PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
INSPEKTORAT
Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 8-9 Telepon 3822263 Fax. 3813523 J A K A R T A
Kode Pos : 10110
KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 14 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2013 - 2017
INSPEKTUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2017;
b. bahwa untuk penyelenggaraan pengawasan
Pemerintahan Daerah oleh Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta perlu ditetapkan Keputusan Inspektur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Rencana Strategis Inspektorat
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013 - 2017.
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
12. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
13. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN INSPEKTUR PROVINSI DAERAH
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG RENCANA
STRATEGIS INSPEKTORAT PROVINSI DAERAH
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017.
Pasal 1
Rencana Strategis Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013 - 2017 adalah Rencana Lima Tahunan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang akan menjadi acuan dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah periode Tahun 2013 - 2017.
Pasal 2
Rencana Strategis Inspektorat Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Tahun 2013-2017 sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN
BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKA-TOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN
Pasal 3
Rincian lebih lanjut Rencana Strategis Inspektorat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2013 - 2017 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran keputusan ini.
Pasal 4
Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Pasal 5
Apabila terjadi kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Pasal 6
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Juni 2013
Tembusan:
1. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Wakil Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 3. Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 4. Para Asisten Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
RENCANA STRATEGIS
INSPEKTORAT PROVINSI
DKI JAKARTA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... Daftar Isi...
BAB I Pendahuluan...
1.1 Latar Belakang... 1.2 Landasan Hukum... 1.3 Maksud dan Tujuan... 1.4 Sistematika Penulisan...
Bab II Gambaran Pelayanan SKPD...
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi... 2.2 Sumber Daya... 2.3 Kinerja ... 2.4 Tantangan dan Peluang ...
Bab III Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi...
3.1 Identifikasi Permasalahan... 3.2 Penentuan Isu-isu Strategis...
Bab IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan...
4.1 Visi dan Misi... 4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah... 4.3 Strategi dan Kebijakan...
Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja...
Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan dokumen penting program dan komitmen Gubernur untuk masa kerja lima tahun ke depan. Berdasarkan rencana pembangunan tersebut Gubernur setiap tahunnya dan pada akhir masa jabatannya berkewajiban untuk melaksanakan dan mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Untuk mendukung komitmen Gubernur tersebut perlu dilakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu, Inspektorat Provinsi DKI Jakarta sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) perlu menyusun Rencana Strategis Pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2013-2017.
Rencana Strategis Pengawasan atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Tahun 2013-2017 ini merupakan program dan komitmen pimpinan dan pejabat serta seluruh pegawai Inspektorat Provinsi DKI Jakarta untuk dijalankan selama periode lima tahun ke depan.
1.2 Landasan Hukum
Acuan dalam penyusunan Renstra Inspektorat Provisi DKI Jakarta yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana telah diatur beberapa kali, diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengawasan Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Kasus Pengaduan;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Kode Etik Pengawasan;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pejabat Pengawas Pemerintah di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pola Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
26. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2008 Nomor 5);
27. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
28. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 14 tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu;
29. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017;
1.3 Maksud dan Tujuan
Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Provinsi DKI Jakarta disusun berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang mengamanatkan SKPD untuk menyusun Renstra yang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Daerah.
Dokumen Renstra SKPD adalah penjabaran RPJMD, terkait dengan program dan kegiatan SKPD dalam mendukung prioritas Gubernur. terpilih. Renstra juga merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan instansi khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya dalam
jangka waktu 5 tahun kedepan sehingga SKPD dapat memanfaatkan
sumber daya dan dana yang ada secara optimal untuk pencapaian.
1.4 Sistematika Penulisan
Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Provinsi DKI Jakarta ini mengkomunikasikan rencana strategis Inspektorat selama periode tahun
2013 – 2017. Sistematika penyajian Renstra Inspektorat Provinsi DKI
Jakarta periode tahun 2013 – 2017 disusun berdasarkan Peraturan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 2.2 Sumber Daya
2.3 Kinerja
2.4 Tantangan dan Peluang
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan 3.2 Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi
4.2 Tujuan dan Sasaran 4.3 Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB II
TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI DKI JAKARTA
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Inspektorat Provinsi DKI Jakarta merupakan unsur pengawas internal penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Berdasarkan peraturan daerah tersebut, Inspektorat Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas pokok yaitu Melaksanakan Pengawasan Fungsional terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya.
Tugas pokok tersebut di atas selanjutnya dijabarkan ke dalam fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh Inspektorat Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut :
1. Penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran inspektorat
2. Perumusan kebijakan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan BUMD
3. Pengawasan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah oleh perangkat daerah
4. Pengawasan pengelolaan badan usaha milik daerah
5. Pengawasan pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan barang daerah pada perangkat daerah
6. Evaluasi laporan kinerja dan akuntabilitas perangkat daerah
7. Pemeriksaan dan pengusutan dugaan adanya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang oleh pegawai
8. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan dini terhadap dugaan adanya penyimpangan yang dapat merugikan daerah
9. Fasilitasi dan koordinasi pemeriksaan oleh aparat pemeriksa eksternal dan/atau internal pemerintah
11. Pelayanan informasi pengawasan
12. Pelaporan hasil pengawasan kepada Gubernur
13. Pelaksanaan tugas khusus pengawasan yang diperintahkan oleh Gubernur
14. Pengelolaan dan pengamanan dokumen pengawasan
15. Koordinasi dan kerjasama dengan pihak yang berkompeten dalam rangka menunjang tugas pengawasan
16. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja inspektorat
17. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan inspektorat, dan
18. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Struktur Organisasi
Adapun tugas dan fungsi Inspektur adalah :
1. Memimpin pelaksanakan tugas dan fungsi inspektorat
2. Mengkoordinasikan tugas dan fungsi sekretariat, Inspektur Pembantu Bidang, Inspektur Pembantu Kota Administrasi/Kabupaten Kepulauan Seribu dan Kelompok Jabatan Fungsional.
3. Melaksnakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD, UKPD dan Instansi Pemerintah/Swasta dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi inspektorat.
4. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi inspektorat.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Inspektur dibantu oleh Sekretaris, Inspektur Pembantu Bidang dan Kota Administrasi/Kepulauan Seribu. Sekretaris berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Inspektur atas pelaksanaan tugas kesekretariatan. Demikinan juga Inspektur Pembantu Bidang dan Kota Administrasi/Kepulauan Seribu berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Inspektur serta mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
1) Inspekturat Pembantu Bidang Pemerintahan dan Khusus mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah daerah oleh SKPD/UKPD dan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan dan Khusus.
b. Melaksanakan DPA Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan dan Khusus.
c. Penyiapan bahan Program Kerja Pengawasan Tahunan terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Khusus.
d. Pelaksanaan pengawasan terhadap terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Khusus.
e. Pelaporan hasil pengawasan terhadap terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Khusus.
