• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru Dalam Menumbuhkan Pendidikan Karakter Religius Pada Era Digital

N/A
N/A
Ia Sitti aisah

Academic year: 2023

Membagikan "Manajemen Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru Dalam Menumbuhkan Pendidikan Karakter Religius Pada Era Digital"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Manajemen Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru Dalam Menumbuhkan Pendidikan Karakter Religius Pada Era Digital

Syukri1, Abdul Rouf2, Wismanto3, Khairul Amin4. Rafifah Qanita5

1Institut Agama Islam (IAI) Diniyyah Pekanbaru, Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 100 Pekanbaru

2Institut Agama Islam (IAI) Ar-Risalah Jl. H. Abdul M alik, Sungai Guntung, Kateman, Inhil, Riau

4STAI Al Azhar Pekanbaru, Jl. K.H. Ahmad dahlan Pekanbaru

3,5Universitas M uhammadiyah Riau, Jl. Tuanku Tambusai Ujung Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Kota syukri771980@gmail.com

Abstract

This study aims to find out how the role o f school in fostering religious character education in the dig ital era.

The research method used in this study is qualitative. The headmaster of Madrasah Ibtidaiyyah Negeri (M IN 2) Pekanbaru being a ma in sample in this reseacrh, Data collection techniques using the interview method, obesevation and documentation, Analysis of research data using reduction techniques, triangulation and conclusions fro m research data. Based on this research, it was concluded that the manage ment of the Head of Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pekanbaru in fostering re lig ious character education in the digital age by prioritizing the psychological side of students who have implications for behavior, character format ion in children is carried out in an effo rt to create students who have good knowledge and behavior. Character of Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru Madrasah Students has values that are sourced from Pancasila, Re lig ion, Cu lture, and the purpose of national education that is honest, tolerance, religious, discipline, cooperation, creative, de mocracy, independence, national spirit, curiosity, , love of motherland, friendly, communicat ive, respect for achievement, love of peace, caring for the environment, fond of reading, social care and responsible. Student religiosity is shown by the attitudes or obedience behavior in ca rrying out the teachings of re lig ion that has been adopted, tolerant of the imp le mentation of re ligious worship and living in harmony with adherents of other re ligions. The results fro m th is research showed that the manage ment of Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pekanbaru in fostering re lig ious character education had be en going well by carrying out three principles of management : 1. make a p lan what will be ca rried out, 2. Carrying out what has been planned and 3.

evaluation that has been carried out. Information technology helps facilitate all hu man activit ies, informat ion search, informat ion delivery and lite racy about the addition of knowledge in learn ing by utilizing technology, so students can learn by utilizing learning resources to the maximu m.

Keywor ds: Religious Character Education

Abstrak

Penelit ian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manaje men kepala madrasah dala m menu mbuhkan pendidikan kara kter religius di era d igital. Pene lit ian ini menggunakan metode kualitatif. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pe kanbaru menjad i sa mpel utama dala m penelit ian ini, tekn ik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, analisis data hasil penelit ian menggunakan teknik reduksi, triangulasi dan kesimpulan dari data penelit ian. Berdasarkan penelit ian in i disimpu lkan bahwa mana je men kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pekanbaru dala m me mb ina pendidikan kara kter religius di era dig ital dengan mengedepankan sisi psikologis siswa yang berimp likasi pada perila ku, pe mbentukan kara kter pada ana k d ila kukan dala m usaha untuk menciptakan siswa yang me miliki pengetahuan dan perilaku yang baik. Kara kter siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru me miliki nila i-nila i yang bersumber dari Pancasila, aga ma, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu juju r, tole ransi, religius, disip lin, ke rjasa ma, kreatif, de mokrasi, ke mandirian, se mangat kebangsaan, rasa ingin tahu, c inta tanah air, ra mah, ko munikatif, menghargai prestasi, cinta da mai, peduli lingkungan, gemar me mbaca, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Re lig iusitas siswa ditunjukkan dengan sikap atau perila ku patuh dalam menja lankan aja ran agama yang telah dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan hidup ru kun dengan pemeluk aga ma la in. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manaje men Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pe kanbaru da la m me mb ina pendidikan karakte r religius sudah berjalan dengan baik dengan me laku kan tiga prinsip manaje men; (1) rencakan apa yang akan dilaksanakan, (2) laksanakan apa yang telah direncanakan dan (3) evaluasi yang telah dila ksanakan.. Teknologi informasi me mbantu me mpe rmudah segala aktivitas manusia, pencarian informasi, penyampaian info rmasi dan literasi tentang penambahan ilmu pengetahuan dalam pe mbe laja ran dengan memanfaatkan teknologi, sehingga siswa dapat belajar dengan memanfaatkan sumber belajar sec ara maksimal.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter Religius

(2)

Copyright (c) 2023 Syukri, Abdul Rouf, Wismanto, Khairul Amin, Rafifah Qanita Corresponding author: Syukri

Email Address: syukri771980@g mail.co m (Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 100 Pekanbaru) Received 8 June 2023, Accepted 14 June 2023, Published 21 June 2023

PENDAHULUAN

Manajemen adalah proses yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam mengelola sesuatu untuk mencapai tujuan. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management yang berarti tata laksana, tata pimpinan dan tata pengelola. (Awaludin Pimay, 2013). Manajemen adalah rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara efisien dan efektif dalam suatu lingkungan yang sewaktu-waktu akan berubah (Yanto, 2019).

