See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/352704552
Manajemen Piutang Perusahaan
Article · June 2021
CITATIONS
0
READS
581
5 authors, including:
Windi Suarni Universitas Mercu Buana 17PUBLICATIONS 0CITATIONS
SEE PROFILE
Windia Indah Cahyani Universitas Mercu Buana 30PUBLICATIONS 1CITATION
SEE PROFILE
Anzani Naryatul Uyuni Universitas Mercu Buana 22PUBLICATIONS 0CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Windi Suarni on 24 June 2021.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Manajemen Piutang Perusahaan
Untuk Memenuhi Tugas Pada Pertemuan 14 Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Dosen: Yananto Mihadi Putra, SE, M. Si
Disusun oleh:
KELOMPOK 7
Anzani Naryatul Uyuni (43220010026) Bertha Angelina (43220010047)
Windi Suarni (43220010020) Windia Indah Cahyani (43220010206) Ajeng Navaluna Zahra (43220010207)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana Jakarta
2021
ABSTRAK
Perusahaan-perusahaan pada umumnya lebih menyukai penjualan secara tunai, penjualan secara tunai akan dapat menghemat sejumlah biaya dan dapat menghindarkan diri dari sejumlah risiko yang mungkin timbul jika penjualan dilakukan secara kredit. Namun, untuk meningkatkan penjualan, disamping melakukan penjualan tunai, perusahaan juga melayani pembelian secara kredit kepada pelanggan. Penjualan secara kredit ini kemudian akan menimbulkan piutang. Piutang merupakan aset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan manajemen pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.
ABSTRACT
The companies generally prefer sales in cash, sales in cash will be able to save a number of costs and can avoid a number of risks that may arise if sales are made on credit. However, to increase sales, in addition to making cash sales, companies also serve purchases on credit to customers. Sales on credit will then generate receivables. Receivables are quite material assets. Therefore, an effective and efficient receivables management is needed so that the amount of funds invested in receivables is in accordance with the company's ability level so that it does not interfere with cash flow.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit justru akan memberi peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga bukan tanpa risiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya, yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba menaikkan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegiatan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran, maupun penjualannya. Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo yang tidak selalu dapat diselesaikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar risiko yang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin, dan aktif mengelola penagihan piutang agar tidak sampai menghambat operasi atau kegiatan perusahaan.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam artikel ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan piutang?
2. Apa saja jenis-jenis piutang?
3. Apa yang dimaksud dengan piutang yang bersifat Bad Debt?
4. Bagaimana kebijakan penetapan kredit?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang?
Tujuan
Adapun tujuan dari artikel ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piutang.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis piutang.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piutang yang bersifat Bad Debt.
4. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan penetapan kredit.
5. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang.
BAB II
LITERATUR TEORI
Pengertian Piutang
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan tunai, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat atau alasan lainnya, maka dilakukanlah penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit dapat meningkatkan omset penjualan. Akan tetapi, hal tersebut memiliki risiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu, dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak, akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang (Receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (Account Receivable) mengacu pada janji lisan untuk pembayaran yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit. Sedangkan wesel tagih (Notes Receivable), mengacu pada janji tertulis untuk membayar piutang. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran. Dalam kebijakan perusahaan, piutang terbesar itu terlihat pada piutang usaha (account receivable), piutang usaha tersebut tercipta karena daya tarik yang konsumen yang tinggi pada produk hasil ciptaan perusahaan.
Manajemen Piutang
Salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan keuntungan adalah melalui penjualan kredit.
Penjualan kredit tersebut tentu harus diatur melalui manajemen piutang. Penjualan secara kredit juga memberikan nilai stabil atas aset dan modal usaha sehingga perusahaan tidak akan merugi apabila terjadi penurunan penjualan. Meski begitu, aktivitas piutang ini harus diatur sedemikian rupa agar tidak berbalik merugikan perusahaan. Di sinilah fungsi manajemen piutang.
Manajemen piutang adalah praktik atau sistem yang dibuat oleh perusahaan melalui proses perencanaan, pengawasan, dan pengendalian uang yang ditagihkan kepada pihak yang meminjam. Tagihan kepada pihak lain yang dimaksud adalah tagihan perorangan maupun perusahaan atas setiap aktiva atau aset perusahaan yang timbul dari transaksi kredit. Contoh sumber piutang yang lazim terjadi adalah pinjaman karyawan, penjualan kredit, atau restitusi pajak.
