• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah landasan pendidikan kel 4

N/A
N/A
Lia Ambarwati

Academic year: 2024

Membagikan " Makalah landasan pendidikan kel 4"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Masalah Pemerataan dan Mutu Pendidikan di Indonesia

Disusun oleh:

Herdyana 036120021

Indah Ayu Dwiastuti 036123001

Adhinda Fadhilah Dinata 036123004

Rahma Wati 036123013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2023

BAB I

(2)

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Sistem pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai suprasistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan internal dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah- masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri.

Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di sekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut. Di Indonesia sudah pasti memiliki banyak masalah terutama dalam bidang pendidikan yang sangat berpengaruh di lingkungan anak- anak pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, serta masalah relevansi pendidikan. Selanjutnya dalam melaksanakan fungsinya untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan mampu menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masalah pemerataan pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana masalah mutu pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah pemerataan di Indonesia 2. Untuk mengetahui mutu pendidikan di indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan-permasalahan Dalam Pendidikan 1. Pengertian Permasalahan Pendidikan

Permasalahan pendidikan adalah masalah yang muncul dalam suatu sistem pendidikan.

Permasalahan pendidikan merupakan persoalan penting yang sedang dihadapi oleh Negara kita saat ini. Permasalahan mengenai menurunnya kualitas pendidikan kita Saat ini.

(3)

Dikarenakan pada zaman sekarang tidak dipungkiri bahwa setiap tahunnya, Setiap jenjang pendidikan terus mengalami kenaikan biaya pendidikan, akibatnya banyak diantara mereka yang putus sekolah, bahkan tidak sekolah karena terhalang Masalah biaya pendidikan yang mahal.

2. Masalah Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem Pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh Warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi Wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

3. Masalah Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan Oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem Sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk Kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/Pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di Lapangan. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah:

Apakah Keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri Dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.

4. Masalah Efisiensi Pendidikan 5. K

6.

B. Penanggulangan Masalah-masalah Pendidikan

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi berrkembangnya masalah D.

(4)

A. Masalah Pemerataan Pendidikan Di Indonesia 1.1 Pengertian Permasalahan Pedidikan

Permasalahan pendidikan adalah masalah yang muncul dlm suatu sistem pendidikan.

Permasalahan pendidikan merupakan persoalan penting yang sedang dihadapi oleh Negara kita saat ini. Permasalahan mengenai menurunnya kualitas pendidikan kita saat ini. Dikarenakan pada zaman sekarang tidak dipungkiri bahwa setiap tahunnya, setiap jenjang pendidikan terus mengalami kenaikan biaya pendidikan, akibatnya banyak diantara mereka yang putus sekolah, bahkan tidak sekolah karena terhalang masalah biaya pendidikan yang mahal

1.2 Permasalahan-permasalahan Dalam Pendidikan 1. Masalah pemerataan pendidikan.

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem

pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

2. Masalah Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai

taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem

(5)

sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja (performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/

pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan.

Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika

tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan bertanggung jawab, warganegara yang Cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.

3. Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya berarti rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:

a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.

b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan.

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.

d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

5. Masalah Relevansi Pendidikan

Telah dijelaskan bahwa tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut:

• Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.

(6)

• Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.

• Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.

2.3 Penanggulangan masalah-masalah pendidikan

Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika pendidikan:

l ) Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.

2) Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

3)Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

4)Produknya yang bermutu tersebut relevan •• Pemecahan pemerataan pendidikan Upaya tersebut bisa secara langsung dilakukan pada sarana pendidikan atau pada pelaku pendidikan. Pada sarana pendidikan, misalnya melalui pembangunan gedung sekolah baru di daerah pinggiran, perbaikan dan penggantian gedung sekolah yang tidak layak pakai serta pengadaan sistem double sift (bergantian pagi dan sore) untuk penggunaan gedung sekolah agar penggunaannya bisa merata.

•• Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan.

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan secara garis besar meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:

a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.

b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan. Misalnya berupa pelatihan, seminar, kegiatan kelompok studi seperti PKG dan sebagainya.

c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal dan melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP.

d. Pengembangan dan penyempurnaan sarana prasarana belajar

f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenal anggaran.

(7)

g. Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.

•• Pemecahan permasalah efisiensi pendidikan

Yaitu dapat dilakukan dengan lebih mengarah pada masalah kualitas, tentu saja ini dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.Hal tersebut dapat ditempuh melalui cara-cara pendekatan sistem, berorientasi pada peserta, dan pemanfaatan sumber belajar.