Sebagai pimpinan lembaga pendidikan (direktur sekolah), maka dia harus memiliki kemampuan dalam mengatur lembaganya agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. dia harus bisa melihat perubahan yang terjadi serta dapat melihat suatu gambaran yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. sebagai pemimpin, dia harus bertanggung jawab atas kesuksesan suatu urusan dalam mengatur dan mengelola secara formal kepada atasan atau secara nonformal kepada masyarakat yang sudah bersedia menitipkan anaknya ke sekolah tersebut (yanto, 2020).

Kepala madrasah harus mampu dalam mencetuskan gagasan yang kreatif guna menghasilkan opsi kebijakan yang membangun. (Yanto, M., & Fathurrochman, 2019).

Salah satu diantara yang dituntut dari seorang pemimpin di lembaga pendidikan adalah tentang kemampuannya dalam menumbuhkan pendidikan karakter religius pada era digital disekolahnya. Karakter ialah perkara utama yang sangat penting. karakter merupakan tingkah laku seseorang yang membedakan antara manusia dan binatang. Maka, manusia yang tidak memiliki karakter berarti sama saja tingkah lakunya dengan binatang. siapa saja yang berakhlak mulia, bermoral dan berbudi pekerti merupakan orang-orang yang memiliki karakter yang kuat dan baik secara individual maupun secara sosial. mengingat bahwa karakter adalah bagian terpenting bagi seseorang. maka lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk menanamkan karakter kepada peserta didik melalui proses pembelajaran (Zubaedi, 2011). Dalam dunia pendidikan, kita sering berhadapan dengan isu-isu seputar pendidikan, terkhususnya pada aspek peserta didik.

Pendidikan memegang peranan penting bagi suatu bangsa, sebab melalui proses pendidikanlah akan lahir manusia-manusia yang berkualitas yang dapat menentukan kualitas bangsa (Yanto, 2017). Disadari atau tidak hal itu pasti terjadi pada setiap proses pembelajaran berlangsung. Apalagi pada jenjang pendidikan dasar atau sekolah dasar. Kita ambil contoh yang sering kita amati bahkan yang pernah terjadi pada diri kita seperti, anak sering ka li mengganggu teman, mondar-mandir di dalam ruangan, membuat gaduh di dalam kelas dan lain sebagainya (Jihad, Salimul, 2018).

Anak yang memiliki akhlak yang mulia, dan moral yang baik adalah harapan bagi orang tua.

akan tetapi, impian itu harus didampingi dengan usaha yang tepat dan intensif. terkadang, para

(3)

pendidik baik guru maupun orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik anak sehingga pembentukan karakternya tidak sesuai dengan harapan (Ridwan Abdullah Sani dan M.Kadri, 2016).

Maka dari itu, pendidikan karakter dalam keluarga sangatlah penting karena lunturnya budaya leluhur bangsa indonesia, contohnya adalah seorang anak yang tidak ada lagi sifat hormat dengan kedua orang tua, guru ataupun rasa tenggang antar sesama (Saputra,2019)

Kualitas pendidikan karakter setidaknya dapat diukur dari beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah faktor guru, lingkungan dan lain sebagainya. Sebagai guru, tugasnya bukan hanya menyampaikan materi di kelas, akan tetapi, dia memiliki tugas yang lebih kompleks bagi peserta didiknya. Dengan kata lain, di pundaknya lah tugas pendidikan dan pengajaran kepada anak diemban (Amirulloh Syarbini, 2015).