Piutang pada operasional bisnis adalah dua peran yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini karena piutang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan keuntungan misalnya melalui penjualan kredit. Selain itu, piutang juga membantu perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis.
Misalnya saja dengan pinjaman hutang karyawan sebagai bentuk upaya mempertahankan
karyawan. Agar tujuan-tujuan tersebut tercapai, perusahaan wajib mengelola piutang secara efektif, efisien, dan tepat sasaran agar tidak berbalik merugikan. Pengelolaan piutang inilah yang lebih jauh disebut dengan manajemen piutang.
Fungsi Manajemen Piutang
Adapun fungsi manajemen piutang dapat dilihat melalui empat fungsi utamanya, yaitu:
1. Perencanaan
Yaitu merencanakan anggaran atau pos apa saja menggunakan pembayaran kredit.
2. Pengorganisasian
Yaitu menciptakan kebijakan atau prosedur penagihan piutang agar berjalan secara efektif.
3. Penerapan atau Pengarahan
Yaitu menerapkan kebijakan atau aturan yang telah dibuat sehingga perusahaan mampu mengetahui mana piutang tertagih dan tidak tertagih.
4. Pengawasan
Dimana perusahaan mampu mengevaluasi kebijakan piutang yang telah dijalankan. Apakah pengelolaan piutang berjalan efektif atau justru merugikan.
BAB III PEMBAHASAN
Pengertian Piutang
Piutang adalah klaim atau tagihan yang bisa kita dapatkan dari pihak lain. Dalam pembukuan, jenis-jenis piutang tercantum dalam laporan keuangan jika orang/perusahaan belum menerima pembayaran dari penjualan, pinjaman, atau transaksi lainnya. Karena itu adalah kewajiban, secara umum, piutang biasanya memiliki periode waktu tertentu untuk dilunasi oleh debitur yang bersangkutan. Namun, ketentuan pembayaran akan bervariasi berdasarkan karakteristik dan jenisnya. Secara umum, piutang timbul dari penjualan barang dan jasa perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang baru bersangkutan akan dilakukan setelah tanggal jual beli transaksi.
Jenis-Jenis Piutang
Umumnya, piutang dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan jenisnya, yaitu piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
1. Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah sejumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
Secara umum, jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki perusahaan.
Piutang usaha merupakan piutang yang dihubungkan dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk pelanggan.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah surat formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengukuran utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60 hari sampai 90 hari atau lebih lama.
Pelunasan utang yang dilakukan dalam kurun waktu itu tidak akan dikenakan bunga.
Namun, apabila debitur meminta perpanjangan periode pembayaran, mereka diwajibkan untuk membayar bunga yang akan dibebankan sesuai dengan perpanjangan per bulan yang diminta.
Wesel tagih dan piutang usaha yang disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut dengan piutang dagang (trade account). Piutang wesel merupakan piutang yang diterbitkan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu.
3. Piutang Lain-Lain (Other Receivable)
Piutang lain-lain mencakup selain piutang dagang, yakni piutang bunga, piutang gaji, uang muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum, bukan berasal dari kegiatan operasional
perusahaan. Oleh karena itu, piutang jenis ini diklasifikasikan dan dilaporkan pada bagian yang secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihan lebih dari satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan dalam piutang tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi.
Piutang lain-lain merupakan piutang apapun yang muncul dari transaksi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas operasi normal sebuah bisnis.
Piutang Bersifat Bad Debt
Piutang tak tertagih (Bad Debt) adalah piutang yang disangsikan atau diragukan penerimaannya karena kegagalan usaha atau memang merupakan suatu kesengajaan debitur tidak membayarnya. Piutang tak tertagih terjadi ketika seseorang berhutang uang kepada kita tetapi kita tidak dapat menagihnya. Hutang itu tidak berharga karena kita tidak bisa menagihnya dan malah kita yang menerima dampak dari hutang yang tidak bisa ditagih tersebut. Piutang ini terjadi ketika kita memberikan kredit kepada pelanggan.
