• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROFESI KEGURUAN GURU PROFESIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PROFESI KEGURUAN GURU PROFESIO"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kasus dunia pendidikan di Indonesia, seringkali standar bagi pemula atau guru (Pendidik) baru belum dapat dipenuhi. Namun setelah mereka aktif sebagai guru, kemudian ada langkah-langkah memenuhi standar tersebut.

Misalnya para guru yang masih under-standard tadi melakukan upaya

sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas diri, baik dengan cara melanjutkan studi atau kegiatan lain yang misalnya semisal. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru yang baik, pemerintah Indonesia bersama berbagai lembaga terkait telah merumuskan dan menyusun butir penting yang harus dipenuhi oleh para guru yang kemudian disebut dengan standar profesionalitas guru.

Standar profesionalitas guru tersebut lalu juga harus di imbangi dengan standar nasional pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penetapan standar sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, setidaknya menggambarkan optimisme Pemerintah dan DPR untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional sehingga tidak tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya.

Banyak Pertanyaan mengenai Standardisasi pendidikan nasional di

(2)

Dari beberapa pembahasan dan permasalahan diatas maka dalam makalah ini akan dibahas tentang Standar Pendidikan Nasional, sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca serta

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah profesionalisme seorang guru itu? 2. Apakah standar nasional pendidikan itu?

3. Bagaimana bentuk, fungsi, dan tujuannya dalam pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. GURU PROFESIONAL

Sedikit merenungkan kembali dan mengingat pembahasan pada makalah sebelumnya, dan telah begitu banyak pemaparan mengenai profesionalisme seorang guru (pendidik).

Siapa itu guru? Dan apa itu guru profesional? Guru sendiri merupakan orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.1 Dan profesional

menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaanya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini,

profesional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “amatir”.2

Jadi, guru profesional adalah seseorang yang mengajarkan ilmu sesuai dengan latar belakang keilmuan atau pendidikan yang didapat oleh orang tersebut. Profesionalitas guru memang menjadi salah satu syarat utama mewujudkan pendidikan bermutu. Dan karenanya, pemerintah telah mengupayakan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan profesionalitas guru-guru di Tanah Air, agar dapat mampu bersaing dengan tingkat mutu nasional pendidikan negra lain.

Ayat Al-Qur’an, mengenai pendidik harus profesional

Guru wajib mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggungjawabkannya berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif (pandangan) yang didasarkan kepada ajaran Agama Islam.

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia

(4)

ههننعع نعاكع كعئئلعوأه للهكه دعاؤعفهلناوع رعصعبعلناوع ععمنسلعلا نلعإئ مملنعئ هئبئ كعلع سعينلع امع فهقنتع العوع

اللوئهسنمع

A

rtinya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui pengetahuan tentang hal itu, (karena) sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan di tanya. (Q.S. Al-Isra’ [17]: 36)3

Maksud dari ayat tersebut adalah, jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusia boleh

menetapkan suatu hukum berdasarkan pengetahuannya itu. 4

Jadi, jikalau seorang pendidik itu memang benar adanya memiliki keprofesionalitas dalam diri nya, sesuai dengan ilmu yang ia tuntut dan akan ia ajarkan, hal itu diperbolehkan untuk berbagi ilmu kepada peserta didiknya. Namun, jikalau ia tidak memiliki ilmu yang sesuai dan mengajarkan suatu bidang ilmu yang tidak ia kuasai, itu sama saja menyalahi profesionalitas seorang pendidik. Dan yang demikian tidak dapat disebut guru profesional.