Mendidik bukan semata-mata hanya mengajar, mendidik bukan pula hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. akan tetapi, mendidik ialah penanaman nilai, sikap dan perlaku yang baik kepada seseorang. Dalam konteks ini, dimensi utama pendidikan adalah moral, yang dalam agama islam kita kenal dengan adab, prilaku, budi pekerti, akhlak, atau sikap religius, yakni tindakan membimbing peserta didik untuk mengikatkan diri secara sukarela kepada nila i-nila i luhur (akhlaqul karimah). Maka dalam pendidikan moral yang harus diusahakan ialah agar kesenjangan prilaku, sikap, adab peserta didik itu tidak melebar dan menyimpang yang berarti membiarkan tumbuhnya kemunafikan (Aris Shoimin, 2014).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang terjadi di lokasi penelitian dengan melihat permasalahan secara objektif (Fitria Martanti, 2015 dalam Wismanto, 2021). Sampel utama dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Pekanbaru, teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data hasil penelitian kemudian penulis analisis menggunakan teknik reduksi, triangulasi dan penarikan kesimpulan data hasil penelitian (Miles and Hubberman, 2015); (Ristianti, et.al, 2019). Data yang dianalisis dalam penelitian kaulitatif adalah kata-kata dan perbuatan manusia , sehingga bukan deskripsi angka, me lainkan definisi dan penjelasan secara kualitatif (Afrizal, 2015). Penelitian ini merupakan hal yang dilakukan dengan pendekatan ilmu sosial, dimana penelitian digunakan secara orisinil, peneliti menjadi pelaku utama dalam pene litian sehingga data yang diperoleh menjadi valid dan dapat dipercaya kebenarannya (Yanto, M., & Fathurrochman, 2019).

HASIL DAN DISKUSI Pengertian Manajemen

Dalam manajemen organisasi, kita tidak akan lepas dari sistem yang telah dibuat organisasi.

Sistem ini telah dibuat berdasarkan kesepakatan anggotanya (Fathurrochman, 2020). Orang yang

(4)

paling berperan dalam pembentukan dan menentukan arah sistem organisasi ialah manajer organisasi.

(Yanto, 2020). Manajemen adalah rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara efektif dan efesien dalam suatu lingkungan yang sewaktu-waktu akan berubah.

Efektif berarti tercapainya tujuan yang ditetapkan dan efisien berarti mencapai tujuan dengan menggunakan sedikit mungkin sumber daya yang tersedia. Menurut Piaget dala m Mgs. Nazarudin, (2007:163).

Manajemen adalah rangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara efektif dan efesien dalam suatu lingkungan yang sewaktu-waktu akan berubah. Makna dari efektif ialah terlaksananya tujuan yang telah ditetapkan sedangkan efisien ialah usaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sedikit sumber daya yang ada (Yanto, 2018).

Apabila suatu institusi pendidikan memiliki sistem manajemen yang didukung oleh sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana maka lembaga tersebut akan berfungsi dengan baik.(Kusen, et.al, 2018) Manajemen suatu sekolah akan efektif dan efisien jika sumber daya manusia berkompeten dalam mengelola sekolah, kurikulum yang diterapkan sesuai dengan perkembangan dan karakteristik peserta didik, tenaga kependidikan yang berpengalaman dalam bidangnya dan sarana prasarana yang layak guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Itu sebabnya dalam sebuah manajemen biasanya selalu memperhatikan tiga hal, (1) rencakan apa yang akan dilaksanakan, (2) laksanakan apa yang telah direncanakan dan (3) evaluasi yang tela h dilaksanakan. (Deprizon, 2023)

Secara etimologi, kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno, Menagement yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Dalam bahasa inggris, kata manajemen berasal dari kata to manage artinya mengelola, membimbing, dan mengawasi (Fathurrochman, 2020). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, manajemen ialah suatu kegiatan baik individu maupun kerjasama dengan orang lain dalam mengatur berbagai macam sumber data melalui proses tertentu agar tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien (Arifin M. Dan Barnawi, 2012).

Secara sederhana, dapat kita definisikan bahwa manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu dalam mengatur sumber daya pendidikan agar terwujudnya suasana pembelajaran yang nyama n sehingga peserta didik dapat aktif dalam mengembangkan potensi dirinya, dalam rangka meningkatkan kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam penye lenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk sumber daya manusia, sumber daya keuangan, material serta sumber daya teknologi informasi (Hartani A.L, 2011). Pendidikan pada saat ini merupakan harapan bagi setiap lembaga yang berorientasi pada mutu. Perihal inilah yang menjadi pendorong bagi lembaga- lembaga pendidikan untuk berlomba menjadikan institusinya menjadi pusat pendidikan unggulan (Yanto.M, 2017).

(5)

Fungsi manajemen

Diantara fungsi manajemen ialah perencanaan, proses pemikiran dan melakukan penetapan segala kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sagala, 2011). Fungsi perencanaan antara lain adalah menentukan suatu tujuan atau rangka kegiatan yang diperlukan dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dilakukan guna membahas tentang kelebihan dan kekurangan organisai, menetapkan segala kesempatan dan intimidasi serta menetapkan strategi, kebijakan dan program (Rohiat, 2010)

Organisasi ialah proses pengelompokan kerja kedalam tugas-tugas yang lebih kecil, serta menyerahkan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, mengalokasikan sumberdaya, serta mengkordinasi dengan aktivitas pencapaian tujuan organisasi (Ula, 2013); 3).