•• Permasalahan relevansi pendidikan

Yaitu dapat dipecahkan mealui cara-cara seperti:

- Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan

- Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan

- Melakukan pembaharuan sistem pendidikan - Memberdayakan lembaga pendidikan

- Mengembangkan kualitas sumber daya manusia, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan 1. Perkembangan IPTEK dan seni

2. Laju pertumbuhan masyarakat 3. Aspirasi masyarakat

4. Keterbelakangan budaya dan sarana pendidikan.

2. Masalah Pemerataan Pendidikan Di Indonesia

Permasalahan mutu pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan suatu sistem yang saling berpengaruh. Mutu keluaran dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses. Pembahasan dalam hal ini didasarkan pada komponen masukan, proses, dan keluaran. Mutu masukan pendidikan dapat dilihat dari kesiapan murid dalam mendapatkan kesempatan pendidikan. Data Pusjas tahun 2004 menunjukkan bahwa sebagian siswa (46%) berada dalam kategori tingkat kebugaran kurang, dan (37%) dalam tingkat kebugaran sedang. Data Susenas tahun 2003 mengungkapkan bahwa dari sekitar 18 juta anak usia balita, sekitar 28% atau lima juta anak berstatus kekurangan gizi dan lebih

(8)

dari 50% anak SD/MI menderita cacingan. (Depkes, 2003). Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan meliputi (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas dan kualitas, maupun kesejahteraannya; (2) prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal; (3)

pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran; dan (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif. Salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan adalah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan. Sampai dengan tahun 2002/2003 terdapat sekitar 2,7 juta guru dari jenjang pendidikan prasekolah hingga menengah, baik pada sekolah negeri maupun swasta.

Namun jumlah tersebut belum memadai, karena itu masih diperlukan sekitar 400 ribu orang.

Dalam kaitan dengan tenaga kependidikan, data Balitbang Depdiknas tahun

2003/2004 mengungkapkan bahwa pegawai administrasi di SD masih sangat kurang.

Jumlah SD 135.644 sekolah hanya memiliki pegawai administrasi 7.687 orang dan penjaga sekolah 100.486 orang. Dari 21.256 SMP, terdapat 15.636 perpustakaan baru memiliki 8.474 petugas perpustakaan, dari 14.900 laboratorium hanya tersedia 1.892 laboran. Pada 8.238 SMA dengan 5.598 perpustakaan baru memiliki 4.402 petugas perpustakaan, dari 10.050 laboratorium baru memilki 1.555 laboran. Pada 5.115 SMK dengan 3.745 perpustakaan baru memiliki 2.017 petugas perpustakaan, dari 1.461 laboratorium baru memilki 804 laboran. Tenaga kependidikan pada perpustakaan dan laboratorium sebagian besar belum memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai, sehingga mutu layanan pendidikan belum optimal. Berdasarkan data tahun 2004 jumlah pengawas 21.627 orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan sekolah yang menjadi sasaran supervisi, selain itu letak geografis sekolah yang menyulitkan supervisi, sehingga pengawasan proses pembelajaran belum dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Pemerintah telah berusaha menambah tenaga pendidik, khususnya guru. Upaya

tersebut belum dapat memenuhi kekurangan guru di setiap jenjang pendidikan sebagai akibat banyaknya guru yang mencapai usia pensiun, berhenti, mutasi, dan meninggal dunia. Padahal di SMP saja setiap tahun ada tambahan 400 ribu murid baru. Untuk

(9)

mengatasi kekurangan guru, maka mulai tahun 2003 telah dilakukan pengadaan guru bantu mencapai jumlah 190.332 orang dan pada tahun 2004 juga dilakukan pengadaan guru bantu sekitar 71.309 orang.

Dari jumlah pengadaan guru bantu ditambah dengan PNS baru nonguru bantu

yang berjumlah sekitar 38.533, maka total penambahan guru selama tahun 2003 dan 2004 berjumlah sekitar 300.174 orang. Apabila ditambah dengan kekurangan guru tahun 2002/2003 maka jumlahnya menjadi 427.903 orang, belum lagi apabila ditambah dengan guru yang pensiun pada tahun 2003 yang berjumlah sekitar 29.937 orang, maka

kebutuhan guru untuk tahun 2004 yaitu 157.666 orang. Kalau ditambah dengan jumlah guru yang pensiun, maka kebutuhan guru tahun 2005 menjadi 218 ribu orang. Dalam rangka menuntaskan Program Wajar Dikdas 9 Tahun, terdapat sekitar 400 ribu anak usia 13-15 tahun akan memasuki jenjang SMP/MTs sehingga dibutuhkan sekitar 25 ribu guru setiap tahunnya.

Kekurangan guru tersebut apabila dilihat dari rasio guru terhadap siswa akan

menjadi kontras. Tabel 2 menunjukkan rasio guru terhadap siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA tahun 2003 yaitu 21, 17, dan 14. Apabila dibandingkan dengan rasio guru terhadap siswa berdasarkan standar nasional pendidikan, maka jumlah guru pada jenjang tersebut sudah sangat ideal. Rasio ini tidak diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Beberapa faktor penyebab ketidakefisienan tersebut adalah terjadinya