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan terhadap terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Khusus.
g. Evaluasi Lakip SKPD/UKPD Inspektorat Pembantu Bidang
Pemerintahan dan Khusus.
h. Penyusunan bahan kebijakan pengawasan yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Pemerintahan dan Khusus. i. Peyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait
j. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Pemerintahan dan Khusus.
2) Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah daerah oleh SKPD/UKPD dan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD.
b. Pelaksanakan DPA Inspektur Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD.
c. Penyiapan bahan Program Kerja Pengawasan Tahunan terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah oleh SKPD/UKPD dalam bidang perekonomian, dan pengelolaan BUMD.
d. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah oleh SKPD/UKPD dalam bidang perekonomian, dan pengelolaan BUMD.
e. Pelaporan hasil pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah oleh SKPD/UKPD dalam bidang perekonomian, dan pengelolaan BUMD.
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah oleh SKPD/UKPD dalam bidang perekonomian, dan pengelolaan BUMD.
g. Evaluasi Lakip SKPD/UKPD bidang perekonomian dan BUMD.
h. Penyusunan bahan kebijakan teknis pengawasan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD
i. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD
j. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Perekonomian dan BUMD.
3) Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Aset mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah oleh SKPD dalam Bidang Keuangan dan Aset serta pengkajian ulang laporan keuangan pemerintah provinsi dan mempunyai fungsi : a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan
dan Aset.
b. Pelaksanakan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Aset.
c. Penyiapan bahan Program Kerja Pengawasan Tahunan terhadap pengelolaan Keuangan dan Aset.
d. Pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan Keuangan dan Aset. e. Pelaporan hasil pengawasan terhadap pengelolaan Keuangan dan
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan terhadap pengelolaan Keuangan dan Aset.
g. Review laporan keuangan daerah.
h. Evaluasi Lakip SKPD/UKPD bidang Keuangan dan Aset.
i. Penyusunan bahan kebijakan pengawasan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Aset. j. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait
dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Aset.
k. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Keuangan dan Aset.
4) Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah oleh SKPD di bidang urusan pembangunan dan lingkungan serta mempunyai fungsi :
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan.
b. Pelaksanakan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan. c. Penyiapan bahan Program Kerja Pengawasan Tahunan terhadap
pelaksanaan tugas pembangunan dan lingkungan.
d. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pembangunan dan lingkungan hidup.
e. Pelaporan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
pembangunan dan lingkungan hidup.
f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pembangunan dan lingkungan hidup.
g. Evaluasi LAKIP SKPD/UKPD bidang pembangunan dan lingkungan hidup.
h. Penyusunan bahan kebijakan pengawasan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan.
i. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait
dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang
Pembangunan.
j. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan.
5) Inspektorat Pembantu Bidang Kesejahteraan Masyarakat (Kesmas)
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Pembangunan.
b. Pelaksanakan DPA Inspektorat Pembantu Bidang Kesmas.
c. Penyiapan bahan Program Kerja Pengawasan Tahunan terhadap penyelengaraan Kesmas.
d. Pengawasan terhadap penyelenggaraan Kesmas.
e. Pelaporan hasil pengawasan terhadap penyelenggaraan Kesmas. f. Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan terhadap
penyelenggaraan Kesmas.
g. Evaluasi LAKIP SKPD/UKPD bidang Kesmas.
h. Penyusunan bahan kebijakan pengawasan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Kesmas.
i. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Bidang Kesmas. j. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Inspektorat Pembantu Bidang Kesmas.
6) Inspektorat Pembantu Kota mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah di wilayah kota, kecamatan dan kelurahan serta mempunyai fungsi :
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Kota. b. Pelaksanakan DPA Inspektorat Pembantu Kota.
c. Penyusunan program dan pelaksanaan pengawasan
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah oleh UKPD.
d. Pemeriksaan dan pengusutan dugaan adaya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang oleh pegawai.
e. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan dini terhadap dugaan adanya penyimpangan yang dapat merugikan daerah.
f. Fasilitasi dan koordinasi pemeriksaan oleh aparat pengewasan eksternal dan/atau pengawasan oleh aparat pengawas internal pemerintah.
g. Koordinasi tindak lanjut hasil pengawasan aparat pengawasan internal pemerintah dan hasil pemeriksaan eksternal.
h. Pelayanan informasi pengawasan atas persetujuan inspektur. i. Pelaporan hasil pengawasan kepada inspektur.
j. Pengelolaan dan pengamanan dokumen pengawasan.
k. Koordinasi dan kerjasama dengan pihak yang berkompeten dalam rangka menunjang tugas pengawasan.
l. Pemberian bimbigan, supervisi dan konsultasi urusan pemerintah daerah pada SKPD/UKPD.
m. Penyediaan, penatausahaan, pengunaan, pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana kerja Inspektorat Pembantu Kota.
n. Pengelolaan kepegawaian, barang, keuangan, ketatausahaan
Inspektorat Pembantu Kota.
o. Pelaksanaan pengaturan acara Inspektorat Pembantu Kota.
q. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Kota.
r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Kota.
7) Inspektorat Pembantu Kabupaten mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah di
kabupaten administrasi, kecamatan dan kelurahan serta mempunyai fungsi :
a. Penyusunan RKA dan DPA Inspektorat Pembantu Kabupaten. b. Pelaksanakan DPA Inspektorat Pembantu Kabupaten.
c. Pengawasan penyelenggaran urusan pemerintah daerah oleh SKPD di Kabupaten, kecamatan dan kelurahan.
d. Pengawasan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD/UKPD.
e. Pengawasan pengelolaan keuangan, kepegawaian, barang daerah pada perangkat daerah.
f. Pelaksanaan pengaturan acara Inspektorat Pembantu Kabupaten. g. Evaluasi kinerja dan akuntabilitas SKPD.
h. Pemeriksaan dan pengusutan dugaan adaya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang oleh pegawai.
i. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan dini terhadap dugaan adanya penyimpangan yang dapat merugikan daerah.
j. Fasilitasi dan koordinasi pemeriksaan oleh aparat pengewasan eksternal dan/atau pengawasan oleh aparat pengawas internal pemerintah di kabupaten, kecamatan dan kelurahan.
k. Koordinasi tindak lanjut hasil pengawasan aparat pengawasan internal pemerintah dan hasil pemeriksaan eksternal.
l. Pelayanan informasi pengawasan atas persetujuan inspektur. m. Pelaporan hasil pengawasan kepada inspektur.
n. Pengelolaan dan pengamanan dokumen pengawasan.
o. Penyediaan, penatausahaan, pengunaan, pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana kerja Inspektorat.
p. Perencanaan pengelolaan kepegawaian, barang, keuangan,
ketatausahaan Inspektorat Pembantu Kabupaten.
q. Penyusunan bahan kebijakan pengawasan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Kabupaten Adminstrasi.
r. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan inspektorat yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Kabupaten.
s. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Pembantu Kabupaten.
Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan tugas dan fungsinya memiliki sumberdaya manusia sebanyak 313 yang terdiri dari 70 auditor dan 71 jabatan fungsional P2UPD. Sumberdaya tersebut ditempatkan dan bertugas di Inspektorat Provinsi DKI Jakarta, 5 (lima) wilayah Inspektorat Pembantu Kota dan 1 (satu) Inspektorat Pembantu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Inspektorat Provinsi DKI
Jakarta didukung dengan fasilitas perangkat keras dan lunak (hardware
dan software). Perangkat keras (software) prasarana dan sarana berupa
peralatan elektronik dan komputer, sedangkan perangkat lunak (software) berupa Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT), Standar Audit, Standar Pemeriksaan dan Kode Etik, serta norma-norma pengawasan.
2.3 Kinerja Inspektorat Provinsi DKI Jakarta
Mengenai kinerja Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dari tahun 2008 –
No. Target SPM Target Indikator
Lainnya Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 (2008) (2009) (2010) (2011) (2012) (2008) (2009) (2010) (2011) (2012) (2008) (2009) (2010) (2011) (2012)
1. Terselenggaranya kinerja - 1. Persentase SKPD yang - 70% 75% 80% 85% 90% 70% 75% 80% 90% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
Inspektorat dengan dukungan mencapai target
anggaran. indikator kinerja utama
(IKU) sebesar 80% 2. Terciptanya pengawasan
penyelenggaraan pemerintah 2. Persentase 60% 65% 70% 75% 80% 60% 65% 70% 80,39 80% 100% 100% 100% 100% 100%
daerah yang sesuai prosedur. Penyelesaian tindak
yang sesuai prosedur. 3. Persentase 70% 75% 80% 85% 90% 70% 75% 80% 85,86 90% 100% 100% 100% 100% 100%
Penyelesaian Tindak
5. Terciptanya lanjut hasil
pengelolaan keuangan, pe eriksaa APIP
kepegawaian, barang daerah Tahun Anggaran dan perangkat daerah sesuai berjalan dan
prosedur. sebelumnya
6. Tercpitanya LAKIP SKPD yang 4. Menigkatnya opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP Disclaimer WDP WDP WTP WTP Disclaimer WDP WDP WTP WTP
memperoleh nilai baik. RI terhadap LKPD DKI
7. Terselesaikannya pelanggaran 5. Persentase kasus yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dan penyalahgunaan wewenang tertangani
Rasio Capaian pada Tahun Ke - (= Capaian/Target x 100%)
Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan Fungsi Inspektorat
Seluruh target yang ditetapkan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dalam penetapan kinerja setiap tahun selama 5 (tahun) pada periode tahun 2008 sampai dengan 2012 telah tercapai, dan juga telah sesuai dengan target Indikator Kinerja Utama (IKU), termasuk juga target untuk meraih laporan Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di tahun 2011 dapat diraih. Semua ini berkat usaha optimal yang dilaksanakan Inspektorat dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mendorong, membina dan melakukan pengawasan dan asistensi terhadap kinerja SKPD lain di lingkungan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, baik melalui pemeriksaan reguler,
monitoring/review keuangan, pemeriksaan khusus maupun kasus, dan lai-lain.
Tercapainya WTP Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tercapai karena pola pembinaan terhadap SKPD yang berkesinambungan terutama dalam mereview laporan keuangan SKPD maupun laporan keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang dibantu oleh BPKP sebagai tim asistensi. Perolehan WTP ini juga tidak terlepas dari upaya penyelesaian tindak lanjut penyelesaian rekomendasi/temuan BPK RI yang secara konsisten dilaksanakan.
Profil layanan Inspektorat
Tabel 2.2 :
No.
Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 Thn ke-1 Thn ke-2 Thn ke-3 Thn ke-4 Thn ke-5 Anggaran Realisasi 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 (Rp.) (Rp.) 1. Belanja Langsung 23.241.406.170 23.786.073.724 30.820.155.800 27.400.042.500 60.635.083.871 13.749.688.313 17.866.317.202 15.544.594.451 16.443.683.716 39.595.455.109 59,16 75,11 50,44 60,01 65,30 7.478.735.540,20 5.169.153.359,20
2. Belanja Tidak Langsung 32.167.631.763 27.470.023.131 41.742.481.721 40.309.031.858 43.220.128.629 26.957.625.459 22.171.692.952 37.428.115.410 36.847.718.402 38.134.924.561 83,80 80,71 89,66 91,41 88,23 2.210.499.373,11 2.235.459.820,40
Total : 55.409.037.933 51.256.096.855 72.562.637.521 67.709.074.358 103.855.212.500 40.707.313.772 40.038.010.154 52.972.709.861 53.291.402.118 77.730.379.670 73,47 78,11 73,00 78,71 74,84 9.689.234.913,31 7.404.613.179,60 Uraian Anggaran pada Tahun ke - (Rp.) Realisasi Anggaran pada Tahun ke - Rasio Antara Realisasi dan Anggaran pada Tahun ke - (%) Rata - rata Pertumbuhan
Belanja Tidak langsung pada tahun 2009 mengalami penurunan hal ini disebabkan banyak pegawai Inspektorat (Bawasda) yang memasuki usia pensiun (sebanyak 28 orang & 3 orang meninggal dunia)
Pada tahun 2009 kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang merekrut pegawai baru.
Dengan adanya tambahan pegawai (baik yang baru maupun pindahan dari unit lain) tidak secara otomatis menambah jumlah alokasi maupun realisasi belanja tidak langsung (belanja gaji dan tunjangan pegawai). Hal ini karena jumlah pegawai yg masuk tidak lebih banyak dari pegawai yang masuk dan dari kepangkatan yang masuk masih rendah, sehingga nilai rupiahnya jauh dibandingkan dengan yang pensiun. (28 orang pensiun).
Dari realisasi BTL (Gaji & Tunjangan) sebesar Rp26.938.456.176,- pada 2007 menjadi Rp22.171.692.952 di tahun 2009
Sedangkan untuk belanja langsung mengalami peningkatan.