Namun, persoalan sering terjadi pada saat angka penjualan kredit diperbesar adalah meningkatnya potensi piutang ragu-ragu atau tidak tertagih (Bad Debt). Hal ini dapat terjadi karena nilai piutang yang dapat ditelusuri oleh perusahaan semakin besar baik dari nilai piutang maupun jumlah kuantitas pelaku/konsumen.
Semakin besar piutang tak tertagih, maka semakin besar permasalahan yang harus ditanggung oleh perusahaan dikemudian hari. Apabila kejadian ini berlanjut lebih jauh maka akan berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima.
Suatu piutang yang bersifat bad debt dapat timbul apabila:
▪ Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
Kenaikan angka penjualan biasanya menaikkan jumlah bad debt, dan begitu pula sebaliknya.
▪ Perusahaan dalam memperbesar penjualannya menaikkan penjualan produk boleh dibeli secara non-tunai. Maka angka piutang tak tertagih otomatis akan membesar dengan sendirinya.
▪ Penjualan produk yang bersifat non-tunai dilakukan secara tidak hati-hati.
▪ Perusahaan memiliki tagihan atau kewajiban dalam bentuk kredit kepada suatu perbankan.
▪ Debitur yang sulit untuk ditemui.
▪ Debitur yang kabur pindah alamat tanpa diketahui kreditur.
▪ Debitur yang tidak memiliki pendapatan yang tetap.
▪ Debitur mengalami kebangkrutan.
▪ Debitur mengalami musibah.
▪ Karena adanya penunggakan atau kredit macet.
▪ Debitur berhutang melebihi kemampuannya.
Cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memperkecil bad debt, yaitu:
▪ Menghindari penjualan produk secara kredit pada saat kondisi menuju krisis moneter.
▪ Menghindari produksi dan penerimaan order pada saat pasar tidak menentu.
▪ Prudential principle (prinsip kehati-hatian) pada saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi dan inovasi produk perusahaan lambat.
▪ Persentase yang layak untuk piutang, misal: 30-40 % dari total penjualan, atau pada kondisi ekonomi sangat stabil perusahaan boleh memperbesar hingga 43%.
Metode Pembukuan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt), yaitu:
1. Metode Langsung (Direct Write Off Method)
Metode ini beranggapan piutang yang ditaksir tidak dapat diterima, pembukuannya baru akan dilakukan pada saat piutang itu benar-benar tidak dapat ditagih oleh perusahaan. Pada saat itu, diadakan pencatatan kerugian dengan mendebet perkiraan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) dan mengkredit perkiraan Piutang Dagang (Account Receivable) dengan jumlah yang sama.
2. Metode Cadangan (Allowance Method)
Metode ini mempertimbangkan kemungkinan atas piutang yang tidak tertagih di masa mendatang. Sewaktu perusahaan mengadakan penaksiran atas piutang yang tidak tertagih, maka jumlah yang diperkirakan tidak tertagih itu dianggap dan dicatat sebagai kerugian. Hal ini dilakukan dengan jalan mendebetnya ke perkiraan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) dan mengkredit perkiraan Cadangan Piutang Tak Tertagih (Allowance for Bad Debt).
Kebijakan Penetapan Kredit
Kebijakan penetapan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan.
1. Standar Kredit
Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak untuk memperoleh kredit.
Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian piutang (piutang yang tak tertagih/bad debt).
2. Syarat Kredit
Syarat kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni:
▪ Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan).
▪ Berapa besar diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.
3. Kebijakan Penagihan
Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan akan melakukan langkah-langkah penagihan:
▪ Menegur via telepon kepada pelanggan yang belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan.
▪ Menegur via surat kepada pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan.
▪ Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.
4. Prinsip Pemberian Kredit 5C
Prinsip pertama yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit kepada nasabah adalah prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria yang harus dipenuhi oleh pengaju kredit.