Mentor akan memberikan dorongan dan motivasi organisasi. penegendalian erat kaitannya dengan perncanaan karena dapat digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen.

Karakter Religius Anak

Karakter bukan sifat bawaan seseorang sejak lahir. karakter ini terbentuk karena hasil proses belajar dari keluarga, lingkungan dan anggota keluarga. Bahkan agama (Islam) menjelaskan

“Setiap anak dilahairkan dalam keadaan fitrah (maksudnya dalam keadaan selalu ingin mengikhlaskan diri dalam penghambaan kepada  Rabbul „alamin), tetapi kedua orangtuanyalah yang telah membentuk dia sehingga anak tersebut bisa menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

Karakter inilah yang merupakan kualitas seseorang dalam membedakan dirinya dengan orang lain.

Karakter ialah kepribadian dan tingkah laku seseorang, akan tetapi keduanya merupakan perkara yang berbeda. Kepribadian ialah akhlak atau cara kita menunjukkan perilaku seseorang kepada orang lain, seperti cara berjalan, berpakaian, menyampaikan pendapat dan lain-lain. (Mia Zakaria dan Dewi Arumsari, 2018).

Karakter bisa didefinisikan sebagai cara berpikir dan tingkah laku yang khas setiap individu untuk bekerjasama dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang memiliki karakter yang baik akan dapat membuat keputusan dan dapat mempertanggungjawabkan resiko dari keputusan tersebut. (Rahmadanni, 2017).

Aristoteles melihat karakter sebagai kemampuan melakukan tindakan yang ba ik dan bermoral. Psikolog Frank Pittman mengamati bahwa kestabilan hidup kita bergantung pada karakter.

Membangun karakter diakui jauh lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Coon dalam Zubaedi mendefinisikan karakter sebagai suatu penila in subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berka itan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat (Zubaedi, 2011). Karakter ini bisa disebut dengan kata moral. Dalam pengertian Soloman, mengatakan bahwa moral menekankan pada karakter. Karakter juga biasanya diistilahkan dengan kata moral. Dalam pengertian Soloman, mengatakan bahwa moral menekankan pada karakter individu yang bersifat khusus, bukan pada aturan-aturan dan ketaatan. Nilai moral atau moralitas

(6)

adalah nilai yang mengatur kehidupan manusia , baik sebaga i pribadi yang bermanfaat maupun dalam rangka mengatur keharmonisan dalam hidup bermasyarakat (Habsari, 2017).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter ialah kebiasaan dan tingkah laku seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang baik dan bermoral. Jati diri seseorang bisa dilihat dari karakternya untuk menunjukkan siapa diri Anda sesungguhnya. Karakter merupakan tabiat, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Karakter seseorang tidak bisa disamakan dengan orang la in karena ia terbentuk dari keluarga, lingkungan dan guru yang menyampaikan pemahaman kepada peserta didik.

Karakter bukanlah sikap bawaan dari lahir.

Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang mana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunya i ciri dan khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan. Anak ialah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ( Pasal 1 ayat (1) (P. Febrianti, 2014).

Pembentukan karakter anak biasanya terjadi pada umur 6-12 tahun. Masa itu sering disebut juga masa sekolah, yaitu masa matang untuk be lajar atau sekolah. Pada proses pembentukannya, anak-anak lebih mudah untuk diarahkan, diberi tugas yang harus diselesaikan dan anak-anak cenderung bisa belajar dari kebiasaan sehari-harinya pada waktu dan tempatnya daripada pada masa pra sekolah (Nurhaibi 2023). Dapat kita amati dari pertumbuhan fisik dan psikologisnya, anak mengalami pertumbuhan jasmaniah dan kejiwaannya. Perkembangan ini akan terus menerus berlangsung kearah kemajuan. Dapat kita simpulkan bahwa anak yang banyak mengalami perubahan mental dan fisik yang sangat mencolok itu terjadi pada anak SD (Kurniawan, 2015).

Masa Anak-anak dan Anak Sekolah (6-12 Tahun)

Anak yang diajarkan ketrampilan fisik untuk pertandingan, akan membentuk sikap yang sehat sebagai organisme yang sedang tumbuh berkembang. Belajar bergaul dengan teman sejawat, belajar melakoni peranan sosial ditengah masyarakat sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya, mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, serta berhitung, mengemba ngkan kata hati, moralitas, dan suatu ska la nilai-nilai, Mencapai kebebasan pribadi, serta mengembangkan sikap- sikap terhadap kelompok dan institusi sosial (Azam, 2016).