Peningkatan terjadi pada belanja langsung (pegawai) sebesar Rp13.877.535.007 yang dianggarkan dan realisasinya sebesar Rp9.551.328.100 (68,82%) untuk membayar honorarium kegiatan (pemeriksaan) yang dilakukan oleh Inspekorat terhadap SKPD-SKPD pada tahun 2009
Pada tahun 2009 juga diterbitkan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 1241 tanggal 4 Agustus 2009 tentang Penetapan Standar Biaya Khusus operasional kegiatan pengawasan dan pemantauan tindaklanjut hasil pengawasan Aparat pengawasan internal dan eksternal pemerintah sehingga hal tersebut juga memacu tingginya realisasi belanja langsung dibandingkan tahun sebelumnya (2008) yang hanya sebesar Rp13.749.688.313,- (naik sebesar ...%)
Namun di tahun 2010 kenaikan tersebut terjadi pada Belanja langsung (barang dan jasa). Hal ini dikarenakan pembayaran honorarium biaya pengawasan masuk kedalam rekening perjalanan dinas, sehingga terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada belanja tersebut yakni sebesar Rp21.701.141.500 yang dianggarkan, terealisasi sebesar Rp11.349.301.021,- dibanding belanja pegawai dan modal yang hanya sebesar Rp8.464.532.500 dan Rp654.481.800 yang dianggarkan, terealisasi sebesar Rp4.191.382.375 (49,51%) dan BM Rp3.911.055 (0,59%). Penyerapan pada BM hanya Rp3.911.055 hanya biaya lelang saja sedangkan pelaksanaan pelelangannya gagal, sehingga hanya mampu terserap biaya adm lelang.
Pada 2011 realisasi belanja modal sebesar Rp 164.086.900 (82,04%) dari yang dianggarkan Rp200.000.000
Sedangkan realisasi belanja barang jasa yakni sebesar
Rp12.428.701.816 dari yang dianggarkan sebesar Rp21.793.500.000 dan penyerapan dalam barang jasa terbesar pada biaya perjalanan dinas yakni sebesar Rp11.028.398.846 atau sebesar 88,73% dari jumlah realisasi barang dan jasa.
2.4 Tantangan dan Peluang
1. Spirit dan Etos Kerja Aparat Pengawas Masih Perlu Ditingkatkan
Semangat dan etos kerja aparat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan masih perlu terus ditingkatkan. Aparat pengawas pada umumnya belum memaksimalkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk melakukan pengawasan di lapangan.
2. Sistem Pemberian Penghargaan dan Penjatuhan Sanksi Terhadap Aparat Pengawas Perlu Terus Ditingkatkan
Secara umum pejabat yang diberi wewenang dan
tanggungjawab menguji jalannya sistem dan prosedur pemberian penghargaan kepada aparat yang berprestasi dan pengenaan atau penjatuhan sanksi kepada mereka yang melakukan penyimpangan dan dinyatakan bersalah belum dilaksanakan secara optimal. Kondisi demikian tidak mendorong aparat untuk bekerja secara proaktif dan kompetitif dalam mengejar tujuan dan sasaran kegiatan organisasi yang telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja organisasi menjadi tidak maksimal.
3. Pelaksanaan Pengawasan Melekat (Waskat) Oleh Para Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Masih Perlu Terus ditingkatkan dan Dibudayakan
4. Fungsi Inspektorat sebagai Quality Assurance (Penjamin Mutu) atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Fungsi Inspektorat bukan lagi sebagai watch dog tetapi sebagai
pembinaan dan seiring reformasi birokrasi di segala aspek,
fungsi Inspektorat mengarah kepada penjamin mutu (quality
assurance). Inspektorat sebagai aparat pengawas intern pemerintah (APIP) harus dapat memberikan pembinaan kepada instansi pemerintah daerah dalam pelaksanaan tugasnya dan nantinya pun harus bisa menjamin pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang -undangan dan hal ini bukanlah tugas yang ringan karena melibatkan dan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada di Inspektorat terutama sumber daya manusia. Oleh karena itu Inspektorat terus berupaya meningkatkan seluruh sumber daya yang dimiliki demi
terlaksananya fungsi quality assurance terhadap pelaksanaan
tugas SKPD/UKPD sehingga terwujud suatu penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang memenuhi prinsip-prinsip good
governance
Program pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan daerah yang bersih dan bebas dari berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang.
Sedangkan strategi pengawasan dilakukan dengan cara
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
INSPEKTORAT PROVINSI DKI JAKARTA
3.1 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Visi Gubernur Provinsi DKI Jakarta adalah Jakarta Baru, Kota Modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik. Dalam salah satu pointer penjelasan visi gubernur tersebut dijelaskan bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan kota yang dapat menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan transparan dalam rangka menyediakan pelayanan publik yang berkualitas. Untuk menyelenggarakan dan membentuk pemerintah yang baik dan transparan ini diperlukan peran inspektorat selaku institusi pengawasan yang konsisten, intensif, berkesinambungan serta profesional dan independen.
Adapun misi gubernur yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Provinsi DKI Jakarta yaitu misi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 yaitu Membangun Pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik. Oleh karena Inspektorat Provinsi DKI Jakarta akan menindaklanjuti misi gubernur nomor lima tersebut. Namun, dalam mengimplementasikan misi gubernur tersebut ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Inspektorat seperti tertuang pada tabel berikut :
Penghambat Pendorong
Misi 5 Gubernur :
- Membangun - Kekurangtersediaan Pemahaman -Komitmen Pimpinan
Pemerintahan yang sarana/alat pengawasan terhadap entitas yang SKPD (Chief Excecutive
bersih dan yang diawasi Officer)
transparan serta
berorientasi pada - Kekurangan tenaga Formasi pegawai oleh Reward pelayanan publik pengawasan yang BKD
memiliki integritas dan independen
- Kekurangtersediaan Kuota Diklat yang Ketersediaan anggaran pengembangan diri diberikan oleh instansi
pengawas pembina pengawasan
terbatas.
- Jumlah temuan/pelanggaran Pemahaman aparatur Inspektorat sebagai Quality masih relatif tinggi. terhadap regulasi yang Assurance dan pemberian
dikeluarkan. asistensi.
- Penyelesaian kasus Bukti/data pendukung dalam hal validitas, akurasi dan kejelasan substansi laporan.
- Program Gubernur : Reformasi Birokrasi
Faktor Penghambat Permasalahan
Misi Nomor
TABEL 3.1
Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah
Inspektorat sebagai lembaga internal control yang berfungsi mengawal dan membantu pelaksanaan program Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang berfungsi sebagai mata dan telinga gubernur dalam menjalankan kebijakan sebagai pengambilan keputusan bagi gubernur/kepala daerah.
Sebagaimana diketahui bahwa misi gubernur terpilih (Bapak Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama) memiliki 5 misi, inspektorat menjalankan amanat misi
ke lima gubernur terpilih yakni “membangun pemerintahan yang bersih dan
transparan serta berorientasi pada pelayanan publik”.