Hadits Pendukung

 Pendidik Harus Berilmu

:

:

هعللا نلعإئ معللعسعوع هئينلععع ههللا ىللعصع هئللا لهونسهرع لعاقع لعاقع صئاععلنا نهبن ورعمععه نئبنا هئللادئبنعع ننعع

ذعخعتلعإئ امللئاعع كنرعتنيع منلع اذعإئ ىتلعحع ءهامعلععهلنا ضهبئقنيع ننكئلعوع سئانلعلا نعمئ ههعهزئننيع اعلازعتئننإئ مهلئاععلنا ضهبئقنيع الع

اونللهضعاع وع اونللهضعفع مملنعئ رئينغعبئ اونتهفنافع اونلهئعسنفع اللهنجع اسلونؤهره سهانلعلا

(ىنرئاخعبهلنا ههجعرعخناع)

Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash meriwayatkan bahwa ia mendengar rasulullah bersabda, “sesungguhnya Allah tidak menarik ilmu pengetahuan kembali dangan mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi dengan memanfaatkan orang-orang berpengetahuan (ulama). Apabila tidak ada lagi orang alim yang tersisa,

3 At-Tibyan Al-Qur’an Transliterasi dan Terjemahannya, Sinar Baru Algesindo, 2014

(5)

manusia akan mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin yang dijadikan tempat bertanya. Lalu orang-orang bodoh itu ditanya dan mereka berfatwa tanpa ilmu mengakibatkan mereka sesat dan menyesatkan.’ (HR. Al-Bukhari)5

 Pendidik harus profesional

Abu Hurairah berkata:

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu,” dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi? “Orang itu berkata: “saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat.

Tanggapan terhadap hadis

Memang benar apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw, ketika dia sedang memberikan pengajarannya ada seorang Arab badui yang bertanya, padahal bukan waktunya untuk bertanya, sehingga Rasulullah saw tidak menjawabnya. Seandainya Rasulullah saw menjawabnya langsung, maka akan mengganggu pembicaraanya, konsentrasi Mustami’nya, dan menunjukan sikap seorang pengajar yang tidak profesional. Kecuali kalau memang pertanyaannya sangat

(6)

penting dan kalau tidak di jawab langsung akan mengakibatkan kemadharatan, maka seorang pengajar harus menjawabnya pada langsung.

Memang tidak akan selesai dengan baik kalau suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, seperti seorang guru ahli dalam bahasa Inggris di suruh mengajar matematika, maka tidak akan sempurna dalam proses

pembelajarannya.6

B. STANDARISASI NASIONAL PENDIDIKAN

1. Pengertian Standar Nasional Pendidikan

Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya secara bahasa. Standar berarti ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Nasional adalah bersifat kebangsaan,berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.7

Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan nasional berpendapat bahwa pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.

Dan dalam hal ini Al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan

masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya.8

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

6 Ibid hlm. 81 7 KBBI

(7)

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).

Jadi, Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di

seluruh wilayah hukum NKRI.9

2. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Karena hal tersebut maka diselenggarakannya suatu sistem pendidikan nasional. Negara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Dengan pendidikan dan pengajaran itu diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan dasar sebagai bekal untuk dapat

berperan serta dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.10

Selain itu, pendidikan nasional juga harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, dan peningkatan efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar sembilan tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.

9 P.P R.I No. 19 Tahun 2005

(8)

Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan.11 Oleh karena itu demi mewujudkan

semuanya dan demi tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas dengan PP no 19 tahun 2005 sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan

secara hati-hati dan berdaya guna bagi mutu pendidikan secara merata.12

Menurut penjelasan PP no.19 tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun 2013 tentang SNP, pendidikan di Indonesia dalam konteks pembangunan nasional pada

hakekatnya mempunyai tiga fungsi yaitu: Pertama, sebagai pemersatu bangsa.

Kedua, sebagai penyamaan kesempatan. Ketiga, sebagai pengembangan potensi diri. Dari ketiga fungsi tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Sehingga dari hakekat pendidikan dalam konteks pembangun nasional diharapkan PP no. 19 tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun 2013 tentang SNP ini bisa selaras dengan fungsi

pembangunan nasional dan tidak sepatutnya keluar dari frame fungsi

pembangunan nasional tersebut.

Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

11 Nana Supriyatna, Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. vi

(9)

Sedangkan misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional tersebut di atas, ada empat strategi mayor reformasi pendidikan yaitu:13

a. Akuntabilitas berbasis standar maksudnya adalah penetapan standar keluaran yang jelas dan pengujian secara sistematik atas kemajuan siswa, berupa statemen kepercayaan dimana guru dan siswa akan didorong pada fokus usaha pembelajaran dan arah yang benar.

b. Reformasi sekolah secara menyeluruh merupakan jawaban balik atas tradisionalitas reformasi sekolah yang bersifat serabutan, kebijakan yang sebatas memacu target spesifik, struktur dan metode-metode instruksional yang rijid.

c. Strategi pasar maksudnya pendidikan merupakan pranata social yang menawarkan jasa layanan yang bersifat intelektual, afeksi, psikomotorik, emosional, dan bahkan spiritual.

d. Strategi keputusan partisipatif yaitu sebuah strategi sistematis yang berfokus pada pemberdayaan guru dan administrator di tingkat sekolah.