Pembentukan karakter ini terjadi ketika anak-anak meniru atau mencontoh apa yang mereka lihat pada kegiatan sehari-harinya. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang di sekitarnya selalu menjadi model bagi anak-anak (Yanto.M, 2017). Jika model yang dilihatnya selalu dan terus menerus mencontohkan perbuatan dan kegiatan religius, maka naka-anak yang ingin dibentukpun akan dengan mudah untuk dibentuk, begitu juga sebaliknya. Selain itu, anak merupakan amanah dan karunia dari Allah yang telah diberikan kepada orang tua. Anak yang berumur 6-12 tahun merupakan masa yang matang dalam membentuk karakter yang baik.

(7)

Kata dasar Religius ialah religi yang berasal dari bahasa asing religius biasanya bentuk dari kata benda yang berarti agama atau keyakinan. kepercayaan ini akan timbul karena sesuatu kekuatan kodrat di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religi yang bersifat melekat pada diri setiap individu. Religius merupakan salah satu karakter yang menunjukkan sikap yang patut dan taat terhadap ajaran agama masing-masing, sikap toleran terhadap aktivitas ibadah penganut agama lain, serta hidup dengan rukun dan damai antar sesama penganut agama yang berbeda (Y.

Febrianti, 2019).

Karakter Religius ini sangat diperlukan bagi setiap individu, baik yang muda ataupun yang tua. Akan tetapi, karakter ini lebih diutamakan bagi generasi muda, karena pada generasi ini diharapkan dapat menghadapi perubahan zaman dan dekadensi moral yang sangat buruk. Diharapkan juga kepada generasi muda untuk banyak belajar aqidah, adab, akhlak dan ilmu agama lainnya supaya senantiasa berada di bawah lindungan , memiliki tingkah laku yang baik berlandaskan dengan ketentuan dan ketetapan agama yang telah ditentukan. (Y. Febrianti, 2019), (Muslim, 2023)

Jelaslah bagi kita bahwa karakter religius anak merupakan kepribadian yang melekat pada diri anak dalam sikap, perilaku, serta tindakan untuk taat dan patuh dalam ajaran agamanya. Karakter ini harus sesuai dengan ajaran agamanya baik dari segi akhlak, adab dan sikap serta tindakan seseorang agar anak ini dapat memiliki karakter yang diharapkan kedua orang tua dan gurunya.

Beberapa indikator seseorang dapat dikatakan memiliki karakter religius, diantaranya:

1. Orang yang memiliki karakter religius dapat dilihat dari kepatuhannya dalam beribadah, contohnya senantiasa menjaga sholatnya, berakhlak mulia, keteguhannya dam berkeyakinan dan lain sebagainya.

2. Orang yang memiliki karakter religius maka dia akan senantiasa saling menjaga hubungan baik dengan yang lainnya.

3. Orang yang memiliki karakter religius akan senantiasa sopan dalam berbicara dan mengucapkan salam ketika bertemu dan berpisah dengan orang lain, karena salam ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

4. Orang yang memiliki karakter religius, terlihat juga dari cara dia berpakaian yang menutupi aurat sesuai ajaran agama.

5. Orang yang memiliki karakter religius juga dapat dilihat dari kepatuhannya kepada ibu bapaknya, keluarga dan tetangga dekatnya. (Y. Febrianti, 2019).

Dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas bahwa seseorang yang memiliki karakter religius akan tampak dari tingkah laku sehari-hari, mulai dari berakhlak yang baik, bertutur kata yang sopan, menunjukkan kepatuhannya dalam beragama, seperti selalu menjaga sholatnya, cara mengucapkan salam saat bertamu, berpenampilan yang sopan dan berbuat baik kepada orang tuanya. Seseorang yang berkarakter religius senantiasa menjaga tingkah lakunya kepada orang tua, guru, keluarga serta masyarakat

(8)

Nilai-Nilai Karakter

Karakter memiliki 18 nilai yang bersumber pada Pancasila, Agama, Budaya, serta tujuan pendidikan nasional, yakni:

1. Jujur 2. Tranpleransi 3. Religius 4. Disiplin 5. Kerja Sama 6. Kreatif 7. Demokrasi 8. Mandiri

9. Semangat kebangsaan 10. Rasa Ingin Tahu 11. Cinta Tanah Air

12. Bersahabat, Komunikatif 13. Menghargai Prestasi 14. Cinta Damai

15. Peduli Lingkungan 16. Gemar Membaca 17. Peduli Sosial

18. Tanggung Jawab. (Sani, 2017).

Nilai-nilai Pendidikan yang diadopsi dari Karakter Pancasila :

Menurut Kemendikbud, terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila dan menjadi prioritas pembangunan pendidikan karakter. Nilai-niai tersebut adalah:

1. Nilai Karakter Religius. Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut. Pribadi cinta damai dengan menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

2. Nilai Karakter Nasionalis. Karakter nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

3. Nilai Karakter Integristas. Upaya menjadikan diri sendiri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai- nilai kemanusiaan dan moral.