Dalam kesempatan ini inspektorat mencoba menfokuskan pemeriksaan dalam bidang yang menjadi perhatian kepala daerah terpilih, yakni pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi dan pekerjaan umum. Disamping itu Inspektorat juga mengawal pengelompokan misi kepala daerah yang terdiri dari 4 pilar yakni; pilar ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan aparatur. Pola pemeriksaan saat ini sudah mulai mengarah kepada pemeriksaan berbasis
resiko (risk based audit). Hal ini akan lebih mengerucutkan/memfokuskan
pemeriksaan pada tingkat kelemahan internal (SPI) yang tinggi.
Selain itu inspektorat memiliki fungsi pembinaan yang juga lebih ditingkatkan seperti monitoring, asistensi dan reviu.
3.2 Identifikasi Permasalahan
Masalah yang dihadapi Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan tugas dan fungsinya diantaranya yaitu :
a. Bahwa fungsi Inspektorat tidak lagi menjadi watchdog tetapi juga
sebagai penjamin mutu (quality assurance).
b. Mempertahankan Opini Badan Pemerisa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan.
c. Adanya kualitas temuan kurang memadai dan penyerapan anggaran yang belum optimal.
Faktor penyebab permasalahan di atas adalah :
pengendalian dan manajemen resiko. Peran APIP akan dikatakan maksimal apabila Sistem Pengendalian Internal (SPI) tersedia dengan
baik, tujuan SPI dapat tercapai melalui quality assurance, serta
efektivitas manajemen risiko melalui peran konsultasi.
b. Akuntabilitas kinerja pemerintah dapat dilihat dari Opini Laporan Keuangan yang diberikan oleh auditor eksternal (BPK-RI). Semakin baik opini yang diberikan BPK-RI menandakan kinerja suatu instansi akuntabel. Selain itu predikat penilaian LAKIP sesuatu hal yang patut diperhitungkan dalam akuntabilitas kinerja, karena di dalam LAKIP tersebut juga menggambarkan potensi dan realisasi keuangan serta
pencapaian output dan outcome dari setiap SKPD (Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta). Hal ini merupakan suatu hal yang harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (public) sebagai
stakeholder.
c. Taraf pengetahuan yang dimiliki oleh auditor berbeda-beda sehingga temuan yang dihasilkan merupakan temuan yang berulangkali dan dianggap sebagai rutinitas. Terkait penyerapan anggaran yang belum optimal disebabkan oleh karena penetapan APBD dan pelaksaan kegiatan yang tidak tepat waktu.
Adapun menjadi fokus telaahan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta pada
No. Aspek Kajian Capaian/Kondisi Standar Yang Permasalahan Kondisi Saat Ini Digunakan Internal Eksternal
- Inspektorat sebagai dalam proses pelaksanaanSistem Pengendalian Internal Pedoman Pemeriksaan/ Prosedur yang 1. Penyempurnaaan Internal Kontrol yang Pemerintah(SPIP) dan Pedoman Operasional diKeluarkan oleh POPREG yang
berfungsi menjadi Standar Audit Pemeiksaan Reguler Kementerian disinkronkan
Quality Assurance. (POPREG). dengan
kebijakan dari Pemerintah Pusat.
2. Peningkatan kapasitas SDM Pengawas.
Faktor Yang Mempengaruhi Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Inspektorat Provinsi DKI Jakarta
Dari aspek kajian identifikasi permasalahan yang dilakukan terhadap kinerja inspektorat, terdapat perubahan paradigma dari aparat pengawas yang menjadi watch dog sekarang berfungsi menjadi quality assurance.
Quality assurance berfungsi memberikan keyakinan yang memadai atas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu kegiatan yang dilakukan. Standar yang
digunakan untuk menjalankan fungsi quality assurance dalam melaksanakan
tugas pengawasan/pemeriksaan adalah penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan standar audit pemerintah maupun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Perlu penyempurnaan Pedoman Operasional Pemeriksaan untuk menjalankan
fungsi quality assurance. Disamping itu perlu menerapkan audit berbasis resiko
(risk based audit).
3.3 Penentuan Isu Strategis
Berdasarkan permasalahan tersebut maka isu strategis yang diangkat adalah :
a. Inspektorat tidak hanya menjadi watchdog tetapi juga sebagai quality
assurance dari bagi SKPD-SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Dalam menjalankan fungsi inspektorat sebagai quality assurance
untuk menjaga nilai IPK yang ditargetkan dalam RPJMD 2013-2017, terdapat beberapa kegiatan untuk menjaga dalam memperoleh IPK tersebut yakni berupa;
1. Pendampingan konsultatif dalam pembahasan penyusunan DPA SKPD
2. Sosialisasi/konsultatif pengawasan/pemeriksaan kepada SKPD 3. Reviu LKPD secara berkelanjutan
4. Penerapan pemeriksaan/audit berbasis resiko
5. Monitoring perencanaan sampai dengan pemanfaat barang/jasa (probity audit).
c. Manajemen Resiko menjadi alternatif pilihan agar prinsip-prinsip efisiensi dan ekonomis ini dapat tercapai, sehingga nantinya pengawasan/pemeriksaan pun akan mengarah pada kegiatan/APBD yang memiliki dampak resiko tinggi maupun berdampak secara
langsung kepada masyarakat selaku stakeholder.
d. Percepatan penyelesaian tindak lanjut rekomendasi pengawas internal maupun eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau meniadakan paragraf penjelas dalam opini laporan keuangan BPK-RI e. Peningkatan predikat akuntabilitas kinerja pemerintah DKI Jakarta.
Kredibilitas Pemerintah dapat dilihat dari opini laporan keuangan maupun dari penilaian yang diberikan oleh Kemenpan selaku pembina pemerintahan kinerja. Semakin tinggi nilainya, maka kepercayaan masyarakat akan semakin tingi pula terhadap pemerintahan.
f. Pengembangan kemampuan SDM dalam bidang pengawasan
Isu yang ini merupakan ujung tombak dalam pengawasan, SDM yang profesional akan menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Inspektorat menyadari akan hal itu, sehingga pengembangan SDM merupakan hal yang wajib bagi setiap aparat pengawasan. Adapun matriks tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1.1.
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berdasarkan visi dan misi Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada RPJMD Tahun 2013 - 2017, yang menyebutkan bahwa :
a. pada point penjelasannya tercantum mengenai “akan diselenggarakannya
pemerintah yang baik dan transparan dalam rangka menyediakan
pelayanan publik yang berkualitas”;
b. pada misi nomor 5 (lima) “membangun pemerintahan yang bersih dan
transparan serta berorientasi pada pelayanan publik”;
c. juga mengacu pada isu - isu strategis pada RPJMD 2013 – 2017 yaitu
mewujudkan manajemen keuangan Provinsi DKI Jakarta menjadi lebih akuntabel, efektif, efisien dan transparan serta sesuai standar yang ditentukan;
d. serta juga isu-isu strategis yang telah yang telah diuraikan pada Bab III, maka sebagai tindak lanjut, inspektorat telah menyusun visi dan misi sebagai berikut :
4.1 Visi dan Misi
Visi :
”Menjadi lembaga pengawas internal yang profesional sebagai penjamin mutu dan mitra kerja dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik”
Pemahaman terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut:
2. Inspektorat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan hendaknya didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan bermoral, sehingga mampu mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan Daerah yang bersih dan bebas dari KKN. Untuk meningkatkan peran serta Inspektorat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah hendaknya terus dikembangkan kualitas sumber daya manusia serta aktif menyempurnakan sistem dan prosedur pengawasan.