3. Pro dan Kontra Standarisasi Pendidikan

(10)

Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, apakah pendidikan nasional sudah saatnya distandarisasi? Bukankah setiap daerah memiliki spesifikasi tersendiri berdasarkan ciri khas budaya, dan geografisnya, sehingga tidak bisa diperlakukan sama dengan daerah lainnya di Indonesia. Apakah pemberlakuan standarsasi dimaksud tidak mempertimbangkan aspek sumber daya manusia, sumber daya alam dan berbagai sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai secara merata di Indonesia? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini memang tidaklah mudah, karena kondisi pendidikan secara nasional masih sangat memprihatinkan dalam sejumlah aspek. Katakanlah pada aspek tenaga pendidik, tidak semua daerah memiliki kemampuan anggaran untuk merekrut tenaga pendidik sesuai kebutuhan masing-masing satuan pendidikan. Demikian juga mutu dan kompetensi lulusan, pemerintah hanya menilai pada hasil ujian nasional, sementara proses yang dijalani seorang siswa selama tiga tahun sama sekali tidak

dijadikan indikator yang menentukan keberhasilannya.

Tidak berarti standardisasi tidak diperlukan, tetapi memerlukan waktu dan pengkajian mendalam mengenai dampak yang timbul, diperlukan juga pemerataan pembangunan di semua daerah sebelum standarisasi diberlakukan. Banyak kalangan menilai bahwa Indonesia cenderung mengadopsi sistem pendidikan dari negara-negara Barat yang telah mapan dan berkembang dengan cepat. Di sinilah terjadi pro dan kontra terhadap standardisasi dalam dunia pendidikan.14

mengidentifikasi pendapat kelompok pro dan kontra terhadap standardisasi pendidikan, sebagai berikut:

Pro Standarisasi:

(11)

 Standarisasi berfungsi sebagai penuntun (guideline) bagi guru di dalam

mengadakan perubahan global.

 Standarisasi berisi suatu kewajiban moral untuk memberikan kesempatan

yang sama kepada semua peserta didik.

 Standarisasi yang bersifat nasional akan menghindari keinginan keinginan

pribadi dari guru.

 Adanya standar nasional mencegah kontrol lokal yang berlebihan.

 Standarisasi pendidikan dirasakan suatu kebutuhan karena tuntutan

masyarakat yang berubah dengan cepat.

 Standarisasi pendidikan akan memberikan akuntabilitas pendidikan.

Kontra Standardisasi:

 Adanya perbedaan di dalam masyarakat demokrasi.

 Standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan

bisnis dan politik dan juga kepada para expert pendidikan tetapi diperlukan pula pendapat-pendapat yang berbeda yang datang dari orang dewasa seperti orang tua dalam masyarakat.

 Standarisasi telah menentukan suatu tujuan yang terletak di luar proses

pendidikan itu sendiri. Sekolah mempunyai otoritas tertinggi, dalam hal ini guru, dalam mengadakan evaluasi terhadap kemajuan belajar peserta didik.

 Belajar dan mengajar secara berhasil (effective learning) terletak kepada

relasi antara siswa dan guru bukan pada otoritas dari luar yang dipaksakan dari atas (impose from above).

 Tidak semua evaluasi belajar yang mengikuti standar yang dibutuhkan dari

(12)

 Standar yang diterapkan di sini adalah suatu standar penipuan yang

menjual mutu pendidikan dengan biaya yang tinggi mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

 Peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya dapat dicapai melalui

standardisasi pendidikan dalam arti akademik tetapi merupakan bagian upaya yang lebih besar ialah pemberantasan kemiskinan.