4. Nilai Karakter Mandiri. Sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.

(9)

5. Nilai Karakter Gotong Royong. Tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, serta memberi pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Semua aspek nilai-nilai karakter diatas sudah semestinya dimasukkan kedalam muatan pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui pengembangan bahan ajar di setiap sekolah.

(Wismanto, 2022). Usaha tersebut tentu membutuhkan skill dan kemampuan Sumber Daya Manusia yang ada di setiap sekolah, karena diakui atau tidak kemajuan sebuah lembaga pendidikan tidak akan pernah lepas dari kehebatan sumber daya manusia yang ada disekitarnya. (Junaidi, 2023)

1. Peran pendidikan dalam penanaman karakter

a. Pembinaan watak, ( jujur, cerdas, peduli, tangguh) merupakan tugas utama pendidikan b. Mengubah sikap buruk tahap demi tahap yang akhirnya menjadi baik

c. Karakter merupakan sikap yang tertanam di dalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan

d. Karakter adalah sifat yang terwujud dalam kemampuan daya dorong dari dalam keluar untuk menampilkan perilaku terpuji dan mengandung kebijakan (Daryannto, 2013).

Penanaman nila i karakter dapat diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah, proses efektif untuk membangun budaya sekolah dengan melibatkan dan mengajak semua pihak atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan komitmennya. (Muslim, 2023)

2. Manajemen Pendidikan karakter di era digital

Masalah yang harus diselesaikan oleh orang tua dan guru terhadap anak dalam pengasuhan di Era Digital :

a. Meningkatkan dan memperbaharui wawasan tentang internet dan gedget. Guru dan Orang tua tidak bisa mengawasi anak-anak apabila guru dan orang tua gagap teknologi;

b. Jika di rumah ada internet, posisikan diruang keluarga dan siapa yang dapat melihat apa yang dilakukan dalam mengakses internet

c. Membatasi waktu pada anak dalam menggunakan gadget dan internet

d. Memberikan pemahaman dan kesadaran bersama akan dampak negatif dari internet atau gadget

e. Secara tegas melarang sesegera mungkin jika tidak ada yang tidak pantas ditonton f. Menjalin komunikasi yang terbuka dua arah dengan anak-anak (Yulia Palupi, 2015).

Anak-anak pada zaman sekarang lebih banyak berinteraksi dengan teknologi, seperti gadget dan vidio games. Mereka bisa menghabiskan waktu 2 jam di hari sekolah dan 6 jam di hari libur dan waktu rata-rata, anak-anak bisa bermain internet selama 2 jam.(Salman Hasibuan, 2015).

Anak-anak di era digital sudah dimanjakan dengan teknologi yang serba canggih seperti bahan pelajaran melalui situs Geogle, permainan tradisional sudah ditinggalkan. Ciri-c iri generasi digital:

(10)

a. Generasi digital ramai-ramai membuat akun di media social untuk membuktikan kepada dunia bahwa mereka ada

b. Generasi digital cenderung lebih terbuka, blak-blakan, dan berfikir lebih agresif

c. Generasi digital cendrung ingin memperoleh kebebasan. Mereka tidak suka diatur dan di kekang

d. Generasi digital selalu mengakses dengan geogle, yahoo atau situs lainnya, kemampuan belajar mereka jauh lebih cepat karena segala informasi ada diujung jari mereka (Sukiman, 2016).

Teknologi digital memiliki dampak negatif dan positif bagi kita, sebagai orang dewasa yang telah mengetahui dampaknya, maka kita harus membimbing, mengarahkan dan mengawasi anak serta mengambil dampak positif dari teknologi tersebut. Penerapan pendidikan karakter sangat berperan penting dalam era digital agar generasi penerus bangsa memiliki moral yang baik Generasi penerus ini akan menggambarkan kualitas bangsa, apabila generasi penerusnya baik dalam kognitif dan moral, maka akan baik pula suatu bangsa tersebut. Untuk itu ke luarga , sekolah dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan generasi yang bermora l dan berakhlak baik.

KESIMPULAN

Manajemen kepala madrasah Ibtidaiyah dalam meningkatkan pendidikan karakter religius era digital dengan me lakukan perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi. Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan kepala sekolah untuk mampengaruhi karakter peserta didik.