Selain itu, lima aspek (5C) ini biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal berikut:
a) Character
Merupakan penilaian yang menyangkut kejujuran dari para pelanggan dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini mengukur sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan. Informasi mengenai integritas pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena setiap transaksi kredit mengandung faktor kesanggupan untuk membayar.
b) Capacity
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukkan dari kesuksesan dalam mengelola perusahaannya. Pemberi kredit bisa mengetahuinya dengan melihat profit record perusahaan pelanggan tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
c) Capital
Capital berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan pelanggan yang terutama dapat ditunjukkan dari neracanya atau dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering digunakan untuk mengukur aspek kapital ini.
d) Collateral
Collateral berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan yang menjadi jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepadanya.
e) Conditions
Menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
5. Prinsip Pemberian Kredit 7P
Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam memberikan kredit adalah prinsip 7P. Dalam prinsip ini terdapat tujuh kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
a) Personality
Yaitu kepribadian dari calon peminjam yang mengajukan kreditnya. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria character dari prinsip 5C yang telah dijelaskan diatas, dimana melihat bagaimana keseluruhan kepribadian nasabah mencakup sikap dan perilakunya sehari-hari.
b) Party
Dimana calon peminjam dimasukkan ke dalam beberapa golongan yang terkait dengan kondisi keuangannya. Biasanya pihak bank mengklasifikasikan nasabah berdasarkan modal yang dimiliki, kepribadian, loyalitas, dan lain sebagainya. Dengan adanya perbedaan klasifikasi dan golongan ini, akan ada perbedaan pula dalam pemberian fasilitas kredit nantinya.
c) Purpose
Yaitu mngenai tujuan dari calon peminjam dalam mengajukan kreditnya pada lembaga keuangan. Pihak bank perlu mengetahui untuk apa dana tersebut akan digunakan, misalnya untuk modal usaha, investasi, biaya pendidikan, atau justru kegiatan konsumtif. Hal ini juga akan menyesuaikan dengan fokus dari bank atau lembaga keuangan tersebut, misalnya jika bank tersebut berfokus pada pengelolaan modal maka akan tepat bagi nasabah yang mengajukan kredit untuk usaha.
d) Prospect
Yaitu bagaimana prospek dari usaha yang dijalankan oleh calon peminjam. Tentu saja prinsip ini berlaku khusus bagi nasabah yang mengajukan pinjaman untuk modal usaha atau bisnis yang dikelolanya. Dengan mengetahui apakah usaha dan bisnis tersebut memiliki prospek ke depan yang bagus atau tidak, maka bank pun dapat memprediksi bagaimana perkiraan kemampuan bayar dari nasabah.
e) Payment
Kriteria yang kelima ini bertujuan mengukur bagaimana kemampuan bayar dari calon peminjam. Prinsip payment dilihat dari sumber pendapatan nasabah, kelancaran usaha yang dijalankan, hingga prospek dari usaha tersebut. Dengan begitu, pihak bank atau lembaga keuangan dapat menilai apakah nasabah tersebut memang dapat membayar kreditnya atau tidak.
f) Profitability
Dimana pihak bank melihat bagaimana kemampuan calon peminjam dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Sama seperti beberapa kriteria sebelumnya, kriteria ini lebih dikhususkan pada nasabah yang meminjam untuk keperluan usahanya. Semakin tinggi tingkat profitability dari calon peminjam, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan kredit yang diajukan dapat disetujui bank.
g) Protection
Tidak jauh berbeda dengan kriteria collateral pada prinsip 5C, kriteria protection ini juga mengacu pada jaminan yang dapat diberikan oleh calon peminjam. Selain jaminan berupa barang seperti aset rumah atau perusahaan, protection ini juga dapat berupa jaminan asuransi yang dimiliki oleh nasabah.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang
Sudah menjadi suatu kelaziman di dalam dunia usaha bahwa untuk memperlancar operasi dan perkembangan perusahaan, dilakukan transaksi penjualan secara kredit sehingga pemberian piutang adalah juga demi memenuhi keinginan para pelanggan.
Menurut Bambang Riyanto, faktor yang dapat memengaruhi besarnya investasi terhadap piutang, yaitu:
a) Volume Penjualan Kredit
Semakin besar volume/proporsi penjualan kredit dari total penjualan, maka makin besar pula jumlah investasi yang tertanam dalam piutang. Oleh karena itu, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan semakin besar risikonya, profitabilitasnya juga akan meningkat.
b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit (termin)
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya keselamatan kredit lebih diutamakan daripada profitabilitas. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga atau denda yang berat untuk pembayaran piutang yang terlambat.
