Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam
Ilyas Ramadhan1, Tyorinis2 UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
E-mail: [email protected] 1, [email protected] 2
Abstract
In the concept of sharia management (Islam) is behavior related to the values of faith and monotheism, every behavior of people involved in an activity is based on monotheism values, it is hoped that their behavior will be controlled and there will be no KKN behavior (corruption, collusion and nepotism) because they realize that there is supervision from the Most High, namely Allah SWT who will record every good and bad deed. The curriculum development process is the steps to produce a curriculum or improve an existing curriculum. In curriculum development there are supporting factors and inhibiting factors in the curriculum development process.
Keywords: Education Management, Curriculum.
Abstrak
Dalam konsep manajemen syariah (Islam) adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan, setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari yang Maha Tinggi, yaitu Allah SWT yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk. Proses pengembangan kurikulum merupakan Langkah-langkah untuk menghasilkan kurikulum atau menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Dalam pengembangan kurikulum terdapat factor pendukung dana penghambat dalam proses pengembangan kurikulum.
Kata Kunci : Pengembangan, Manajemen Pendidikan, Kurikulum.
ISSN 2964-6863 67| J u r n a l M A N A P I, Vol.2 No.2, November 2023
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah jantungnya pendidikan atau menjadi formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks Pendidikan (Sukatin et al., 2023). Kurikulum akan tergambarkan apabila usaha yang akan dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensi berupa fisik, intelektual, dan emosional. Oleh karena itu kurikulum dapat dipangang sebagai buku atau dokumen yang digunakan guru sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar (Bahrun 2017).
Pendidikan merupakan bagian dari kebutuhan bagi setiap individu manusia, memegang penuh peranan yang sangat penting untuk menciptakan peradaban yang maj. Karena maju tidaknya suatu peradaban bisa ditentukan oleh baik tidaknya mutu dari pendidikan yang ada pada waktu itu (Mahrus, 2021). Jauh dari sebelum negara Indonesia merdeka, problem kurikulum sudah menjadi hal yang serius dalam bidang pendidikan dan pengajaran saat itu.
Kurikulum sering kali diorientasikan pada kebutuhan tenaga untuk membangun sarana produksi dan pelayanan pemerintah bagi kepentingan kolonial.
Manajemen kurikulum pendidikan Islam adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan Islam (Nasution & Albina, 2022).
Karena manajemen pada hakekatnya menyangkut optimalisasi kerja lembaga sekolah / madrasah yang secara sistematik dan sistemik untuk menjadi tujuan pendidikan yang ingin
diraih yang diwarnai dengan nuansa Islami. Atas dasar pemikiran tersebut perlu dilakukan dan diterapkan manajemen kurikulum pendidikan Islam sebagai sebagai upaya pengelolaan pendidikan.
Berhubungan dengan hal tersebut diatas, terkait dengan pengembangan kurikulum dan manejemen pendidikan yang ada, memang banyak sebagian dari guru-guru agama disekitar kita mengeluh dengan kurangnya sosialisasi tentang kurikulum agama. Kebingungan terjadi, terkait dengan silabus dan form RPP KTSP, serta materi ajar yang tidak sesuai. Hal ini membuktikan bahwa sampai detik ini KTSP yang sudah dimulai sejak tahun 2006 dan disosialisasikan sekitar tahun 2007 belum terealisasi dan tersosialisasikan secara maksimal kepada guru-guru selaku pelaksana pendidikan, sementara sekarang kita sudah melaksanakan kurikulum 2013 yang pendekatannya secara saintifik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bersumber dari studi literatur. Metode deskriptif kualitatif yang dikemukakan oleh Zakaria dan Ghoffar (2017) merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat menghasilkan informasi dalam bentuk catatan dan data deskriptif yang bersumber dari teks yang diteliti.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan mengkaji berbagai sumber literatur yang akurat, baik itu buku ataupun jurnal penelitianyang sudah ada. Dalam hal ini 68| J u r n a l M A N A P I
dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan sebagai langkah awal, kemudian hal ini dilanjut dengan mengklasifikasi dan mendeskripsikan hasil penelitian secara sistematis. Metode deskriptif ini akan memberikan informasi dan keterangan secara jelas, objektif, dan sistematis mengenai manajemen kurikulum pendidikan Islam (Wassalwa & Syarafah, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengembangan Kurikulum
Mengutip pendapat Audrey dan Howard Nichools, (Hamalik 2007) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah
“the planning of learning opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extend to whice these changes have taken place”. Artinya, pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan serta menilai hingga sejauh mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri peserta didik. Pengembangan kurikulum sesungguhnya adalah sebuah siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir.
