• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kedamaian

N/A
N/A
Yusufa Aulia Azhar

Academic year: 2024

Membagikan "Masyarakat Adat Lampung Pepadun di Kedamaian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DESA KEDAMAIAN, TANJUNG KARANG TIMUR, BANDAR LAMPUNG

Oleh Kelompok 3 HKI C:

Yusufa Aulia Azhar (2121010129)

Citra Meilani Lestari (2121010075) Faiz Khoirul Umam

(2121010081)

Muhammad Roudhotul Ahkam Luqman (2121010094)

Hujjatul Hafizhah (2121010086)

Anggi Nurul Fadhilah (2121010004)

Dina Aulia Saputri (2121010016)

Revi Mariska (2121010114) Jihan Nafisha

(2121010090)

Iqbal Nugroho (2121010089) Nur Kholifah

(2121010108)

Ilham Agta Imawan (2121010087)

ABSTRAK

Artikel Jurnal ini membahas tentang penelitian terhadap Masyarakat adat Lampung Pepadun yang bertempat tinggal di Desa Kedamaian, Tanjung karang Timur, Bandar Lampung. Masyarakat adat Lampung Pepadun merupakan masyarakat adat yang telah lama ada di daerah tersebut. Masyarakat Lampung Pepadun mempunyai sistem hukum keluarga yang unik, yang berbeda dari masyarakat adat yang lain. Yang dimaksud unik dalam penulisan ini adalah tentang sistem hukum perkawinan, hukum kewarisan dan hukum keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa wawancara dengan Penata Mulia adat daerah tersebut.

Kata Kunci: Hukum Adat, Hukum Keluarga, Hukum Kewarisan, Hukum Perkawinan, Lampung Pepadun.

(2)

A. Pendahuluan

Masyarakat adat adalah kesatuan manusia yang memiliki tata susunan yang terstruktur, menetap disatu daerah tertentu, memiliki penguasa dan pengurus, mempunyai kekayaan sendiri, baik kekayaan materiil maupun immateriil. masyarakat adat merupakan warisan yang telah ada secara turun temurun dari nenek moyang yang masih tetap dilestarikan dan terus berjalan sampai saat ini. Pelaksanaan hukum adat di Desa Kedamaian ini memiliki ciri khas tersendiri. Masyarakat Lampung pepadun sampai saat ini masih menerapkan sistem adat tersebut. Karena bagi mereka, tradisi ini harus tetap dilestarikan karena itu merupakan warisan dari leluhur jadi kita sebagai generasi penerus wajib melestarikannya.

Nama “Pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam prosesi Cakak Pepadun. “Pepadun” adalah bangku atau singgasana kayu yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi pemberian gelar adat (“Juluk Adok”) dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus membayarkan sejumlah uang (“Dau”) dan memotong sejumlah kerbau. Prosesi Cakak Pepadun ini diselenggarakan di “Rumah Sesat” dan dipimpin oleh seorang Penyimbang atau pimpinan adat yang posisinya paling tinggi..

Pada artikel jurnal ini, penulis menitikberatkan pada pembahasan mengenai hukum keluarga, hukum kewarisan dan hukum perkawinan masyarakat Lampung pepadun.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena hasil penelitian ini berdasarkan data yang di temukan di lapangan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan melakukan wawancara kepada informan mengenai hukum perkawinan, hukum keluarga, dan hukum kewarisan yang berlaku didalam masyarakat adat tersebut.

(3)

C. Hasil dan Pembahasan Hukum Keluarga

a. Hukum Adat Lampung pepadun

Wilayah masyarakat adat Lampung Pepadun adalah masyarakat yang mendiami wilayah pedalaman dan dataran tinggi adapun wilayahnya mencakup Way Abung, Way Kanan, Way Seputih (pubian), Kotabumi, Sukadana, Labuan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.

Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu seterusnya.

Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat, Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Status sosial dalam masyarakat Pepadun tidak semata- mata ditentukan oleh garis keturunan. Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Begawi Cakak Pepadun. Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh melalui Begawi Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom.

b. Hukum Perkawinan Lampung Pepadun

Menurut masyarakat adat Lampung pepadun, perkawinan dapat menentukan status keluarga terlebih bagi anak laki-laki tertua. Karena itu, pelaksanaan perkawinan harus dilaksanakan dengan upacara adat

(4)

Adapun tradisi yang dilaksanakan selama prosesi Begawi Cakak Pepadun adalah pemotongan minimal 1, memberikan uang kepada perempuan sebagai mahar perkawinan.

Pada sistem perkawinan adat Lampung terdapat perkawinan yang dilaksanakan secara sederhana, yaitu menyerahkan dan melepaskan anak gadisnya (muli) kepada bujang (menghanai) yang dilakukan pada malam hari dan tanpa sepengetahuan orang banyak, yang disebut

“Cakak Manuk” (naik ayam). Upacara ini disebut dengan “Tar Selep”

atau “Tar Manem”. Tar atau intar artinya dilepas atau diantarkan.

Selep berarti diam-diam sedangkan manem berarti malam. Tahapan ini biasanya, calon mempelai wanita berangkat dari rumahnya dengan berpakaian sederhana (biasanya berkebaya dan berkerudung) bersama anggota keluarga pria.