Guru membantu menumbuhkan watak peserta didik. Pendidikan karakter berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik kepada peserta didik sehingga mereka paham antara baik dan buruknya sesuatu, mampu merasakan nilai yang baik dan mampu melaksanakan nya, karena karakter seseorang itu terbentuk dari kebiasaannya sehari-hari sehingga menciptakan suatu karakter bagi seseorang. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus ditanamkan sejak kecil sehingga mereka dapat membawanya hingga dewasa. Pelaksanaan pendidika n karakter bisa kita terapkan pada semua mata pelajaran yang berkaitan dengan norma-norma tertentu serta dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Peran Keluarga, guru, kepala sekolah dan masyarakat sangatlah penting dalam meningkatkan pendidikan karakter. Keluarga sebagai tempat utama dan pertama peserta didik kehidupan dan pendidikannya hendaklah diawasi dan dibimbing dengan penuh kasih sayang, tegas dan tepat. Kepala sekolah dan guru sebagai role model dalam pandangan anak-anak sehingga guru menjadi patokan bagi sikap anak didik dan masyarakat sekitar berperan dalam mengatasi dan memotivasi perkembangan karakter.

(11)

REFERENSI

Afrizal. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiflin Ilmu. Rajawali Pers.

Amirulloh Syarbini. (2015). Buku Panduan Guru Hebat Indonesia. Ar-Ruzz Media.

Arifin M. Dan Barnawi. (2012). Manajemen Sarana Dan Prasarana Sekolah. Ar-Ruzz Media.

Aris Shoimin. (2014). Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan Karakter. Gava Media.

Awaludin Pimay. (2013). Paradigma Humanis Strategi Dan Dakwah. Pt. Rajagrafindo Persada.

Azam, U. (2016). Bimbingan Dan Konseling Perkembangan Di Sekolah Teori Dan Praktik.

Deepublish. Daryannto, D. S. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Gava Media.

Deprizon, D., Fithri, R., Wismanto, W., Baidarus, B., & Refika, R. (2023). Sistem Perencanaan Manajemen Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 (Min 2) Pekanbaru. Mitra Pgmi:

Jurnal Kependidikan Mi, 9(1), 1-15.

Ejournal.Iainbengkulu, 5(2). Http:Ejournal.Iainbengkulu.Ac.Id Indexs.Php/Manhaj/Oi/Verb

Fathurrochman, I., Ristianti, D. H., & Bin Mohamed Arif, M. A. S. (2019). Revitalization Of Islamic Boarding School Management To Foster The Spirit Of Islamic Moderation In Indonesia.

Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 239-259.

Febrianti, P. (2014). Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terhadap Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (Psaa) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

Febrianti, Y. (2019). Upaya Pemuda Karang Taruna Gunung Tugel Community (Gtc) Dalam Membentuk Masyarakat Religius Melalui Kajian Keislaman Di Dusun Krajan Desa Baosan Lor Ponorogo.

Fitriamartanti, Peran Guru Kelas Dalam Memberikan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Sdnwatuaji01kabupatenjepara,Magistra,6,2015,

Habsari, Z. (2017). Dongeng Sebagai Pembentuk Karakter Anak. Bibliotika: Jurnal Kajian Perpustakaan Dan Informasi, 1(1), 21–29.

Hartani A.L. (2011). Manajemen Pendidikan. Laks Bang Pressindo.

Jihad, Salimul, And M. S. (2018). Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pelajaran Mufrodat Kelas V1 Mi Nw Dasan Agung Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017.

El- Tsaqafah: Jurnal Jurusan Pba, 17(1), 96–118.

Junaidi, Junaidi, Et Al. "Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Lembaga Pendidikan Islam." Journal On Education 5.3 (2023): 10040-10052.

Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar. Pedagogia: Jurnal Pendidikan, 4(1), 41–49.

(12)

Kusen, K., Hidayat, R., Fathurrochman, I., & Hamengkubuwono, H. (2019). Strategi Kepala Sekolah Dan Implementasinya Dalam Peningkatan Kompetensi Guru. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2), 175-193.

Mia Zakaria Dan Dewi Arumsari. (2018). Jeli Menbangun Karakter Anak. Bhuana Ilmu Populer.

Muslim, M., Yusri, Y., Syafaruddin, S., Syukri, M., & Wismanto, W. (2023). Manajemen Kepala Sekolah Dasar Islam Dalam Menampilkan Pendidikan Karakter Religius Di Era Disrupsi (Studi Kasus Di Sd Islam Al Rasyid Kota Pekanbaru). Jurnal Pendidikan , 5 (3), 10192- 10204. Diambil Dari Https://Jonedu.Org/Index.Php/Joe/Article/View/1913

Muslim, M., Yusri, Y., Syafaruddin, S., Syukri, M., & Wismanto, W. (2023). Manajemen Kepala Sekolah Dasar Islam Dalam Mempersembahkan Pendidikan Karakter Religius Di Era Disrupsi (Studi Kasus Di Sd Islam Al Rasyid Kota Pekanbaru). Jurnal Tentang Pendidikan , 5 (3), 10192-10204.