 Standardisasi bukannya bermaksud untuk menyingkirkan peserta didik

yang tidak beruntung tetapi justru untuk membuka mata masyarakat mengenai ketimpangan yang masih ada di dalam kehidupan masyarakat.

 Perlunya standarisasi pendidikan sebagai pemetaan masalah yang dihadapi

di dalam pendidikan secara menyeluruh namun evaluasi proses belajar mengajar tidak menyepelekan peranan guru sebagai orang pertama yang mengetahui kemajuan belajar peserta didik.

 Evaluasi pendidikan untuk mengetahui tercapai tidaknya standar yang

telah disepakati tidak semata-mata diselenggarakan melalui tes.

4. Komponen Standarisasi Nasional Pendidikan

Sebagai manifestasi dari pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP

No. 19 Tahun 2005, maka operasionalisasi ketentuan mengenai komponen-komponen pendidikan yang memerlukan standardisasi ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Masing-masing komponen dijelaskan sebagai berikut:

1) Standar Isi

(13)

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

a) Kerangka dasar dan struktur kurikulum. b) Beban belajar.

c) Kurikulum tingkat satuan pendidikan.

d) Kalender pendidikan / akademik15

2) Standar Proses

Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Standar Proses mencakup: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

3) Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4) Standar Tenaga Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

5) Standar Sarana dan Prasarana

(14)

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

6) Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/ madrasah yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektivitas enyelenggaraan pendidikan.

7) Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 3 disebutkan:

Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Persyaratan minimal tentang biaya investasi: Meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

Persyaratan minimal tentang biaya personal: Meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

(15)

a) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,

b) Bahan atau peralatan pendidik habis pakai, dan

c) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

8) Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.16

Reformasi pendidikan meliputi hal-hal berikut:

a) Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta membangun potensi dan kreativitas peserta didik.

b) Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumber daya pembangunan, menjadi pradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Proses pendidikan harus mencangkup: (1) penumbuhkembangan keimanan, ketakwaan, (2) pengembangan wawasan kebangsaan,kenegaraan, demokrasi, dan kepribadian; (3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) pengembangan, penghayatan, apresiasi, dan ekspresi seni; (5) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani.

(16)

c) Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan sosial-kultural nya dan pada gilirannya akan membutuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya.

d) Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendikan nasional, diperlukan satu acuan dasar oleh setiap penyelenggaraan dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dan penyelenggaraan pendidikan. Standar nasional pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Standar nasional pendidikan tinggi diatur seminimal mungkin untuk memberikan keleluasan kepada masing-masing satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam mengembangkan mutu layanan pendidikannya sesuai dengan mengembangkan mutu layanan

pendidikannya sesuai dengan program tinggi.17

5. Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan

1) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.18

17 Ibid

(17)

6. Konsep Pelaksanaan Pendidikan dalam Hadis

Hadis 1 :

:

منكهللهكه لعاقع معللعسعوع هئينلععع ههللا ىللعصع هئللا لهونسهرع نلعاع امههننعع ههللا يعضئرع رعمععه نئبنا هئللادئبنعع ننعع

عمارعلهجهرلعلاوع منههننعع لمونئهسنمع وعههوع عمارعسئانلعلا ىلععع ينذئللعا رهينمئأعلنافع هئتئيلععئارعننعع لمونئهسنمع منكهللهكهوع عمارع

لمونئهسنمع يعهئوع اهعدئلئوعوع اهعجئونزع تئينبع ىلععع ةميععئارعةهأعرنمعلناوع منههننعع لمونئهسنمع وعههوع هئتئينبع لئهناع ىلععع

ننعع لمونئهسنمع وع منكهللهكهوع عمارعمنكهللهكهفع العأع ههننعع لمونئهسنمع وعههوع هئدئيلئسع لئامع ىلععع عمارعدهبنععلناوع منههننعع

)

هئتئيلععئارع

هئينلععع قمفعتعمه

(

Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara yang memimpin manusia (masyarakat)nya, akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpin. Suami itu pemimpin terhadap keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka . Istri adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaqun ‘Alaih)19

Hadis 2 :

:

ىنبعكعننمعبئ معللعسعوع هئينلععع ههللا ىللعصع هئللا لهونسهرع ذعخعأع لعاقع امههننعع ههللا يعضئرع رعمععه نئبنا ننعع

.

