penelitian yang Relevan ... 28
2.3Kerangka Berpikir ... 31
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 32
3.1Desain Peneitian ... 32
3.2Latar Penelitian ... 33
3.3Data dan Sumber Data... ... 34
3.4Teknik Pengumpulan Data... 35
3.5Keabsahan Data... ... 36
3.6Teknik Analisis Data... ... 37
3.7Instrumen Penelitian... ... 38
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... ... 42
4.1Data dan Temuan Penelitian... ... 42
4.1.1 Data... ... 42
4.1.1.1Lokasi... ... 42
4.1.2 Temuan Penelitian ... ... 46
v
4.1.2.1Bentuk Permainan... ... 46
4.1.2.2Makna Simbolik Permainan Tradisional Suku Jamee... ... 51
4.1.2.3Nilai Pendidikan Karakter Permainan Tradisional Suku Jamee.. 59
4.1.2.4Relevansi Permainan Tradisional dalam K13 Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Dasar... ... 63
4.2Pembahasan... 66
4.2.1 Bentuk Permainan Tradisional... ... 66
4.2.2 Makna Simbolik... 67
4.2.3 Nilai Pendidikan Karakter... ... 69
4.2.4 Relevansi Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Dasar.. ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN... ... 72
5.1Simpulan... ... 72
5.2Saran... ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangSeiring perkembangan zaman, masyarakat global mulai merasakan kehilangan identitas/jati diri masing-masing. Hal ini terjadi, karena keberadaan modernisasi pada abad ke-21 ini yang tidak dapat dihindari.
Dengan arus globalisasi, dunia dihadapkan pada arus budaya tunggal yang evolusinya bergulir begitu kuat, bahkan dapat menggeser tatanan budaya lokal hampir di seluruh belahan dunia. Hal inilah yang mendorong tampilnya wacana-wacana pelestarian identitas lokal dengan konsep yang bertujuan merevitalisasi budaya lokal yang hampir punah, melestarikan warisan budaya lokal yang masih bisa bertahan. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan melakukan penelitian tentang budaya tersebut.
Berbicara tentang kebudayaan tentu besar kaitannya dengan kearifan lokal.
Berdasarkan pendapat Warren (dalam Hartutik, 2015:3), menjelaskan bahwa
“Kearifan lokal adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama, sebagai hasil proses hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungannya”. Pada era sekarang,
kesadaran akan kaya dan berartinya kearifan lokal cenderung lambat. Selama ini, kearifan lokal tiarap bersama kepentingan pembangunan yang bersifat sentralistik dan top down (Ridwan dalam Hartutik, 2015:1), seperti salah satu aset budaya yang ada di setiap daerah, permainan tradisional.
1
2
Permainan tradisional meredup ketika IT yang merambah dunia abad 21 menjadi aspek pengganti utama. Kecanggihan alat-alat era globalisasi ini seolah menjadi kiblat manusia dari belahan dunia manapun. Tidak terkecuali anak-anak dan lingkungan pertumbuhannya. Permainan tradisional sekarang telah berubah menjadi permainan modern yang bisa diakses langsung menggunakan internet. Hingga citra tradisional pun perlahan bergeser, redup dan lenyap dari muka bumi. Tanpa siapapun tau tentang ceritranya.
Tidak hanya itu, persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan publik, berbagai alternatif penyelesaian diajukan dan banyak dikemukakan untuk mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa tersebut.
Persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan, perusakan dan lain-lain menjadi aspek utama dalam robohnya karakter anak bangsa. Untuk itu, pendidikan karakter sangat penting untuk mencegah terjadinya hal negatif, karena pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak yang diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat mengurangi penyebab timbulnya masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Permainan tradisional merupakan salah satu budaya yang masih dilestarikan dengan berbagai macam simbol yang mampu menampilkan identitas. Buktinya, dolanan anak (salah satu permainan tradisional di
3
Yogyakarta) umumnya menggunakan bahasa daerah, sehingga ciri budaya lokalnya menjadi tampak jelas (Niken, 2015:14). Dengan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji makna simbolik dan nilai pendidikan karakter dalam permainan tradisional. Pentingnya pemaknaan menggunakan simbolik dirasa dapat menambah pemahaman terkait nilai-nilai yang akan disampaikan,
Penelitian ini juga melihat relevansi dari permainan tradisional sebagai aset budaya dengan kurikulum pendidikan sekolah dasar yang berlaku sekarang, mengingat bahwa permainan tradisional sebagai wadah memanusiakan manusia, yang bermoral, berpekerti luhur dan bersosial, yang dimulai dengan sejak dini. Pengambilan sekolah dasar ditujukan dengan alasan, bahwa tahap ini disebut dengan tahap operasional konkrit, yaitu anak mampu berfikir logis melalui objek-objek konkrit, dan sulit memahami hal-hal yang hanya dipresentasikan secara verbal. Keterkaitan permainan tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dapat dianalisis dari segi silabus.
Peneliti memilih permainan tradisional suku Aneuk Jamee, Labuhan Haji sebagai sasaran penelitian dengan objek permainan yang menggunakan bahasa (lagu) di dalamnya. Hal ini dikarenakan penelitian seputar permainan tradisional masih sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan terhadap beberapa orang masyarakat Labuhan Haji, rata-rata menjawab bermain kelereng, lompat tali dan sebagainya, tidak satu pun menjawab permainan yang melibatkan lagu.