Dan proses tersebut terdiri atas empat unsur, yakni tujuan, metode dan material, penilaian, serta umpan balik (Selamet et al., 2022).
Berkaitan dengan hal itu, Ella Yulaelawati (Huda, 2017) mengatakan bahwa langkah pengembangan kurikulum
berikut ini; a) Merumuskan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan yang dirumuskan meliputi tujuan nasional, institutional, dan pembelajaran. Adapun tujuan nasional di Indonesia dapat dilihat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional yang berlaku. b) Menyusun pengalaman belajar Pengalaman belajar perlu disusun untuk memberikan gagasan kepada guru tentang rincian kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan.
Adapun kriteria pemilihan pengalaman belajar yang perlu dicermati oleh para pengembang kurikulum adalah validitas, artinya dapat diterapkan disekolah, layak dalam hal waktu, kemampuan guru, fasilitas sekolah, dan pemenuhan terhadap masyarakat,serta optimal dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik (W, 2022).
Menurut Ulaelawati (2004) mengemukakan bahwa pengalaman belajar peserta didik perlu dikelola secara baik agar tidak terjadi misleading dengan tujuan yang dirumuskan. Karena itu, seorang pengembang kurikulum harus meminimalisasi kegiatan pengalaman belajar peserta didik yang tidak berguna. Seorang pengembang kurikulum maupun guru harus menetapkan sistem penilaian yang dapat mengungkapkan diri peserta didik secara utuh, baik pada tingkat kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
2. Ketatalaksanaan Kurikulum
Ketatalaksanaan Kurikulum
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa, bangsa yang maju adalah bangsa yang mementingkan mutu Pendidikan (Tania Natasha & Widya Prasetyaningtyas, 2022).
Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik, diperlukan alat, alat yang sangat penting bagi keberhasilan pendidikan adalah kurikulum. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Hamalik (2003)
Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19, yang mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Asep Hernawan Herry
& Andriyani, 2014). Sebagai alat pendidikan yang baik, kurikulum harus dapat memenuhi tuntutan pendidikan mendasar yaitu mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global untuk itu perlu diupayakan pembaruan kurikulum pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Kurikulum tentu suatu hal yang dirancang untuk dilaksanakan hingga selesai dan tidak terhenti di tengah
perjalanan. (Hamalik 2007)
Kurikulum ini kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan dengan analogi pelari adalah seorang peserta didik yang harus menempuh serangkaian kompetensi dasar agar mendapatkan penghargaan berupa sertifikat. Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana bahwa kurikulum adalah sejumlah kompetensi dasar dalam mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan mengikuti program dari awal hingga akhir program untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah sebagai imbalan.
Sebuah kurikulum dirancang sedemikian rupa untuk mengatur proses pembelajaran (Widiati, 2015). Karena kurikulum adalah sebuah rencana pembelajaran yang disebutkan secara eksplisit dengan kalimat a plan for learning. Sebuah sistem dan seluruh rangkaian yang akan dijalani oleh peserta didik selama mengikuti pembelajaran direncanakan terlebih dahulu. Implikasi lain dari pandangan ini dapat dinyatakan sebagai dokumen tertulis yang menjelaskan mengenai kegiatan peserta didik selama di sekolah dan kaitanya dengan program pembelajaran (Tujantri & Wulandari, 2022).
Proses perencanaan program pembelajaran harus disusun sistematis dan hirarki disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik (Duriani, 2018).