:

لهونقهيع امههننعع ههللا يعضئرع رعمععه نئبنا نعاكع لمينبئسع رمبئاعع وناع بمينرئغع كعنلعاعكع ايعنندلهلا ىفئ ننكه لعاقعفع

وع كعضعرنمعلئ كعتئحلعصئ ننمئ ذنخهوع ءعاسعمعلنا رهظئتعننتع العفع تنحعبعصناع اذعإئ وع حعابعصلعلا رهظئتعننتع العفع تعينسعمناع اذعإئ

كعتئونمعلئ كعتئايعحع ننمئ

)

ىرئاخعبهلنا ههاوعرع

(

(18)

Dari Ibnu Umar R.A ia berkata, Rasulullah SAW telah memegang pundakku, lalu beliau bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan perantau (orang asing) atau orang yang sedang menempuh perjalanan. Ibnu Umar berkata: “Jika engakau diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika engkau diwaktu pagi maka janganlah menunggu sampai diwaktu sore, dan gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu” .

(HR. Bukhori)20

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan standardisasi pendidikan nasional sebelumnya maka

dapat diambil beberapa kesimpulan kesimpulan :

a. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Manifestasi dari pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP No. 19 Tahun 2005, maka operasionalisasi ketentuan mengenai komponen-komponen pendidikan yang memerlukan standardisasi ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

c. Komponen-komponen pendidikan yang memerlukan standardisasi adalah : - Standar Isi

- Standar Proses

- Standar Kompetensi Kelulusan - Standar Tenaga Kependidkan

- Standar Sarana dan Prasarana - Standar Pengelolaan

- Standar Pembiayaan - Standar Penilaian

(19)

B. SARAN

Demikianlah makalah yang kami susun sedemikian rupa, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dalam memahami standar pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Jika pembahasan kami belum lengkap, kami mohon kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesuksesan tugas-tugas kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam perspektif hadis. Jakarta.

AMZAH

Saud, Udin Syaefudin. 2012. Pengembangan profesi guru. Bandung. ALFABETA

At-Tibyan. 2014. Al-Qur’an Transliterasi dan Terjemahannya. Bandung. Sinar

Baru Algesindo.

Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun. 2008. Pendidikan Berwawasan

Kebangsaan; Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme. Yogyakarta. LKIS Supriyatna, Nana. 2007. Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I. Bandung. Grafindo Media Pratama

Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta. PT Kompas Media Nusantara,

H.A.R. Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis.

Jakarta. Rineka Cipta

Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi. Hadis-hadis pendidikan. Jakarta. Prenada Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia Tafsir Imam Al-Qurthubi

P.P R.I No. 19 Tahun 2005 (pdf)

(20)

http://www.slideshare.net/muhamadbhasor/standar-nasional-pendidikan

http://abrarrkt.blogspot.com/2013/01/standar nasional pendidikan-dan_4780.html

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi GA 3 dapat meningkatkan tinggi tanaman pada GMJ dan galur restorer, jumlah anakan produktif per rumpun pada GMJ, tingkat eksersi malai, persentase eksersi stigma, dan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi teknologi tentang penyusunan arah strand pada pembuatan OSB dan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari kayu

Setelah penyuluhan dan penetapan batas lokasi tanah dilaksanakan, panitia mengundang Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan,

¾ Disisi penggunaan secara riil, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan II 2009 tumbuh sebesar 11,00 persen, pengeluaran

Banyak dari kami para penyandang disabilitas yang beralih untuk menggunakan transportasi publik online karena memang pelayanan yang lebih bagus, dengan tarif

Gugusan kepulauan dalam hal ini Pulau Batam dan gugusan pulau sekitarnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk dijadikan kawasan destinasi wisata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bengkel Shop and Drive dapat memuaskan konsumennya apabila sebagian besar atribut (lima dimensi pengembangan mutu pelayanan) yang

Upstream Industri versus Downstream Industri – Regulasi Tata Kelola Industri Kelapa Sawit – INDONESIA v.s MALAYSIA.. Ekspansi besar – besaran perusahaan kelapa sawit di Malaysia,