4
Pada saat peneliti memancing sebuah lagu permainan, mereka hanya ingat beberapa lirik saja.
Berdasarkan perihal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Makna Simbolik dan Nilai Pendidikan Karakter dalam
Permainan Tradisional Serta Relevansinya dengan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Sekolah Dasar”
1.2Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menggali makna simbolik dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam lagu permainan tradisional pada suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji serta relevansinya dengan kurikulum 2013 bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Dengan pertimbangan, hal-hal berikut:
Pertama, permainan tradisional merupakan aspek yang perlu dikaji dan ditelaah, agar keberadaannya tidak serta-merta hilang oleh kikisan zaman millenium. Hal ini terbukti dari kurangnya pengetahuan anak-anak terkait permainan tradisional. Apalagi penelitian terkait permainan di Aceh umumnya, dan Aceh Selatan khususnya, masih sangat minim.
Kedua, peneliti memilih sasaran suku Aneuk Jamee karena bidang kajian yang mudah dijangkau peneliti. Apalagi penilitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi penelitian terkait Kearifan Lokal Aceh Selatan.
5
Ketiga, peneliti telah melakukan beberapa wawancara dengan masyarakat Labuhan Haji. Dengan empat orang sebagai objek wawancara, dua diantaranya mengetahui lirik secara keseluruhan, satu orang mengetahui hanya sepenggal dan satu orang lupa.
Keempat, pencarian makna simbolik dan nilai pendidikan karakter menjadi salah satu bidang kajian dikarenakan ketidaktahuan masyarakat Labuhan Haji terkait pesan moral dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam lirik lagu, yang mana dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap lingkungan belajar anak. Dengan melakukan pendekatan secara semiotik, dirasa dapat menambah pemahaman terkait makna dan nilai pendidikan karakter di dalamnya.
Kelima, salah satu cara melestarikan permainan tradisional ialah melalui pendidikan. Kurikulum pendidikan nasional seyogyanya memadukan unsur- unsur tradisional berbagai daerah di Indonesia, seperti adanya implementasi permainan tradisional dalam silabus pembelajaran. hal ini terlihat dari persepsi Kurikum 2013 menjadi solusi tepat atas perubahan dinamika sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, perubahan kurikulum 2013 membawa dampak perubahan mendasar dalam dunia pendidikan saat ini.
1.3Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah persoalan yang perlu dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan penelitian. Oleh karena itu,
6
berdasarkan dari latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1) Bagaimana bentuk permainan tradisional yang menggunakan lagu pada suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan?
2) Bagaimana makna simbolik yang terdapat dalam lirik lagu pada permainan tradisional suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan?
3) Bagaimana nilai pendidikan yang terdapat dalam lirik lagu permainan tradisional suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan?
4) Bagaimana relevansi antara permainan tradisional terhadap Kurikulum 2013 pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan peneliti untuk mendapat jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah dan dinyatakan dengan kalimat deklaratif (Kustina dkk, 2017: 34).
Oleh karena itu, berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitiannya yaitu:
1) Mendeskripsikan permainan tradisional yang menggunakan lagu pada suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan.
7
2) Mendeskripsikan makna simbolik yang terdapat dalam lirik lagu permainan tradisional pada suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan.
3) Mendeskripsikan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam lirik lagu permainan tradisional pada suku Aneuk Jamee di Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan.
4) Mendeskripsikan relevansi antara permainan tradisional terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di sekolah dasar.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian memuat dua hal yaitu manfaat teoretis dan praktis bagi pihak-pihak terkait dengan upaya pemecahan masalah penelitian.
1) Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis (akademis) adalah kegunaan hasil penelitian terhadap pengembangan keilmuan, yakni:
a. Dapat menambah koleksi penelitian terkait kearifan lokal suku Jamee Labuhan Haji, Aceh Selatan.
b. Dapat menambah koleksi penelitian terkait pendekatan semiotik.
c. Dapat menambah koleksi penelitian terkait nilai pendidikan karakter pada permainan tradisional.
d. Dapat menjadi pegangan dalam hal bidang kajian semiotik dan Nilai Pendidikan.
8
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah kegunaan hasil penelitian untuk kepentingan masyarakat penggunanya.
a. Dapat menjadi kajian bagi peneliti lanjut yang mengkaji hal lebih mendalam meneliti kajian semiotik dan nilai-nilai pendidikan karakter pada aspek kebudayaan lainnya.
b. Dapat menambah wawasan penulis terkait semiotik dan nilai pendidikan, serta pengaitan dengan bidang studi sesuai kurikulum yang berlaku.
1.6Defenisi Istilah
Defenisi istilah merupakan penjelasan dan konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian. Oleh karena itu, defenisi istilah dalam penelitian ini yaitu.
1) Elly Fajarwati (dalam Haris, 2015:7) mengungkapkan pengertian permainan tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa.
2) Makna Simbolik merupakan salah satu kajian semiotik yang mengkaji tentang tanda-tanda dalam perlambangan, yang dibentuk oleh masyarakat dimana lambang itu berdiri (berkovensi).
9
3) Lickona (dalam Samani, 2012:44) mendefenisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis.
Sedangkan nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
4) Kurniawan (2015:2) menuliskan bahwa Kurikum 2013 dipersepsi menjadi solusi tepat atas perubahan dinamika sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, perubahan kurikulum 2013 membawa dampak perubahan mendasar dalam dunia pendidikan kita.
Salah satunya ialah pembelajarannya.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)