Kurikulum tidak boleh disusun sedemikian rupa hanya berdasarkan tujuan dari suatu lembaga penyusun kurikulum agar tujuan tercapai akan tetapi harus memperhatikan
aspek-aspek yang melekat pada peserta didik. Carter (1973) menjelaskan bahwa kurikulum harus disusun berdasarkan sekumpulan kursus-kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik. Tujuan dari penyusunan ini agar peserta didik dapat dengan mudah mengikuti keseluruhan program yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan proses penyelesaian beban yang telah ditentukan dalam kurikulum maka tidak seluruh peserta didik mampu menyelesaikan beban dengan beban dan waktu yang sama.
Kurikulum tentu saja memberikan hasil yang berbeda dari setiap peserta didik apakah mereka tetap berjalan sesuai dengan gerbong atau keluar dari lintasan oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem penilaian yang dapat menunjukkan kesimpulan mengenai proses yang dilakukan oleh peserta didik, Eliadian (2015). Hasil ini harus dievaluasi agar bisa diambil keputusan mengenai pembuatan, pelaksanaan dan hasil dari implementasi dari kurikulum. Berdasarkan uraian yang telah dilakukan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum terdiri 4 aspek penting yakni:
Kompetensi, beban yang harus dikuasai oleh peserta didik selama mengikuti program pembelajaran. Kompetensi tersebut tertuang dalam mata pelajaran atau mata kuliah yang diberikan dengan kriteria tertentu.
Peserta Didik, subjek yang melakukan pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk menguasai beberapa
kompetensi minimal agar dapat dikatakan melewati suatu jenjang tertentu.
Pelaksana, suatu lembaga yang
bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan kurikulum. Pelaksana pada awalnya hanya terdiri dari satu lembaga yakni sekolah yang menaungi peserta didik, namun dalam skala nasional tentu saja dibutuhkan banyak lembaga yang berperan untuk mengarahkan peserta didik tetap berada pada jalur yang sesuai.
Evaluasi, sistem evaluasi adalah proses penilaian proses implementasi kurikulum secara keseluruhan. Evaluasi akan menilai seluruh proses baik secara parsial maupun terintegrasi dengan tujuan melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang ada dalam program atau bahkan program secara keseluruhan jika dianggap gagal dalam melaksanakan tujuan kurikulum, Nasution (2003).
3. Metode Pengembangan Kurikulum
Menurut Fajri menjelaskan bahwa, dalam mengembangkan kurikulum dimulai dengan merumuskan ide yang akan dikembangkan menjadi program. Ide dalam perencanaan kurikulum berasal dari: a. Visi yang dicanagkan. b. kebutuhan stakholders dan kebutuhan untuk studi jenjang berikutnya. c. Hasil evaluasi kurikulum yang telah digunakan dan tuntutan perkembangan ipteks dan zaman. d. Pandangan berbagai pakar keilmuan. e. Perkembangan era globalisasi, dimana seseorang dituntut untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat,
memperhatikan bidang social, ekonomi Politik, budaya dan teknologi
Dari penjelasan diatas dikembangan kurikulum rancangan program dalam bentuk dokumen seperti silabus, setelah itu rancangan yang sudah dibuat (silabus) maka akan dikembangkan lagi dalam bentuk rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan seperti RPP atau SAP.
Pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari perencaan, implementasi serta evaluasi. Selain proses kurikulum secara umum, ada empat tahap pengembangan kurikulum dilihat dari tingkatannya. Antara lain:
1. Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini membahas pendidikan pada tingkat nasional yang terdiri dari pendidikan formal, informal, dan non formal. Dari tingkatnya dapat dilihat secara vertical dan horizontal.
Secara vertical, pengembangan kurikulum dilakukan berdasarkan tingkat pendidikan dari yang terendah sampai tertinggi. Namun sedangkan secara horizontal, pengembangan kurikulum berdasarkan pendidikan yang sederajat, seperti SD, MI dan program paket A. Arifin (2013).
2. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
Pengembangan kurikulum tingkat ini memiliki beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang akan dicapai sekolah, Menyusun SKL (standar kompetensi lulusan) dan penetapan
isi kurikulum secara keseluruhan.
Standar kompetensi lulusan menunjukan harapan masyarakat, seperti orang tua, pejabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain, serta merupakan harapan bagi pendidikan jenjang tingkat tinggi atau dunia kerja.
3. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Silabus merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran. Silabus yang terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian, bentuk penilaian dan alokasi waktu disusun pada setiap semester.
4. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pada tingkat pembelajaran dikelas pengembangan kurikulum dilakukan dalam bentuk susunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pendidikan) yang dirancang oleh masing- masing guru. Perencaan tersebut juga meliputi sumber belajar yang akan digunakan.
Penjelasan diatas merupakan bentukk pengembangan kurikulum padda tiap-tiap tingkatannya. Masing-masing tingkatan memiliki tugas masing-masing dalam proses pengembangan kurikulum, akan tetapi disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan menurut Hamlik proses pengembangan kurikulum yang digunakaan di Indonesia dimulai dengan melihat kebutuhan yang ada. Dari studi kebutuhan serta kelayakan
kemudian rencana kurikulum, rencana awal dikembangkan menjadi rencana yang akan diterapkan dalam pekasanaan kurikulum.
Renacan tersebut di uji coba terlebih dahulu di lapangan sebelum kurikulum dilaksanakan penilaian untuk melihat tingkat keberhasilan kurikulum. Hasil penilaian dapat digunakan untuk perbaikan kurikulum yang telah ada Hamalik (2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data melalui kajian literatur yang telah dilakukan. Ketatalaksanaan Kurikulum Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa, bangsa yang maju adalah bangsa yang mementingkan mutu pendidikan. Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik, diperlukan alat, alat yang sangat penting bagi keberhasilan pendidikan adalah kurikulum. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
KEPUSTAKAAN
Bahrun, H. 2017 Pengembangan Kurikulum;
Teori dan Praktik (Konsep, Prinsip, Pendekatan dan Langkahlangkah Pengembangan Kurikulum PAI. Yogyakarta:
CV Cantrik Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Ulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Pakar Raya: Bandung.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Asep hernawan herry, & andriyani, d. (2014).
Hakikat kurikulum dan pembelajaran. Modul pembelajaran.
Duriani. (2018). Implementasi perencanaan kurikulum.
Nanaeke indonesian journal of early chilhood education.
Huda, n. (2017). Manajemen pengembangan kurikulum.
Al-tanzim : jurnal manajemen pendidikan islam.
Https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v1i2.113
Mahrus, m. (2021). Manajemen kurikulum dan pembelajaran dalam sistem pendidikan nasional.
Jieman: journal of islamic educational management.
Https://doi.org/10.35719/jieman.v3i1.59
Nasution, a. F., & albina, m. (2022). Manajemen kurikulum pendidikan agama islam di madrasah aliyah negeri labuhanbatu. Edukasi islami: jurnal
pendidikan islam.
Https://doi.org/10.30868/ei.v11i03.3063
Selamet, supiana, & yuliati zaqiah, q. (2022). Kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan islam. Al- munadzomah.
Https://doi.org/10.51192/almunadzomah.v1i2.320 Sukatin, danny, m. A. F., huda, r. M., & fajria, z. I.
(2023). Manajemen kurikulum dan evaluasi.
Educational leadership: jurnal manajemen pendidikan.
Https://doi.org/10.24252/edu.v2i2.35257
Tania natasha, & widya prasetyaningtyas. (2022).
Pelaksanaan kurikulum adaptif dalam program evaluasi untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Jurnal pendidikan nasional.
Https://doi.org/10.55249/jpn.v2i1.34
Tujantri, h., & wulandari, t. (2022). Evaluasi keberhasilan kurikulum perguruan tinggi mengacu kkni menggunakan sistem pakar. Jurnal tunas pendidikan.
Https://doi.org/10.52060/pgsd.v4i2.712
W, s. (2022). Pengembangan kurikulum: (sebagai peran guru profesional). Edukatif : jurnal ilmu pendidikan.
Https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2645
Wassalwa, s. M. M., & syarafah, h. F. (2022).
Manajemen kurikulum pesantren. At-tahsin : jurnal
manajemen pendidikan.
Https://doi.org/10.59106/attahsin.v1i1.8
Widiati, u. (2015). Kurikulum dan silabus. Journals of universitas terbuka.