Semakin lama waktu pembayaran, maka semakin besar jumlah investasinya. Perusahaan dapat memberikan termin pembayaran kepada klien maksimal 30 hari agar tidak terlalu mempengharui cash flow.
c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Semakin tinggi plafon yang diberikan kepada para pelanggan, semakin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang (batasan kredit bersifat kuantitatif). Selain itu, semakin ketat seleksi penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit dapat memperkecil jumlah investasi dalam piutang (batasan
kredit bersifat kualitatif). Dengan demikian, pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
d) Kebijakan Pengumpulan Piutang
Pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector), yaitu pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka risiko tertunggaknya piutang lebih besar.
e) Kebiasaan Membayar Para Klien
Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap kedua alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling menguntungkan.
Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discount periode atau sesudahnya akan berefek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan membayar dalam masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil. Tetapi sebaliknya, jika pelanggan membayar pada hari sesudahnya atau bahkan menunggak, maka perusahaan perlu invstasi yang lebih besar.
Penilaian Risiko Kredit dan Penyaringan Piutang
Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.
Umumnya, perusahaan menilai risiko kredit atas dasar kriteria 5C, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition. Namun, pencegahan risiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencari informasi tentang mental/kepribadian
Untuk mendapatkan informasi ini perlu diketahui bagaimana penilaian masyarakat terhadap pelanggan yang bersangkutan mengenai bonafiditas dan karakter pelanggan tersebut. Jadi, penilaian diperoleh berdasarkan pandangan masyarakat serta pengalaman yang telah ada.
2. Mencari informasi tentang kemampuan keuangan
Informasi kemampuan keuangan diperoleh melalui laporan dalam bentuk neraca, laporan rugi-laba serta laporan lainnya yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan
Informasi ini menyangkut posisi keuangan perusahaan pelanggan di masa mendatang karena ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi keuangan pelanggan menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sedangkan untuk masa yang akan datang dapat berubah menjadi tidak menguntungkan. Jadi, perlu diselidiki apakah posisi keuangan perusahaan sekarang ini dapat dipertahankan untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap
Demi jalan ini, perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih valid dalam mengambil keputusan untuk pemberian piutang, dihentikan, terus diberikan tetapi dalam jumlah kecil atau malah memperbesar jumlah piutang yang diberikan kepada pelanggan tertentu.
5. Membatasi jumlah piutang
Kesalahan dalam menentukan keempat hal yang tersebut di atas masih tetap mungkin terjadi karena perusahaan kurang mampu menganalisisnya lebih jauh lagi. Apalagi, hal tersebut berhubungan dengan apa yang terjadi di masa depan sehingga sangat sulit untuk diramalkan.
Misalnya, suatu pelanggan diberikan piutang dengan jumlah yang kecil dan ia mau membayar sesuai dengan janjinya. Tetapi, ketika jumlah piutang sudah mencapai keinginannya, ia pun tak mau lagi membayar. Untuk mengurangi risiko akibat kasus seperti ini maka ada baiknya tetap membatasi jumlah piutang yang diberikan kepada pelanggan.
6. Meminta barang jaminan
Barang jaminan, baik berupa barang ataupun Bank Garantie, akan lebih menjamin piutang yang diberikan. Namun, perlu dipertimbangkan juga biaya penyimpanan barang jaminan tersebut dan praktiknya tidak selalu mudah dilakukan.
7. Seleksi terhadap Verkooper atau Agen
Ada kalanya kemacetan penagihan piutang bukan pada pihak pelanggan, akan tetapi pada pihak perusahaan itu sendiri, umpamanya akibat penyelewengan yang dilakukan pegawai perusahaan sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.
Langkah-Langkah Penyaringan Para Pelanggan:
▪ Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.
▪ Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
▪ Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan risiko pembayaran.
▪ Mengadakan seleksi dari para langganan.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan tunai, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat atau alasan lainnya, maka dilakukanlah penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit dapat meningkatkan omset penjualan. Akan tetapi, hal tersebut memiliki risiko tertundanya penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu, dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang tertunggak, akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan keuntungan adalah melalui penjualan kredit.
Penjualan kredit tersebut tentu harus diatur melalui manajemen piutang. Penjualan secara kredit juga memberikan nilai stabil atas aset dan modal usaha sehingga perusahaan tidak akan merugi apabila terjadi penurunan penjualan. Meski begitu, aktivitas piutang ini harus diatur sedemikian rupa agar tidak berbalik merugikan perusahaan. Di sinilah fungsi manajemen piutang. Manajemen piutang adalah praktik atau sistem yang dibuat oleh perusahaan melalui proses perencanaan, pengawasan, dan pengendalian uang yang ditagihkan kepada pihak yang meminjam.