Setelah perundingan di antara dua keluarga berlangsung dan pelaksanaan perkawinan yang dihadiri oleh keluarga kedua calon mempelai beserta ketua adat setempat berlangsung. Biasanya ritual perkawinan secara sederhana ini dilakukan oleh pasangan yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Sistem perkawinan masyarakat adat Lampung Pepadun menganut asas “Ngejuk – Ngakuk” (memberi – mengambil). Orang tua akan memberikan dan merelakan anak gadisnya (muli) untuk diambil oleh bujang (menghanai). Ngejuk dalam arti yang luas ialah memberikan anak gadis untuk diambil atau dikawinkan dan dijadikan anggota keluarga yang lain. Artinya pemberian anak gadis tersebut diketahui oleh para orang tua mereka (kedua belah pihak). Sementara itu, ngakuk memiliki arti mengambil anak gadis tertentu tanpa diketahui oleh orang tua keluarga muli. Proses pengambilan ini dapat dilakukan dengan cara sebambangan atau dibambang.

(5)

c. Hukum Kewarisan

Pelaksanaan kewarisan dalam Masyarakat adat lampung pepadun lebih mengutamakan anak laki-laki terutama anak laki-laki tertua.

Sedangkan, anak Perempuan dan istri tidak mendapatkan bagian dari harta waris karena anak tertua sebagai pengganti orang tua yang telah meninggal, bukanlah pemilik harta peninggalan secara perseorangan.

Kedudukan anak laki-laki dalam adat Lampung sangat penting, selain menjadi penerus keturunan dan pewaris Tunggal, tanggung jawab anak laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga sangat besar. Maka dari itu anak laki-laki lah yang menjadi penguasa harta peninggalan orang tuanya. Begitu kuatnya kedudukan anak laki-laki dalam Masyarakat Lampung Pepadun bila tidak memiliki keturunan laki-laki maka disebut mupus keturunan atau putus keturunan.

Alasan Masyarakat lampung pepadun kedudukan anak laki-laki yang menjadi penguasan harta peninggalan orang tuanya , karena apabila ayah atau pewaris meninggal maka seluruh harta peninggalan orang tua menjadi tanggung jawab kakak laki-laki tertua. Maka dengan serta merta kakak tertua laki-laki tersebut memiliki kewajiban harta peninggalan tersebut agar dapat dimanfatkan dan mengurus segala kebutuhan adik-adik nya. Apabila adiknya akan menikah , kakak tertua laki-laki berkewajiban mengurus dan mempersilahkan rumahnya sebagai tempat menentukan kebutuhan-kebutuhan perkawinan.

Dalam masyarakat Lampung Pepadun, anak perempuan tidak mendapatkan bagian harta warisan karena telah diambil oleh laki-laki (telah menikah) dan tinggal di rumah suaminya. Apabila seorang wanita telah menikah dan ikut tinggal bersama dengan suaminya, maka ia tidak mendapatkan bagian harta waris dari orang tuanya. Selain itu, istri juga tidak mendapatkan bagian harta warisan. Apabila anak perempuan dalam keluarga tersebut ikut dengan suami maka yang ia dapatkan adalah kebijakan atau wasiat.

(6)

D. Simpulan

Dari penelitian yang telah penulis dapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya masyarakat adat Lampung Pepadun masih melestarikan hukum adat kehidupan sehari-hari. Namun, tidak setiap hal dilaksanakan berdasarkan hukum adat. Masyarakat Lampung Pepadun sudah mengikuti zaman. Penggunaan hukum adat hanya diterapkan dalam hal-hal tertentu. Penerapan hukum adat ini bertujuan untuk melestarikan peninggalan nenek moyang sejak dahulu kala. Yang paling menonjol dari masyarakat adat ini adalah laki-laki yang paling diutamakan dalam sebuah keluarga.

E. Lampiran

1. Kunjungan ke salah satu rumah adat Lampung Pepadun di Desa Kedamaian

(7)

2. Foto Bersama Bapak Amir Mardani gelar Pangeran Bangsawan dari Tiyuh Kedamaian Marga Balau

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Hukum Islam terhadap peran Penyimbang atau tetua adat dalam penyelesaian sengketa waris di masyarakat Lampung Pepadun Kecamatan Blambangan Pagar pembagian

Nilai uang jujur dalam adat perkawinan Lampung Pepadun di Kampung Karang Agung Kecamatan Pekuon Ratu Kabupaten Way Kanan mempunyai tiga tingkatan yaitu bernilai 24 untuk

Untuk mendapatkan data mengenai apa yang diperlukan dalam penelitian hukum perkawinan adat Lampung pepadun Kebuwayan Subing ini serta untuk mendapatkan data mengenai apa

Masyarakat adat desa Tanjung Ratu memiliki kriteria calon pemimpin atau punyimbang adat harus anak laki-laki pertama dari keturunan yang lebih tua, beragama Islam,

Budaya sebambangan saat ini masih menjadi adat istiadat masyarakat Lampung Pepadun di Kampung Cugah Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan.. Kata Kunci: Eksistensi

perkawinan dalam hukum adat Lampung Pepadun harus memenuhi persyaratan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pertama, masyarakat adat Lampung Pepadun menggunakan sistem pewarisan mayorat laki-laki yaitu lebih mengutamakan anak laki-laki

Penelitian tentang pepaccur dalam pemberian gelar adat masyarakat Lampung Pepadun dialek O dan kelayakannya sebagai materi pembelajaran sastra di SMP