Kegiata n Be laj ar 1
Awal Muncul Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
ahulu kala semua ilmu pengetahuan yang dikenal pada dewasa ini, pernah menjadi bagian dari filsafat, yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (Master Scientiarum), dan filsafat pada masa itu mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat . Lama kelamaan dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan mengajar tujuan masing-masing.
Walaupun seorang awam untuk pertama kalinya mulai mempelajari sosiologi, namun sesungguhnya secara tidak sadar dia telah mengetahui sedikit tentang Sosiologi. Selama hidupnya dia menjadi anggota masyarakat yang telah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di dunia, dia sudah berhubungan dengan orang tuanya, dan semakin meningkat usianya semakin luas pula pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Dia juga menyadari, bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil pengalaman masa-masa yang silam. Secara sepintas lalu dia pun mengetahui bahwa dalam berbagai hal dia mempunyai persamaan-persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat yang khas berlaku bagi dirinya sendiri.
Semuanya tadi merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis, oleh karena ikut sertanya dia dalam hubungan-hubungan sosial, dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadarannya akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain, semuanya itu memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya, yaitu Sosiologi. Akan tetapi semuanya itu belum berarti bahwa dia adalah seorang ahli dalam ilmu sosiologi. Pasti dia belum mengetahui dengan sesungguhnya apa ilmu sosiologi itu, dan apakah sosiologi benar-benar merupakan suatu ilmu pengetahuan?. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu merumuskan apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan (science). Singkatnya dapat dikatakan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran. Pengetahuan tersebut selalu dapat
D
+ra. *vy 'lara, M.SE.
diperiksa (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa perumusan tersebut telah mencakup beberapa unsur (element) yang tergabung dalam suatu kebulatan. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:
1. pengetahuan (knowledge);
2. tersusun secara sistematis;
3. menggunakan pemikiran;
4. dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).
Awal mulanya, orang-orang yang meninjau masyarakat hanya terpaut pada masalah-masalah yang menarik perhatian umum, seperti misalnya kejahatan, perang, kekuasaan golongan yang berkuasa, keagamaan dan lain sebagainya. Dari pemikiran serta penilaian yang demikian itu, orang kemudian meningkat pada filsafat kemasyarakatan, di mana orang menguraikan harapan-harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang diingininya. Dengan demikian timbullah perumusan kaidah-kaidah yang seharusnya ditaati oleh setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dalam suatu masyarakat, kaidah-kaidah mana yang dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang bahagia bagi semua manusia selama hidupnya di dunia ini.
Hal tersebut merupakan idam-idaman manusia di kala itu yang bersifat utopis. Akan tetapi, orang harus mengakui bahwa kaidah-kaidah masyarakat yang diidam-idamkannya itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada di dalam masyarakat pada suatu waktu yang tertentu. Perbedaan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan antara das Sollendan das Sein, memaksa para ahli pemikir untuk mempelajari sebab-sebabnya dengan jalan mempelajari dengan kenyataan-kenyataan di dalam masyarakat, sehingga timbul berbagai macam teori tentang masyarakat. Lambat laun teori-teori tersebut dipelajari dan dikembangkan secara sistematis dan objektif, terlepas dari harapan-harapan pribadi para sarjana yang mempelajarinya dan terlepas pula dari penilaian baik atau buruk mengenai gejala-gejala atau unsur yang dijumpai di dalam tubuh masyarakat itu, sehingga timbullah ilmu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
2 SOSIO E X I 10
Pendapat Para Ahli mengenai Definisi Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa latin sociusyang berarti teman/kawan, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Secara harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia, atau dapat dikatakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Tentu saja pengertian di atas tidak dapat memuaskan semua orang karena luas. Dalam sosiologi banyak perspektif yang berbeda mengenai apa itu sosiologi. Guna mendapatkan gambaran tentang pengertian sosiologi berikut ini dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa sosiolog terkemuka :
a. Pitirim Sorokin: mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala- gejala sosial (misalnya; antara gejala ekonomi dengan agama : keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya);
2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
3) ciri-ciri umum daripada jenis, semua jenis gejala-gejala sosial.
b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff menyatakan bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
d. J.A.A. van Doorn dan C.J. Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok atau kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi
dengan segi kehidupan politik , antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama , antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya . Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri ialah dalam hal terjadinya perubahan -perubahan di dalam struktur sosial.
f. Auguste Comte dikenal sebagai pendukung aliran positivisme, mengartikan sosiologi adalah studi empiris tentang masyarakat. Dengan studi semacam ini bisa menjelaskan semua fenomena yang berada di dalam masyarakat, meramalkan apa yang akan terjadi, dan bahkan bisa mengontrol masyarakat.
g. Emile Durkheim: Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial, fakta sosial adalah sesuatu yang berada di luar individu.
h. Max Weber: Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami tindakan sosial secara interpretatif agar diperoleh kejelasan mengenai sebab-sebab, proses, dan konsekuensinya.
i. Peter L. Berger menyatakan sosiologi sebagai studi ilmiah atau ilmu, karena ia memiliki beberapa unsur atau sifat yang dimiliki ilmu pengetahuan pada umumnya, yakni:
1) Bersifat empiris. Hal itu berarti bahwa sosiologi didasarkan pada pengalaman-pengalaman konkret manusia dan dianalisis dengan menggunakan daya nalar. Kenyataan-kenyataan empiris ini selalu dapat diuji kembali dengan melihat fakta-fakta yang ada di dalam masyarakat.
2) Bersifat teoritis. Hal itu berarti bahwa sosiologi berusaha membuat abstraksi dari observasi-observasi yang ada.
3) Bersifat kumulatif. Hal itu berarti bahwa teori sosiologi tidak terjadi secara serentak atau sekaligus, tapi sebaliknya teori itu dibangun secara perlahan berdasarkan observasi bertahap dan selalu disempurnakan, ditambah atau dikurangkan, diperbaiki, sehingga makin lama makin baik.
4) Bersifat bebas nilai. Hal itu berarti bahwa sosiologi berusaha menganalisis atau menggambarkan situasi sosial menurut apa adanya (das Sein) dan bukan menurut apa seharusnya (das Sollen) Walaupun definisi dari para sarjana-sarjana tersebut di atas berlainan akan tetapi pada dasarnya isinya sama, yaitu objek sosiologi adalah masyarakat dengan fokusnya pada hubungan antar manusia dan proses yang
4 SOSIO E X I 10
ditimbulkan dari hubungan manusia itu sendiri dalam kehidupan di masyarakat. Serta pembahasan sosiologi di titik beratkan pada gejala-gejala sosial, seperti pada bidang agama, adat istiadat, sistem kekeluargaan, dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk meningkatkan daya dan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan hidupnya.