penumpukan guru di daerah perkotaan, kurikulum yang sangat terspesialisasikan pada pendidikan menengah, dan banyaknya sekolah dasar kecil dengan rata-rata jumlah murid di bawah 100 orang. Rasio pelayanan siswa per guru tersebut akan menjadi isu kebijakan penting dalam peningkatan mutu dan efisiensi pendidikan, karena akan menghambat pemenuhan pembiayaan untuk biaya operasi satuan pendidikan dan upaya untuk meningkatkan gaji guru. Jumlah guru yang besar dan menumpuk pada lokasi tertentu dapat dimanfaatkan untuk mendukung penyelenggaraan SMP Terbuka, baik sebagai guru bina maupun guru pamong. Saat ini dari SMP Terbuka memerlukan 30.000 orang guru bina dan 13.000 guru pamong. Guru bina direkrut dari guru mata pelajaran SMP yang tugas mengajarnya belum mencapai tugas maksimal sedang guru pamong pada umumnya diambil dari guru SD/MI. Walaupun demikian kelebihan guru di sekolah-sekolah

(10)

perkotaan merupakan persoalan yang perlu ditangani secara serius.

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Pendidikan berperan dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan.

Tujuan pendidikan adalah manusia sebagai pelaku dalam pembangunan dan kegiatan pendidikan, sehingga harus berorientasi pada masa depan dan terjangkau oleh pemikiran manusia. Isu-isu yang muncul antara lain isu pemerataan pendidikan, isu kualitas

pendidikan, isu efisiensi pendidikan, dan isu relevansi pendidikan.

Pemecahan masalah ini membutuhkan perumusan berbagai masalah dasar sehingga solusi yang tepat.

Masalah yang terjadi dapat teratasi jika pendidikan dapat:

- Menyediakan kesempatan pemerataan belajar - Mencapai hasil pendidikan yang bermutu - Terlaksana secara efisien

- Menghasilkan produk bermutu yang relevan

Dan Dari hasil analisis pembangunan pendidikan nasional di Indonesia ke depan masih dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang antara lain mencakup (a) pemerataan dan perluasan akses; (b) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (c) penataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan. Dalam upaya meningkatkan kinerja pendidikan nasional juga diperlukan suatu reformasi menyeluruh yang telah dimulai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan sebagai bagian dari reformasi politik pemerintahan. Reformasi politik pemerintahan ini ditandai dengan perubahan radikal tata kepemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem

desentralistik, dengan memberikan otonomi yang luas kepada daerah yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diatur kembali dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pendidikan yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kemudian dialihkan menjadi kewenangan

(11)

pemerintah daerah. Pengelolaan pendidikan yang menjadi wewenang pemerintah daerah ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja pendidikan nasional. Atas dasar beberapa permasalahan tersebut, perluasan dan pemerataan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat harus ditempatkan pada prioritas tertinggi dalam pembangunan pendidikan. Mutu dan relevansi pendidikan tercermin dari

kemampuan membentuk kecakapan (competencies) lulusan agar dapat menjadi pekerja produktif dengan upah yang lebih tinggi. Kesempatan pendidikan keahlian, keterampilan dan profesi harus besar dan merata dikaitkan dengan sentra-sentra pengembangan

ekonomi industri, pendayagunaan Iptek, dan peningkatan kecakapan hidup yang sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat.

DAFTAR PUSAKA

Afrinaldi; Masalah pendidikan dan pemecah masalah pendidikan; [email protected] (diakses pada 14 November 2022)

Muhammad Reza; Permasalahan pokok pendidikan dan penanggulangannya, 21 Oktober 2020 (diakses pada 14 November 2022)

Dirjen Dikti. 2003. “Peran, Fungsi, dan Kebijakan Pemerintah Pusat pada Pembangunan Pendidikan Tmggi 2003-2010” Consolidated Report. 11 November2003.

Parluhutan Tobing dan Soenardi Ronowisroyo. 1978. Statistik Pendidikan di Lingkungan Departemen P dan K, Buku II. Jakarta, BP3K.

Pusat Statistik Pendidikan.2002. Statistik Persekolahan 1973-2001, Jakarta.

Rentra Depdiknas 2004-2009.

Sayidiman Suryohadiprojo. 2002. “Pendidikan Dasar yang Bermutu”, Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.

Safrudin Chamidi dan Prayitno.2004. Tahap Awal Pendalaman Indikator Pendidikan Lanjut. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 046, Tahun Ke-1O. .Januari 2004 S. Suryana. 2007. Kebijakan Mutu Pendidikan :Analisis Model Indikator Pendidikan:, Edukasi Tahun XVII No 3 hal 1-16. edisi September-Desember 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan visi pendidikan tersebut pendidikan nasional mempunyai misi adalah (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh

Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan

Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas Pendidikan Menengah 2 Terwujudnya Perluasan Akses dan.

Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk

Pemerataan dan perluasan pendidikan dimaksudkan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan/akses yang sama untuk memperoleh pendidikan dengan tidak membeda-bedakan jenis

Misi pendidikan nasional adalah : (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2)

Meningkatkan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta kepastian dalam memperoleh pelayanan pendidikan.. Optimalisasi kapasitas sumberdaya

2 Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2)