Untuk melaksanakan visi tersebut, inspektorat menyusun misi sebagai berikut :
Misi :
1. Melaksanakan pengawasan dalam bidang pemerintahan yang
berkeadilan dan merata.
2. Melaksanakan pengawasan dalam bidang Perekonomian dan BUMD yang tangguh dan handal.
3. Mempertahankan opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa Pengecualian.
4. Melaksanakan Pengawasan dalam bidang pembangunan berkelanjutan dengan sarana dan prasarana kota yang ramah terhadap lingkungan. 5. Melaksanakan pengawasan dalam bidang kesejahteraan masyarakat
yang baik dan berkualitas.
6. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kapasitas aparatur pengawasan.
Adapun penjelasan misi di atas adalah sebagai berikut :
1. Untuk terselenggaranya pemerintahan Daerah yang bersih dan bebas dari KKN, pengawasan oleh Inspektorat hendaknya mampu mendorong para pelaku penyelenggara pemerintahan Daerah untuk meningkatkan kinerja serta mematuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku.
2. Untuk mendapatkan hasil pengawasan yang obyektif, transparan dan akuntabel perlu diterapkan sistem pengawasan yang mengutamakan prinsip independensi dan etika moral.
. Melalui pemahaman atas visi dan misi pengawasan diharapkan bisa dibangun komitmen pengawasan yang kuat dari seluruh komponen aparat pengawas fungsional Inspektorat Provinsi DKI Jakarta serta untuk menyamakan persepsi tentang arah dan kebijakan pengawasan.
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Dalam rangka mencapai visi dan misi Inspektorat Provinsi DKI Jakarta, maka harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan
operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi.
Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta dapat mengukur sejauhmana organisasi dapat mencapai tujuan strategisnya, maka setiap tujuan strategis ditetapkan
indikator kinerjanya (performance indicator) yang terukur. Adapun tujuan
strategis dari Inspektorat Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya penyelenggaraan pengawasan pemerintahan yang
transparan, akuntabel dan bebas KKN serta pelaksanaan pengawasan yang independen.
2. Terwujudnya aparatur pengawas yang profesional.
2013 2014 2015 2016 2017
Target Target Target Target Target
Peningkatan IPK 3,4 3,5 3,8 3,8 4 4,1 4,1
Tingkat Penyelesaian Kasus
Pengaduan Masyarakat 75,70% 78% 80% 80% 80% 85% 85%
Tingkat Ketrampilan/Kemahiran
Aparat Pengawas 48% 60% 70% 80% 90% 100% 100%
Peningkatan Penilaian/Predikat CC CC B B BB A A
Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Kepuasan Pelayanan Masyarakat - Z.I WBK
Tertib administrasi 78% 79% 80% 81% 82% 83% 83%
Tabel 4.1
Indikasi Rencana Program Provinsi DKI Jakarta
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM
Dalam lima tahun kedepan program dan target pencapaian kinerja Inspektorat sebagai janji kepada Gubernur untuk membawa ke arah Jakarta baru dan Inspektorat yang lebih berkualitas dan profesional. Pencapaian kinerja (outcome) inspektorat ditekankan pada peningkatan IPK yang nantinya akan menambah kepercayaan masyarakat baik nasional maupun dunia, (sektor bisnis maupun non bisnis) pada pemerintah DKI Jakarta. IPK ini diberikan
secara rutin oleh lembaga Transparansi Internasional yang komponen
penilaiannya memiliki range 0 – 100 yakni 0 mengindikasikan level korupsi yang
tinggi dan 100 merupakan nilai terbaik (level korupsi rendah) atau bisa dikatakan tidak ada korupsi sama sekali. Indonesia pada tahun 2012 memperoleh level indeks 32 dibanding dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia sangat jauh ketinggalan dengan Singapura, Brunei dan Malaysia. Sedangkan untuk tingkatan Provinsi di Indonesia, tahun 2010 DKI Jakarta berada diperingkat 38 dengan level indeks 4,43.
Untuk penanganan pengaduan masyarakat kinerja (outcome) yang diukur yakni
tingkat penyelesaian kasus pengaduan masyarakat yang saat ini (2012) baru
mencapai penyelesaian 75,70%. Untuk urusan/program Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, indikator (outcome) yang dijanjikan berupa Peningkatan
penilaian/predikat yang diberikan oleh Kementerian PAN & RB opini laporan keuangan yang diberikan oleh BPK serta membentuk kepuasan konsumen dalam hal ini pembentukan Zona Integritas dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) yang indikator penilaiannya terdiri dari 20 indikator yang ditetapkan oleh Kementerian PAN & RB.
Disamping itu sebagai pelaksana internal control pemerintah, inspektorat
berfungsi sebagai pemantau tindak lanjut hasil pemeriksaan, yang diperjelas lagi dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pemantauan TLHP BPK dan Pemeriksaan APIP. Hal ini Inspektorat
memiliki kinerja outcome berupa tertib administrasi penyelesaian TLHP baik
2013 2014 2015 2016 2017
4.3 Strategi dan Kebijakan
Pada 5 (lima) tahun mendatang, Inspektorat DKI Jakarta akan mengawal Kebijakan dan Program Gubernur yang akan diimplementasikan dalam strategi dan kebijakan Inspektorat sebagaimana terlihat pada tabel
Visi Menjadi lembaga pengawas internal yang profesional sebagai penjamin mutu dan mitra kerja dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik”
Misi 1. Melaksanakan pengawasan dalam bidang pemerintahan yang berkeadilan dan merata.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Terwujudnya - Meningkatnya 1 Strategi 1. Penyusunan PKPT. pengawasan efektifitas Peningkatan
Misi 2. Melaksanakan pengawasan dalam bidang Perekonomian dan BUMD yang tangguh dan handal.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Terwujudnya - Meningkatnya 1 Strategi 1. Penyusunan PKPT. pengawasan efektifitas Peningkatan
dalam bidang pengawasan Pengawasan Perekonomian bidang Reguler dan BUMD. Perekonomian
dan BUMD 2 Menyusun 2. Penyusunan POPREG. Langkah Kerja (LK)
Misi 3. Mempertahankan opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar Tanpa Pengecualian yang tangguh dan handal.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Visi Menjadi lembaga pengawas internal yang profesional sebagai penjamin mutu dan mitra kerja dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik”
Misi 4. Melaksanakan pengawasan dalam bidang pembangunan berkelanjutan dengan sarana dan prasarana kota yang ramah terhadap lingkungan.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Terwujudnya Meningkatnya 1 Strategi 1. Penyusunan PKPT.
pengawasan efektifitas Peningkatan
3. Penerapan 3. Probity audit terhadap pengadaan
e-tender. barang dan jasa.