Umumnya, piutang dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan jenisnya, yaitu piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain.
1. Piutang Usaha (Account Receivable) 2. Piutang Wesel (Notes Receivable) 3. Piutang Lain-Lain (Other Receivable)
Piutang tak tertagih (Bad Debt) adalah piutang yang disangsikan atau diragukan penerimaannya karena kegagalan usaha atau memang merupakan suatu kesengajaan debitur tidak membayarnya. Piutang tak tertagih terjadi ketika seseorang berhutang uang kepada kita tetapi kita tidak dapat menagihnya. Hutang itu tidak berharga karena kita tidak bisa menagihnya dan malah kita yang menerima dampak dari hutang yang tidak bisa ditagih tersebut. Piutang ini terjadi ketika kita memberikan kredit kepada pelanggan.
Suatu piutang dikatakan bersifat bad debt apabila:
▪ Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
Kenaikan angka penjualan biasanya menaikkan jumlah bad debt, dan begitu pula sebaliknya.
▪ Perusahaan dalam memperbesar penjualannya menaikkan penjualan produk boleh dibeli secara non-tunai. Maka angka piutang tak tertagih otomatis akan membesar dengan sendirinya.
▪ Penjualan produk yang bersifat non-tunai dilakukan secara tidak hati-hati.
▪ Perusahaan memiliki tagihan atau kewajiban dalam bentuk kredit kepada suatu perbankan.
▪ Debitur yang sulit untuk ditemui.
▪ Debitur yang kabur pindah alamat tanpa diketahui kreditur.
▪ Debitur yang tidak memiliki pendapatan yang tetap.
▪ Debitur mengalami kebangkrutan.
▪ Debitur mengalami musibah.
▪ Karena adanya penunggakan atau kredit macet.
▪ Debitur berhutang melebihi kemampuannya.
Kebijakan penetapan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan.Prinsip yang dijadikan acuan dalam pemberian kredit kepada nasabah adalah prinsip 5C. Prinsip ini terdiri dari lima kriteria yang harus dipenuhi oleh pengaju kredit. Selain itu, lima aspek (5C) ini biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit. Prinsip tersebut meliputi (1) Character, (2) Capacity, (3) Capital, (4) Collateral, dan (5) Conditions.
Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam memberikan kredit adalah prinsip 7P. Dalam prinsip ini terdapat tujuh kriteria yang mencakup, (1) Personality, (2) Party, (3) Purpose, (4) Prospect, (5) Payment, (6) Profitability, dan (7) Protection.
Menurut Bambang Riyanto, faktor yang dapat memengaruhi besarnya investasi terhadap piutang, yaitu:
1. Volume Penjualan Kredit
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit (termin) 3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
4. Kebijakan Pengumpulan Piutang 5. Kebiasaan Membayar Para Klien
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Y. M. (2018). Manajemen Piutang Perusahaan. Modul Kuliah Manajemen Keuangan.
FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta
Subekti, W. (2020, Januari 17). Pengertian Dan Metode Pembukuan Piutang Ragu-Ragu (Bad Debt). Retrieved from Wibowo Pajak Web Site: https://bit.ly/3gJugwE
Sterling. (2020, Desember 14). 3 Jenis Piutang Dan Pengertiannya Yang Harus Diketahui.
Retrieved from Sterling Team Web Site: https://www.sterling-team.com/news/3-jenis- piutang-dan-pengertiannya-yang-harus-diketahui/
Farhan, A. (2017, Februari 7). Piutang Mempengaruhi Nilai Investasi Anda. Retrieved from Bee Accounting Web Site: http://www.beeaccounting.com/blog/piutang-mempengaruhi- nilai-investasi-anda/
Admin. (2021, April 27). Manajemen Piutang Usaha: Pengertian, Tujuan, dan Analisis.
Retrieved from Rusdiono Consulting Web Site: https://bit.ly/3gG68Mv
Sumber Lainnya:
https://www.simulasikredit.com/prinsip-5c-dan-7p-dalam-pemberian-kredit-di-lembaga- keuangan-bank/
View publication stats