Nurhaibi, N., Zalisman, Z., & Hariati, H. (2023). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Menghadirkan Karakter Religius Peserta Didik Sdit Imam Asy-Syafii Pekanbaru. Mitra Pgmi:

Jurnal Kependidikan Mi , 9 (1), 71–79. Https://Doi.Org/10.46963/Mpgmi.V9i2.829

Rahmadanni, Dkk. (2017). Membangun Karakter Islami Anak Dengan Mushafahah. Cv. Budi Utama.

Ridwan Abdullah Sani Dan M.Kadri. (2016). Pendidikan Karakter “Mengembagkan Karakter Anak Yang Islami. Bumi Aksara.

Ristianti, D. H., Putrajaya, G., & Fathurrochman, I. (2020). Organizational Behavior Management Through Group Counseling Discussions As A Radicalism Preventive Effort.

Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 8(1), 23-31.

Rohiat. (2010). Manajemen Sekolah: Teori Dan Praktik. Rafika Aditama.

Sagala, S. (2011). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta.

Salman Hasibuan. (2015). Buadaya Media Dan Partisipasi Anak Diarah Digital,Proceding Of Internasional Post – Graduate Comprence.

Sani, F. (2017). Metode Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) Dalam Pembinaan Karak ter Religius Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan Di Smpn 1 Ngunut Tahun 2015/2016.

Saputra, A. E. (2019). Strategi Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Dan Siswi Smp Pgri 6 Bandar Lampung.

Sukiman, Dkk. (2016). Seri Pendidikan Orang Tua:Mendidik Anak Di Era Digital. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. Ula, S. S. (2013). Revolusi Belajar. Ar-Ruzz Media.

Wismanto, W., Yanti, N., Yapidus, Y., Pranata, H., & Deprizon, D. (2023). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Aqidah Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Muhammadiyah Riau. Mitra Pgmi: Jurnal Kependidikan Mi , 9 (1), 16-27.

Wismanto, Ww (2021). Pembentukan Awal Generasi Mukmin Dalam Hadits Al-Qur'an Dan Implikasinya Pada Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Imam Asy-Syafii

(13)

Pekanbaru. Magistra: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar Dan Keislaman , 12 (1), 33-44.

Yanto, M. (2018). Manajemen Dan Mutu Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Smpn 4 Rejang Lebong. Jurnal Ar-Riayah, 1(2), 192.

Yanto, M. (2019). Jurna l Manajemen Pendidikan Pada Tadris Bahasa Indonesia Stain Curup. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(1), 77–84. Http://Jurnal.Staincurup.Ac.Id/Index Php/Jsmp/

Yanto, M. (2020). Manajemen Kepala Sekolah Dalam Menumbuhkan Kompetensi Sosial Di Madrasah Ibtida iyah Muhammadiyah 10 Karang Anyar Rejang Lebong. Jurnal Ar- Riayah, 4(1). Http://Journal.Iaincurup.Ac.Id/Index.Php/Jpd

Yanto, M. (2020). Manajemen Sekolah Dalam Pengelolaan Kegiatan Guru Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Jurnal Estetik, 3(1), 15–26. Doi:10.29240/Estetik.V31i.1479 Http://Journal. Iaincurup.Ac.Id/Index. Php/ Estetik

Yanto, M., & Fathurrochman, I. (2019). Manajemen Kebijakan Kepala Madrasah Dala m Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 7(3), 123–130.

Http://Doi.Org/10.29210/138700.H.2

Yanto., M. (2017). Strategi Guru Dalam Pendidikan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sdn 45 Curup.

Yanto.M. (2017). Penerapan Teori Sosial Dalam Menumbuhkan Akhlak Anak Kelas 1 Min Rejang Lebong. Terampil,Jurnal:Pendidikan Pembelajaran Dasar, 4(2).

Https://Doi.Org/10.24092/Trampil,V4i2.2218

Yulia Palupi. (2015). Digital Perenting Sebagai Wahan Terapi Untuk Menyeimbangkan Dunia Digital Dengan Dunia Nyata Dengan Anak.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Krakter: Konsep Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan.

Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

122 Wawancara dengan Waka Sarana dan Prasarana Bapak Muhammad Mahyuni S.. Keamanan gudang sangat diperhatikan di MTs Negeri 1 Sukamara, semua gudang telah dilengkapi

MI GUPPI Kalibalangan Lampung Utara adalah tempat atau wadah dimana penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui Manajemen Sarana dan Prasarana Dalam Mencapai Prestasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang meliputi pengadaan, pendistribusian, pengunaan

Hasil penelitian diketahui bahwa (1) Manajemen Sumber Daya Manusia Kepala Madrasah pada tenaga pendidik dalam peningkatan mutu pendidikan di MTs Negeri Manyaran

Adapun hasil dari penelitian ini, diantaranya: 1 Perencanaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di bidang kebersihan dan kesehatan pada era pandemi covid-19 meliputi, analisis