Misi 5. Melaksanakan pengawasan dalam bidang Kesejahteraan Masyarakat yang baik dan berkualitas.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Terwujudnya Meningkatnya 1 Strategi 1. Penyusunan PKPT.
pengawasan efektifitas Peningkatan
3. Penerapan 3. Probity audit terhadap pengadaan
e-tender. barang dan jasa.
Misi 6. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kapasitas aparatur pengawasan.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Terbentuknya Seluruh auditor Pengembangan Pengiriman Diklat Jabatan
auditor memiliki sertifikat SDM Fungsional Auditor/P2UPD.
yang profesional yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan
Terwujudnya Predikat LAKIP Evaluasi Pembinaan LAKIP SKPD.
Laporan Kinerja memperoleh laporan kinerja dan yang akuntabel. peringkat AA akuntabilitas
perangkat daerah
Terwujudnya Laporan Hasil Intensifikasi Tindak Rekonsiliasi hasil Tindak Lanjut
penyelesaian Pemeriksaan Lanjut Hasil dengan APIP dan eksternal.
Kebijakan pengawasan diarahkan untuk merealisasi visi, misi dan tugas dan fungsi pengawasan, sedangkan strategi pengawasan diperlukan untuk merealisasikan kebijakan pengawasan. Adapun strategi yang akan dilaksanakan Inspektorat yaitu :
1. Strategi Intensitas Pengawasan Reguler
Strategi dilakukan untuk meningkatkan skala/indeks persepsi korupsi dalam segala hal khususnya pelayanan publik, mengingat IPK DKI Jakarta Pada 2010 menempati posisi 38 dari 50 kota/daerah yang disurvey oleh Transparency Internasional Indonesia dalam websitenya www.ipkindonesia.org dengan jumlah responden 9237 dengan nilai 4,43
(http://www.ipkindonesia.org/report/2010/11/09/mengukur-tingkat-
korupsi-kota-kota-di-indonesia-denpasar-dipersepsikan-bersih-pekanbaru-dan-cirebon-bermasalah di akses 6 Mei 2013 jam 09.35). Skala 0 merupakan dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 dipersepsikan sangat bersih.
Pada 2012 skala penilaian persepsi ini berubah dari skala 0-10 menjadi 0-100 dan ditambahkan dengan beberapa indikator penilaian.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara seharusnya menjadi patokduga (benchmark) bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
2. Strategi Pengawasan/pemeriksaan berbasis resiko (risk based audit)
Peningkatan APBD setiap tahunnya membuat harus ada strategi untuk mengawasi/memeriksa pelaksanaan APBD secara intens, namun
keterbatasan sumber daya dan waktu membuat
pengawasan/pemeriksaan harus memperhatikan hal tersebut, sehingga
harus dipilah kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkat resiko
penyimpangannya besar dan sangat mempengaruhi keputusan pimpinan
dan mempengaruhi kepentingan maupun kesejahteraan bagi
masyarakat.
3. Strategi Intensitas Monitoring Pelaksanaan APBD
ini akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi juga akan terjadi
pengambilan/pencairan APBD secara rush. Monitoring pelaksanaan
APBD akan mengawal ataupun menguide para pelaksana (SKPD) dalam penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu dan tepat guna. Monitoring ini juga untuk meminimalisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) pada akhir tahun.
4. Intensitas Sosialisasi/konsultatif pengawasan/pemeriksaan kepada SKPD
Fungsi Inspektorat sebagai quality assurance mempunyai tugas
membina SKPD dalam pelaksanaan APBD. Pensosialisasian kebijakan maupun teknis pelaksanaan pemeriksaan diharapkan dapat memfilter kesalahan berulang yang terjadi pada SKPD.
5. Intensitas Penyelesaian Penanganan Pengaduan Masyarakat
(Kasus/Khusus)
Kesadaran masyarakat akan keberadaan pemerintah daerah, khususnya dalam hal pelayanan masyarakat, membuat mereka lebih kritis menyikapi pelaksanaan tugas dan pekerjaan para abdi negara. Tingkat pengaduan pelayanan, penyelahgunaan wewenang yang masuk ke inspektorat saat ini cukup beragam dan tinggi. Masyarakat sebagai
stakeholder menginginkan suatu respon maupun penyelesaian
penanganan aduan pelayanan yang cepat, sehingga inspektorat dituntut untuk merespon maupun menanggapi dan menyelesaikan penanganan pengaduan masyarakat secara cepat dan tepat dengan sumber daya yang tersedia.
5. Intensitas penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan
Perolehan opini Wajar Tanpa Pengecualian di tahun 2012 dalam laporan
keuangan yang diaudit oleh BPK-RI, memerlukan upaya (effort) yang
6. Intensitas penyelesaian/pelaksanaan kesesuaian akuntabilitas pemerintah
Penilaian/perolehan predikat kinerja instansi pemerintah juga merupakan sesuatu yang vital, karena hal tersebut dapat meningkatkan prestisi DKI Jakarta di nasional, juga menambah kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah daerah. Sangatlah timpang bila opini laporan keuangan baik, namun predikat akuntabilitas kinerjanya buruk, sehingga hal ini juga menjadi perhatian bagi inspektorat dalam meningkatkan predikat akuntabilitas kinerja pemerintah DKI Jakarta.
7. Intensitas Monitoring Penerapan Zona Integritas untuk mencapai Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada pelayanan publik
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah maka Inspektorat
sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah berkewajiban
melaksanakan Permenpan ini dengan melalui upaya monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan pembangunan/pembentukan zona integritas pada SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
8. Pengiriman Personil pengawasan ke Institusi pengembangan kemampuan dalam pengawasan
Peran pengawasan yang baik tidak terlepas dari kemapuan aparatur
pengawasan yang up to date dalam mengembangkan pengetahun dan
metode pengawasan. Pengembangan wawasan aparat pengawasan merupakan sesuatu yang mutlak yang harus dilakukan agar aparat
pengawasan selalu selangkah di depan (one step ahead) dibanding
dengan aparat yang diperiksa (auditee). Pengembangan wawasan
pengetahuan juga merupakan konsekwensi dari Inspektorat selaku APIP
yang diharapkan menjadi quality asurance bagi SKPD yang di
Untuk mengimplementasikan visi, misi serta tugas pokok dan fungsi Inspektorat Provinsi DKI Jakarta, perlu dirumuskan arah kebijakan pengawasan sebagai berikut:
1. Kebijakan Publik
a. Meningkatkan pengawasan reguler terhadap kegiatan pelayanan masyarakat, pengelolaan dan pemanfaatan keuangan dan aset daerah, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia serta pengelolaan pendapatan Daerah;
b. Meningkatkan percepatan penanganan kasus KKN berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004;
c. Meningkatkan kualitas aparat pengawas melalui berbagai pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan;
d. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengawasan;
e. Menerapkan sistem dan prosedur pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Memberikan asistensi dan konsultansi pengawasan kepada satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi.
2. Kebijakan Teknis
a. Menyusun program kerja pengawasan tahunan berdasarkan skala prioritas pengawasan;
b. Melakukan pengawasan reguler berdasarkan program kerja pengawasan tahunan;
c. Melakukan pengawasan dan penanganan kasus KKN dengan memprioritaskan sumber pengaduan masyarakat;
d. Memantau penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan oleh pimpinan satuan kerja perangkat daerah;
e. Memberikan konsultansi/asistensi pengawasan kepada satuan kerja perangkat daerah.
a. Mengadakan sarana dan prasarana pengawasan berdasarkan kebutuhan organisasi;
b. Memanfaatkan sarana dan prasarana pengawasan secara efisien dan efektif.
4. Kebijakan Pembinaan Sumber Daya Manusia
a. Mengembangkan sumber daya manusia pengawasan;
b. Menciptakan kesejahteraan sumber daya manusia pengawasan; c. Menerapkan penilaian kinerja sumber daya manusia pengawasan; d. Menerapkan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA INDIKATOR KINERJA
Adapun rencana program dan kegiatan serta indikator kinerja Insektorat selama periode PJMD Tahun 2013 – 2017 secara
rinci tertuang dalam tabel 5.1 berikut :
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Peningkatan Pengawasan Penyelenggaraan PemerintahanPeningkatan IPK 3.4 3.5 3.8 3.8 4 4.1 4.1 Bid Pemsus - Pelaksanaan Pengawasan Reguler LHP 5,982,870,389 10,000,000,000 11,000,000,000 12,100,000,000 13,310,000,000
-Pengawasan Tutup Buku Tahun 2011 pada 5 Perusahaan Daerah dan 1 Badan Pengelola THR. Lokasari di Provinsi DKI Jakarta
LHP 110,745,000 200,000,000 220,000,000 242,000,000 266,200,000 & BUMD
-Pengawasan atas Pengelolaan Aset pada Dinas
Perhubungan Provinsi DKI Jakarta LHP 500,000,000 - - -
-- Pengawasan atas Pengelolaan Aset Penerangan Jalan pada Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta
LHP 400,000,000 - - -
--Pengawasan Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Wilayah
Jakarta timur LHP 201,890,000 - - -
--Pengawasan Pengelolaan Rumah Susun di Wilayah Jakarta
-Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pemeriksaan Khusus yang bersifat tematik dan tugas-tugas penting lainnya yang diperintahkan pimpinan dan pelaporannya serta Pemeriksaan Akhir Jabatan, Pemtak, Monitoring dan Pelaporannya
LHP 3,313,750,000 7,500,000,000 8,250,000,000 9,075,000,000 9,982,500,000
- Penanganan Kasus Pengaduan dan Penyalahgunaan Wewenang di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pelimpahan dari Pemerintah atau Lembaga lainnya
Jumlah Pengaduan
Masyarakat (LHP) 3,000,000,000 5,000,000,000 5,500,000,000 6,050,000,000 6,655,000,000
-Pemeriksaan Khusus Pelayanan Publik di Seluruh SKPD D Pelayanan Masyarakat (LHP) 309,480,000 - - - -- Pelaksanaan Inspeksi Mendadak Laporan Jumlah Sidak 300,000,000 - - -
-Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP Bid Keuangan
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 Laporan 500,000,000 1,000,000,000 1,100,000,000 1,210,000,000 1,331,000,000 Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Semester I Tahun 2013 Laporan 500,000,000 1,000,000,000 1,100,000,000 1,210,000,000 1,331,000,000
Pengawasan Kas Akhir Tahun Anggaran 2013 SKPD / UKPD LHP 150,000,000 250,000,000 275,000,000 302,500,000 332,750,000 Penyusunan Laporan Pengawasan Kas Akhir Tahun
Anggaran 2012 SKPD / UKPD LHP 200,000,000 250,000,000 275,000,000 302,500,000 332,750,000 Pengawasan Atas Penyerapan Anggaran SKPD/UKPD di
Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2013
LHP 500,000,000 - - -
-- Penyusunan LAKIP Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun
2012 Laporan 150,000,000 200,000,000 220,000,000 242,000,000 266,200,000
- Pengawasan atas penerapan Kawasan Bebas Korupsi LHP 500,000,000 500,000,000 550,000,000 605,000,000 665,500,000
- Evaluasi LAKIP SKPD di Lingkungan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta Laporan 750,000,000 1,500,000,000 1,650,000,000 1,815,000,000 1,996,500,000
- Pra Evaluasi LAKIP Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tahun
2012 Laporan 70,000,000 200,000,000 220,000,000 242,000,000 266,200,000
- Evaluasi, Sinkronisasi dan Konsolidasi PKPT, RKA, kepegawaian, Keuangan dan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Inspektorat Provinsi DKI Jakarta
2013 2014 2015 2016 2017 Kondisi
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Percepatan Penyelesaian Tindaklanjut hasil pengawasan/pemTertib administrasi 78% 85% 85% 90% 90% 95% 95% Sekretariat /
-Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Penanganan/Pemeriksaan Kasus yang ditangani Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Pembantu Kota/Kabupaten Tahun 2012 dan tahun sebelumnya
Laporan 250,000,000 750,000,000 825,000,000 907,500,000 998,250,000
- Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)
BPK-RI Tahun 2011 dan tahun sebelumnya Laporan 350,000,000 750,000,000 825,000,000 907,500,000 998,250,000
- Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) APIP
Tahun 2011 dan Tahun Sebelumnya Laporan 600,000,000 750,000,000 825,000,000 907,500,000 998,250,000
- Pra Pemuktahiran Data TLHP APIP Laporan 142,220,000 250,000,000 275,000,000 302,500,000 332,750,000
- Konsolidasi Pengawasan Regional dan Pemuktahiran Data
TLHP APIP Laporan 112,200,000 250,000,000 275,000,000 302,500,000 332,750,000
Unit Kerja Penanggung
jawab
Lokasi
2013 2014 2015 2016 2017 Kondisi
Kinerja pada akhir Program dan Kegiatan
Indikator Kinerja Program (outcome)
dan kegiatan (output)
Data Capaian pada Tahun
Awal Perencanaan